Disclaimer: Semua karakter yang ada di fanfic ini milik Kazuki Takahashi-sensei.
Author: Sora Tsubameki
Warning: Rating M, OOC, penyimpangan moral. Dont like dont read
Chapter 1. My Boyfriend
"Hngh..arghh…Marik..hngng.." Terdengar desahan perlahan dalam tempo yang tak lambat. Kilatan eksotis bersatu dengan peluh yang membasahi kulit tan-nya. Kini Marik mulai memasukkan dengan tempo cepat, menghentakkannya dengan penuh nafsu birahi, berharap luapan kenikmatan akan melambungkannya ke langit tingkat tujuh. Sementara yang dibawah bergetar menahan sakit. Kedua lututnya bertumpu pada bedcover kingsize. Kedua lengannya meremas seprei, berharap rasa sakitnya akan berkurang. Sesekali Marik berhasil menyentuh hotspot miliknya, membuatnya mampu melupakan sedikit rasa nyeri yang hampir merobek rektumnya.
Klimaks sudah menghampiri mereka berkali-kali. Namun, sang seme tak pernah berhenti bereksperimen. Dengan sedikit memaksa, dia memutar balikkan tubuh pasangannya, mengangkat kedua kaki pasangannya lalu ditumpukan pada kedua pundaknya. Ronde kedua akan segera dimulai.
"Arghh…Marik hentikan! Kakiku kesemutan!" Rintihan minta tolong kekasihnya malah makin membius Marik ke dalam alam bawah sadarnya. Kupu-kupu seolah keluar dari perut Marik, membuat tubuhnya seringan udara.
"Hiks..Marik..hnghh..please.." Yang dibawah makin melolong minta dihentikan. Dia sudah tak kuat lagi. Air mata mulai mengaburkan penglihatannya.
Jou sadar kekasihnya itu tidak akan pernah berhenti sebelum puas. Akhirnya Jou hanya bisa menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan setiap erangan yang keluar dari mulutnya. Dia tidak mau Marik mendengarnya. Itu akan membuat Marik makin memperpanjang tempo permainannya.
XXX
"Jou sudah pagi. Ayo bangun. Kau tidak mau sampai terlambat ke kampus kan?" Marik meremas rambut Jou lembut. Jou masih berbaring dengan penat yang mendalam. Selalu saja begitu. Setiap kali mereka bermain Jou seperti prajurit yang kalah perang. Tubuhnya tak berstamina, lalu terlelap dengan ekspresi menahan sakit.
"Hngng..sebentar lagi." Jou makin menenggelamkan kepalanya ke dalam selimut tebal, sementara Marik sudah berpakaian lengkap.
"Ya sudah aku pergi dulu. Sepertinya jadwal pemotretanku hari ini cukup padat. Mungkin nanti malam aku tidak akan mampir ke apartemenmu. Aku akan pulang ke tempatku saja." Marik mencium kening Jou lembut. Jou tak bergeming, masih sibuk di alam mimpinya. Terdengar suara langkah kaki mulai menjauh, meninggalkan Jou yang masih terlelap.
Tak lama suara ponsel mengusik mimpi Jou pagi itu.
"Sial..Argh!" Frustasi, Jou mulai menyambar kasar ponsel yang pernah dihadiahkan Marik padanya.
"Jou, kau sudah bangun? Hari ini kita presentasi. Kau tidak mau membuat Bu Mai murka kan?" Suara di seberang mulai terdengar panik. Jou masih setengah sadar, mencoba mencerna setiap perkataan lawan bicaranya.
"Ngng..Bu Mai?" Jou masih meringis. Dia mencoba untuk duduk, tapi bokongnya serasa berdenyut seketika, memaksa Jou untuk kembali berbaring. Akhirnya Jou hanya bisa mendengus sambil meremas rambut emasnya.
"Jou!" Yang diseberang mulai berang.
Teriakan Yugi menyadarkan Jou seketika. Dia ingat. Hari ini dia ada mata kuliah Operational Management. Bu Mai menyuruh mereka untuk mempresentasikan hasil wawancara dengan salah satu perusahaan di kotanya. Tentunya itu bukanlah hal yang sulit, berhubung calon CEO muda kebetulan juga sekelompok dengan mereka. Yugi dan kawan-kawan hanya perlu mendatangi Kaiba Corp, berbasa-basi sedikit dengan para tetuanya, lalu pulang dengan data lengkap plus perut kenyang. Namun rencana yang mendekati sempurna itu nyaris hancur berantakan gara-gara ulah Jou pagi itu. Presentasi tidak akan pernah dilaksanakan sebelum anggotanya hadir semua. Itu konsekuensinya!
"Oh shit!" Jou mulai bangkit, tapi ribuan jarum kembali menghujam bokongnya.
"ARGHH!!"
"Jou kau baik-baik saja?" Yugi mulai panik.
"Ah, ya tidak apa-apa. Dua puluh menit lagi aku sampai." Kali ini Jou memaksa tubuhnya untuk berdiri. Jou berjalan menuju kamar mandi dengan tertatih, meraba tembok dan lemari.
XXX
"Sial, kemana anjing kampung itu?" Kaiba mulai frustasi. Slide sudah siap. Seluruh mata juga sudah tertuju ke depan, menantikan prosesi pembantaian yang akan segera dilaksanakan. Yugi, Anzu, dan Honda hanya melenguh kerbau.
"Anjing sialan. Awas saja kalau dia tidak datang!" Kaiba mengeratkan kepalan tangannya. Kemarahannya sudah mencapai stadium akhir.
Tak lama terdengar suara langkah kaki yang berlari menyusuri koridor. Jou datang dengan dada kembang kempis, berusaha meredakan sesak nafas yang mulai menghimpit paru-parunya. Kemeja putih yang dikenakannya sudah basah oleh keringat.
"Jou!" Serasa didatangi dewa, kehadiran Jou disambut lega oleh semuanya.
" Sialan kau! baru bangun hah?" Kaiba menarik kemeja Jou kasar.
"Dasar jamur brengsek. Lepaskan aku!" Jou mendorong Kaiba cukup keras, membuat Kaiba mundur beberapa langkah.
"Bah! kau kira sekarang jam berapa?" Kaiba terpancing emosi. Dia maju dan mencengkram kemeja Jou lagi.
" Singkirkan tangan baumu itu! Aku hanya terlambat tiga puluh menit!"
"hanya tiga puluh menit?HANYA KATAMU??" Kaiba makin bernapsu. Ludahnya sampai mendarat berkali-kali di muka Jou.
"Arghh..apa-apaan kau? Sialan kau moneybag. Pagi-pagi sudah mau ngajak rebut hah? Oke, akan kulayani!" Jou hendak mencekik Kaiba, sedangkan Kaiba berusaha meremukkan kepala Jou. Ritual itu menyita perhatian publik. Presentasi terlupakan sudah. Mereka sama sekali tak menyadari ada sepasang mata iblis yang memperhatikan tingkah mereka dari tadi. Aura gelap sang iblis betina semakin terlihat. Penghuni kelas tak bergeming. Meski mereka sudah gatal ingin bertaruh-siapa yang akan menang kali ini- tapi aura sang iblis mematahkan semangat mereka.
"GRRRR…KELUAR KALIAN!!!" Bu Mai murka.
"Kalian presentasi tanpa mereka."
"What???" Kaiba dan Jou terkejut. Mereka menyudahi aksi cengkram-mencengkramnya.
"Ya. Kalian tidak akan mendapatkan nilai apapun. Jika ingin memperbaiki kesalahan kalian, segera kerjakan ulang berdua dengan tema yang berbeda!"
Sadis! Hantaman petir serasa berkelabat di dalam ruangan. Mereka shock berat. Jika nilai Operational Management tidak keluar, mereka tidak akan bisa lulus semester ini.
"Sekarang keluar. Kalian saya anggap tidak hadir hari ini!" Bu Mai mulai mencoret kehadiran kedua mahasiswanya di kertas absent.
"AAA.." Jou masih menganga. Kaiba menunduk. Kaiba tidak mungkin menggadaikan harga dirinya hanya untuk menyembah-nyembah kaki dosen.
Jou masih membeku. Kaiba yang mulai kesal keluar ruangan disusul dengan Jou dengan muka tidak rela.
Yugi dan kawan-kawan sangat menyesalkan kejadian itu. Jika saja aksi "mesra-mesraan" mereka ditahan sedikit saja, mungkin mereka tidak perlu mengalami hal itu.
XXX
"Oi jamur?"
"Diam!"
"Moneybag?"
"DIAM KATAKU!!"
Jou terlihat kesal. Dia mulai bangkit dari tempat duduknya. Sejak incident pengusiran itu, Kaiba dan Jou sudah pasti memiliki jam kosong lebih. Akhirnya mereka hanya bisa duduk-duduk di taman kampus menunggu jam kuliah selanjutnya.
"Duduk, anjing kampung!" Kaiba menarik lengan Jou kasar.
"OUCHH!!!" Bokong Jou terasa ngilu. Puluhan jarum mulai menyerangnya lagi.
"Hei?" Kaiba panik. Jou masih membatu. Air mata mendadak keluar dari kedua mata Jou.
"Cih, hanya karena diusir dari dalam kelas kau menangis?" Kaiba terheran.
Tentu bukan itu masalahnya. Rektum Jou yang masih tergores membuat tubuhnya bergetar hebat. Bahkan untuk bicara saja Jou kesulitan.
"Jou?" Kaiba mulai khawatir, terbukti dengan menyebutkan nama "Jou" dengan benar. Dengan muka heran Kaiba mulai mendekati Jounouchi. Sepertinya ada yang tak beres. Anjingnya terlihat sangat pucat sekali.
"Ayo ke klinik. Sepertinya ada yang tak beres denganmu." Dengan cepat Kaiba membopong tubuh Jou, membawanya ke klinik kampus dekat taman. Jou tak menolak. Mood-nya terkalahkan oleh rasa sakit yang makin menjadi.
XXX
A/N: Mau dilanjutkan? Please review. ^-^ Saya tidak butuh flamer. Sudah ada peringatan yang dicetak tebal di atas. Terimakasih