Pairing : NejiSasuNaru (Heee?!! Not Threesome! Its NejiSasu/SasuNeji, SasuNaru/NaruSasu & NejiNaru/NaruNeji) Triangle Love, Yeeeaaaahhhh!!!
Rating : Masih T hehehe…
Genre : Romance/Angst … T__T
Language : Indonesian
WARNING : YAOI, BOY X BOY, SHOUNEN AI
DO NOT READ IF YOU'RE YAOI HATER OR ANTI FUJOSHI !!!
Disclaimer : Yuuya Do Not Own Naruto… Huh! *Pouts*
A/N : May be OOC, Terispirasi dari Marionette punya Ayumi Hamasaki, Kalau mendengarkan Marionette punya Tante Ayumi pasti bingung, hehehe… Di Lyrics nya memang tertulis Watashi mo Anoko mo Kimi mo, tapi disini Yuuya rubah jadi Ore mo Aitsu mo Omae mo. 'Watashi' ama 'Anoko' itu kok kayanya rada 'Feminim' yeah , maka nya untuk Fic ini sepertinya lebih cocoknya di ubah jadi 'Ore' (dan juga 'Omae') yang -kayak nya kok-'Cowok banget' geto dan 'Aitsu' (Yang -kayak nya juga- bisa digunakan untuk Laki-laki maupun perempuan) Habis disini saya tidak akan memFEMINIMkan siapa-siapa. Tiga-tiganya murni Laki-laki. ASLI!! -LOL- XD XD
Please Enjoy…
Yuuya's Present
Ore mo Aitsu mo Omae mo
( He and I and You )
Aku mencintaimu, karena aku mencintaimu.
Tak perlu alasan lain…
(Andrei aksana)
NARUTO POV
Aaaaaarrrrghhhhh!!!
Bosan! Bosan! Bosan! Sudah dua jam aku menunggu, tapi tak nampak juga batang hidung mereka. Mereka bahkan lebih telat dari Kakashi-sensei. Ugh!
Ku genggam erat sebuah gulungan kertas yang ada di tanganku, Hanya Misi kelas C, padahal statusku tak lagi genin. Hari ini aku terpaksa ke Hokage Office sendiri, itu karena dua orang bodoh itu tak datang-datang juga. Jadi terpaksa hanya aku yang menghadap Baa-chan dan mendengarkan semua rincian misi kami. Entah mungkin karena menyadari taraf 'Kejeniusan'ku yang tak seberapa dibandingkan Shikamaru, Baa-chan akhirnya memintaku menyerahkan satu gulungan yang berupa rincian misi pada Neji.
Apa aku sebodoh itu?
Aku hanya menjulurkan lidahku saat hendak keluar dari kantor Baa-chan dan hampir saja kursi Hokage mendarat di mukaku.
Mengerikan…
"Ma-maaf Naruto, kami terlambat,"
Aku menoleh ke sumber suara itu, Seorang laki-laki bermata lavender tampak tergopoh-gopoh menghampiriku, nafasnya sedikit tersengal, beberapa bulir keringat tampak muncul di keningnya. Mungkin tadi dia lari.
Aku hanya menggembungkan pipiku menanggapi permintaan maafnya. Ugh! Sebal!
Sekilas ku lihat sosok lain di belakang Neji. Laki-laki berambut ayam. Mantan anggota team 7 yang dulu pernah kabur dari desa dan mengikuti Orochimaru. Kini dia sudah ada di tengah-tengah kami lagi. Tentunya setelah semuanya berakhir. Orochimaru, Itachi bahkan Akatsuki.
Hmmm… kalau dipikir-pikir sudah hampir lima tahun ya?! Kembalinya Sasuke ke Konoha mengejutkanku, padahal saat itu aku sama sekali tak 'Memaksanya'. Bisa di bilang dia 'Menyerahkan dirinya', walaupun begitu dia mesti diawasi secara ketat selama 24 jam oleh ANBU, bahkan belum boleh menjalankan Misi ataupun mengikuti Ujian Chunin dan Jounin. Tapi karena kelakuannya yang di nilai cukup baik, Sasuke akhirnya kembali menjalankan hari-hari nya seperti biasa. Tapi tetap saja ANBU masih terus mengawasinya sampai sekarang, walaupun Uchiha yang satu itu tak begitu mempermasalahkannya. Yeah, Mungkin saja dia sudah berubah.
"Hn, dobe~"
Huh! Berubah apanya?! Ejekan itu tetap saja dia lontarkan padaku setiap saat kami bertemu.
"Ck, Teme~ kau terlambat!"
"Hn, aku hanya tersesat di jalan kehidupan dan menolong burung putih yang terluka," ujarnya dengan nada datar.
Sejenak aku terdiam.
Hee?! burung putih? Yang benar saja?! Bohong ya?!
Aku mengerutkan keningku sembari menatap ke arah Neji, entah kenapa dia tampak salah tingkah, lagipula apa itu? Wajahnya sedikit memerah atau aku yang salah lihat?
"Teme~ kau lebih buruk dari Kakashi-sensei," kataku sinis.
Sasuke tak lagi bersuara dan hanya memberikan cengiran Uchiha TreadMark miliknya.
Apapun itu aku berusaha tak memperdulikannya. Ku serahkan dua buah gulungan itu pada Neji dan memintanya untuk membaca salah satu dari gulungan yang tadi di sebutkan oleh Baa-chan. Sejenak dia membacanya dan tampak serius berpikir.
Ck, si Jenius.
"Misi kita kali ini adalah mengawal seorang pejabat ke Negara Air. Kita akan menemuinya jam 1 tepat di gerbang konoha nanti, walaupun hanya Misi Kelas C tapi kurasa kita…,"
Penjelasan Neji tak lagi ku dengarkan, entah kenapa aku justru sibuk mengamati pria berambut hitam panjang ini. Kejeniusan serta 'Bakat' yang hanya dimiliki oleh keluarga Hyuuga membuatnya di tugaskan menjalankan Misi tingkat tinggi, makanya tak heran kalau dia kemudian dipercaya menjadi seorang ANBU. Yeah, meski jati dirinya sebagai seorang ANBU mesti dirahasiakan, tapi kami yang merupakan teman-teman dekatnya akhirnya mengetahuinya juga.
Aku tak mengerti mengapa Neji yang seorang ANBU harus mengikuti Misi bersama kami. Mungkin karena dia ditunjuk untuk mengawasi keturunan Uchiha yang merepotkan ini. Sakura memang sibuk berlatih dengan Baa-chan, kurasa dia akan sangat jarang menjalankan Misi lagi bersama kami. Tugasnya sebagai Medic nin membuatnya sibuk.
Hmmm… kalau dipikir-pikir sudah lama juga ya Neji di tugaskan mengawasi Sasuke.
Gaaahhh, pasti merepotkan!
"Hei dobe, kau kenapa? Kucing menggigit lidahmu?" tanya Sasuke dengan nada mengejek.
Aku hanya mendengus kesal, rupanya Neji telah selesai dengan penjelasannya. Aku benar-benar tak memperhatikannya, Ugh!
"Kau tahu rasanya aku perlu mengisi tenagaku agar misi kali ini sukses, Neji bagaimana kalau kita makan Ramen dulu, kau yang traktir ya?" rengekku, tak lupa ku berikan dia jurus andalanku. Puppy eyes no Jutsu. Heheh… XD
"Hn,"
Hanya itu yang di katakannya sambil berjalan mendahului kami ke arah Ichiraku Ramen. Ya ampun, terlalu sering dia bersama Sasuke hingga ketularan virus 'Hn' nya itu.
Yare-yare~
"Ck, dobe! Kau dan obsesimu terhadap ramen,"
Aku hanya menyeringai mendengarkan komentar dari Sasuke.
"Aww, kau sedikit kurusan sepertinya ya? kau juga harus lebih sering makan Ramen lho, Sa-su-ke-chan~"
Aku geli sendiri mendengar nada bicaraku yang sedikit manja, ku lingkarkan lenganku di pundak Sasuke. Sengaja ku penggal per suku kata serta menambahkan Suffix Chan saat menyebut namanya.
"U-Usuratonkachi!"
Aku masih terus tertawa sementara itu disadari atau tidak kurasa wajah keturunan terakhir Uchiha itu sedikit memerah.
Ichiraku Ramen
"Konnichiwa, Jii-chan!!" seruku antusias.
"Oh, Naruto ka?! Semangat sekali hari ini. Wah, kali ini kau mengajak teman-temanmu rupanya,"
Teuchi Jii-chan, pemilik Ichiraku Ramen itu tersenyum lebar saat melihat pelanggan setianya ini berkunjung, hehehe…
Tanpa membuang waktu aku segera mengambil posisi yang nyaman di kedai itu, Neji dan Sasuke mengikutiku, masing-masing duduk di sebelah kanan dan kiri ku.
"Hehehe… seperti biasanya ya Jii-chan!"
"Kalian pesan apa?" kali ini giliran Ayame-neechan yang bertanya pada Neji dan Sasuke.
"Sama seperti yang dipesan Naruto," kata Neji, Sasuke hanya mengiyakan dengan ciri khas 'Hn' nya itu.
"Oh, Miso Ramen tiga ya? Tunggu sebentar,"
Ayame-neechan lalu sibuk membantu Jii-chan menyiapkan Ramen pesanan kami. Bau sedap dari asap yang mengepul-ngepul itu membuatku tak sabar lagi, bahkan perutku ini sudah 'protes' dari tadi.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya mangkok penuh mie kuah itu muncul juga di hadapan kami. Segera saja mengambil sumpit dan memulai memakannya panas-panas.
"Itadakimashu!!!" seruku semangat.
Teuchi-jiichan hanya tertawa melihat polahku. Neji dan Sasuke hanya menggelengkan kepalanya.
Hanya terdengar bunyi kecapanku saat menikmati ramen di kedai ini, bahkan isi mangkokku tinggal separuh setelah sebagian isinya berpindah di perutku. Ku lirik samping kananku, mangkok ramen Neji masih penuh, dia hanya terdiam memegang sumpit di tangannya. Apa ada yang salah ya?
"Ano sa… Ano sa… Neji, daijobu ka?" tanyaku meski mulut ini masih penuh dengan ramen.
Mata putih itu menatapku.
"Kenapa?"
Lho? Kok balik bertanya sih?!
"Maksudku… ramennya kenapa tak kau makan?"
"Oh…"
Hanya 'Oh'?! dan perhatian Neji kembali ke mangkok ramennya, masih ku perhatikan dia saat hendak memakan ramen dengan sumpitnya namun tiba-tiba meringis kesakitan sambil memegangi pergelangan tangannya dan menjatuhkan sumpit yang di pegangnya ke lantai.
"Oi, Neji! Kamu tak apa-apa kan?!"
Kali ini aku sedikit khawatir dan tanpa sadar aku memegang lengannya. Dia sedikit menjengit dan merintih pelan.
"Are? Ini apa?" tanyaku saat melihat perban melilit sebagian pergelangan tangannya.
Bukan karena perban putihnya yang menjadi perhatianku, tapi noda darah yang jelas-jelas merembes keluar.
Kupandang mata Neji lekat-lekat namun dia malah mengalihkan pandangannya dan berusaha menarik tangannya yang masih saja ku pegang.
"Kok bisa luka?" tanyaku lagi sambil terus memegang tangannya.
Neji hanya terdiam. Mengetahui aku tak mungkin mendapatkan jawaban dari Neji, aku pun mengalihkan pertanyaanku pada Sasuke.
"Sasuke-teme, apa kau tahu Neji kenapa? Bukannya tadi kalian berangkat bersama kan?!"
Ku pandang laki-laki bermata hitam itu. Sekilas aku melihat sebersit kekhawatiran di sana sebelum mata hitam terhalangi rambutnya saat dia menundukkan kepalanya.
"Dia terkena kunai, penduduk desa itu… seharusnya lemparan itu mengenaiku, tapi…"
"Bukan salahmu!" sanggah Neji sebelum Sasuke merampungkan kata-katanya.
Lho lho lho ?! maksudnya apa sih?
"Agh! Aku tak mengerti maksud kalian? Jelaskan!" perintahku sedikit kesal.
Kedua sahabatku itu hanya terdiam dan tak berani memandang kearahku. Sebelum akhirnya Sasuke kembali melanjutkan ceritanya.
"Kau tahu kan, masih ada penduduk desa yang belum bisa menerimaku lagi di Konoha? Mengingat apa yang sudah aku lakukan dulu," ujar Sasuke memulai penjelasannya, pandangan matanya tak lepas dariku, aku bisa merasakan ada getir disuaranya.
"Pagi tadi mereka mencoba melukaiku, karena tak mungkin aku melawan dan tak sempat menghindar, Hyuuga malah terkena Kunai yang seharusnya mengenaiku, seandainya aku tak lengah, tentu tak perlu ada yang terluka, aku…,"
"Sudah ku bilang, itu bukan salahmu!" Neji memotong lagi.
Akhirnya mereka berdua kembali terdiam. Aku sendiri tak mampu berkata, bahkan aku tak mampu membela Sobatku ini. Tak mungkin aku menghajar penduduk desa yang membenci Sasuke dan membuat Neji terluka itu, karena mereka juga membenciku. Mereka masih membenciku.
Memang dulu Sasuke pernah ingin menghancurkan desa Konoha ini. Tapi, kini dia seudah berubah. Sasuke yang sekarang bukanlah Sasuke yang dulu. Kenapa masih ada juga yang tak bisa melihat itu?!
Semua orang berubah, aku juga.
Hhhhhh…..
END NARUTO POV
Entah berapa lama ketiga pemuda itu saling terdiam, larut dalam pikiran masing-masing, dimana hanya mereka sendiri yang tahu.
Hingga akhirnya Sasuke merasakan hangat menyentuh pundaknya. Dia mencari sumber kehangatan yang familiar itu dan mendapati Naruto tersenyum menatapnya. Mata birunya sedikit menyipit dan tiga pasang goresan di pipinya semakin jelas saja.
"Daijobu desu yo," ucap Naruto sambil masih terus memberikan senyum tulusnya, bukan cengiran rubah khas miliknya. Mau tak mau, Sasuke membalas senyum itu.
"Hn," katanya singkat, namun Naruto tak perlu kamus untuk mengetahui maksud 'Hn' Sasuke kali ini.
Naruto masih menggenggam pundak Sasuke sebelum akhirnya melepaskannya pelan, perhatiannya kini tertuju pada Neji. Sasuke sedikit kecewa ketika kehangatan sentuhan itu meninggalkannya.
"Ne~, Neji… beneran nih kau tak apa-apa mengikuti Misi kali ini? Aku bisa meminta Baachan untuk menggantikanmu," tawar Naruto yang juga mengkhawatirkan keadaan salah satu keturunan Hyuuga itu.
"Tak apa-apa," ucap Neji menenangkannya.
Naruto hanya mengangguk-angguk, dia kemudian mengambil sumpit serta mangkok ramen milik Neji.
"Bilang 'Aaaaahhh'…" perintah Naruto.
"Ha?!" Neji mengerutkan keningnya, Mata putihnya memandang Naruto heran.
"Ayo cepat buka mulutmu Neji, akan kusuapi," ujar Naruto sembari menyodorkan sumpit berisi ramen kearah Neji.
"Ha?!" Neji masih terheran-heran.
"Ck, Sudah jelaskan? Tanganmu terluka begitu, makanya kusuapi. Aku tak mau kau kelaparan dan ramen yang berharga ini terbuang sia-sia," jelas Naruto sedikit kesal.
"O-Oh,"
Hanya itu yang Neji katakan. Walaupun sedikit malu, namun dia hanya bisa pasrah saat Naruto mulai menyuapinya.
"Hn, Dobe!" komentar Sasuke.
"Jangan bilang 'Dobe', Teme~ !! Lebih baik kau bantu Neji mengobati lukanya sebelum berangkat nanti," kata Naruto namun tak memandang keturunan terakhir Uchiha itu, dia masih terlihat sibuk menyuapi Neji.
Diam-diam Sasuke memandang Naruto dari sudut matanya, setidaknya kini dia tahu bagaimana perasaan 'Rival'nya itu ketika penduduk desa tak mau menerimanya. Memusuhi bahkan melukainya.
Sasuke hanya menghela nafas pelan.
NARUTO POV
Aku masih memandangi punggung kedua orang sahabatku itu dari kejauhan ketika kami berpisah di Ichiraku Ramen ini. 30 menit lagi kami akan bertemu di pintu Gerbang Konoha untuk menjalankan misi. Tanpa membuang waktu lagi, aku melangkah pulang.
Sesampainya di apartemen, aku langsung mengemasi beberapa peralatan serta pakaian untuk keperluan misi. Ku pastikan tak ada yang tertinggal sebelum berangkat nanti.
Ku pandangi sebentar foto lama team 7 yang ada di meja, foto kami bertiga saat pertama kali menjadi Genin. Perlahan tanganku bergerak, membelai wajah putih miliknya yang terpampang di kaca pigura.
"Ck, dasar Teme!" bisikku pelan sambil tersenyum kecil.
Aku sangat bersyukur karena kini dia berada di tengah-tengah kami. Berada tepat di sisiku lagi.
Konoha Gate
Dari kejauhan aku bisa melihat Sasuke dan Neji, dengan sedikit berlari-lari kecil aku menghampiri mereka.
"Heeiiiii, Nejiiii~ , Sasuuu… Eh??!!"
Langkahku langsung terhenti, suaraku tercekat dan mungkin saat ini mataku melebar.
Memang dari sini aku hanya mampu memandang punggung kedua orang sahabatku itu, namun bukan pemandangan itu saja yang membuatku terdiam dan membuatku -seorang Uzumaki Naruto- kehilangan kata-katanya.
Belum pernah aku melihat tatapan lembut itu dari pria yang dulu memproklamirkan dirinya sebagai seorang "Pendendam", belum pernah aku melihat gurat merah di pipi pria yang dulu sering berbicara mengenai 'Takdir'. Apalagi ketika Sasuke membawa tangannya ke arah Neji, mengusap pelan rambut hitamnya, menyisir pelan setiap helai rambut indahnya yang memang selalu dibiarkan tergerai. Aku bisa membaca gerak bibirnya ketika dia mengucapkan kata 'Baka'.
Apa-apaan itu???!!!
Aku tak salah lihatkan?!
"Ne-Nejiiii~, Sasuuukeee~ !!!"
Pada akhirnya kudapatkan kembali suaraku, walaupun tubuhku sedikit bergetar ku hampiri juga mereka berdua.
"Hn, kau terlambat Dobe," ujar Sasuke kembali memasang tampang 'Ice Prince' nya.
"Heheh…" aku hanya menanggapinya dengan cengiran rubah khas milikku.
Mereka berdua bertingkah biasa saja di depanku, seolah tak terjadi apa-apa. Meskipun begitu, tak mungkin bisa kulupa kejadian tadi, sebuah Potret yang tak mungkin lekang dalam ingatanku.
Kau dan Dia…
Bersama…
Di perjalanan aku tak banyak bicara, bahkan saat Katagiri-san, orang yang akan kami kawal muncul dan memperkenalkan dirinya pada kami, aku tak begitu memperhatikannya. Pikiranku masih saja melayang pada kejadian di pintu gerbang konoha tadi.
Kuraba kain baju yang tepat menutupi dadaku
Entah Kenapa, rasanya…
"NARUTO!!!"
Tiba-tiba tubuhku seakan melayang jatuh ke bumi, namun entah kenapa detik berikutnya hanya kehangatan yang kurasakan menyelimutiku tubuhku. Mataku mengerjap pelan, berusaha fokus kembali pada sekelilingku. Ku temui mata hitam itu memandang khawatir padaku dan baru kusadari aku dipeluk erat olehnya.
"Kau ini bodoh ya? Konsentrasilah pada misi, Baka!!!" bentaknya keras.
"Go-gomen," bisikku pelan
Sasuke kemudian melepaskan pelukannya, membuatku terpaksa kehilangan kehangatan yang nyaman itu. Entah kenapa dia tiba-tiba mengeluarkan Kunai dari balik bajunya.
Baru kusadari atmosfir di tempat kami sekarang berubah, dua buah kunai tajam tampak mendarat tepat di tanah yang ku pijak tadi, aku juga bisa merasakan beberapa cakra yang tak kukenal mengelilingi kami. Seolah-olah bersiap untuk menyerang.
Sial! Kami terkepung, lagipula siapa mereka?
"Lima orang, dua di arah jam 12, satu mengikuti kita dari belakang dan dua lainnya tepat di kanan dan kiri kita." Jelas Neji sembari mengaktifkan Byakugannya.
Ku lihat Katagiri-san berada di belakang Neji, keringat dingin mulai membasahi wajahnya yang tampak pucat.
"Hn, bisa kau katakan seberapa kuat mereka?" tanya Sasuke serius.
"Sekelas Jounin, sepertinya mereka pembunuh bayaran, Aku tak tahu apa yang mereka incar tapi rasanya kita tak bisa menghindar, ini satu-satunya jalan menuju Negara Air." jawab Neji.
"Yosh! Kita beri mereka pelajaran sekarang!" ujarku semangat sembari bersiap-siap menyerang, namun Sasuke keburu menarik lenganku lagi.
"Usuratonkachi! Gunakan otakmu, meskipun kau sudah menjadi kuat, tetap saja tak boleh bertindak ceroboh. Lagipula mereka ada lima orang sedang kita hanya bertiga dan Katagiri-san ada bersama kita, kita harus mengutamakan keselamatannya," kata Sasuke panjang lebar, aku hanya merengut mendengarnya.
"Hmm… Lima orang Assassin mengincar kita, kurasa ini bukan Misi kelas C biasa. Sepertinya ada yang anda sembunyikan dari kami, Katagiri-san?" tanya Neji dengan nada curiga.
Serentak pandangan kami bertiga tertuju pada pria setengah baya yang bernama Katagiri-san itu. Mata coklat Pria itu tampak melebar, Tubuhnya sedikit gemetaran.
"Go-gomen, saya terpaksa menyembunyikan identitas saya yang sebenarnya. Saya bukanlah pejabat tinggi biasa, tapi saya adalah ketua dari salah satu klan di Negara Air. Pergantian kekuasaan beberapa waktu yang lalu sempat menimbukan kekacauan, Saya yang terpilih menjadi ketua, beberapakali mendapatkan ancaman hingga terpaksa bersembunyi. Menurut kabar dari anak buah saya, pemberontakan telah berhasil di redam, karena itu saya bermaksud untuk kembali, tapi saya tak mengira masih ada juga yang…"
"MENGHINDAR!!!" Teriak Neji sebelum Katagiri-san sempat melanjutkan ceritanya.
Serentak kami melesat menjauh dari tempat kami bersembunyi, ketika lagi-lagi kunai-kunai tajam menghujani kami.
Kami terpencar, Neji membawa Katagiri-san menjauh ke rimbunan pohon di sebelah kiri sedangkan Aku dan Sasuke melesat ke arah cabang pohon di sebelah kanan. Beberapa detik kemudian kelima Assassin itu melesat kearah kami dan pertarunganpun tak dapat di hindari.
'Sial!' umpatku dalam hati dan tanpa membuang waktu aku mengeluarkan Jutsu andalanku.
"Kage Bushin no Jutsu!!!" teriakku.
Beberapa Bushinku langsung menerjang salah satu Assassin yang dari tadi mengintai kami. Sasuke tampak mengeluarkan Katon nya, melawan satu orang Assassin yang langsung menghadangnya. Sementara itu Neji juga disibukan oleh tiga orang Assassin yang terus saja mengincar Katagiri-san. Meskipun seorang ANBU, Neji tampak kewalahan menghadapi ketiga orang itu, dia memasang Byakugannya, memperhatikan setiap detail dari gerak sang lawan. Jyuken yang menjadi andalannya telah membuat satu dari pembunuh tersebut terkapar, namun tanpa Neji sadari salah seorang Assassin tersebut melesat kebelakang dan langsung melayangkan Katana nya kearah Katagiri-san.
Aku mengutuk diriku, aku mengutuk para Assassin yang menyerang kami. Ku tinggalkan salah satu Assassin yang telah berhasil kulumpuhkan dengan Rasengan milikku. Tanpa membuang waktu aku melesat kearah Katagiri-san.
Sebuah bayangan menghalangi tubuh Katagiri-san, begitu cepat hingga akupun tak menyadarinya. Kontan saja Katana itu tepat menusuk perutnya. Kejadian yang begitu cepat hingga membuat hanya bisa terpaku memandangnya. Bayangan itu mengerang, dia terbatuk dan cairan merah keluar dari mulutnya. Dia terjatuh ditanah sambil memegang perutnya yang terus saja mengeluarkan darah, membentuk genangan merah disekitar mereka berdua.
"NEJIIIIIIIIII!!!!!"
Teriakan itu menyadarkanku. Ku lihat mata merah milik Sasuke melebar, dia menjatuhkan tubuh salah satu Assassin yang tadi dilawannya. Bisa kulihat beberapa luka di kening dan lengan miliknya. Sharingan miliknya berubah, mengingatkanku pada mata milik kakaknya, Itachi.
"Yurusenai," bisik nya pelan, namun ada amarah disana. Cakra miliknya meningkat, terfokus pada tangannya yang kini mulai membentuk bola listrik yang berkilatan.
"ZETTAI NI YURUSENAIIIIIIII!!!!!" teriak Sasuke keras, dia menerjang kearah Assasin yang melukai Neji, membawa Chidori miliknya tepat ke arah dada pembunuh itu. Erangan keras membahana di seluruh hutan ini. Kemudian menghilang.
Tinggal seorang lagi yang tersisa, dia hendak menyerang namun dengan cepat Sasuke menghindar. Dia kini berada dibelakang Assassin itu, menggenggam Katana Assassin itu di tangannya, menyebabkan luka baru dan darah segarpun langsung mengucur dari sela-sela telapak tangan Sasuke. Dengan cepat Sasuke segera mengayunkan Katana di tangannya ke perut Assassin itu.
"Yurusenai~ Yurusenai~ Yurusenai~" desisnya berulang-ulang.
Katana itu kini telah berlumuran darah, bukan hanya darah milik Sasuke tapi juga milik Assassin terakhir yang tubuhnya berkali-kali terkena sabetan benda tajam itu. Padahal tubuh Assassin itu kini tak bergerak, menandakan dia telah mati, namun Sasuke terus saja menghujamkan Katana itu ke tubuhnya tanpa ampun.
Katagiri-san tampak syok, tubuhnya gemetaran tepat di samping tubuh Neji yang pingsan di atas genangan darah miliknya sendiri.
Aku hanya terpaku.
"Sasu-" bisikku.
Yang kulihat hanya merah.
"Sa-sasu, biar aku saja yang menggendongnya,"
"Tidak, biar aku saja yang membawanya,"
"Ta-tapi lukamu…"
"Aku tak apa-apa,"
"Tapi Sas-"
"Aku bilang aku tak apa-apa, Dobe!!! Sekarang cepat jalan agar kita segera sampai!!!" bentaknya keras, sebersit amarah masih tampak jelas di kedua matanya ketika memandangku tajam.
"Ha-Haik,"
Akhirnya aku menurutinya. Aku berjalan sembari menopang Katagiri-san yang menjadi penunjukan jalan. Sesekali aku melihat Sasuke yang tampak kepayahan menggendong Neji di punggungnya.
Kenapa sih, dia keras kepala begitu?
Baru pertama kali ini aku melihat ekspresi Sasuke yang seperti itu, Dia yang begitu marah ketika melihat Neji terluka. Dia sama sekali tak pernah memperlihatkan wajah seperti itu ketika aku terluka, bahkan dia lebih sering mengataiku 'Bodoh'.
Lalu apa ini?
Ada apa denganmu, Sasuke?
Aku masih terus bergulat dengan pikiranku sendiri, meninggalkan Sasuke yang tampak berusaha keras menopang Neji di punggungnya. Beberapa saat kemudian kediaman Katagiri-san nampak di depan kami.
Hhhh… Syukurlah.
Aku duduk di samping ranjang Sasuke. Ruangan berukuran 4X5 ini hanya menyediakan dua ranjang. Di salah satu sudut sana Neji terbaring. Tertidur pulas setelah luka-lukanya di obati oleh salah satu perawat pribadi Katagiri-san. Luka-luka Sasuke juga sudah di obati. Sedangkan aku… luka fisik ini tak kurasa lagi.
Tapi luka di dada ini…
"Sasuke, Daijobu ka?" bisikku ketika melihat kelopak matanya terbuka.
Perlahan mata hitam itu mulai fokus, dia memandangku sejenak seakan memastikan kalau aku benar-benar Naruto.
"Hmmm… Neji wa?" tanyanya.
DEG!
Neji kah yang pertama kali kau pikirkan? Tak khawatirkah kau dengan keadaanku?
"Di-dia sudah tidur, luka-lukanya sudah diobati tadi," jawabku mencoba menahan getir di setiap kata yang ku ucap.
"Hmmm," pandangannya tertuju pada Neji yang tertidur di ranjang yang berseberangan dengannya. Aku hanya tertunduk ketika kulihat ada kelegaan terpancar di wajah miliknya.
Sebegitu cemaskah kau padanya?
"Gomen,"
"Eh?" mataku terbelalak seolah tak percaya atas apa yang di ucapkannya barusan. Tiba-tiba kurasakan kehangatan menjalar di tanganku. Kehangatan yang berasal darinya ketika menggenggamku. Wajahku sepertinya sedikit memerah.
"Gomen… aku membentakmu tadi," katanya lagi.
"Hmmm, sudahlah tak apa-apa,"
"Kau, tidak terluka kan?" genggaman di tanganku semakin erat ketika dia bertanya kembali.
"Un, ore… genki desu yo!" ujarku semangat, kuberikan dia senyumku yang paling lebar.
"Ck, Dobe!" Sasuke hanya tersenyum kecil. Membuat jantungku tiba-tiba berdebar kencang saat melihatnya. Beberapa saat tak ada dari kami yang berbicara lagi.
"A-aku menemui Katagiri-san dulu untuk melihat keadaannya," ujarku sambil bangkit dan melangkah keluar ruangan ini.
Entah kenapa di sepanjang Koridor aku tersenyum sendiri, ku lihat tangan yang tadi di genggam erat olehnya. Masih bisa kurasakan kehangatan di sana. Meskipun sedikit, aku begitu senang kau mengkhawatirkan aku.
Syukurlah Katagiri-san baik-baik saja, dia juga sudah aman dengan anak buahnya sekarang. Kami di ijinkan menginap beberapa hari sampai luka-luka Sasuke dan Neji sembuh.
Tak hanya itu, Katagiri-san juga memberikan sedikit Bonus pada kami. Hitung-hitung sebagai permintaan maafnya karena telah merepotkan kami.
Heheheh… lumayan, bisa buat makan Ramen sepuasnya nih…
Aku kembali menuju ruangan tempat Sasuke dan Neji dirawat, semoga saja mereka ada persediaan Futon jadi aku tak perlu tidur di lantai tanpa alas. Ku buka pintu perlahan, terlihat sosok tampak berdiri di samping ranjang Neji.
Eh? Sasuke ya? Lukanya kan belum sembuh benar, bisa-bisanya dia bangun dari tempat tidurnya. Hhhh…
"Sa-…"
Mataku terbelalak seketika, suaraku tercekat di tenggorokan sebelum selesai aku memanggil namamu.
Pernah kau bilang padaku tentang 'teman yang berharga' bagimu, dulu kupikir kalimat itu hanya ditujukan untukku, tapi kurasa kata-kata itu bukan lagi untukku. Kau telah menemukan 'Teman' itu…
Iya kan, Sasuke?!
Karena di sana aku melihatmu. Berada begitu dekat di sampingnya. Memandangnya yang tertidur dengan tatapan yang aku sendiri tak tahu bagaimana menjelaskannya. Tatapan yang sama saat dulu Sakura-chan sering membicarakan tentangmu, tatapan yang sama ketika Iruka-sensei memandang Kakashi-sensei yang terbaring di rumah sakit saat itu. Tatapan yang ingin aku miliki darimu, namun sekarang tatapan itu bukan kau tujukan untukku.
Perlahan kau genggang jemarinya, kau usap perlahan wajahnya. Seperti hembusan bayu yang diam-diam bergerak, seolah takut untuk menyentuh dan membelainya. Seakan dia adalah sesuatu yang berharga untukmu, kau jaga dan kau lindungi dengan hati-hati.
Aku yang bersembunyi dibalik pintu tak mampu mengalihkan pandanganku dari adegan itu. Apalagi ketika kau mencium punggung tangannya dan dengan perlahan kau kecup keningnya. Lama.
Ya, Tuhan…
Semuanya kini menjadi jelas, alasan kenapa kalian terlihat begitu akrab, alasan kenapa kau begitu mengkhawatirkannya hingga membentakku, alasan kenapa kau begitu keras kepala hingga nekat membawanya di punggungmu sedangkan kau sendiri terluka, alasan kenapa aku bisa melihat raut wajahmu yang seperti sekarang. Dan… alasan kenapa aku cemburu.
Ya, aku akui aku cemburu. Karena aku tahu, Kau mencintainya.
Kau mencintai Neji.
Iya kan, Sasuke?
Dengan segenap sisa tenaga kubawa kaki ini melangkah menjauhimu dan dia. Dibenakku, aku hanya ingin berlari… berlari…
Lari dan manghilang darimu.
Pikiranku kalut hingga tak tahu kemana arah menuntunku. Begitu sadar, aku sudah terduduk di antara rerimbunan pepohonan ini. Pikiranku kosong dan hanya berisi kilas balik kejadian di kamar tadi.
Kau memandangnya.
Kau membelainya.
Kau mengenggam tangannya.
Dan kau mencium keningnya.
"Sakit…" bisikku saat ku genggam erat kain baju tepat di dadaku.
Namun tak ada yang mendengar, hanya hembusan angin malam yang menemaniku. Hawa dingin dengan cepat menjalar keseluruh tubuh dan membuatku sedikit menggigil. Tanpa kusadari getar sesenggukan keluar dari mulutku, sungguh tak mampu lagi ku bendung tangis ini. Pada akhirnya ku biarkan air mataku terus mengalir tanpa henti.
Kau mencintainya…
Dan aku sadari,
Aku mencintaimu…
TBC
Ukh!!! TT_____TT *Mewek*
Naruuuuu-chaaaaaannnn~ *Peyuk-peyuk*
'Sakit'nya ya kalo lihat orang yang kita cintai malah mencintai orang lain, Hiks T.T, jadi curhat, heheh XDD
Ups!!! Kok TBC???
Tenang… fic ini hanya twoshot kok… chappie berikutnya udah FIN, dan akan segera sayah Publish (Karena memang sudah selesai sayah ketik ^^). Cuma sayah mau tau pendapat yang pada Baca and Review neh, kalo kisah macam begini (Triangle Love, maksudnya…) Ending yang 'Baik' ntu, gimana ya???!!! O.o
Buat yang nungguin Gakko e Ikimashou, sabar ya… Draft sudah ada tapi sayah belum 'Tergerak' untuk menyelesaikannya *Dikeroyok* mungkin akan sayah kebut setelah menyelesaikan Konayuki yang bentar lagi mau di Tamat'in, hehehe XDD
Yosh!
Read & Review, please! ^^
Sankyuu~