A/N : Cerita baru dari gue. Ehehehe. Duh, tanggungan gue di fandom Harry Potter masih numpuk, tapi gue lagi males ngerjainnya. Muse di Harry Potter udah ilang… Uhuhuhu… Sekarang, muse baru gue adalah YUGIOH dan HETALIA! Ahahahahaha!! Ehm.
Disclaimer : Punya Kazuki Takahashi. Sumpah, gue bosen ngetik disclaimer. Bikin gue makin kesel aja gara-gara gue nyadar bahwa karakter gokil nan edan ini bukan punya gue. Hiks…
Warning : Chapter ini masih aman, kok. Paling juga K. Ehehehe. Oiya. Ini cerita AU dan ambil setting Ancient Egypt.
I used to roll the dice. Feel the fear in my enemy's eyes. Listen as the crowd would sing. Now the old king is dead, long live the king. One minute I held the key, next the walls will close on me. And now I discover that my castle stand upon pillars of sand pillars of salt. (Viva La Vida – Coldplay) Lagu ini lumayan nyambung sama cerita di chapter ini. Ehehe.
Jeritan dan bunyi letusan memenuhi setiap sudut istana. Para tamu kenegaraan yang diundang untuk merayakan ulang tahun ke tujuh belas sang putra mahkota berhamburan mencari tempat perlindungan. Ballroom istana yang awalnya dipenuhi tawa dan kebahagiaan, kesenangan dan musik indah berubah menjadi seganas medan perang. Mayat para tamu yang tadinya menari dengan senyum mengembang berhamparan di lantai ballroom, membuat lantai pualam yang semula cerah memantulkan wajah gembira para tamu menjadi merah dan lengket.
Seorang laki-laki mengenakan jubah hitam berdiri tepat di tengah-tengah ruangan. Tawanya membahana ke seluruh pelosok instana. "Bunuh!!" serunya lantang seperti singa yang sedang mengaum. "Bunuh semuanya! Jangan sisakan satupun yang hidup! Bunuh semuanya!!"
Laki-laki itu bernama Bandit Keith, seorang mantan penasihat kenegaraan. Ia dipecat dan diasingkan ke luar negeri karena percobaannya untuk menggulingkan raja dari kekuasaannya. Selain itu, tindakannya menggelapkan uang negara telah sukses membuat Keith dibenci oleh sebagian besar masyarakat Domino. Hanya segelintir pendukung fanatiknya yang masih setia menantikan dirinya untuk kembali dan merebut gelar penguasa Domino. Selama di pengasingan, Keith bertemu dengan orang-orang yang juga menyimpan dendam dan iri pada keluarga raja. Rencana pemberontakkan mereka susun dan Keith, sebagai orang yang paling banyak menyumbangkan ide, ditunjuk sebagai pemimpin dan calon raja menggantikan raja yang mereka gulingkan.
"Varon. Amelda." panggil Keith pada dua orang pengikut setianya. "Aku memiliki tugas khusus untuk kalian. Carilah Pangeran dan Putri. Bawa mereka hidup-hidup kepadaku." perintahnya.
Keduanya hanya mengangguk mengiyakan titah sang pemimpin. Mereka segera beranjak meninggalkan ballroom, melewati hiruk pikuk dan histeria orang-orang yang kabur.
Varon dan Amelda adalah dua orang mantan pengawal pribadi raja. Mereka berdua keluar dari pasukan pengawal karena tak sepaham dengan sang raja. Padahal mereka berdua adalah prajurit terbaik yang pernah dimilik Domino. Sayang, sekarang mereka menjadi musuh bagi negeri yang indah nan makmur itu.
Keith tersenyum puas sambil menatap punggung kedua prajurit terbaiknya menghilang diantara lautan manusia. Tawa penuh kemenangan keluar dari mulutnya. Sebentar lagi, ia akan menjadi penguasa Domino. Sebentar lagi.
Sementara itu, di sudut lain istana terdapat dua sosok sedang berlari menghindari para pemberontak. Pemuda berambut pirang tampak menggandeng seorang gadis berambut cokelat yang lebih muda darinya. Sang gadis terus menangis seraya berlari.
"Ibu…" ratap si gadis berambut cokelat. "Kak, ayo kembali ke tempat Ayah dan Ibu. Tolong mereka, Kak..." pinta sang gadis pada kakaknya yang masih terus menyeretnya semakin jauh dari kedua orang tua mereka.
"Mereka berdua sudah mati, Shizuka. MATI!" bentak sang kakak histeris. "Ayah dan Ibu telah mengorbankan nyawa mereka demi keselamatan kita. Kau mau menyia-nyiakan pengorbanan mereka dengan kembali ke sana, hah!? Yang bisa kita lakukan sekarang hanya menjalankan amanat mereka berdua dengan lari."
Shizuka hanya membalas bentakan kakaknya dengan isak tangis. Gadis berumur empat belas tahun itu baru saja menyaksikan kematian orang tuanya di tangan Bandit Keith, sang pembelot. Keith membunuh mereka berdua dengan cara yang sangat sadis, membuat Shizuka trauma. Tubuhnya menggigil dan berkali-kali mulutnya mengucap nama orang tuanya.
"Sedikit lagi, Shizuka." kata sang pemuda berambut pirang memberi semangat pada adiknya. "Kuatkan dirimu, Shizu."
Katsuya, nama sang pemuda berambut pirang itu, tidak menyangka pesta ulang tahunnya berubah menjadi ajang pembantaian massal seperti ini. Ia hanya ingin merayakan kedewasaannya dengan orang-orang yang ia sayangi, namun nasib berkata lain. Ditambah lagi, kedua orang tuanya, sang Raja dan Permaisuri, tewas mengenaskan di depan matanya.
Katsuya mengedipkan matanya berkali-kali untuk meghilangkan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Ia tak boleh menangis. Ia harus tegar demi adiknya. Kalau Shizuka sampai melihatnya menangis, bisa-bisa adik semata wayangnya itu akan lebih sedih lagi. Demi adiknya, Katsuya harus tegar.
"Aahh!!" Karena terlalu lelah terus berlari kesana kemari dan juga air mata yang membuat jarak pandangnya terbatas, Shizuka tersandung lipatan karpet. Ia jatuh tersungkur di lantai sementara Katsuya terus berlari di depannya. "Kakak!! Tolong aku!" panggilnya.
"Shizuka!!" Katsuya segera menghentikan langkahnya begitu menyadari adik semata wayangnya tertinggal di belakang. Ia baru saja berputar untuk menjemput sang adik, namun ia melihat sosok Varon dan Amelda berlari mendekati mereka. "Shizuka, cepat berdiri!!" desak Katsuya.
Dengan kekuatan yang tersisa di dalam tubuhnya, Shizuka mencoba untuk berdiri dan kembali berlari bersama kakaknya. Namun, Varon lebih cepat darinya. Dengan sigap, sang pemuda berambut cokelat itu berhasil menangkap pergelangan tangan Shizuka dan mencegahnya untuk lari.
"Shizu!!" seru Katsuya panik. Ia sudah membiarkan ibu dan ayahnya mati di tangan para pemberontak ini, sekarang ia tidak akan membiarkan adiknya juga jatuh pada nasib yang sama. "Lepaskan Shizuka, brengsek!!"
"Lari, Kak!! Jangan pedulikan aku!" seru Shizuka.
"Tapi..."
"Lari, Kak!!"
Varon terkekeh pelan. "Kau tak akan bisa lari dariku, Pangeran." desis Varon. Tangannya masih melingkar di pinggang Shizuka dengan eratnya, meredam semua hentakan dan tarikan dari sang Putri. "Amelda, tangkap dia."
Merasa putus asa dan terpojok, Katsuya memutuskan untuk menuruti perkataan sang adik dan lari. Di belakangnya, pria bernama Amelda itu terus mengejarnya tanpa henti. Selain itu, kecepatan Amelda yang luar biasa membuat Katsuya kewalahan untuk menghindarinya. Ia tak percaya kalau harus berlari menghindari Amelda, pengawal ayahnya yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Dulu, sebelum doktrin-doktrin dari Keith, Amelda, Varon, dan Katsuya begitu akrab. Sungguh tak pernah terpikirkan di benak Katsuya bahwa suatu hari nanti mereka berdua akan berbalik menyerang dirinya.
Katsuya memepetkan punggungnya pada dinding di belakangnya. Ia berhasil mengecoh Amelda dan saat ini sedang menenangkan dirinya di sebuah koridor istana yang jarang dilewati. Mata cokelat madunya sibuk mengawasi kiri dan kananya. Kaki-kakinya yang kelelahan mulai menegang, siap untuk berlari lagi seandainya musuh muncul kembali.
"Brengsek..." umpat Katsuya kesal. "Padahal aku sudah tujuh belas tahun. Kenapa aku tidak bisa mengeluarkannya..." ratap Katsuya, kesal pada kelemahan dirinya sendiri.
Tiba-tiba, muncullah suara langkah kaki di lorong menuju tempat Katsuya berada. "Keluarlah, Katsuya." panggil Amelda lembut. Diputar-putarnya pedang yang ia pegang seperti sedang memainkan ranting kayu. Senyum licik mulai mengembang di wajahnya. "Aku tidak akan menyakitimu, Katsuya. Kau tidak percaya padaku, adik kecilku?"
Katsuya semakin merapatkan tubuhnya ke tembok. Tubuhnya gemetar hebat. Ia tidak membawa senjata dan pasti akan kalah melawan Amelda. Dengan senjata pun Katsuya masih belum bisa melewati kehebatan Amelda dalam berpedang.
"Aku tahu kau terpojok, Katsuya." kata Amelda tenang. Langkah kakinya terdengar semakin mendekat. "Lebih baik kau serahkan dirimu sekarang juga."
Katsuya menggeleng pelan. Digigitnya bibir bawahnya hingga berdarah. Matanya menatap liar ke arah lorong dimana suara Amelda berasal. Prajurit itu hanya perlu berbelok di ujung lorong untuk menemukan Katsuya yang terpojok.
"Aku tahu kau disana, Katsuya."
Semakin dekat.
"Kau tahu, aku mulai kesal dengan sikap kekanak-kanakkanmu ini."
Suaranya terdengar begitu dekat, seolah-olah Amelda berada tepat di samping Katsuya.
"Keluarlah sebelum aku melukaimu. Aku tidak bercanda."
Tiba-tiba...
Sebuah tangan menutupi mulut Katsuya, membuat jeritan sang pangeran teredam. Tubuhnya ditarik ke dalam lorong rahasia yang begitu gelap oleh seseorang. Begitu kegelapan menyelimutinya, pintu rahasia kembali tertutup, tepat sebelum Amelda berputar di ujung lorong. Sosok pangeran Domino yang ia kejar telah hilang.
"Kau tidak apa-apa, Pangeran?" tanya orang misterius yang telah menyelamatkannya.
Katsuya mengangguk pelan. "... Aku tidak tahu kalau ada pintu rahasia di sini...?" gumam Katsuya, masih gemetaran. "Bagaimana kau bisa tahu, Honda?"
Pemuda yang telah menyelamatkannya adalah Honda Hiroto, salah satu pelayan setia di istana. Karena sedikitnya anak seumuran Katsuya di lingkungan istana, ia dan Honda sering terlihat bersama dan melakukan keisengan seperti anak seumuran mereka. Entah sejak kapan, mereka berdua sudah mengikat tali persahabatan yang begitu erat.
Honda menghela napas lega. Lilin yang ia pegang menyinari lorong sempit dari batu itu. Sinar temaramnya menyinari wajah pucat sang pangeran dan wajahnya sendiri yang menyiratkan kekhawatiran. "Syukurlah. Saya sendiri juga baru saja tahu tentang lorong ini. Tapi, darimana saya tahu bukanlah masalah untuk saat ini. Saat ini, Anda harus pergi, Pangeran."
"Tapi, Shizuka…"
"Serahkan masalah Tuan Putri padaku, Pangeran. Kau harus pergi!" Honda menyerahkan sebuah tas besar kepada Katsuya. "Di dalam tas ini ada pakaian. Gantilah pakaian kebangsawanan Anda dengan pakaian rakyat biasa. Dengan itu, Keith dan pasukannya akan tertipu. Di dalam tas itu juga ada beberapa makanan dan minuman untuk perbekalan Anda. Uang seadanya juga sudah saya masukan ke dalamnya."
Katsuya mengintip isi tas yang ada di tangannya. Benar kata Honda. Tas itu penuh dengan pakaian, makanan, minuman, dan sekantung uang.
"Anda ikuti terus lorong ini." kata Honda sambil menyerahkan satu buah lilin kepada Katsuya. "Di ujung lorong ini, Anda akan menemukan dermaga terpencil. Sedikit orang yang lalu lalang di sana. Naiklah ke kapal yang pergi pertama kali dari dermaga itu, kemanapun tujuannya."
Katsuya menoleh ke arah Honda. Sinar matanya mengisyaratkan kekhawatiran dan tidak yakin. "Bagaimana denganmu? Shizuka?"
"Untuk saat ini, pikirkanlah diri Anda sendiri. Saya akan baik-baik saja, begitu pula dengan adik Anda."
"Tapi mereka menangkap Shizu..."
"Akan saya selamatkan. Sekarang, pergilah!" kata Honda sambil mendorong punggung Katsuya. "Pergilah sebelum mereka menemukan lorong rahasia ini! Cepat!"
Walau ragu, Katsuya menuruti perkataan Honda dan mulai berjalan menyusuri lorong gelap menuju tempat pelariannya.
TBC
A/N : Jadi? Gimana? Bagus? Jelek? Ancur? Sampah? Luar biasa? Hehehe. Review, ya. Tenang, semua pairing ada disini, kok. Semakin banyak review, semakin semangat gue bikin lanjutannya. Ayo, review!!