Author: Salam kenal para author bleach! Author baru, nih di fandom Bleach. *membungkukkan badan sopan*

Fic pertamaku di fandom bleach, saia harap tidak terlalu buruk.

Disclaimer: BLEACH punya Tite kubo, kalau fic ini asli dari otak kanan saia sendiri. Bang Tite, kapan Rukia sama Ichigo nikaaaahhh??! Gak sabaaaarr!!

Warning: AU, OOC (sepertinya), GAJE jangan dilupakan!

Pairing: IchiRuki, gak bisa dipisahkan n diganggu gugat!

Enjoy!

KARMA

(If I'm Falling In Love)

Lacossu no ame

Ichigo memandang laki-laki berkacamata yang sedang serius menjahit kaos hitamnya yang sobek. Dari ekspresi wajahnya sih, semua orang bakal percaya kalau sahabatnya itu memang serius melakukan kegiatan itu. Bayangkan saja; kedua alis yang bertaut seolah memperlihatkan keseriusannya menjahit baju Ichigo sampai benar-benar tertutup sempurna, sepasang bola mata yang fokus agar jarinya dapat memasukkan dan mengeluarkan jarum pada titik tanpa melewatinya satupun, dan bibir yang terkatup rapat.

Tapi Ichigo tidak mudah dibohongi. Walaupun dengan pandangan mata memang terlihat ia sedang sibuk menjahit, namun Ichigo tahu kalau pikiran sahabatnya itu sedang melayang memikirkan kejadian malang yang baru saja menimpanya.

Ichigo menghela napas, "Sudahlah Ishida. Jangan memikirkan kejadian tadi. Semangat dong, " ucap Ichigo yang mulai bosan melihat sikap Ishida. Ishida hanya diam saja, tidak memberikan reaksi. Ichigo yang ada disamping Ishida, mengubah posisinya; bersandar pada sebuah pohon dibelakangnya dengan kedua tangannya yang digunakan sebagai bantalan. Sambil memandang langit siang yang agak mendung, Ichigo berkata, "Sudah kubilang, kan, jatuh cinta itu musibah. Apalagi kamu jatuh cinta sama cewek paling populer di sekolah ini, Orihime Inoue, pasti langsung ditolak!"

"Apa?" Ishida berhenti menjahit. Ia menoleh, memberikan tatapan tajam pada Ichigo. Ichigo membalas tatapan itu, menunggu reaksi Ishida.

"Eh, lengan bawahmu kotor, tuh!" kata Ishida mengalihkan pembicaraan. Ichigo melihat kedua lengan tangannya. Hanya sedikit tertempel tanah. Lagipula seragam sekolah mereka, kan berlengan panjang yang dapat melindungi tangan Ichigo dari serangan kuman-kuman tak beradab.

"Cuma tertempel sedikit tanah. Kita kan lagi tidur-tiduran di kebun belakang sekolah. Sudah biasa kotor, kan?" Ichigo memandang Ishida heran. Ishida menggamit tangan kanan Ichigo. Ia menggulung lengan baju Ichigo sampai lengan atasnya terlihat.

"Kalau dengan mata telanjang memang tak terlihat. Karena aku sedang berbaik hati, aku akan membersihkan lenganmu yang penuh kuman ini…dengan jarum-jarumku!"

"Eh?" Dengan tampang wajah tetap tenang Ishida membersihkan kulit Ichigo –tepatnya menggores kulit Ichigo dengan jarum-jarumnya. Alhasil, Ichigo langsung mengaduh kesakitan dan berusaha menyelamatkan tangannya dari sikap sadis Ishida. Tapi cengkeraman tangan Ishida begitu kuat!

"Auw, auw!! Apa…yang kau lakukan, Ishida? Memangnya lenganku kain baju! Ja-jangan menusukku seperti ini, dong!" keluh Ichigo yang bulu romanya sudah berdiri menahan sakit akibat goresan jarum Ishida. Ishida cuek saja. Dengan santai ia mengukir sebuah kata pada lengan bawah Ichigo.

"Tenang, sebentar lagi sudah selesai, kok! Tinggal huruf A dan…nah, sudah selesai!" Ichigo melihat lengan bawah tangan kanannya. Sebuah kata 'BAKA' kini menghiasi lengannya dengan hiasan darah di tepi-tepinya.

"Ishida! Kau tidak kasihan melihatku berdarah-darah seperti ini?! Dasar kau kejam! Kutu buku! Kacamata! Cowok keren!"

"Aku hanya membuat lenganmu lebih menarik dan tidak terlihat polos. Lagipula kau itu kan preman. Masa' kalah hanya digores sebuah jarum kecil?" ujar Ishida innocent sambil kembali menjahit baju Ichigo. Ichigo hanya menggerutu.

"Aku tahu kau melakukan hal ini karena sakit hati dengan ucapanku tadi, kan? Tapi ucapanku benar. Jatuh cinta itu musibah. Lihat saja kau yang berubah jadi cowok lemah yang menangis meraung-raung hanya sebuah benda tak penting bernama cinta!"

Ishida mendengus kesal, "Kau bisa bicara seperti itu karena kau belum pernah merasakan sakitnya hatiku saat ini. Hancur tahu!"

Ichigo tertawa mendengarnya, "Hahaha…Aku tidak mau dan tidak akan pernah merasakan sakit hati seperti yang kau rasakan. Sudah kubilang, aku benci jatuh cinta. Kalaupun nanti aku menikah, aku akan mencari seorang gadis yang cinta mati padaku, walaupun sebenarnya aku tidak mencintai gadis itu."

Ishida membelalakkan matanya, terkejut mendengar pernyataan sahabatnya itu.

"Ichigo, seenaknya saja kau mempermainkan hati wanita?! Asal tahu saja, wanita itu adalah sosok suci yang yang harus dilindungi oleh kaum pria. Bukannya untuk dipermainkan!"

Ichigo yang mendengarnya tersenyum malas. Ia kembali bersandar lalu memejamkan matanya, "Pikiran sempit seperti itulah yang membuatmu selalu di tolak para gadis."

"Pikiran sempit, ya? Beraninya orang yang mendapatkan peringkat satu dari BAWAH menasihatiku yang peringkat satu dari ATAS. Merasa pintar, ya?" kata Ishida dengan nada tenang walaupun tangannya aktif membentuk sebuah kata di lengan kiri Ichigo.

"I-iya, iya, tapi jangan menusukku seperti ini, dong!" keluh Ichigo sambil menahan perih pada lengan kirinya yang kini jadi korban KDRT Ishida. Terukir kata 'JERUK'. Dengan hiasan darah tentunya.

"Tapi, itu benar, kan?" kata Ichigo lagi, masih yakin dengan pernyataannya. Ishida menghela napas. Ia berusaha menghilangkan pikiran jahatnya untuk menusuk kepala Ichigo dengan jarumnya. Maka dengan nada geram, ia mengucapkan sebuah kalimat yang akan membawa perubahan pada hidup Ichigo di masa depan, "Kau mungkin bisa berbicara seperti ini karena kau belum pernah mengalaminya. Tapi ingat Ichigo, hukum karma selalu ada dalam ucapan dan perbuatan yang tidak baik. Kau berkata tidak akan jatuh cinta dan suatu saat akan menikahi gadis yang tidak kau cintai tapi ia cinta mati padamu. Bagaimana kalau karma menghampirimu? Kau akan cinta mati pada seorang gadis, dan kau akan sakit hati karenanya."

Ichigo menyeringai, "Heh, kalau karma mau menghampiriku, silahkan. Aku akan menerima kedatangannya," ucapnya menantang.

"Kau siap dengan itu?"

Ichigo memandang Ishida dengan heran, "Kau bisa memanggilnya?"

"Mungkin," jawab Ishida pendek. "Di buku ini aku menemukan mantra pemanggil karma," Ishida mengambil buku pelajaran sejarah setebal 10 cm yang memang tadi dibawanya bersama peralatan menjahitnya. Ia membuka buku sejarahnya secara acak, mencari mantra yang dimaksud. Ichigo mengernyitkan alis, heran juga ada mantra aneh seperti itu.

"Aku akan membacanya."

"Dengan senang hati." kata Ichigo enteng. Ishida bangkit, meluruskan kedua tangannya ke depan dengan posisi seperti pembaca undang-undang. Ia mulai membaca,

"Bumi gonjang-ganjing

Langit kelap-kelip

Hujan badai

Pertanda bahwa musibah akan datang

Karma datanglah

Karma datanglah

Berilah pelajaran pada orang ini

Ichigo Kurosaki

Laki-laki bodoh berambut orange

yang pelit, sok kuat dan juga tukang gosip

Jangan salah orang

Jangan salah orang

Bumi gonjang-ganjing

Langit kelap-kelip

Hening. Jeda. Suara angin terdengar jelas, bahkan sampai terdengar suara anjing yang mengonggong dari radius 1 km. Keduanya terdiam, menunggu reaksi masing-masing.

"Su-sudah?" kata Ichigo dengan tampang seperti orang cengo. Ekspresi campuran antara heran, kaget dan bengong ketika mendengar mantra aneh yang diucapkan Ishida.

Ishida mengangguk, "Tunggulah saatnya, Ichigo," ujarnya misterius. Buru-buru Ichigo mengubah tampang cengonya dengan tampang yang sedikit keren. Ia menyeringai, "Akan kutunggu."

TEEEETTT…samar-samar mereka mendengar suara bel sekolah berbunyi. Ishida melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Pelajaran 5-6 mau dimulai, nih! Ayo masuk, Ichigo!"

"Enggak, ah. Aku malas ikut pelajaran terakhir," Ichigo membaringkan tubuhnya sambil memejamkan mata. Ishida mengangkat bahu. Sudah biasa sahabatnya itu bolos pelajaran. Tapi Ishida tidak ikut-ikutan. Ia termasuk siswa teladan, yang anti absent mengikuti pelajaran. Karena itu ia terkenal pintar, kutu buku -karena selalu membaca buku dimana-mana, serta sikapnya yang dingin dan serius. Sikap dingin itulah yang membuatnya dikagumi bahkan disukai cewek-cewek sekolah. Tapi anehnya, Orihime malah menolaknya.

"Aku masuk dulu, ya!" pamit Ishida lalu berlari meninggalkan Ichigo dan kebun belakang sekolah tempat yang biasa didatanginya bersama Ichigo.

"Yo!" balas Ichigo kemudian memejamkan matanya.

Hampir saja ia terlelap karena belaian lembut sang angin sepoi, kalau ia tidak mendengar suara derap langkah orang berlari yang tak jauh dari tempatnya.

'Ishida?' gumam Ichigo dalam hati. Ia membuka sebelah matanya. Hening.

"Ah, mungkin hanya perasaanku," gumamnya. Ia lalu memiringkan badannya, dan…betapa terkejutnya ia begitu melihat sosok asing yang sudah ada di sampingnya!

"U…" belum sempat Ichigo berteriak karena kaget, gadis itu membekap mulut Ichigo dengan kedua tangannya.

"Sssssttt!!!" gadis itu memberi isyarat untuk diam. Ichigo melepas kedua tangan yang membekapnya itu dengan kasar.

"APAAN, SIH?!!" bentak Ichigo marah.

"Ssstt…jangan keras-keras," gadis itu memberi isyarat dengan menempelkan telunjuk kanannya ke bibirnya sendiri. "Aku sedang diikuti dan tidak mau ketahuan mereka," ucapnya dengan berbisik-bisik.

"HAH?! APA? SIAPA?!" tanya Ichigo yang sengaja meninggikan nada suaranya. Maksudnya sih, supaya gadis ini pergi dan mencari persembunyian lain. Tapi aksinya itu malah mendapat hadiah jitakan yang cukup keras dari gadis itu.

"Bodoh! Sudah kubilang diam!" bentak gadis itu masih dengan volume kecil. Ichigo mau melawannya, tapi langsung mengurungkan niat begitu mendengar suara dan langkah seseorang.

"Sepertinya, tadi aku mendengar suara disini," dari balik semak-semak, Ichigo melihat seorang cowok tinggi besar, berkulit hitam dan berbibir tebal yang mengedarkan pandangannya ke seluruh kebun.

'Cowok Meksiko itu…' pikir Ichigo.

KLOTAK! Tanpa sengaja tangan kanan Ichigo menekan kalengan soda yang tadi diminumnya. Otomatis cowok Meksiko bernama Chad itu menoleh ke arah mereka.

"SIAPA?!" teriaknya.

"Meong!"

"Kwek kwek!"

Ichigo dan si gadis yang berinisiatif mengeluarkan suara hewan untuk memperdayai Chad langsung saling melotot karena perbedaan suara hewan yang dikeluarkan mereka.

'Bodoh! Kenapa kau mengeluarkan suara kucing?' bentak Ichigo yang berkomunikasi melalui kontak mata. Anehnya, gadis itu mengerti komunikasi melalui kontak mata itu.

'Kau sendiri mengeluarkan suara bebek?! Kau adalah orang paling bodoh, bodoh, bodoh stadium akhir!" balas gadis itu tak kalah kesalnya. Entah bodoh atau apa, Chad percaya saja dengan apa yang didengarnya.

"Oh, rupanya kucing dan bebek," desahnya.

"Oi, Chad. Apa yang kau lakukan disana?! Ayo, kita cari di tempat lain," teriak seorang temannya yang berambut merah. Chad mengangguk lalu menghampiri temannya itu. Ichigo dan gadis itu menghela napas lega.

"Merepotkan saja!" keluh Ichigo.

"Maaf! Tapi aku juga tidak berharap bertemu laki-laki menyebalkan disini," balas gadis bermata violet itu tak kalah sengit. Gadis itu sedikit memandang ngeri Ichigo karena banyaknya luka goresan dan lecet-lecet di tubuh Ichigo, hasil kreasi yang dibuat Ishida tadi. Apalagi goresan-goresan itu membentuk kata yang aneh, 'BAKA' dan 'JERUK'.

'Ja-jangan-jangan dia SGM alias Sinting Gila Miring?' pikirnya.

"Kau…Eh? Kau 'gadis terintimidasi' itu, kan? Rukia Kuchiki?" Ichigo yang semula mau marah, tidak jadi setelah mengingat sosok gadis bernama Rukia itu.

Rukia membuang muka kesal, "Huh, aku bukan 'gadis terintimidasi'!" setelah berkata seperti itu, ia bangkit dan meninggalkan Ichigo tanpa pamit. Ichigo hanya memperhatikannya sampai sosok Rukia hilang dari pandangan. Tiba-tiba langit menjadi gelap dan dalam sekejap turunlah hujan yang sangat deras disertai angin kencang dan petir yang menggelegar. Dan tiba-tiba saja terjadi gempa bumi yang tak terlalu besar dan dalam waktu singkat. Refleks Ichigo mengingat mantra aneh yang diucapkan Ishida.

"Bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelip…"

Ichigo membelalakkan matanya kaget, "Tunggu! Masa' karma itu benar-benar datang?"

TBC

Hyaaa….selesai juga chapter pertama!!! Emang dasar ide! Saat saia lagi sibuk-sibuknya belajar buat ujian semester, eh dia nangkring di otak saia, bikin saia gak konsen belajar. Saat saia sudah selesai semester dan menghadap laptop, eh malah pergi dan membuat saia bingung harus membuat cerita seperti apa dan…taraaa jadilah fic gaje ini. Maaf buat para author, hiks…tapi review dong! Berikan tanggapan fic saia yang satu ini supaya saia gak merasa menyesal karena membuatnya –walaupun sebenarnya saia nyesel- Flame? Boleh, deh tapi jangan kejam-kejam, yak! Oke, dozo~silahkan tekan tombol ijo dibawah bertuliskan 'review' yang ada dalam kotak persegi panjang. Mudah-mudahan yang mereview saia dapet pahala berkali-kali lipat sebanyak kali yang ada di Indonesia. Amiiinnn…

Sekalian nanya. Gimana, sih caranya edit isi dokumen fic yang udah di publish? Kan ke my stories terus ke edit, lalu..? Soalnya saia mau edit fic-fic saia yang bertabur misstypo. Mohon bantuannya, ya senpai! Domo arigatou..