The Night God Thief

Summary: Light Yagami adalah seorang pencuri handal dengan julukan Night God Thief yang malam ini akan mencuri di istana seorang Raja Higuchi yang lalim. Namun, pertemuannya dengan seorang pemuda rupawan berkulit pucat di istana akan merubah hidupnya dan masa depannya serta membawanya pada petualangan yang tak diduganya. Hampir semua karakter ada di sini. Rated T for stealing, crime, violence, abuse, magic, sexual harassment, some dark and adult themes. Beberapa karakter intentionally OOC.

Ide cerita ini agak terinspirasi film The Scorpion King dan unsur The Thief of Baghdad. Tapi tenang, cerita ini memiliki sangat banyak perbedaan dengan dua cerita di atas. Bersettingkan zaman dahulu.

Dalam cerita ini usia Light dan L sama yaitu 20 tahun serta tinggi L tubuhnya, walaupun tegak, sedikit lebih pendek dari Light.


Disclaimer: I do not own Death Note or its characters. It all belong to Takeshi Obata and Tsugumi Ohba.

Chapter 1: Tak Terduga

Normal POV

Hari nyaris gelap. Senja sedikit demi sedikit menutup matanya. Di tengah padang gurun, nampak sebuah kota besar yang berdiri dengan megahnya. Di utara kota tersebut, berdiri kokoh sebuah bangunan yang jauh lebih megah dan besar di antara bangunan lain, sebuah istana. Langit malam nampak semakin gelap dan bertabur bintang, namun di sudut barat sana rona merah senja masih memberikan sedikit sentuhan sapuan merah lembayung, membiaskan warna pada perpaduannya. Cahaya matahari yang jatuh membuat seluruh bangunan kota nampak jadi siluet hitam yang berkerlip cahaya dari hampir setiap jendelanya. Semua hal terlihat begitu sempurna, kota yang luar biasa bagi siapapun yang melihatnya, kecuali kenyataan bahwa sang raja adalah raja yang ditakuti bukan saja karena kewibawaannya, tetapi juga karena kelalimannya.

Si tengah keheningan, sesosok tubuh nampak melompati atap dengan kelincahan yang pasti akan memukau mata yang melihat. Sosok itu milik seorang pemuda berpakaian serba hitam dan menggunakan kain hitam untuk melilit wajahnya, menutupi sampai matanya saja yang terlihat. Meskipun begitu, terlihat jelas bahwa pemuda itu memiliki rambut cokelat agak kemerahan serta sepasang mata cokelat cerah menawan. Pemuda mencurigakan itu menggunakan tali untuk berayun sampai akhirnya berhenti di puncak sebuah kubah utama istana yang berwarna emas tua. Pemandangan langit dan kota nampak memantul di mata tajamnya.

Light's POV

Aku tersenyum bangga. Pasti tidak banyak orang yang pernah menyaksikan pemandangan menakjubkan ini dari atas puncak kubah istana, bahkan mungkin raja sendiri. Tambahan. Maksudku raja keparat itu. Ya, Raja Higuchi, raja yang tadinya kupikir hebat karena merupakan orang timur pertama yang mampu meraih puncak tampuk kekuasaan tertinggi di negeri besar yang didominasi orang barat ini, namun kubenci setengah mati setelah menunjukkan wajah aslinya yaitu seorang yang kejam dan berdarah dingin.

Raja yang dengan semena-mena menarik pajak luar biasa tinggi dari rakyat kecil demi kepentingan pribadinya, membangun ibu kota dan istana megah dari harta rakyat yang diperasnya, mengibarkan bendera perang dan terus menerus menaklukkan daerah-daerah lain di bawah penjajahan. Aku sedikit bersyukur, karena meskipun hidupku benar-benar menderita dan serba kekurangan, aku bukan berasal dari daerah jajahan yang para penduduknya benar-benar diperlakukan dengan tidak manusiawi. Sebagian besar dari mereka dijadikan budak, dan sisanya biasanya telah mati kelaparan atau tewas dalam peperangan mempertahankan kemerdekaan mereka.

Dan hari ini, aku akan memanfaatkan profesiku sebagai pencuri professional untuk 'sedikit' balas dendam. Bagi orang lain mungkin yang kulakukan ini merupakan ide bunuh diri, tapi kenapa tidak? Asal menghindari pasukan penjaga serta terus tidak terlihat maka semua akan berjalan lancar. Aku sangat yakin dengan pengalaman dan keahlianku. Jumlah keluhan dari para bangsawan dan orang kaya brengsek tentang pencurian di kediaman mereka yang terus bertambah adalah buktinya. Dan malam ini, aku akan membuat sejarah baru dalam karierku, mencuri di istana.

Sudah cukup lamunanku. Aku harus melanjutkan tujuan utamaku. Di dekat gedung ini ada gedung lebih kecil dengan balkon serta pintu terbuka. Sudah kuputuskan, itu sasaranku. Kugunakan lengkungan kubah emas tua sebagai tempat meluncur (ini kubah dari emas asli atau tidak, ya? Kalau asli kukerok saja). Dengan hentakan keras kujejakkan kakiku untuk bertolak dari ujung kubah lalu aku berputar di udara secara akrobatik. Pendaratanku berlangsung sangat mulus, bahkan aku yakin tadi merupakan lompatan terbaik sepanjang hidupku.

Segera aku mengendap lalu bersandar pada pilar. Kutajamkan semua indraku, nampak tak ada tanda kehadiran siapapun. Kusorongkan cermin kecil ke sisi tubuhku untuk mengintai, aman. Perlahan aku memasuki ruangan tersebut.

Aku pun terkesiap. Wuaaww, benar-benar luar biasa! Ruangan yang ternyata kamar tidur ini luar biasa besar. Lampu gantung penuh lilin dalam cawan kristal, permadani, tempat peraduan yang terlihat begitu empuk dan mewah, rak-rak penuh buku berukir indah, lukisan-lukisan, bahkan ada air mancurnya! Seluruh sudut dipenuhi tiang lilin, lampu minyak, tirai sutra serta barang-barang berharga lainnya. Rumah para bangsawan yang pernah kutaklukan tak ada apa-apanya jika dibandingkan semua ini! Dan… lihat semua perabot-perabot itu! Aku sangat yakin kalau semuanya terbuat dari logam mulia ataupun bahan berharga lainnya yang kalau diuangkan… Aku nyaris melompat histeris membayangkannya. Tapi… kamar siapa ini? Aku celingukan, kembali meyakinkan diri bahwa tak ada orang.

Memang luar biasa mewah, tapi aku yakin ini bukan kamar raja. Rasanya kalau kamar raja keparat itu pasti akan jauh lebih mewah dari ini. Meskipun indah, rasanya kamar ini terlalu sederhana bagi selera raja. Lalu rak-rak buku itu. Kamar ini rasanya milik seseorang yang sangat suka membaca dan berintelejensi tinggi. Namun, meja besar yang berisikan banyak baki makanan manis dan aneka gula-gula di tengah ruangan seperti mimpi semua anak-anak kecil…maupun orang kelaparan. Seandainya Mello atau anak-anak panti yang lain melihat semua ini….

Ah, biarlah. Aku mendekati meja perabot dan menurunkan tas punggungku, lalu memasukkan hal yang bisa kuraih ke dalamnya. aku jelas mau mengambil jam pasir berhias safir itu. Lalu… patung kecil dari emas ini, lalu cawan perak di sana. Aku menahan diri untuk tidak bersenandung senang.

Mendadak kudengar ada suara kecipak air. Aku langsung menoleh kaget. Bukan, suaranya bukan dari air mancur di tengah ruangan yang bunyi gemericiknya pelan. Aku menghentikan kegiatanku (toh tasku sudah penuh) dan mencoba mencari asal suara. Ternyata suara tersebut berasal dari sebuah pintu di sudut ruangan. Kamar mandi. Gawat, ternyata ada orang. Aku mau beranjak pergi, namun aku sangat penasaran akan siapa penghuni kamar ini. Setahuku raja tidak mempunyai saudara, istri ataupun anak. Aku tahu selirnya banyak sekali, si raja menjijikan itu mengoleksi para wanita dan juga pria paling rupawan dari seluruh negeri, tapi mereka ditempatkan di harem dan tempat ini sepertinya bukan harem.

Penasaran, aku melangkah menuju asal suara. Suara kecipak air semakin nyaring. Aku semakin dekat dan aku mencoba mengusir semua pikiran mesum yang melintas di kepalaku. Aku cuma ingin tahu dan aku bukan tukang intip. Yah, anggaplah sebagai bonus, toh hari ini berarti hari sial baginya, siapapun yang sedang mandi itu. Jantungku berdetak semakin cepat. Kusorongkan kepalaku ke dalam ruangan yang pintunya tak tertutup rapat itu.

Dan di sana, nampaklah seorang lelaki muda yang sedang berendam di sebuah bak mandi marmer besar. Ia berkulit putih pucat, lebih pucat dari siapapun yang pernah kulihat. Kulitnya yang mulus tanpa cacat sangat kontradiktif dengan rambutnya yang hitam legam dan sedikit panjang, agak berantakan meskipun tengah basah oleh air. Matanya besar, cemerlang dan memukau meskipun warnanya hitam seperti rambutnya dan… punya kantung mata besar dan gelap seperti berhari-hari tidak tidur. Hidungnya mancung, bibirnya indah dengan rona merah muda. Tubuhnya sangat ramping, nampak halus dan memukauku. Gorgeous. Ia memiliki lekukan tubuh yang jika saja bukan karena dadanya yang datar, aku akan mengiranya sebagai wanita. Dan seandainya ia tidak bergerak mungkin aku akan menganggapnya boneka porselen. Aku tak pernah melihat perempuan atau laki-laki yang lebih indah dari ini. Aku menelan ludah. Kurasa aku benar nyasar ke harem.

Ia beranjak dan berdiri, memperlihatkan bagian belakang tubuhnya yang menawan. Ia menjulurkan tangannya meraih handuk yang tergantung di sisi luar bak. Aku terkesiap saat ia melangkah keluar dari bak mandi. Dengan anggun ia mengeringkan tubuhnya dan sambil masih tetap memunggungiku ia mengenakan jubah mandi panjang dari sutra tebal berwarna hitam dan ungu tua berhiaskan motif ornamen rumit. Ia menghela napas lalu dengan satu gerakan elegan mengibaskan rambut hitam berkilaunya yang masih basah sehingga tetesan air laksana kristal berpencar ke segala penjuru.

"Indah…," ucapku pelan, tanpa sadar.

Lelaki pucat itu tersentak dan menoleh ke arahku. Rupanya suara sepelan itu tetap terdengar olehnya. Mata hitamnya membesar kaget. Aku juga kaget atas kebodohan besar yang barusan kulakukan dan memaki diri dalam hati. Pemuda pucat itu menjerit. Wajahnya merah padam karena menyadari bahwa aku melihat aktivitasnya dari tadi. Aku panik. Aku mencoba mendekatinya sambil menjulurkan tangan memberi isyarat diam. Satu lagi tindakan bodoh karena ia semakin histeris. Tentu saja. Siapa pula orang yang cukup bodoh untuk mematuhi orang-tak-dikenal-yang-mencurigakan-berbaju-serba-hitam-yang-hanya-matanya-saja-yang-kelihatan. Intinya, malam ini aku sungguh-sungguh bodoh.

Aku makin panik. Aku harus bertindak cepat sebelum pengawal berdatangan. Lagipula, kelihatannya pemuda ceking ini mudah dilumpuhkan. Dengan kecepatan tinggi aku menerjang ke arah pemuda pucat menawan itu. Eh? Tak disangka, pemuda itu dengan lincah menghindar dan setelah melewatiku ia berlari keluar kamar mandi, meninggalkan aku yang nyaris menerjang tembok. Sial! Dia harus kuhentikan!

Dengan tak kalah cepat, aku mengejarnya dan dalam waktu singkat aku berhasil menarik tangan kirinya dan memaksanya berhenti tepat di depan pintu kamar mandi. Ia nampak tidak nyaman akan sentuhanku dan menarik tangannya dengan marah namun tidak bisa lepas. Kukira ia akan berteriak lagi, tetapi ternyata tidak. Dengan sigap ia malah berbalik menghadapku dan melancarkan lutut kanannya ke perutku.

"Aagh!" seruku menahan sakit. Tapi tidak, tangannya tidak boleh kulepas. Tangan kiriku sibuk mengelus perutku yang masih memekik nyeri sementara yang kanan terus memegang pergelangan tangan kurus si rambut hitam yang makin meronta heboh ini. Jujur, di saat genting begini, aku masih terpukau wajah rupawannya yang nampak makin menggemaskan karena panik. Dan… tangannya halus sekali.

'DUAAG!'

Pikiranku langsung buyar beberapa detik saat ia melancarkan tendangan ke pipi kiriku yang karena cepatnya tak kuketahui dengan punggung kaki atau telapaknya, membuat kain penutup wajahku terlepas. Kali ini aku kaget bercampur limbung dan genggamanku lepas. Mampus, batinku saat ia terdiam saat melihat wajahku dan mengeluarkan tatapan 'gotcha ternyata itu wajahmu'. Ia tak menyia-nyiakan kesempatan. Segera ia berbalik lari ke arah pintu kayu besar berukiran yang merupakan pintu keluar.

Tamatlah aku.

Tidak! Masak akhir dari Light Yagami the Night God Thief seperti ini? Saat otakku sudah berhenti dari hang mendadaknya, aku kembali mengejar. Tapi, lelaki pucat itu sudah tinggal beberapa meter saja dari pintu… Mati aku.

Namun mendadak langkah si pucat itu berhenti. Jubah mandinya sudah melorot sampai punggung indahnya. Nampaknya simpul jubah mandinya terlepas akibat aksi perlawanan tadi. Dengan panik ia segera membetulkan kembali jubahnya. Aku mengerti. Tak mungkin ia membiarkanku atau pengawal melihat area pribadinya, kan?

Sial baginya, pikirku. Dengan sigap aku merengkuh tubuhnya dari belakang dan menahannya erat. Tubuhnya yang lebih mungil dariku terasa sangat pas di dekapanku. Ia kembali berteriak yang segera kubungkam dengan tangan kananku. Rontaannya tidak berhenti dan makin menjadi-jadi, tetapi tenaganya yang jauh di bawahku membuatku tidak bergeming, walau kuakui ia memiliki tendangan yang menakjubkan. Perut dan pipiku pasti biru, batinku. Kurasakan rasa asin darah dari bagian dalam mulutku yang luka karena beradu dengan gigi akibat tendangan tadi.

Hmmm, aromanya harum. Ia pasti mandi dengan minyak vanilla. Eit! Kenapa aku masih berpikiran begitu? Sudah jelas ini keadaan serius karena akhirnya ada yang melihat wajahku dan kemerdekaanku terancam, juga nyawaku.

"Cendekiawan L? Anda tak apa? Kenapa Anda berteriak?" tanya seseorang dari luar pintu kamar yang membuatku nyaris terkena serangan jantung karena dua hal.

Hal pertama, tentu karena bantuan telah datang dan hal kedua adalah… pemuda ini Cendekiawan L? Tak ada yang tak pernah mendengar tentang Cendekiawan L di negeri ini. Beliau adalah seorang yang terkenal karena kejeniusannya dan menurut kabar merupakan cendekiawan terbaik di negara dan bahkan dunia dan paling disukai raja walaupun usianya masih sangat muda.

Ia adalah penemu, penulis, penyair, musisi, ahli ilmu pengetahuan, sekaligus seniman hebat secara bersamaan. Ia juga merupakan seorang ahli siasat dan strategi yang banyak memberi andil akan kebesaran kerajaan ini namun bagaimana rupanya masih sangat misterius, bahkan lebih misterius dari raja sendiri. Hasil penemuan dan kreasinya baik berupa barang, tulisan, maupun kesenian lainnya banyak dipublikasikan dan dicap huruf "L" dalam font yang katanya Cloister Black, font yang jarang dipakai dan ditemui di negeri ini. Bahkan karena kebrilianannya ada rumor bahwa dia dianugrahi berkat oleh dewa. Aku selalu mengira ia adalah orang yang berpenampilan aneh dengan kacamata tebal ataupun bertampang lucu atau apapun, bukannya malaikat di dalam rengkuhanku ini.

"Cendekiawan L?" suara milik lelaki yang sudah tua itu makin mendesak. Ia berusaha membuka pintu yang untungnya terkunci dari dalam kamar. O' ow, si lelaki tua di luar sana terdengar memanggil pengawal.

Ini superduper bahaya. Aku terjepit dan pemuda yang ternyata Cendekiawan L ini telah melihat wajahku. Walaupun kabur, pasti wajahku akan terpampang di poster buronan berhadiah tinggi karena berani mencuri di kediaman raja dan seluruh penjuru negeri pasti dengan senang hati berusaha menangkapku demi hadiah tersebut. Di saat mendesak hanya satu hal yang terpikirkan olehku. Culik pemuda ini dan bawa rahasiaku bersamanya atau kabur sekarang tanpanya dan dikejar belakangan oleh satu negeri yang tahu wajahku.

Gedoran pintu makin keras karena para pengawal ikut serta mendobrak pintu yang mulai berkurang kekokohannya. Sial. Untungnya, sebagai seseorang yang selalu berpikir segala kemungkinan, aku sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan semacam ini. Di saku tasku terdapat sebuah kantung berisi kain yang sudah kuolesi chloroform yang tak kusangka akhirnya akan kupakai juga. Masalah bertambah satu lagi. Berarti aku harus melepas bekapanku agar aku bisa meraih kain pembuat tidur ampuh tersebut. Cih, tak ada waktu. Dengan cepat kulepas tanganku yang membekapnya lalu merogoh saku luar tasku.

"WAMMY!" jerit pemuda itu sampai membuat telingaku berdenging. Segera kubekap kembali hidung beserta mulut bawelnya dengan kain ber-chloroform dan kutekan keras-keras. Tak lama, rontaannya berkurang dan ia terkulai lemas.

"Tuan L!" seru pria tua di luar yang sama paniknya denganku yang sekarang.

Wammy. Jadi itu nama pria tua yang tak kuketahui wajahnya itu. Rasanya aku pernah mendengarnya. Gedoran pintu makin keras.

"Sial," makiku sambil membopong tubuh pemuda pucat yang ternyata sangat ringan ini dan tak lupa aku memungut kain penutup wajahku yang terlepas lalu berlari menuju balkon.

Kuraih crossbow-ku yang anak panahnya bermata pengait dan kubidik tembok tak berpenjaga yang bagian luarnya langsung ke arah hutan. Panjang tali yang kupersiapakan untuk rute kabur sangat mencukupi dan setelah mengikat ujung tali yang lain dan memasang pengait di pinggangku ke tali, aku meluncur bebas. Tubuh si pucat terasa berayun pelan di bahuku, namun tidak terjatuh dan tidak akan kubiarkan hal itu terjadi. Saat sampai di tembok dan memanjat, aku memasang besi pengait ke tepi luar tembok, mengulur tali di pinggangku dan meluncur turun perlahan. Seiring dengan tiap tolakkan kakiku di tembok, suara pengawal di dalam istana makin ramai dan heboh.

Kata-kata 'Cendekiawan L diculik' memenuhi udara dan bahkan dari luar tembokpun aku bisa merasakan getaran derap langkah mereka. Jantungku bertalu-talu saat berlari dan aku bersuit kencang, memanggil kuda hitamku yang menunggu di balik pepohonan. Segera, Mogi, kudaku yang hitam legam nan besar serta bersurai cepak datang sambil meringkik pelan. Kuturunkan si pucat yang tak sadarkan diri itu dari pundakku dan menatapnya sejenak. Ia terlihat begitu indah, anggun, tenang, polos, dan… rapuh. Lalu aku menaikannya ke punggung kuda dalam posisi duduk, menyandar ke dadaku. Aku sedikit panas dingin melihat sebelah kaki ramping jenjangnya mengintip bahaya dari ujung jubah mandi yang terbuka.

Woi diriku! Bukan saatnya berpikiran seperti itu! Aku tersentak sadar dan segera memacu Mogi untuk berlari menembus hutan, berlari keluar ibu kota. Hari ini benar-benar tidak terduga. Untuk pertama kalinya wajahku terlihat, kena hajar, nyaris tertangkap, bahkan merangkap profesi sebagai penculik. Bahkan, bukan menculik orang biasa, melainkan orang yang sangat penting dan membuat raja akan mengerahkan banyak upaya untuk bisa mendapatkannya kembali, yaitu Cendekiawan L. Apa boleh buat, tadi benar-benar bagai makan buah Simalakama. Apapun yang kulakukan aku tetap akan jadi buronan negara. Tapi wajahku diketahui atau tidak adalah perbedaan besar. Aku pusing dan lelah. Sudah cukup keapesanku hari ini. Sambil merengkuh erat mutiara indah yang tengah tidak sadarkan diri ini, aku terus memacu menjauhi tempat ini, yang bisa menjadi kuburanku jika tinggal lebih lama.


* Bagaimana? Saya tidak tahu cerita ini bagus atau tidak atau sudah ditulis dengan EYD maupun aturan yang baik atau tidak mengingat ini fic pertama saya. Masih coba-coba, tapi saya akan terus berusaha. Terima kasih banyak dan silakan teruskan membaca jika tetap berminat (pertama kali publish langsung upload 3 chapter. :p).

** Saya terlalu sering membaca fic dengan Light yang cantik menawan dan girly (O.o) lalu L tertarik. Variasi itu perlu. Kenapa Light yang notabene itu digambarkan canon sebagai pria keren boleh digambarkan sedemikian rupa sementara (mungkin) tak ada yang menggali sisi menarik dari L, meskipun hanya untuk kisah AU? Walau L di sini sangat menawan sehingga orang bahkan berpikir 'cantik', jangan harap dia akan mencintai ornamen-ornamen tertentu ala cewek centil dan hatinya mudah digerakkan. == Ia hanya tipe pria yang berasal dari kelas hidup teratas yang jauh dari pertempuran kemudian dipaksa beradaptasi di lingkungan yang sama sekali asing.

*** Judul Night God Thief. Awalnya saya ingin memakai judul yang lain, Night God, the Thief of apaaa gitu. Kepanjangan dan tidak catchy. Terpaksa saya amputasi.

**** Setting waktu. Saya memakai masa kira-kira pada sekitar akhir 1600-an hingga awal tahun 1700-an atau akhir abad 17 hingga awal abad 18. Lebih modern dibanding kisah-kisah seribu satu malam, tetapi saya melalukan mix (seenak jidat) sehingga elemen-elemen yang lebih kuno akan banyak mewarnai. Kacamata juga crossbow merupakan hal yang telah ditemukan pada abad yang saya sebutkan.