Summary: Matt dan Mello sama-sama menderita brother complex pada near. Mereka berlomba satu sama lain hanya untuk melelehkan hati si putih (you-know-who… yang saya maksud bukan anjingnya Shinchan). Dan ada chapter khusus MxM-nya.

Genre: Romance

Pairing: MxM

MattxNear

MelloxNear (jika yang brother complex juga dimasukkan dalam pairing)

UNTOUCHABLE WHITE: Chapter 1 –A Cake

Terkadang ada saja orang yang tidak bisa menyampaikan perasaan pada orang yang dikaguminya. Dan akulah salah satunya.

Entah karena tak berani, atau.. Karena dia yang kusukai (atau mungkin hanya ingin kulindungi) sudah divonis tak memiliki perasaan dan tak memiliki cinta.

Aku dikenal sebagai orang yang kasar dan mungkin akan ditertawai bila orang mengetahui aku menyukai seseorang.

Mungkin aku harus menyerah.. Namun semua pesonanya terus membuatku tak bisa melupakannya.

Panti asuhan Whammy House, London-Inggris.

Seorang remaja laki berumur 15 tahun mengendap-ngendap di dalam koridor. Rambut pirangnya bergerak ketika melangkahkan kaki. Tubuhnya identik dengan bau coklat.

Bukan karena ia adalah seorang pembuat coklat. Tapi karena ia selalu memakan coklat. Bahkan ia punya puluhan kotak coklat di kamarnya.

Remaja blonde itu mengendap-ngendap perlahan, agak sedikit merunduk. Menuju ruangan di ujung koridor.

"Mello, apa yang kau lakukan?" sebuah suara memanggilnya.

Mello langsung menegakkan tubuhnya, berbalik menuju arah datangnya suara. "Linda?" Mello melihat gadis kecil menatapnya dengan sorot mata yang aneh.

"Apa yang kau lakukan, Mello?" Linda mengulangi pertanyaannya.

"A... Aku sedang..." Mello agak bingung menjawabnya. "..Mencari kelerengku yang jatuh!!" katanya, akhirnya ia menemukan alasan. Walaupun menurutnya tak masuk akal. Untuk apa ia mencari kelereng, bahkan seumur hidup pun Mello belum pernah memainkannya.

"Oh..." Linda nampaknya percaya, dasar anak lugu... "Semoga kelerengmu ketemu ya, Mello." Katanya lalu pergi meninggalkan Mello tanpa curiga.

Linda telah hilang dari pandangan. Mello selamat. "Fuuuhh~" Mello mengusap usap dadanya.

Mello kini berlari ke ujung koridor, masuk ke dalam ruangan dan langsung menutup pintunya. Ia bersender di balik pintu, "untung saja tidak ketahuan... Sekarang aku harus cepat. Sebelum ada yang datang..."

Kurasa Mello punya rencana brilian. Apa yang dilakukannya ya??

Pukul 11.30 malam, Whammy House.

Mello kembali mengendap ngendap di koridor. Satu tangannya membawa kotak coklat kecil berhiaskan pita putih. Seluruh anak di panti kini sudah tidur, dan Mello yakin Linda tak akan memergokinya lagi.

Mello masuk ke salah satu kamar, lalu kembali lagi setelah menaruh kotak yang dibawanya di meja dalam kamar itu.

Pukul 06.45 pagi, Whammy House.

"Ngg.." Bocah lelaki terbangun dalam kamarnya. Walau umurnya kini baru genap 13 tahun, seluruh rambutnya sudah memutih seluruhnya. Mata birunya nampak bening seperti air. Kulitnya yang pucat membuat ia tampak seperti kekurangan pigmen.

Ia Menurunkan kakinya dari tempat tidur. Piyama putihnya yang terlalu besar sedikit menyentuh lantai.

Di sudut matanya ia melihat juntaian pita putih yang membalut kotak coklat.

Bocah albino itu memalingkan wajahnya, menatap kotak selebar buku itu. Tadi malam itu tidak ada di sana. Ia memutuskan untuk mengambilnya, mengulurkan tangannya untuk meraihnya.

Di atas kotak itu ada amplop kecil, namun bocah itu tidak membukanya. Ia lebih tertarik dengan kotak yang kini ada di tangannya.

Ia membuka kotak itu. Matanya sedikit membesar ketika melihat isinya. Ia segera meletakkan kotak itu dan mengambil surat yang tadi dijatuhkannya ke lantai. Ia membukanya, lalu membaca isinya. Tulisannya berantakan, tapi masih bisa terbaca dengan baik. Samar samar tercium aroma coklat dari kertas itu.

"Selamat ulang tahun, Near.

-Mello-

p.s: Kau harus makan kuenya! Aku sudah susah payah mengelabui Linda untuk membuatnya."

Near tertawa kecil. Ia menyimpan surat itu di dalam lacinya dan pergi ke ruang makan untuk mengambil piring dan garpu.

Whammy House, kamar Mello.

Mello sedang menggigit coklat sembari duduk bersender di atas tempat tidurnya. Matt, teman sekamar Mello, seperti biasa sedang memainkan game portable sambil menghisap rokok di sofa.

Matt sedikit melirik Mello, "Mel, tanganmu kenapa?" ucap matt tanpa mengalihkan perhatiannya dari gamenya. "Itu luka bakar kan? Apa yang kau lakukan sih?"

"Tutup mulutmu, Matt!" jawab Mello, ketus. "Ini akibat kelereng tahu!"

Yah... Mello memang tidak pandai mencari alasan.

A Cake –END