Pertama-tama saya ingin mengakui dosa,... fic ini saya temukan saat saya mengobok-obok file-file saya yang lama hahahaha... dan akhirnya saya MENEMUKAN file saya yang hilang waktu dulu, kemudian saya membacanya dengan seksama... lalu... TING! Ide itu muncul dengan seenaknya dalam kepala saya... lalu saya berpikir,"Cerita ini diedit aja kali yah" hahaha *digaplok banyak ketawa sih*...

Cerita lama saya ini juga bersumber dari sebuah cerita manga yang saya lupa judulnya ^^... *parah-digaplok*

Tapi cuma ngambil bagian depannya doang, ntar chapter selanjutnya mah saya pikir sendiri wkwkwkwk...

Yo wes lah... daripada mendengarkan ocehan saya yang gak penting ^^, silakan baca... dan jangan lupa ripyu~~~ hahaha...

Warning! OCC (dikit), AU

Naruto Masashi kishimoto-sensei~~

Love to Life Belongs To Me~~ *narsis- ditampar*


Sinar matahari masuk ke kamar hanya berkasnya saja. Gorden biru yang menempel di daun jendela kini berwarna kekuningan di daerah tengahnya. Suara kicauan burung pagi diluar sana terdengar sayup. Lampu kamar yang bersinar kuning temaram tidak menghilangkan kegelapan kamar disudut-sudut nya. Boneka-boneka yang disimpan dirak boneka terlihat sangat jauh dari kesan lucu akibat sinar lampu yang temaram. Dari balik pintu samar-samar tercium bau telur, susu, serta roti panggang.

"Nona Sakura, sarapan sudah siap," kata seorang maid dari balik pintu, kemudian masuk. Seragamnya yang dominan berwarna gelap, hanya beberapa bagian yang berwarna putih, diujung lengan baju yang tidak sampai ke siku terdapat renda-renda. Dia memakai apron yang juga berwarna gelap dengan sisi-sisinya yang berenda. Rambut indigonya yang panjang terlihat indah dengan mata lavender yang menatap Sakura dengan sayu, kemudian dia menghampiri Sakura. Hinata, nama pelayan itu.

"Nona silakan dimakan," kata maid itu. Suaranya yang lembut kontras sekali dengan penampilannya yang gothic. Serbet diletakannya di daerah kerah baju Sakura dan sedikit merapikan sisi-sisi sprei yang kusut. Dari seragamnya tercium parfum yang harum. Dia beranjak dan mendekati jendela bersiap membuka gorden yang menutup cahaya matahari masuk.

"Jangan! Aku tidak mau terkena sinar matahari! Sialu, mataku sakit!" kata Sakura cepat-cepat dan makan siangnya yang disimpan dimeja kecil di atas pahanya sedikit terguncang.

"Oh… maafkan saya Nona…" sesal maid tersebut. Dan mambatalkan niatnya membuka gorden. Lalu membungkukkan bagian atas tubuhnya 45 derajat ke arah Sakura. Memang maid ini terlalu sopan untuk ukuran pelayan di rumah tua yang selalu gelap gulita ini. Daripada disebut rumah lebih tepat disebut puri. Tempatnya terpencil di hutan yang entah apa namanya Sakura pun tidak tahu. Dia tidak peduli lagi mau dibawa kemanapun. Bahkan ke ujung jurang pun dia tak peduli.

.

FLASH BACK

.

Malam yang mencekat. Langit tak berbintang tertutup awan mendung, sinar purnama merah darah samar oleh awan hitam yang bergerak dengan lamban. Angin malam yang menusuk masuk melalui jendela yang tidak dikunci. Kamar yang hanya diterangi lilin di sudut ruangan berkedut-kedut tertiup angin namun tidak padam, hanya cahayanya saja yang redup beberapa saat kemudian terang lagi. Sakura duduk di kursi tempat dia biasa belajar. Telapak kakinya diangkat hingga menyentuh bagian untuk diduduki pada kursi. Lututnya hampir setinggi dagu dengan mata menatap kosong memeandang bulan purnama temaram berwarna merah, seakan tiba-tiba akan meneteskan berliter-liter darah segar dari langit, sekedar membasahi jiwa-jiwa yang tak berdarah.

Tubuh Sakura lemah dan rentan terhadap penyakit, namun kini dia duduk di depan jendela yang terbuka dengan angin malam yang bertiup kencang menusuk-nusuk organ dalamnya. Namun Sakura sudah tidak peduli. Mau dia mati bulan depan atau minggu depan atau lusa atau rabu besok, dia tidak peduli. Egois memang, namun Sakura sudah tidak ada semangat hidup. Ranjangnya yang masih rapi menandakan dia belum menjamahinya hari ini. Lampu tidur yang sengaja dimatikan derberit-derit berirama disapu angin malam.

Sakura mengangkat wajahnya kemudian menatap langit malam dan bersenandung dengan nada berantakan.
"Seseorang berkata"
"Apa arti hidup ini?"
"Apa gunanya hidup ini?"
"Apa bagusnya hidup ini?"
"Apa nikmatnya hidup ini?"
"dan yang lain menyahut"
"Tidak tahu"
"Tidak mengerti"
"Tidak peduli"
"Tidak peduli!"
"Malaikat-malaikat... cabutlah nyawaku"
"Bawalah aku... ketempat yang jauh"

Tiba-tiba ada suara laki-laki, " Kau mau mati?"

.

Waktu serasa berhenti, saat kau ada disana

.

Sakura tertegun sesaat, ditatapnya lekat laki-laki yang entah sejak kapan berada di hadapannya sekarang, berjongkok di daun jendela..Pakaiannya didominasi warna hitam, pita kupu-kupu warna darah sepatu kulit berwarna hitam yang sangat keras sepertinya, dan dengan jubah hitam dan rambutnya yang berwarna hitam pula namun agak kebiruan berkibar ditiup angin malam. Mata merahnya menatap Sakura dengan dingin, seakan menusuk semua organ dalam sakura yang lemah, namun Sakura tidak takut, toh dia akan mati.

"Ya..." jawab Sakura singkat. Matanya masih mengekspresikan kekosongan.

"Baiklah... kalau itu maumu," seringainya memperlihatkan taring yang masih berbercak merah lidahnya menjilati gigi tersebut. "Ups, ada yang ketinggalan," katanya lagi.

"Kamu vampir ya?" Sakura bertanya namun tidak ada ketakutan dimatanya. Dia tidak takut dengan kematian. "Paling cuma kesakitan beberapa saat" batinnya. "Yah silakan…"
Katanya sambil menyibakkan rambutnya yang berwarna merah muda menutupi lehernya. Kepalanya di condongkan kesebelah kiri dan terlihatlah leher yang siap dimangsa setiap saat. Namun, tatapannya masih kosong.

Vampir itu menatap lekat Sakura dan kemudian berkata, "Huh! Orang yang mau mati tidak enak dibunuh, aku paling suka membunuh orang yang tidak mau mati" katanya sambil menumpukan dagunya pada telapak tangannya, tatapan mata merahnaya yang menusuk tetap dipancarkannya. "Tapi, tadi kau bernyanyi atau apalah… kau bilang ingin pergi jauh?"

Sakura melirik sekilas.

"Kau akan membawaku," kata Sakura kini kepalanya tegak lagi.

"Ya, kesinikan tanganmu…," katanya pelan, tatapannya yang dingin tiba-tiba berubah, warna merah lutur perlahan digantikan warna hitam pudar yang kesepian.

.

Saat kau menarik tanganku, kurasakan dinginnya tubuhmu… tanpa denyut nadi…

.

Tatapanmu yang kesepian, tatapanku yang putus asa, beradu di udara…

.

Malaikat hitam… datang dan membawaku pergi… ke arah bulan merah darah…


T----B----C

Waaaa!!! pendek banget yah?! Kaget saya... tadi perasaan lumayan panjang hehehehe....

Oh iya ya namanya juga prolog ^^...

Mind to Ripyu abis baca ^^ *ngarep Mode: ON*