A/N : Yak! Mumpung gue lagi niat ngelanjutin yang ini, jadi... Lanjuts! Dan tau gak kalian ini gue lanjutin kapan? Jumat malam berlanjut sampe Sabtu pagi gara-gara gue nungguin #esp main. Main, dan MENANG! GO SPAIN! DAN DIA KEMBALI MENANG DENGAN MENGALAHKAN PORTUGAL! MUAHAHAH! ME LOVE YOU SO MUCH DAVID VILLA! XDD

Ehm. Maaf, gue galau. Hawa-hawa gregetnya masih ada ini. Hahaha! Dan gue mulai ngerasa kalo pasangan IkerxVilla sangat cocok. Sering banget mereka pelukan. Mana pelukan terakhir oh-so-sweet!

Disclaimer : Kazuki Takahashi. Ya kale tiba-tiba jadi punya gue.

Warning : Revertshipping, violance, hint of rape, sedikit blood, daaaaan... JEERSHIPPING! (tebar-tebar confetti) Mari kita sambut pasangan hot baru yang menggeser puppyshipping! JEERSHIPPING! (ditampol Sugar Baby) Oiya, kalimat italic itu kalimatnya Red Eyes.

Oiya. TRIPLE DATES udah update, lho! Jangan lupa dicek di bagian crossover YGOxDN, ya.

(kembali berjoget diiringi lagu-lagunya AR Rahman) Kebanyakan denger lagu India, lama-lama gue bisa bahasa India, ini... =3=


Entah sudah berapa lama Katsuya menghabiskan waktu di dalam penjara bawah tanah ini. Tangan dan kakinya masih terikat erat dengan rantai besi pada atap dan lantai batu penjara. Pakaiannya sudah robek disana-sini. Berbagai macam luka menghiasi kulit pucatnya dan warna merah darah menodai hampir seluruh bagian tubuhnya. Beberapa noda darah sudah mengering, namun ada juga yang masih mengalir deras dari luka yang menganga.

'Master...'

Katsuya membuka kedua matanya perlahan-lahan. Entah kenapa, kegiatan mudah semacam itu dapat memberikan rasa sakit yang luar biasa ke seluruh tubuhnya. Sepertinya ia sudah lelah sekali.

'Master, kumohon biarkan saya keluar sekarang! Akan saya habisi mereka!'

Katsuya mengerjap-ngerjapkan matanya berulang kali untuk membiasakan diri pada pencahayaan penjara yang kurang baik. Kepalanya masih pusing karena kurang tidur, selain itu suara yang terus menggema di dalam kepalanya itu menambah buruk sakit kepalanya itu.

'Master!'

"... Tidak bisa, Red Eyes..." bisik Katsuya lemah. Ia tahu, para penjaga di luar pasti mengira dirinya gila dengan bicara sendiri, tapi Katsuya sudah tidak peduli lagi. Ia harus bisa menenangkan naganya yang semakin hari semakin gelisah melihat perlakuan orang-orang biadab itu pada tuannya. "Yang Keith incar adalah dirimu. Aku tak mungkin membiarkanmu tertangkap."

'Dan saya tak bisa membiarkan Anda terluka terus seperti ini!' raung Red Eyes penuh kemarahan. Sudah lebih dari tiga hari sejak Katsuya mendapat penyiksaan seperti ini. Luka lama pada pundaknya saja masih belum sembuh benar saat luka kedua dibuat. 'Kalau Anda terus seperti ini, bisa-bisa Anda mati!'

"Lebih baik aku yang mati daripada kau tertangkap, Red Eyes..." desis Katsuya pelan sambil meringis kesakitan. Posisi tangannya yang terus menerus terentang di udara membuat persendiannya mulai sakit.

'Dan saya tak bisa membiarkan majikan saya mati!' seru Red Eyes. 'Saya mohon. Izinkan saya keluar dari Shadow Realm dan menolong Anda! Panggil saya! Katakan Anda butuh pertolongan, dan saya akan keluar secepatnya. Akan saya habisi mereka dengan satu serangan!'

"Tidak." balas Katsuya ketus. "Kau nagaku yang berharga. Tak mungkin aku membiarkanmu keluar untuk kemudian ditangkap oleh bajingan itu! Selain itu, aku tahu kemampuan tubuhku sendiri. Aku bisa mengatasi ini. Tenanglah, Red Eyes."

Ingin sekali rasanya Red Eyes membantah argumen sang majikan, namun mengingat sifat Katsuya yang keras kepala nampaknya itu akan sia-sia saja. Sang naga hitam itu untuk memutuskan untuk diam dan mengalah. Bagaimanapun juga, Katsuya adalah tuannya dan ia harus menuruti perkataan sang majikan.


Sementara itu, di Mesir sendiri sedang sibuk diadakan persiapan untuk menyelamatkan Katsuya. Prajurit-prajurit terpilih Mesir dipersiapkan untuk berlayar ke Domino dan menyelamatkan calon pendeta Anubis mereka yang diculik. Perlengkapan perang sudah siap dan dikemas ke dalam kapal.

"Seth. Kau tidak ikut?" tanya Atem pada sepupunya yang masih termenung di dermaga.

"Aku... Aku tak habis pikir kenapa ia menipu kita selama ini." bisik Seth sedih. Sang Pendeta Tertinggi Mesir masih tak dapat melupakan surat yang ditulis oleh Katsuya sendiri sebelum penculikannya. Dalam surat itu, Katsuya mengungkapkan dengan jelas siapa ia dan darimana asalnya. Bahkan, salam perpisahan dibubuhkan di akhir surat.

Atem menghela napas panjang sambil menepuk pundak sang sepupu. "Makanya, ikutlah dengan kami ke Domino. Tanyakan langsung padanya pertanyaanmu yang mengganjal itu."

"Tapi... Dalam suratnya ia seolah-olah tak ingin lagi bertemu dengan kita. Seolah-olah ia... sudah tak mencintaiku lagi."

Atem bisa merasakan kesedihan yang amat dalam dari nada suara Seth. Sang pemuda berambut cokelat itu tampak sangat terpukul dengan kepergiaan Katsuya. Bukan karena ia diculik, tapi lebih kepada kenyataan bahwa Katsuya memang merencanakan kepergiannya itu sebelum penculikan terjadi. Sang Pharaoh sendiri juga masih bertanya-tanya kenapa Katsuya merahasiakan ini semua. Padahal, bila sang pemuda berambut pirang itu berterus terang, ia dengan senang hati akan membantu Katsuya memperoleh kembali tahtanya.

"Aku juga tak tahu apa yang memotivasinya untuk bertindak ceroboh seperti itu." kata Atem. "Makanya, aku memutuskan untuk ikut menyelamatkannya. Supaya aku bisa bertanya langsung padanya."

"Atem!" panggil Yugi dari atas kapal. Sang pemuda bertubuh mungil itu berlari-lari kecil ke geladak mencari kekasihnya. Saat mata ametisnya mendapati sang Pharaoh masih di dermaga bersama Seth, Yugi bertanya, "Atem, apa yang kau lakukan di situ? Kau jadi ikut, kan? Lebih baik kau cepat naik. Kita akan segera berangkat. Seth, kau juga cepat naik!"

Seth menatap ragu Yugi yang berdiri di geladak kapal. Hatinya masih belum bisa memutuskan apakah ia akan ikut atau tidak. Ia masih bimbang. Sejujurnya, ia sangat ingin mendengar alasan Katsuya merahasiakan itu semua dari mulut orangnya langsung. Namun, ia sendiri juga takut kalau jawabannya adalah karena sang pangeran sudah tak mencintainya lagi. Membayangkan penolakan dari kekasihnya membuat sakit dada Seth.

"Seth." panggil Atem lembut. "Ayo."

Seth menatap ragu sepupunya. Hatinya ingin mencari kepastian langsung dari Katsuya, namun kakinya menolak untuk bergerak. Menolak untuk menerima kenyataan pahit yang mungkin akan diutarakan sang kekasih.

"Prioritas kali ini adalah menyelamatkan Jouno. Apapun jawaban yang akan kau terima nanti tak akan kau temukan bila kita terlambat menyelamatkannya." ucap Atem tegas.

Kalimat yang dilontarkan oleh sang Pharaoh dapat membuat Seth sadar akan situasi yang dihadapi oleh Katsuya. Ia ditangkap oleh orang-orang yang memberontak dan membantai keluarganya. Kemungkinan ia hidup sangatlah tipis. Walaupun hidup, pastinya sang pemuda berambut pirang itu akan mengalami luka-luka yang cukup serius. Jawaban atas segala pertanyaan yang ada di kepala Seth tak akan terjawab sampai akhir zaman bila orang yang menyimpan kunci misteri itu telah tiada.

Seth melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah menuju kapal. Dengan pasti dan terarah, ia berjalan beriringan dengan Atem.

"Tunggu aku, Jouno. Aku pasti akan menyelamatkanmu."


"Menyerahlah, Katsuya!"

"... Tidak akan..."

PLAK!

"Tidak ada gunanya kau melawan seperti sekarang! Cepat keluarkan nagamu kalau kau masih sayang nyawa!"

"... mimpi saja kau..."

PLAK! BUGH!

Pukulan dan tamparan bertubi-tubi menghantam tubuh kurus Katsuya. Jerit pelan penuh kesakitan terdengar tiap kali tangan Keith bertabrakan dengan kulit Katsuya. Tubuh kurus sang pangeran bergerak ke kiri dan kanan, seirama dengan pukulan-pukulan yang diberikan oleh Keith. Sayang, kekerasan membuat Katsuya semakin kuat dan menolak untuk memanggil naganya.

Keith mundur selangkah untuk mengambil napas. Sudah lebih dari satu jam ia berurusan dengan Katsuya. Berbagai macam metode sudah ia gunakan untuk memaksa pangeran bermata cokelat itu untuk memanggil naganya, tapi tak satupun dari penganiayaannya itu sanggup menjatuhkan mental Katsuya. Anehnya, Pangeran Domino ini malah tampak semakin tegar dari hari ke hari. Seolah-olah ia sudah siap mati di tangan Keith demi melindungi naganya.

"Mungkin kau perlu mencoba metode baru lagi, Keith." ucap Pegasus yang daritadi menyaksikan penyiksaan tersebut di sudut penjara. Seulas senyum kecil tersungging di bibir pucatnya. "Perlu kutunjukkan?"

"Diam kau, Pegasus!" bentak Keith tak sabar. "Aku lebih tahu mengenai hal ini! Kau diam saja disana!"

'Master! Biarkan aku keluar!' jerit Red Eyes. Ia sudah semakin tak sabar dan gelisah menyaksikan penderitaan majikannya. Ia ingin sekali keluar dari Shadow Realm, namun kekuatan magis Katsuya menahan naga hitam tersebut untuk tetap tinggal di Shadow Realm. 'Biarkan saya menolong Anda! Satu serangan lagi, maka Anda pasti akan mati!'

Katsuya tidak membalas perkataan Red Eyes. Ia terlalu lelah. Seluruh kekuatannya ia habiskan untuk menahan Red Eyes keluar ke dunia manusia. Ia tahu, Keith pasti menyimpan sebuah jebakan untuk naganya di suatu sudut di penjara ini. Awalnya Katsuya merasa janggal dengan ukuran penjara yang sempit, namun memiliki langit-langit luar biasa tinggi. Pasti Keith sudah mengantisipasi apabila Red Eyes Black Dragon keluar.

"Kalau kau tidak mau bekerja sama, lebih baik kau mati saja!"

Ucapan Keith barusan membuat Katsuya tersentak dan mendongakan kepalanya. Mata cokelatnya menatap tidak percaya ke arah Keith. Ini betul-betul diluar perhitungannya. Ia sama sekali tak memperhitungkan kalau Keith akan membunuhnya secepat ini. Padahal, ia berharap bantuan akan segera datang sebelum Keith memutuskan untuk mencabut nyawanya. Ini terlalu cepat.

Melihat pisau berkilat mengerikan yang digenggam Keith membuat Red Eyes semakin liar. Sihir Katsuya yang mempertahankan sang naga di dalam Shadow Realm semakin lama semakin melemah. Merasa ada kesempatan untuk keluar, Red Eyes mendobrak dinding sihir yang diciptakan sang majikan dengan lebih bersemangat. Mata merahnya mengerling khawatir ke arah Keith yang semakin maju dengan pisau teracung. Ia harus segera keluar dari Shadow Realm dan menyelamatkan majikannya, apapun yang terjadi!

"J... Jangan... Red Eyes..." bisik Katsuya lirih. Kekuatannya sudah semakin menipis akibat siksaan demi siksaan yang ia terima. Sekarang, ditambah dengan Red Eyes yang memberontak, sudah dapat dipastikan ia tak sanggup menahan naganya yang diamuk emosi itu. "Jangan keluar..."

'Maaf, Master. Saya terpaksa membangkang untuk kali ini. Saya tak mau membiarkan Anda mati.'

Kalimat tersebut adalah kalimat terakhir yang diucapkan Red Eyes sebelum sinar luar biasa terang menyinari penjara bawah tanah yang remang-remang dan pengap itu. Sinar itu begitu menyilaukan, sampai-sampai semua orang di istana dapat melihat sinar magis itu, tak peduli ia berada dimana. Sinar tersebut muncul beriringan dengan raung kemarahan sang naga yang menggetarkan tiap sudut istana. Perlahan-lahan, sosok besar dan hitam sang naga mulai terbentuk di atas Katsuya. Setelah sosok naga itu terbentuk seutuhnya, Red Eyes memberikan satu raungan kemarahan yang membuat bulu kuduk berdiri.

"Akhirnya!" seru Keith gembira. Ia langsung menjentikkan jarinya di udara sebelum Red Eyes memulai serangan.

Tiba-tiba, dari atap penjara turunlah sebuah jaring yang luar biasa besar tepat ke atas Red Eyes. Dengan ruang penjara yang sempit, Red Eyes tak punya kesempatan untuk kabur. Dalam hitungan detik, jaring tersebut sudah membelit ke sekujur tubuh sang naga. Sayap besarnya yang mengilap terlipat dengan sangat menyakitkan di belakang punggungnya. Kedua kaki depannya terlipat, tak sanggup diregangkan. Kaki depannya berusaha merobek jaring tersebut, namun aliran magis langsung membuat Red Eyes meraung kesakitan.

"... Red..." bisik Katsuya sedih. Ia memberontak dari belenggu yang mengikatnya saat melihat naga kesayangannya tersiksa seperti itu. "... Lepaskan... Lepaskan Red..."

"Membebaskannya? Jangan bercanda." dengus Keith, mengejek. Ia memerintahkan beberapa prajurit untuk menyeret Red Eyes Black Dragon keluar dari penjara dan menuju tempat pelatihannya. "Susah payah aku mencoba mengeluarkannya dari tempat persembunyian, dan sekarang kau mau aku membebaskannya? Hah!"

"Brengsek!" jerit Katsuya penuh emosi. Kilat penuh kebencian tampak jelas di mata cokelatnya. "Apa yang akan kau lakukan padanya?"

"Pertama-tama, aku akan melatihnya supaya ia menurut padaku." sahut Keith dengan entengnya. "Setelah itu, aku akan menggunakannya untuk membunuhmu. Kau suka itu, Katsuya?"

"Bedebah!" seru Katsuya. Ia memberontak semakin liar dari rantai yang mengikatnya. Ingin sekali rasanya ia melayangkan satu pukulan telak ke wajah menyebalkan yang sedang tertawa itu. "Kau... Kau tidak akan bisa memiliki Red Eyes!"

"Kau yakin? Nagamu itu seperti binatang peliharaan lainnya. Ajari ia untuk mengetahui siapa tuannya yang sesungguhnya. Beri ia imbalan bila bersikap sesuai yang diinginkan, dan hukum dia bila ia menolak bekerja sama." kata Keith disertai cibiran.

Katsuya menggertakkan giginya, kesal. Ia merasa sangat lemah karena tak bisa melindungi dirinya dan naganya.

"Nah. Bila kau tak keberatan, aku harus melatih naga itu." kata Keith sambil berjalan menuju pintu keluar. Sebelum ia keluar dari penjara, ia berbalik dan menatap Pegasus. "Aku sudah selesai dengannya. Kau bisa ambil dia sekarang."

Mata Katsuya membelalak lebar saat mendengar pernyataan tersebut. Keith memberikannya kepada Pegasus? Itu artinya...

"Sudah lama aku menanti saat ini." gumam Pegasus. "Sekarang, tak ada yang bisa mengganggu kita. Tidak ada Red Eyes, tidak ada Pharaoh, dan yang jelas tidak ada si brengsek Seth."


Sesuatu mendobrak dalam diri Seth. Sang pemuda berambut cokelat itu meringis kesakitan saat dadanya terasa sesak. Seolah-olah beban yang begitu berat menimpa dadanya dan menghimpitnya. Selain rasa sakit itu, Seth juga merasakan panas menyebar ke seluruh tubuhnya. Ini sama persis seperti saat ia memanggil naganya. Tapi, ia tak memanggil Blue Eyes sama sekali.

Tiba-tiba, sinar terang muncul disertai raung kesakitan. Sesosok naga berwarna putih mulai terbentuk di antara sinar tersebut. Sayap putihnya terentang begitu lebar, namun kepalanya yang biasa terangkat angkuh entah kenapa tampak terkulai lemas tak berdaya. Setelah cahaya itu sedikit meredup, barulah Seth dan yang lainnya dapat melihat sosok Blue Eyes White Dragon, tersungkur di geladak kapal. Jeritan pelan penuh kesakitan keluar dari mulut sang naga putih.

"Blue Eyes! Ada apa?" tanya Seth sambil menghampiri naganya, khawatir. Ia langsung bersimpuh di samping moncong Blue Eyes untuk memeriksa kondisi sang naga.

"Akhmer..." bisik Blue Eyes lirih. "Seseorang melukainya. Memisahkannya dari majikannya..."

"Akhmer?" ulang Seth. Ia tak pernah mendengar orang – atau monster – dengan nama itu. "Siapa...?"

"Red Eyes." desis Blue Eyes. Mata birunya menyiratkan kesakitan yang amat sangat. "Seseorang memisahkannya secara paksa dari Katsuya. Dan orang itu... Orang itu menyiksanya... Memaksa Akhmer untuk turut padanya..."

Mata Seth terbelalak. Red Eyes Black Dragon dipisahkan secara paksa dari Katsuya? Apa yang terjadi pada kekasih berambut pirangnya itu? Jangan-jangan...

"Jou... Jou belum mati, kan?" bisik Yugi panik. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya dan tubuhnya sedikit bergetar membayangkan nasib sahabatnya.

Atem yang berdiri tepat di samping Yugi langsung merangkul pasangannya ke dalam dekapan hangat. Belaian lembut ia berikan kepada Yugi untuk menenangkan sedikit kegundahan yang melanda Yugi. Bisikan lembut yang menenangkan juga ia desiskan ke telinga Yugi. "Tenanglah, Yugi." bisiknya pelan. "Jou pasti tidak apa-apa. Ia pasti selamat."

Sementara itu, sang Pendeta Tertinggi bermata biru, Seth, juga mempunyai pertanyaan yang sama dengan Yugi. Apa yang terjadi sampai-sampai Red Eyes dapat dipisahkan dari Katsuya? Selain itu, naganya, Blue Eyes, tampak sangat kesakitan. Mau tak mau, Seth jadi memikirkan hal-hal negatif terjadi pada kekasihnya.

"Semoga kau selamat disana, Jouno..."


Seorang pria berambut cokelat sedang berjalan dengan langkah panjang dan lebar di sebuah koridor istana. Ia terlihat sangat terburu-buru dan raut kekhawatiran tampak jelas di wajahnya. Beberapa orang pelayan istana yang berpapasan dengannya memberikan anggukan penuh hormat, namun hanya dibalas seulas senyum kecil sebelum pria ini melanjutkan perjalanannya.

Pria ini adalah Varon. Salah satu prajurit terbaik milik Keith. Awalnya dia , Amelda, dan juga Rafael adalah pengawal setia Raja Domino sebelumnya, namun akibat iming-iming yang diberikan Keith, ketiganya membelot. Mereka bahkan juga membantu Keith untuk menerobos masuk istana dan membunuh raja. Pada ekspedisi terakhir mereka ke Mesir dalam rangka mencari sang Pangeran Domino yang hilang, ia beserta dua rekannya itu juga ikut.

Bila diingat-ingat, Varon merasa bodoh sekali bisa tergiur akan imbalan dari Keith. Memang benar Varon menginginkan kekuasaan dan ditakuti semua orang, tapi bukan dengan cara seperti ini. Sudah berkali-kali ia ingin keluar dari pasukan Keith, namun tak ada kesempatan sama sekali. Varon sudah tak tahan lagi dengan sikap otoriter Keith. Ia tak tahan kalau harus terus menerus melihat rakyat menderita di bawah pemerintahan Keith.

Akhirnya Varon berhenti di sebuah kamar dengan double doors. Ia melihat ke kiri dan kanan, takut ada orang lain di koridor tersebut. Setelah yakin kalau tak ada siapa-siapa disana, Varon mulai mengutak-atik kunci pintu tersebut. Pemilik kamar ini sebenarnya adalah Pegasus. Kebetulan pria berambut platinum itu sedang berjalan-jalan mengitari pusat kota bersama dengan Keith. Sepertinya keduanya sedang membicarakan langkah selanjutnya untuk menaklukkan Red Eyes Black Dragon.

Berbicara tentang Red Eyes, Varon merasa sangat kasihan dengan naga tersebut. Sudah lebih dari seminggu ia tak dapat meninggalkan sangkarnya yang sempit. Untuk meregangkan sayap saja ia tak sanggup. Selain itu, mulutnya selalu diberangus supaya tidak melukai orang lain. Hal ini dilakukan untuk mendidik sang naga supaya mematuhi Keith sebagai tuannya yang baru.

KLIK!

Akhirnya, pintu kamar terbuka. Cepat-cepat Varon langsung menyelinap masuk sebelum menutup kembali pintunya. Varon menghela napas panjang, lega karena misinya berhasil sejauh ini. Setelah berada di dalam kamar, ia memperhatikan sekeliling kamar yang cukup besar itu. Meskipun besar, perabotan yang ada di dalam kamar tidaklah terlalu banyak. Hanya ada sebuah wardrobe, meja dan kursi kecil di dekat french window, serta sebuah tempat tidur besar dengan kanopi. Saat itu, tirai kanopi diturunkan dan hampir menutupi tempat tidur. Meski demikian, Varon masih dapat melihat sesosok pemuda terbaring lemah di atas tempat tidur itu.

Dengan langkah pelan, Varon berjalan mendekati tempat tidur. Begitu sampai di samping tempat tidur, dengan gerakan yang sangat lembut dan sebisa mungkin tak bersuara, Varon menyibakkan tirai untuk mendapati sosok Katsuya terbaring disana.

Sedih rasanya saat Varon melihat sosok sang Pangeran Domino yang sudah ia kenal betul sekarang terbaring tak berdaya seperti ini. Bekas-bekas luka akibat penyiksaannya di penjara bawah tanah masih terlihat jelas di sekujur tubuhnya; mulai dari luka gores, tusukan, lebam, bahkan bekas cambuk di punggungnya. Yang lebih mengenaskan lagi, beberapa luka tusukan masih belum sembuh total. Satu hal lagi yang membuat Varon sedih adalah kenyataan bahwa Katsuya ditinggalkan begitu saja tanpa busana sejak ia dibawa ke kamar Pegasus. Hal ini menguntungkan bagi mantan pendeta tersebut untuk memperkosa Katsuya kapan saja ia mau. Untuk mencegah Katsuya melarikan diri, kakinya diikat dengan rantai ke kaki-kaki tempat tidur dan tangan kanannya terikat erat ke headboard.

"Katsuya." panggil Varon lembut. Ia berusaha membangunkan pemuda berambut pirang yang pingsan ini. "Katsuya, bangunlah."

Tak butuh waktu lama bagi Varon untuk membangunkan Katsuya. Beberapa detik kemudian, sepasang mata cokelat telah terbuka lebar. Ketakutan dan panik tampak jelas di kedua lautan cokelat tersebut. Kaget karena menemukan sosok Varon di depannya, Katsuya langsung bangkit dari tempat tidur dan meringkuk di sudut tempat tidur, berusaha menjauhi uluran tangan Varon.

"Ma... Mau apa kau...?" tanya Katsuya dengan suara dan tubuh bergetar hebat. Ketakutan tampak jelas di wajahnya.

Varon mendesah panjang. Ia seharusnya tahu kalau reaksi seperti ini yang akan ia peroleh. Sudah hampir seminggu lebih Katsuya berada dalam cengkeraman Pegasus. Orang brengsek itu pasti sudah berkali-kali menyiksa dan melakukan tindakan tidak senonoh pada Katsuya.

"Katsuya... Pangeran. Aku datang kemari untuk membebaskanmu." kata Varon sambil tersenyum. Ia berusaha menenangkan Katsuya yang masih panik. Ia mengulurkan tangan untuk menyentuh Katsuya, namun langsung ditampik oleh sang pangeran.

"JANGAN SENTUH AKU!" bentak Katsuya.

Varon menarik uluran tangannya sambil menatap sosok Katsuya yang gemetaran di sudut tempat tidur. "Pangeran, izinkanlah saya mendekat supaya saya bisa membebaskan Anda." pinta Varon sehalus mungkin. Wajar saja kalau Katsuya bersikap seperti itu. Entah sudah berapa kali Pegasus melakukan tindakan tercela itu dengannya.

Katsuya tak membalas perkataan Varon. Ia bahkan mengalihkan matanya dari sosok pria berambut cokelat di depannya. Air mata mulai perlahan menuruni matanya dan membasahi pipi sang pangeran.

Tak kunjung mendapatkan balasan dari Katsuya, Varon memutuskan untuk mengambil inisiatif sendiri. Ia mulai merangkak dan meraih kaki kiri Katsuya yang terikat. Merasakan sesuatu meraih pergelangan kakinya, Katsuya mulai memberontak untuk melepaskan cengkeraman pada kakinya. Namun, mengingat kondisinya yang sangat lemah, dengan mudah Varon berhasil menahan kaki sang Pangeran Domino dan mengeluarkan kunci yang ia curi dari Pegasus. Hanya perlu satu kali putaran kunci dan belenggu yang mengikat kaki Katsuya terlepas.

Katsuya menghentikan pemberontakannya dan menatap bingung ke arah Varon sementara pemuda berambut cokelat itu sibuk membuka belenggu di kaki kanan. "... Kenapa kau menolongku...?" tanya Katsuya dengan suara serak.

"Karena saya tak sanggup lagi melihat Anda tersiksa seperti ini." sahut Varon. Ia baru saja selesai membuka belenggu di kaki kanan. Sang prajurit Domino ini bahkan mulai bergerak mendekati Katsuya dan meraih tangan kanan sang pemuda berambut pirang itu. Dengan satu ayunan belati, tali yang mengikat pergelangan tangan Katsuya berhasil diputuskan.

Katsuya mengusap-usap pergelangan tangan dimana tali-tali berusan mengiris kulitnya yang sensitif. Sesekali ia mengerling ke arah Varon yang saat itu sibuk mencari-cari pakaian yang bisa dipakai oleh Katsuya. "... Apa ini jebakan?"

"Tidak." jawab Varon sambil meletakan satu set pakaian yang berhasil ia temukan. "Maaf, hanya ini yang bisa saya temukan di kamar ini, Pangeran. Pakailah."

Ragu-ragu, Katsuya mengenakan pakaian yang dibawa oleh Varon. Butuh waktu yang cukup lama bagi Katsuya untuk mengenakan pakaian tersebut dikarenakan luka-luka di sekujur tubuhnya. Berkali-kali sang Pangeran meringis kesakitan saat material pakaian bertabrakan dengan luka di tubuhnya. Akhirnya, dengan susah payah, Katsuya berhasil mengenakan pakaian tersebut.

Varon tersenyum saat melihat Katsuya sudah selesai mengenakan pakaiannya. "Bawalah pedang saya ini, Pangeran." kata Varon sambil memberikan sebuah pedang pada Katsuya. Ia juga mengikatkan jubah hitam panjang ke pundak Katsuya. "Jubah ini untuk menutupi wajah Anda. Setelah keluar dari kamar ini, segeralah menuju menara utara. Adik Anda disekap di puncak menara."

"Shizuka?"

Varon mengangguk. "Menara itu tidak dijaga terlalu ketat. Anda pasti bisa melewati prajurit-prajurit kacangan yang berada disana. Setelah Anda membebaskan Tuan Putri, segeralah menuju taman dalam istana. Disana Anda akan menemukan sebuah sangkar besar dengan Red Eyes Black Dragon di dalamnya. Bagian ini mungkin akan sedikit sulit karena banyaknya prajurit yang berjaga. Tapi, tenanglah. Saya akan membantu Anda untuk membebaskan naga Anda. Setelah Red Eyes berhasil dibebaskan, segeralah pergi sejauh mungkin dari istana."

Selama instruksi dari Varon, Katsuya menatapi sosok prajurit itu dengan tatapan bingung. Akhirnya, setelah penjelasan dari Varon selesai, Katsuya memberanikan diri untuk bertanya, "Kenapa kau menolongku?"

Varon terdiam sesaat. Keraguan terlihat di kedua bola matanya.

"Maaf kalau saya lancang." bisik Varon sangat pelan, bahkan Katsuya hampir tak bisa mendengar bisikan tersebut.

Tak lama setelah Varon bebisik seperti itu, Katsuya dapat merasakan jari-jari Varon menyelinap ke bawah dagu sang pangeran dan mendongakkannya. Sebelum Katsuya sempat memprotes tindakan Varon, bibirnya telah terkunci dengan sepasang bibir lainnya milik Varon. Kejadian itu terlalu tiba-tiba, sampai Katsuya tak sempat bertindak apa-apa. Yang ia lakukan hanya berdiri dan terpaku menerima ciuman yang diberikan Varon.

Akhirnya, setelah beberapa saat kedua bibir mereka saling bertautan, akhirnya Varon menjauh juga. Ia menatap wajah Katsuya yang memerah sambil tersenyum kecil. "Pergilah. Selamatkan adikmu dan Domino." Varon kemudian langsung melesat meninggalkan Katsuya seorang diri.

Katsuya masih terpaku beberapa saat di tempatnya berdiri. Tangan kanannya tanpa sadar bergerak naik dan menyentuh bibirnya dimana Varon baru saja mengecupnya.


Shizuka terlihat berjalan hilir mudik di kamarnya yang sempit. Berita bahwa kakaknya tertangkap sudah sampai di telinga sang putri. Sejak berita penangkapan sang pangeran menguar, Shizuka tak dapat tidur tenang. Ia selalu khawatir akan nasib buruk yang menimpa kakaknya itu. Kenyataan bahwa Keith adalah orang yang sadis juga tidak membuat hati sang tuan putri tenang.

Di tengah kepanikannya, Shizuka mendengar ribut-ribut dari arah luar. Penasaran dengan apa yang terjadi di luar sana, Shizuka memutuskan untuk mengintip melalui lubang intip yang ada pada pintu kayu kamarnya. Betapa terkejutnya ia saat mendapati para penjaga yang semula mengawasi kamarnya dengan ketat telah tumbang tak sadarkan diri.

"Ada apa ini?" bisik Shizuka panik.

Kepanikannya semakin meningkat saat ia mendengar bunyi kunci yang diputar, menandakan seseorang akan masuk. Sang putri berambut cokelat itu merangsek mundur hingga punggungnya bertabrakan dengan tembok.

"Shizuka?"

Mata Shizuka membelalak lebar saat sosok berjubah hitam itu menurunkan tudungnya. Seorang pemuda dengan rambut pirang dan mata cokelat bagaikan madu berdiri di depannya. Wajah yang tak pernah Shizuka lupakan.

"Kakak!" seru Shizuka gembira. Ia langsung berlari menyambut dan memeluk kakaknya dengan sangat erat. "Kakak! Syukurlah kau selamat!"

Katsuya tersenyum kecil seraya memeluk balik Shizuka. Sudah lama sekali ia tidak melihat adik kecilnya. Ternyata, sang adik kecil sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan sangat menawan. "Aku datang untuk menjemputmu, Shizuka." bisik Katsuya pelan sambil mengecup kening sang adik. "Ayo kita pergi dari sini."

Katsuya menggandeng Shizuka keluar dari kamar tersebut. Ternyata, Honda sudah menanti keduanya.

"Shizuka, pergilah dengan Honda. Lari sejauh mungkin." kata Katsuya sambil menyerahkan tangan Shizuka pada Honda.

"Kakak tidak pergi bersama denganku?" tanya Shizuka panik. Raut kekhawatiran dan takut mulai terlihat lagi di wajahnya, menggantikan kegembiraan yang beberapa menit lalu tercipta.

"Ada seseorang yang harus kuselamatkan dulu sebelum pergi dari sini." sahut Katsuya sambil tersenyum. Ia mengelus rambut cokelat sang adik dengan lembut untuk menenangkan kegundahan Shizuka. "Tenanglah, Shizuka. Aku pasti akan selamat. Sekarang, pergilah."

"Tuan Putri, ayo." ajak Honda sambil menarik tangan Shizuka.

Sang Tuan Putri masih tak ingin meninggalkan kakaknya seorang diri di istana. Ia ingin membantu Katsuya sebisa mungkin. Tapi, Shizuka menyadari kalau keberadaannya di samping Katsuya justru akan semakin menyulitkan misi sang kakak. "Hati-hati, Kak." kata Shizuka lembut sambil mengecup lembut bibir Katsuya.

Katsuya balas mengecup Shizuka sambil berbisik, "Kau juga. Sekarang, pergilah. Lari sejauh mungkin."

Tanpa perlu dikomandoi dua kali, Honda dan Shizuka langsung berlari menuruni tangga dan menghilang di sebuah lorong rahasia menuju tempat pelarian mereka.

Katsuya menghela napas panjang saat sosok keduanya sudah tak tampak lagi. Ia menutup lorong rahasia itu untuk menghilangkan jejak keduanya. Katsuya bisa mendengar dari kejauhan raung kesakitan Red Eyes. Itulah tujuan berikutnya. Katsuya harus bisa menyelamatkan Red Eyes Black Dragon, apapun yang terjadi.

Dengan kecepatan tinggi, Katsuya berlari menuruni tangga menara menuju taman dalam dimana naganya disekap.

"Red Eyes. Tunggu aku. Aku pasti akan menyelamatkanmu."

TBC


Bakura : Yeah! Review reply kembali kita kuasai! MUAHAHAHAHAHAHA!

Marik : MUAHAHAHAHAHAHAH!

Atem : MUAHAHAHAHAHAHAH!

Ryou : ... Kacangin aja tiga orang galau ini. Yuk, kita berbales review. Hehehe.

= YuuRi Uchiha-Namikaze =

Malik : Yeiy! Firasat Anda benar! Anda dapet jackpot berupa ciuman mesra dari Keith!

Atem : Ih. Biar cowok di dunia tinggal Keith, ogah gue disosor sama bapak-bapak tampang mesum bin cabul kayak dia. Hiiii~~ Eh, biarin gue narsis! Gue emang keren, banyak fansnya! Ganteng, lagi! Hahaha!

Marik : Hoo... Ganteng tu yang di atap, bukan?

Atem : ... Itu genteng, bego...

Jou : Yeiy! Gue ketang... EEEHHH! Kok yang ini malah seneng gue ketangkep, seh! Gue gak jadi seneng, deh...

Yugi : Sip, sip! Authoress gak bakal hiatus lagi, deh. Hehehe. Makasih reviewnya!

=Uchiha 'Haruhi' Gaje =

Bakura : Hedwig? Fawkes? Itu bukannya peliharaan kacung saya di Inggris?

Malik : Kacung pale lo! Iya, nih! Para yami cemburu gara-gara gak dapet jatah dari hikarinya! Hahaha! Mamam tu taruhan! Sok you know, sih, kalian. Eh, tapi Inggris kalah kemaren. Wasitnya goblok. ITU GOL, MONYET! Gue sumpahin tu wasit pulang dihajar Hooligans!

Seth : Wah, kalo mau direkam boleh aja. Asal, buat konsumsi pribadi. Kalo sampe bocor ke halayak ramai, nanti video saya sama Jou bisa lebih heboh dan dahsyat daripada video Ariel Peter*piip* Ntar, bukan cuma sekedar jadi TT selama 3 hari di Twitter. Bisa-bisa video mesum saya sama Jou bertahan di TT selama-lamanya.

Jou : ... Aish... pacar gue belagak seleb banget... Anyway, makasih reviewnya, ya, Haruhi!

=Nouver Jeevas =

Atem : Jangankan Anda. Ini Authoress-nya ngetik adegan itu sambil merinding disko. Tutup mata pula. Dasar authoress tidak bertanggung jawab...

Marik : Hush! Digaji kita sama dia. Jangan ngomong yang aneh-aneh. Kalo lo dipotong gaji, mati lu. Ah, iya. Itu authoress matanya lagi siwer sepertinya. Maaf, ya. Maksudnya revert, kok. Bukan puppy. Hehehe.

Varon : Yeaaah! Akhirnya Tuhaaann! Ada juga yang ngedukung jeershipping disini! (sujud sembah) Makasih dukungan sama reviewnya, ya, Nouver! Jangan lupa dukung jeershipping lagi! Hehehe.

Jou : Jeershipping tu siapa sama siapa, sih? Kok baru denger...?

Yugi : Kamu sama Varon.

Jou : Oh... EEEHHH!

= 101 hiru yorunita =

Bakura : LEBAY WOI TEREAKANNYA! PAKE TOA AJA SEKALIAN BIAR MANTEP! Che! Iya, tuh. Si Seth sama Jou keasikan di meja makan sampe bikin gue dan yang lainnya mules-mules gaje ditambah hasrat mendalam untuk menyeret hikari masing-masing ke kamar dan ber*piiip*. Kapan-kapan kita eightsome, yuk.

Marik : Ayok! Tapi, pasti Malik gak mau. Jou? Jadi rebutan? Hmmm... Gue gak ngerebutin dia. Gue udah punya Malik cintaku, permata hatiku, matahari di kala siang dan bulan di kala pagi, angin kehidupanku, ma...

Atem : AARRGGGHH! GOMBALAN LO LEBIH JIJAY DARIPADA GOMBALANNYA SI SETH!

Seth : Mohon maaf untuk gombalan barusan. Terima kasih buat reviewnya, yorunita.

= Sweet lollipop =

Jou : Yeiy! Loli! Eh, masa' authoress beli lolipop gede aku gak dikasih. Jahaat...

Seth : Mau loli, atau... 'loli'?

Jou : Hah? Bedanya apa, deh. Iya, nih! Ih! Ada om-om senang yang pegang-pegang gue!

Keith : EH! Lo gue towel aja kagak! Reaksinya gak usah lebay gitu, napa? Makasih reviewnya, lollipop.

= ReddishDragonoid =

Mokuba : Yeiy! Beneran mau di Sungai Nil! Asoy! Ntar kita naik kapal aja, ya. Biar lebih romantis gimanaaa gitu. Hehehe. Mau nyeburin kakak? Dalam rangka apa, nih? Cebur-ceburan kan biasanya kalo ada yang ulang taun. Hehehe.

Atem : Nggak. Gue gak sirik. Gue JIJIK! Man! Gue masih merinding sampe sekarang kalo inget adegan jijay bajay alamak jan itu!

Seth : Berlebihan banget, Tem... Addduuuhh! Ini kenapa pada dukung jeershipping, sih? Udah pada bosen sama revert atau puppy, ya?

Bakura : Si authoress aja udah berkali-kali mengakui dia udah bosen. Gara-gara dia eneg bikin tugas dengan keluarga kalian berdua.

Seth : Ye! Itu bukan gue yang minta juga! Anyway, makasih reviewnya, Kuzu.

= Messiah Hikari =

Atem : Nah. Ini, nih. Orang yang hobinya nyiksa gue. Di twitter dia udah mulai bilang mau nyiksa gue sama Aibou lagi.

Marik : Yaudah, lah. Dirasa banget, sih, lo. Eh, cuy! KITA DIMAMPUS-MAMPUSIN SAMA ORANG INI!

Atem : Tuh, kan. Emang dasar ni anak satu doyan banget ngeliat gue merana. Apa gue jadi tambah hot, seksi, dan ganteng kalo lagi merana, ya?

Amelda : Ohohoho! Scene tarungnya emang keren karena ada gue yang AWESOME ini! Ahahahah!

Varon : Yeah! Dan ada jeer! Muahaha! Ngeraep Jou? Hmm... Pengen, sih. Tapi, kayaknya nggak, deh. Cintaku terlalu dalam pada Jou sampai-sampai aku tak rela kalau harus meraep makhluk seindah Jou. Halah. Ngomong apa, deh gue... Makasih reviewnya, Messiah! Dukung jeer, ya! Ahaha!

= Shinrei Azuranica =

Jou : Bisik-bisik tetangga? Kamu bisik-bisik apa sama tetangga?

Seth : Nggak. Itu... ngomongin rumputnya kok bisa lebih ijo dari halaman kita. Hehehe.

Rafael : Jawaban lo kreatif banget. Sangat kreatif. Saking kreatifnya, lo membuat Da Vinci bangkit dari kubur dan menampol lo dengan lukisan Monalisanya dengan gemas.

Jou : Dan semua orang mendukung adanya jeer... Seth-baby, sepertinya aku harus berpisah sementara darimu, wahai belahan jiwaku. Kisah cinta kita tidak didukung. Ihiks...

Rafael : Sebelom ini berlanjut ke adegan telenovela – atau lebih buruk lagi, sinetron – saya cut disini. Maksih reviewnya, Shinrei.

= Fujoshinki – akut =

Marik : Yaudah, lah! Orang-orang ini terlalu dirasa kalo telat review. Santai aja kayak di pantai! Hehehe.

Yugi : Waaahh... mau debat bahasa Inggris? Good luck, ya! Selamat berjuang!

Ryou : Walah... Dia minta Seth cepet-cepet ambil Jou balik biar bisa dikawinin.

Malik : Pst! Nikah dulu baru kawin! Anyway, makasih reviewnya, ya!

= MoonZheng =

Marik : Sama. Itu authoress masih merinding disko kalo inget adegan yang dia ketik. Mungkin pas ngetik gak terlalu ngefek gara-gara dia ngetik sambil tutup mata. Metode yang biasa dia pake kalo lagi ngetik lemon. Hehehe.

Bakura : Emang tiga orang ini (nunjuk Varon, Amelda, sama Rafael) eksisnya di tipi doang. Kan authoress ngikutin yang tipi, bukan manga.

BEWD : (gigit MoonZheng)

Seth : Bagus, Blue Eyes. Gigit terus sampe putus kepalanya! Seenaknya ngatain gue kuper!

Keith : Itu diaaa! Pengennya 'nusuk' bagian lain juga. Cumaaaa di skrip gak ada bagian saya ngeraep si Jou. Yah, sedih deh...

Atem : Sebelom pembicaraan kita masuk ke rated M, ada salam dari authoress. Dia bilang : "EEA LO JUGA MANA, CUUUYY GAK DI-UPDATE-UPDATE!" sekian. Makasih reviewnya, MoonZheng!

= Arsy Yugi =

Seth : Akhirnya! Ada juga yang suka adegan di ruang makan! Hahaha! Emang gombalan gue maut!

Varon : Jou gak diculik Keith. Gue yang nyulik. Abis itu mau gue bawa ke kantor agama terdekat biar bisa langsung nikah, kawin, terus punya anak. Iya, gak, Jou?

Jou : ... Iyain aja, deh...

REBD : Ha? Jadi lo mau majikan gue luka-luka? Biarpun Jou itu rada-rada masochist dikit, bukan berarti gue tega ngeliat dia kesiksa gitu!

Seth : Jou... masochist?

REBD : ... Ups. Kelepasan. Hehehe. Ehm. Makasih reviewnya, Arsy!

= kuroichi-hara =

Seth : Akhirnya, Tuhaaaannn! Ada juga yang merestui gue sama Jou! (sujud-sujud)

Jou : Tapi, dia seneng ngeliat aku menderita. Pake lahir-batin segala, lagi... Hiks. (pouts)

Yugi : Ah, gak apa-apa. Authoress juga sering ngomong ngelantur, kok. Heheh. Makasih reviewnya!

=Dika the Reborned Kuriboh =

Seth : Oh, emang saya mesra. Muahahahah! (ketawa narsis)

Marik : Ih. Tem, sepupu lo, nih. Narsisnya ngalahin elu. Eh, jelas gue il-feel, lah! Emang gue akuin kalo gue juga hobi ngegombal ke Malik, tapi ngeliat orang ngegombal sama ngegombalin orang tu efeknya beda! Mending gue ngegombalin orang aja daripada ngeliat orang ngegombal. Ih!

Jou : Iya, nih. Padahal tadinya gak mau kabur, tapi di skrip ditulisnya begono.

Rafael : Terima kasih duelnya dibilang bagus. Terima kasih juga buat reviewnya, Dika.

= Fusae 'LeeBumYeHyun' Deguchi =

Yugi : Waow! Pe-review baru, teman-teman! Selamat datang di fandom gaje ini, ya! Hehehe. Oh, baru ngikutin serinya di tipi? Sip! Ikutin terus aja, ya! Tenang, sebagian besar cerita di fandom ini gak bakalan ada permainan kartunya yang ribet. Saya aja sampe sekarang suka bingung. Hehehe.

Seth : Iya. Kaiba Seto itu reinkarnasi gue di masa depan. Gue itu... hampir mirip sama Seto, cuma kulit gue lebih eksotis. Gelap gimanaaa gitu.

Bakura : Ih. Narsis sekali lagi gue tempeleng lo! Gue adalah Yami dari Bakura Ryou. Yaaah, bisa dibilang hubungan kita kayak Yami sama Yugi. Yami tu yaminya Yugi, dan Yugi tu hikarinya Yami. Marik sama Malik juga sama. Tapi, gue ogah disamain sama dua orang itu! Gue itu yang paling AWESOME!

Ryou : Semoga penjelasan yang ngaco ini bisa sedikit membantu. Hehehe. Kalo mau tanya lagi, jangan sungkan-sungkan! Tanya aja! Dan terima kasih buat reviewnya!