HaikuReSanovA: Siapa aku? Ternyata semua yang telah aku lakukan untukmu hanya kau anggap sebagai sampah
.
.
..000. . .Disclaimer: Masashi Kishimoto. . ..0
00. .Pair: NaruSasu. . .00
000...Rating: T...000
0.0..Genre: Supernatural/Romance..0.0
Warning: OOC, OC, menggunakan darah manusia *?* . Agak menyesatkan, tapi itulah yang saya sukai ^^ Sorry kalo banyak typos...
Kehancuran total menyelubungi sebuah arena pertarungan. Tempat persembunyian para iblis telah hancur, bongkahan-bongkahan besar batu dan tanah tersebar dimana-mana. Tidak ada satupun yang tersisa untuk meyakinkan jika sebelumnya tempat itu penuh dengan sofa-sofa empuk berwarna hitam dan pilar-pilar megah bernuansa kegelapan. Tidak ada lagi aula dengan langit-langit tinggi yang akan membuat kagum siapapun yang bisa melihatnya.
Hanya darah yang tertumpah dan nafas terputus-putus yang bisa dilihat dan didengar.
"Apa kau sudah menyerah?" Sebuah tanya dilontarkan.
Sebuah suara lain menjawabnya dengan penuh kesinisan. "Kau tidak akan pernah menang."
.
.
DEMON
Chapter 10
.
.
"Lepaskan aku!" bentak Sasuke.
"Jika aku tidak mau?" tantang Naruto. Dia semakin mengeratkan pelukannya, membuat belenggu baja agar Sasuke tidak lepas. Jujur saja, dia sangat menikmati waktunya saat menggoda salah satu keturunan Uchiha ini.
Sasuke menggeram marah. Dia memberontak lebih keras, bahkan sudah menyikut iblis pirang itu kuat-kuat tapi hasilnya nihil.
"Kau tahu? Usahamu itu sia-sia saja."
"Lalu?" balas Sasuke sengit. "Aku tidak akan tunduk pada iblis sepertimu!"
Naruto terkekeh. Menyenangkan sekali melihat wajah Sasuke yang merengut marah.
Sasuke berusaha mengabaikan sensasi aneh yang dirasakan kulitnya. "Kau pikir aku akan tunduk padamu?"
Naruto menyeringai. "Tentu saja tidak, tapi itulah yang aku suka darimu," bisik Naruto menggoda di telinga Sasuke.
Setetes keringat mengalir saat Sasuke berusaha menahan sensasi menggelitik yang dihasilkan hembusan nafas Naruto ditelinganya. Ingin sekali dia mengutuk dirinya sendiri karena bersikap seperti seorang gadis. Demi Dewa Jashin! Uchiha Sasuke bukan seorang gadis! Apalagi tingkahnya saat ini persis seperti gadis dimabuk cinta. Oke, coret pemikiran itu.
Tanpa diduga Naruto melepaskan kuncian tangannya membuat mata Sasuke menyipit curiga.
"Apa kau akan mengalahkanku?" tanya Naruto. Menatap Sasuke yang kini berdiri dihadapannya. Mata Onyx itu menatapnya tajam.
"Labih dari yang kau bayangkan."
Naruto tersenyum. Dia mengabaikan pandangan curiga Sasuke dan meraih tangan pucat itu.
"Akan aku tunjukkan sesuatu."
.
.
Dua buah pedang beradu dengan keras. Menimbulkan suara denting mengerikan yang dapat menulikan telinga.
"Kekuatanmu tidak akan cukup untuk mengalahkanku, Uchiha," ujar Cash sinis. Pedang hitamnya meneteskan darah berwarna hitam pekat. Keadaan yang sama juga terjadi pada Rei. Tubuhnya penuh luka dan kimono yang digunakannya sudah robek disana-sini.
"Kau tidak akan pernah tahu sebelum kau mencobanya, Tuan Cash. Atau perlu aku membuktikannya sekarang?" tantang Rei. Ekspresinya menunjukkan tekad dan kesenangan.
Re kembali maju, menghunuskan pedangnya tanpa keraguan sedikitpun ke leher Cash. Cash menyeringai menyambut serangan Rei, tangannya terangkat untuk mengeluarkan aura kegelapan.
"Ukh!"
Pedang Rei hanya berhasil menyentuh lapisan terluar aura kegelapan yang melingkupi tubuh Cash. Masih dengan menyeringai, Cash menghentakkan tangannya sehingga Rei terhempas.
"See? Terlalu cepat seribu tahun bagimu untuk bisa mengalahkanku."
Rei terhuyung, matanya yang semula hitam pekat berubah menjadi merah.
"Hoo? Akhirnya kau mengeluarkan Sharingan, eh?" sindir Cash. Matanya yang merah gelap melihat ke atas, menemukan Reyne yang balas menatapnya dengan pandangan datar. Meski begitu, jauh dibalik mata itu tergambar sekelumit kekhawatiran.
Cash tersenyum. Meyakinkan Reyne jika ini akan berakhir dengan kemenangan ditangannya. Melihat senyum Cash, Reyne hanya bisa mengangguk dan membiarkan Cash menyelesaikan bagiannya.
.
.
"Tempat apa ini?"
Itu adalah hal pertama yang Sasuke lontarkan saat kegelapan yang menyelimuti matanya memudar. Tidak sepenuhnya menjadi terang juga, tempat ini agak temaram sehingga pandangannya terganggu.
Mata onyx itu memperhatikan sekitarnya dengan teliti, tempat ini terlihat seperti dimensi antah berantah dengan ratusan pintu berwarna coklat gelap disekelilingnya.
"Ini pintu ingatanku," jelas Naruto seolah tahu apa yang ada di pikiran Sasuke. "Aku akan menunjukkan sesuatu padamu."
Naruto menarik tangan Sasuke ke salah satu pintu dan membimbingnya masuk.
Kobaran api yang menyambutnya membuat Sasuke terkejut. Dia nyaris melangkah mundur karena shock kalau saja tangan Naruto tidak menahannya. "Ini hanya ingatan, tenang saja," ujar Naruto.
Sasuke mengangguk kaku. "Untuk apa kau memperlihatkan hal ini padaku?" tanyanya curiga.
Naruto hanya mengedikkan bahunya. "Aku ingin kau tahu dan belajar." Sasuke mengernyit tidak mengerti tapi tidak menolak saat Naruto menarik tangannya, lagi.
Sasuke menyipitkan matanya mencoba melihat apa yang ada dibalik kobaran api. Dan matanya terbelalak terkejut menemukan tubuh-tubuh tak bernyawa yang mulai menghitam tertelan api. "Tempat apa ini?" tanya Sasuke dengan suara tercekat.
"Konoha. Lima ribu tahun lalu saat Akatsuki bertarung dengan pendeta Rikudo."
Mata Sasuke terbelalak. Naruto sungguh akan memperlihatkan pemandangan ini padanya?
"Hei!" protes Sasuke saat Naruto menggendongnya dan melompat dengan ringannya menaiki sebuah tebing terjal.
"Kita bisa melihat semuanya dari sini," kata Naruto pelan. Sasuke langsung memberontak dari gendongan Naruto saat iblis pirang itu berpijak pada tanah padat. Naruto tidak berkomentar atau menggoda seperti biasa. Pandangannya lurus kebawah tebing, menembus kobaran api.
"Itu kami," tunjuk Naruto ke bawah.
Sasuke mengikuti arah tangan Naruto dan mendapati hal yang mengerikan. Siluman rubah berekor sembilan tengah mengamuk dibawah sana, menggunakan cakra merahnya untuk menghancurkan apa yang menghalangi pandangannya. Mengaumkan lolongan kemarahan dari sela-sela taringnya yang tajam. Mata merahnya liar dengan kekejaman. Tidak jauh darinya beberapa sosok berjubah hitam tengah menghadapi sosok-sosok lain berpakaian putih. Tapi serangan apa yang mereka lancarkan sulit ditangkap Sasuke dengan jelas karena mereka bergerak begitu cepat.
Suara Naruto mengalihkan perhatian Sasuke dari Kyuubi yang tengah mengamuk.
"Seperti yang kau tahu, kami sepuluh iblis yang tergabung dalam Akatsuki berusaha membersihkan dunia, manusia lebih suka memanggil kami sebagai penghancur dunia. Selama eksistensiku aku sudah melihat betapa rusaknya dunia ini oleh tangan-tangan manusia yang serakah dan kotor. Menghancurkan keseimbangan alam dengan egoisme mereka.
Karena itu sudah waktunya kami melaksanakan tugas kami. Menjatuhkan manusia ke neraka dan membuat dunia dari nol lagi.
Aku tidak akan memaksakan kebenaran versiku padamu karena aku yakin kau punya pendapat sendiri." Naruto menatap Sasuke, memberinya pandangan sabar nyaris mendekati pasrah.
"Tentu saja aku tidak akan pernah setuju denganmu," desis Sasuke. Meski dia tidak suka keramaian dan manusia -yang dia akui kotor- yang mengelilinginya dia tidak akan pernah berpikir untuk membunuh semuanya. Lagipula itu hidup mereka dan tidak ada sangkut pautnya dengan Sasuke.
Naruto tersenyum kecil. "Sudah kuduga," gumamnya.
"Lalu apa yang sebenarnya ingin kau katakan?"
Naruto hanya menyeringai seperti biasa,"Lihatlah sendiri."
.
.
Itachi menatap buku ditangannya dengan rasa tidak percaya yang begitu besar. Ditangannya terdapat salinan ramalan yang hanya bisa dibaca oleh Rei. Dia begitu heran saat Rei memberikan buku ini padanya tadi pagi.
"Apa ini?" tanya Itachi saat itu.
Rei hanya tersenyum tipis."Informasi yang akan berguna kedepannya."
"Dan kenapa kenapa kau tidak mengatakannya langsung padaku?" tanya Itachi curiga.
Rei tertawa kecil. "Aku sibuk sekali ini hari, Itachi-nii. Kurasa aku bahkan tidak akan sempat mengobrol denganmu. Yah, kuharap buku itu akan berguna," Rei menunjuk buku di tangan Itachi. "Lagipula kau orang yang tepat."
Itachi semakin penasaran dengan perkataan sepupunya yang berputar-putar. Sepertinya ada yang disembunyikan oleh Rei.
"Kau tidak merencanakan sesuatu, bukan?"
"Tentu saja. Aku selalu punya rencana Itachi-nii. Nah, selanjutnya kuserahkan padamu. Tolong katakan pada Sasuke untuk rajin berlatih, oke?" kata Rei ceria.
Dan Itachi hanya bisa menatap punggung Rei yang semakin menjauh dengan tatapan khawatir.
Dan kini, dengan terduduk didalam kamarnya. Itachi tidak mampu berkata-kata. Kenapa kenyataan yang tertulis dalam buku ini begitu mengerikan? Bagaimana mungkin ramalan yang dibaca Rei bisa seperti ini? Apakah ini berarti takdir tidak bisa dirubah?
Dan kemana perginya sepupunya itu? Sungguh keterlaluan sekali Rei pergi disaat-saat genting seperti ini.
Itachi mendongak dari untaian kalimat ditangannya saat merasakan keberadaan orang lain dikamarnya. Dilihatnya Sai tengah duduk santai di kusen jendela kamarnya.
"Jadi…" ujar Sai tanpa senyum palsu yang biasa dia tunjukkan. "Semuanya benar-benar telah dimulai?"
Itachi tidak punya pilihan lain selain mengangguk perlahan.
.
.
Debu di udara menghalangi pandangan. Sisa-sisa residu kekuatan abnormal terasa sangat kental didalamnya. Sosok Rei yang terlihat samar-samar diantara debu itu tampak tidak berdiri dengan tegap.
Tidak jauh darinya terlihat iblis berambut coklat yang tengah menyeringai padanya.
"Apa kau sudah mencapai batasmu, Uchiha?" ejek Cash seraya menghapus darah yang mengalir di dahinya.
Rei menatap iblis di depannya dengan pandangan penuh observasi. Nafasnya terasa berat tapi dia masih bisa merasakan kekuatan mengalir di dalam tubuhnya. Ini belum berakhir, bisiknya dalam hati.
"Apa menurutmu seperti itu?" tanya Rei balik. Mata onyx-nya mengawasi sekitarnya. Pertarungan ini telah menghancurkan tempat persembunyian ini sampai tidak bisa dikenali lagi. Dari sudut matanya dia bisa melihat si iblis merah Reyne tengah mengawasi pertarungannya dari udara. Iblis berambut merah itu memang tidak melakukan apa-apa. Tapi Rei masih harus tetap waspada. Dia tidak akan mau terperangkap dalam jebakan konyol gara-gara lengah sedikit saja.
"Kemana pandanganmu, Uchiha?" perkataan itu membuayarkan Rei dari pikirannya dan langsung terbelalak saat melihat Cash melesat cepat ke arahnya dengan sebuah pedang hitam mengarah lurus ke jantungnya.
Untungnya Rei mampu menghindar di detik terakhir dan langsung membalikkan serangan itu dengan pedang yang dia munculkan dari udara kosong.
Mereka berdua sama-sama melompat mundur usai konfrontasi singkat itu. Saling menjaga jarak sambil memperhitungkan langkah selanjutnya untuk menjatuhkan lawannya.
"Ooh, jadi kau tidak selemah manusia lainnya," ejek Cash.
"Menggelikan sekali kalimat itu diucapkan oleh iblis yang pernah terperangkap dalam ilusiku."
Mata Cash berkilat dalam kemarahan. Ini benar-benar tidak bisa ditolerir lagi. Tapi, dia masih harus berhati-hati dengan mata terkutuk Uchiha. Cash tidak cukup bodoh untuk terperangkap dalam jurus ilusi itu lagi. Yang jelas, dia akan membuat Uchiha satu ini merasakan pembalasan yang berlipat atas penghinaan ini.
Cash kembali melancarkan serangan-serangan berkecepatan tinggi. Merasa, dalam kemarahannya, sekelumit kekaguman akan kemampuan Uchiha Rei mengimbangi gerakannya yang cepat.
Denting pendang yang menggema dengan mengerikan memenuhi arena bertarungan mereka selama beberapa saat. Kemampuan mereka dalam memainkan pedang dapat dikatakan seimbang.
Mereka mungkin tidak pernah menemui lawan yang seimbang seperti ini sebelumnya.
"Sungguh bodoh dirimu yang masuk ke sarang iblis sendirian."
Terengah, Rei menjawab dengan nada angkuh. "Menurutmu aku bodoh? Kau tidak tahu apa yang aku lakukan."
Cash mengernyit. Benar, Uchiha tidak sebodoh itu untuk datang sendirian ke markas mereka. Lalu apa rencana gadis ini?
Rei membisikkan sesuatu yang tidak mampu ditangkap oleh pendengaran Cash dan mendadak puluhan bola api raksasa menghujamnya dari segala arah.
"Ck!"
Cash melompat tinggi untuk menghindari bola-bola api itu. Namun ternyata lompatannya tidak cukup tinggi untuk menghindari serangan langsung yang dilancarkan Rei. Gadis itu ternyata menggunakan bola-bola api itu sebagai pengalih perhatian dan turut melompat dengan pedang terhunus untuk menyerang Cash.
Menggeram dari sela-sela giginya, Cash mengangkat pedangnya untuk menangkis pedang Rei. Untuk sekian kalinya pedang mereka bertemu dengan gema yang begitu mengerikan. Tapi tidak sesingkat sebelumnya, pedang mereka saling menekan, melihat siapakah yang akan kalah dalam adu kekuatan ini.
Cash menambah kekuatan yang dia alirkan ke pedangnya. Tersenyum mengejek saat melihat Rei terdesak. Tapi, Rei tidak semudah itu untuk ditaklukkan.
Dengan sengaja, dia mengendurkan pegangannya pada pedangnya. Tindakan ini tentu membuatnya terdesak. Namun, seringai Cash lenyap begitu apa yang sebenarnya ingin dilakukan Uchiha itu. Dengan gerakan seringan bulu Rei bergerak kesamping. Dan Cash yang terdorong kedepan oleh kekuatan pedangnya sendiri tidak dapat menghindari serangan tidak terduga ini.
.
.
TBC
RENOTE: I'm so sorry! (-/\-) Re tau Re lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa kali baru apdet. Kapan ya terakhir apdet =.=? pokoknya lama benget kali ya,,, Trus,,, Re tau kalo chap ini pendeeeeeeeeeek banget,,, Re terpaksa potong sampai sini,,, padahal plot aslinya lebih panjang dari ini,,, soalnya harusnya chap ini adalah pintu gerbang klimaks :'( Hiks! Re sibuk banget kuliah sampe ngak inget ama yang lain,,, dan mood nge-fic udah bener2 hilang. Trus makasi buatChiharu ChieBby, Aisyah Az-Zahrana, Nazuka Kiseki, Comelia La Princese Endormie, Anggie Anggraheni , Taiyo Akarui D'ayuniyaatas dukungan dan ancamannya… haha… *Siap-siap kabur* inget ripiu lho ya~
Oya! Hampir lupa! Re ulang tahun lho hari ini,,, ultah Re yang ketiga sebagai author di FFn~~ XD *tabur-tabur konfeti*
With Love,
HaikuReSanovA