Kaleidoscope

A Kyou Kara Maoh multichap drabble

Disclaimer: Anda tentu masih sadar bahwa ini bukan punya saya, kan XD? It's Tomo Takabayashi's

3rd Kaleidoscope

"J-j-jaangaa~~nnn!"

Kejar-kejaran ala kucing dan tikus (atau kucing dan anjing?) ini sepertinya adalah rutinitas bagi semua penghuni Istana Covenant. Entah kejar-kejaran antara Gwendal dan Anissina..

.. atau yang terjadi sekarang ini, Shibuya Yuuri dan Wolfram Von Bielefeld. Dua orang yang sudah ditakdirkan untuk terus membuat ricuh istana selama keajaiban belum terjadi.

Conrad, melihat dari lapangan tempat para prajurit berlatih, hanya bisa menggelengkan kepala. Kira-kira apa yang sedang mereka ributkan, ya?, begitu pikir pria itu, menebak-nebak apa yang terjadi di koridor istana saat ini.

"J-jangan, Wolfram, JANGAN!"

Teriakan Yuuri kembali membahana di setiap sudut Istana Covenant. Teriakan memohon putus asa, seperti seseorang yang hendak dimutilasi saja, yang tampaknya tidak digubris oleh orang yang bersangkutan.

"Sudah, Yuuri. Jangan khawatir. Hasilnya pasti fantastik."

Itu dia. Suara Wolfram Von Bielefeld yang tampaknya tidak memiliki belas kasihan kepada sang korban. Atau mungkin, tidak menyadari apa yang dilakukannya hanya akan membuat sang tunangan semakin tersiksa, mengingat ia memang sebagai anak bungsu selalu diperhatikan, bukan ia yang memerhatikan keadaan sekeliling.

"Kumohon, Wolfram. Ja-ngaaaan," suara nyaris kehabisan nafas itu kini memohon dengan pelan, berharap lamat-lamat meski rasanya yang bisa dilakukan hanya pasrah. Pasrah karena sepertinya pikiran Wolfram tidak akan mungkin mendengarkan permintaan sekali-seumur-hidupnya. Err, oke, sedikit hiperbola, tapi di saat-saat seperti ini, Yuuri merasa sebegitu terdesaknya sehingga ia berharap bahwa jika Wolfram tidak mengejarnya saat ini, ia takkan meminta apa-apa lagi.

"Hennachoko, tenang aja, gambarnya pasti keren."

Beberapa pelayan mulai ber "oo" panjang. Wolfram rupanya hendak melukis wajah Yuuri, dan tentu saja, karena Wolfram bukanlah seorang pelukis professional, jelas hasilnya jauh dari yang diharapkan. Dan yang lebih tragis lagi bagi Yuuri, Wolfram bahkan tak menyadari bahwa ia sama sekali tak berbakat melukis, sehingga Wolfram terus memaksa tunangannya itu untuk menjadi model lukisannya.

"Tapi, Wolfram, kau sudah punya ribuan gambarku!" kata Yuuri, sudah tak bisa berpikir jernih lagi. Ok, kedua kali hiperbola. Tentu saja Wolfram tidak menggambar Yuuri sebanyak yang diucapkan pemuda dengan warna mata dan rambut hitam gelap itu, tapi yaa.. memang sudah cukup banyak gambar Wolfram yang menggunakan Yuuri sebagai modelnya.

"Ya, kau kan juga cuma harus diam saja, apa susahnya, sih?" tanya Wolfram, sementara kini tangannya sudah menyeret Yuuri yang hanya bisa pasrah kepada takdir.


"Selesai!"

Terdengar dua hela nafas lega. Wolfram: karena sekali lagi bisa menggambar keimutan sang tunangan. Yuuri: karena ia terbebas dari tugas 'menjadi model gambar buruk'.

"Gimana, gambarnya bagus gak, Yuuri?" tanya Wolfram cepat sambil menunjukkan lukisannya.

Yuuri sendiri hanya bisa sweatdropped melihat lukisan abstrak ala Wolfram itu…

….tapi ia tak berani mengungkapkannya langsung.

"Err, lumayan."

Setidaknya aku tidak akan dimarahi Wolfram, pikirnya sembari meletuskan jawaban itu.

Dan setidaknya aku tidak akan menyakiti hatinya.

~not to be ended but not to be continued~

a/n: Udah lama saya gak apdet? Maka itu saya apdet XD. Terimalah fic nista ini dengan sepenuh hati dan jika anda menerima fic nista ini sepenuh hati, reviewlah =P