Apa kalian sudah membaca fanfic 'You'll never walk alone' milikku? Apa? Belum? Kalau begitu kalian harus mencobanya. Kusarankan kalian baca terlebih dahulu, meskipun tidak terlalu disarankan, karena cerita berikut ini adalah sekuelnya. Jadi, kalian bisa tahu bagaimana Ai menjadi fans Liverpool, yang akan "bertanding" di dalam cerita ini melawan Conan's favourite football club Manchester United.
Oh ya, kali ini tidak ada kawan atau lawan, sebab semua chara akan kutampilkan, baik yang tokoh utama sampai anggota BO juga lho!! Namanya juga nonton bareng hehe….
Psstt… sebagai bonus, kurasa kalian sudah tahu sejak melihat genrenya. Ya, bakal ada romantisme antara Conan dan Ai! Mungkin agak lebay dan OOC, tapi siapa peduli? Spesial buat para pecinta ConanAi.
Baiklah, kita mulai saja chapternya!
Setting : Conan dan Ai sudah berusia 12 tahun lho, yang berarti mereka sudah kelas 6 SD. Ran sedang melanjutkan studi ke Manhattan University mengambil gelar magister bidang ekonomi (he he, semoga berhasil ya), Heiji-Kazuha sudah bertunangan, Eri balik ke Kogoro, Yusaku-Yukiko balik ke Jepang sementara waktu, Kaito 'cuti' jadi KID, Miwako-Takagi udah menikah, Kobayashi-Shiratori pacaran, dan…ah panjang, cari tau aja sendiri deh…
"blabla" berarti percakapan
'blabla' berarti ucapan dalam hati/pikiran
Disclaimer : Menurutmu Aoyama Gosho bisa berbahasa Indonesia?
xxxxxxxxxxxx Big match xxxxxxxxxxxx
"Edogawa-kun! Haibara-san!" teriak Kobayashi-sensei dari depan kelas. "Aku tahu kalian adalah anak terpintar di kelas ini – satu sekolah ini malah – tapi bukan berarti kalian bisa bersantai-santai tidak mengikuti pelajaran dan mengobrol sendiri."
"Gomenasai, sensei" kata Conan dan Ai bersamaan, buru-buru menjauhkan diri setelah ketahuan mereka berdua sedang asyik berbicara sendiri dan tidak mengikuti pelajaran. Saat itu pelajaran Bahasa Jepang, dan Kobayashi-sensei sedang menjelaskan tentang tata menulis huruf kanji, yang menjadi bahan ujian akhir negara nantinya.
Kobayashi-sensei berjalan menuju mereka berdua, pandangan marahnya tetap terpaku pada Conan dan Ai, lalu berkata, "Tampaknya kalian berdua harus dipisahkan. Sejak aku bertemu kalian sampai sekarang, kalian selalu duduk atau berjalan bersama."
'Tentu saja kau tahu,' cibir Conan dalam hati 'kau kan selalu bersama kami sejak kelas 2 sampai sekarang, dimutasi terus setiap tahun, mengajar kami tanpa henti, menproklamirkan diri sebagai penasihat Shounen Tantei, bahkan ikut terus dalam setiap kasus walaupun cuma sekedar mencari boneka hilang' namun tampaknya Kobayashi-sensei memegang teguh prinsip "tidak ada anak emas bagi guru", dan hal ini, mau tidak mau, Conan sangat hargai.
Ai bermaksud menjawab ketika Conan tiba-tiba memotong dan berkata tanpa pikir panjang, "Er…kenapa kami harus dipisah? Maksudku kami ini–" Conan bermaksud mengatakan bahwa mereka tetap memperhatikan pelajaran dan ini hanyalah kesalahan kecil, namun dia berhenti di tengah jalan karena merasakan aura di sekeliling berubah menjadi tidak bersahabat. Conan menyesali apa yang baru saja diucapkannya.
"Oh, jadi kalian apa?" tanya Kobayashi-sensei, tatapan marahnya lenyap, senyum kecil mulai muncul di wajahnya, "tampaknya ada sesuatu di antara kalian. Biar kutebak. Mungkin…pacaran?"
"KAMI TIDAK PACARAN!!!" teriak Conan dan Ai hampir bersamaan, yang ditanggapi dengan tertawaan beberapa anak, tatapan ganas bercampur kecemburuan dari para penggemar mereka berdua, dan senyum Kobayashi-sensei menjadi tambah lebar.
"Yah, sebagai informasi, anak-anak sekalian, pacaran bukanlah hal yang semestinya dilakukan oleh anak SD, dan berarti dilarang di sekolah ini." Kobayashi-sensei mengeraskan suaranya agar dapat menyaingi suara tertawaan. Jelas sekali dia tidak peduli dengan jawaban Conan dan Ai, dan menikmati sekali dalam menggoda mereka berdua. "Tetapi," Kobayashi-sensei melirik ke arah Conan dan Ai, yang mana muka mereka berdua merah padam, saling menundukkan wajah saking malunya "untuk Edogawa-kun dan Haibara-san kukira kita bisa memberikan sedikit 'keringanan', bukan?" Hal ini hanya membuat tawa tambah meledak di seisi kelas.
Ai, yang mana lebih cepat untuk pulih dari rasa malu, langsung membalas dengan ejekan. "Oh, jadi pacaran dilarang di sekolah ini, ya? Kukira tidak, mengingat apa yang terjadi pada sensei."
"A..apa maksudmu?" wajah riang di muka Kobayashi-sensei lenyap seketika digantikan kecemasan, dia berpaling pada Ai, sementara seluruh siswa terdiam, kepala mereka dipenuhi rasa ingin tahu. Conan, yang masih tetap saja memerah padam, teralihkan pandangannya ke arah Ai.
"Jangan pura-pura, sensei." kata Ai, nada sindiran khasnya muncul dengan jelas. "Kami – Shonen Tantei – tentu saja tahu mengenai yah….hubungan sensei dengan….Opsir Shiratori?"
"Uuhhhh.." uhu seluruh murid, menerima gosip yang hangat. Fakta bahwa sensei meraka, yang menurut kabar angin menjomblo selama kurang lebih 8 tahun, tampaknya lebih menarik daripada hubungan Conan-Ai. Kobayashi-sensei, sementara itu, mulai memerah padam, sama seperti yang dilakukan Conan dan Ai. Conan memberikan dua jempol kepada Ai, seolah berkata "kerja bagus".
"I..itu..bukan…" Kobayashi-sensei terbata-bata.
"Bukan apa? Bukankah jelas bahwa kalian berpacaran selama hampir 3 tahun, dan aku heran kenapa kalian belum juga bertunangan." Muka Kobayashi-sensei tambah merah padam, seolah-olah ada "bom atom" yang siap meledak. Beberapa murid, yang Conan tahu dari klub koran sekolah, mulai mencatat setiap fakta yang ada. "Kalian sering bertemu di taman setiap minggu, berbicara dekat ketika kita berada di kepolisian, bahkan kemarin Shiratori-keibu(inspektur) datang menjemput sensei dengan mobil err… Ferrari 599XX untuk kencan, kan?"
Diam sesaat.
Sontak berbagai pertanyaan dan tanggapan meledak.
"Benarkah itu sensei?"
"Sensei benar-benar hebat."
"Jadi pacar sensei adalah polisi?"
"Sensei sudah jadian selama 3 tahun?"
"Sensei sudah pernah naik mobil Ferrari?"
"Pasti orangnya kaya sekali."
"Wow, beruntung sekali."
Conan tambah kagum dengan Ai, yang berhasil melakukan serangan balik.
Sebelum Kobayashi-sensei bisa bertindak, bel pergantian pelajaran telah berbunyi. Lega karena ada bantuan untuk menghindari serbuan pertanyaan, Kobayashi-sensei berjalan menuju mejanya, mengambil barangnya, dan berteriak agar bisa didengar, "Jangan lupa PR halaman 24, dikumpul besok pagi." Seluruh murid mendesah "Edogawa-kun, Haibara-san, detensi sepulang sekolah, kutunggu di kelas ini" kata Kobayashi-sensei ketika dekat dengan pintu. Conan hanya bisa mengerang, sedangkan Ai tampak kecewa.
"Hebat sekali, Kudo-kun. Kau membawa kita dalam masalah." ejek Ai
Conan memalingkan pandangan ke arah Ai, tampak marah dan membalas, "Oh, dan ini tidak akan terjadi jika seseorang tidak henti-hentinya membicarakan soal pertandingan Minggu ini…"
~~~~~FLASHBACK~~~~~
"Hei, lihat ini!"
Ai menjulurkan halaman koran yang baru saja dibacanya ke arah Conan. Conan yang merasa terganggu karena sedang menonton pertandingan baseball menggerutu dan melihat koran tersebut. Dia terkejut. Itu adalah halaman mengenai olahraga. 'Sejak kapan dia menyukai olahraga?' batin Conan.
"Er..apa kau sakit?" tanya Conan dengan sedikit khawatir.
"Hah?" jawab Ai, alis terangkat, tampak heran dengan pertanyaan Conan.
"Maksudku, tidak biasanya kau menjadi suka olahraga, mengingat kau sangat jelek dalam ol–"
"Aku tidak akan melakukan hal itu jika bukan karena ini." Ai menunjukkan artikel terdepan mengenai sepakbola. Conan membaca judul beritanya.
Liga Champions : The Reds Hempaskan Los Galacticos
'Tentu saja, Liverpool. Klub favorit Ai.' gerutu Conan. Dia sudah melihat berita itu di berita pagi, mengenai kelolosan Liverpool ke babak final Liga Champions. Dan itu berarti satu hal, yaitu…
"Dengan ini, mereka akan berjumpa Manchester United di babak final." lengking Ai dengan gembira.
"Yah, lalu apa masalahnya?" tanya Conan dengan nada datar.
"Kau tidak tahu? Kau kan pecinta MU, jadi yang kita lakukan sekarang adalah–" kata Ai tetapi dipotong oleh Conan. "Tunggu, sejak kapan kau tahu kalau aku penggemar MU?"
"5 tahun yang lalu. Itu bukanlah masalah. Yang penting sekarang, seperti biasa, kita taruhan."
'Ya ampun. Wanita ini benar-benar gila.' Dalam hati Conan menyesali percakapan di final Piala Osaka tempo dulu (ini ada di cerita "You'll Never Walk Alone" milikku) "Oke, jadi taruhannya apa?"
"Kalau aku menang – Liverpool menang – maka kau harus membelikanku topi, tas, kalung, anting, dan sepatu terbaru dalam bazaar di Beika Mall bulan depan." kata Ai dengan bersemangat, jelas sekali dia mengharapkan dia menang taruhan. "Tapi jika aku yang kalah, maka…"
"Jika aku menang – MU menang – maka kau harus…" Conan berhenti di tengah-tengah, sontak dia men-scan tubuh Ai dari kaki sampai kepala. Senyum licik menghiasi wajahnya. Ai melihat ini sebagai tanda bahaya, mukanya berubah merah lalu buru-buru berkata, "Jika kau berani menyentuh tubuhku sedikit saja, aku bersumpah akan kuminumkan kau APTX-4869 lagi."
"Kenapa tidak? Kan kau yang mengusulkan taruhan ini, jadi kau tidak boleh keberatan." goda Conan, masih tetap tersenyum, lalu mengalihkan perhatiannya kembali ke pertandingan baseball. "Tampaknya aku akan mengalami malam yang menyenangkan jika aku menang."
Muka Ai tambah merah padam, tangannya ingin menampar pipi Conan tapi ditahannya lalu mulai pergi dari tempat itu,
"Aku bukan wanita rendahan."
"Dan aku bukan orang perasan."
~~~~~END OF FLASHBACK~~~~~
"Jika kau tidak membawa hal ini ke dalam kelas tadi, pasti kita tidak akan kena detensi." gumam Conan.
"Kukira itu karena suaramu yang terlalu keras, ne?" sindir Ai.
"Ap–" gerutu Conan, tapi dipotong oleh Tama-sensei, guru matematika mereka, yang masuk kelas.
~~~~~Sepulang sekolah~~~~~
"Manchester United!"
"Liverpool!"
"Manchester United!"
"Liverpool!"
Berbagai teriakan membahana di lorong sekolah, seolah-olah mau menunjukkan hegemoni pertandingan big match yang akan berlangsung pada lusa – hari Minggu – .Conan dan Ai sudah mengepak barang mereka ke dalam tas ketika Ayumi, Mitsuhiko, dan Genta menghampiri mereka berdua.
"Conan-kun! Ai-chan!" teriak Ayumi, "Kita pulang sama-sama yuk."
"Maaf Yoshida-san," kata Ai dengan lembut, "tapi kami harus ikut detensi dengan Kobayashi-sensei."
Tepat ketika Ai selesai berbicara, Kobayashi-sensei masuk dan menyuruh Ayumi, Mitsuhiko, dan Genta keluar. Sebelum keluar, Genta berkata, "Kami akan menunggu kalian di luar." Sementara itu, Conan dan Ai sudah siap dengan segala "siksaan" yang akan diterima.
Tapi ternyata bukan "siksaan" yang ada, atau setidaknya begitu.
Sepanjang detensi Kobayashi-sensei hanya membicarakan soal kemajuan Shounen Tantei, permintaan-permintaan kasus yang ada dan juga beberapa kasus yang tergolong rumit yang belum bisa dipecahkan polisi. Jika tidak, mereka membicarakan mengenai beberapa hal seperti film "2012" atau "New Moon" yang baru liris di Tokyo esok hari. Namun yang paling menyebalkan buat Conan adalah topik mengenai pertandingan sepakbola. Kobayashi-sensei rupanya juga seorang Liverpuldian, yang membuat dia dan Ai menghabiskan sisa waktu untuk ngobrol segala sesuatu mengenai Liverpool. Mereka bahkan kelihatannya lupa soal percakapan tadi di kelas. Hal ini membuat Conan merasa seperti di dunia asing. 'Oh, semoga mereka cepat selesai,' gerutu Conan dalam hati.
30 menit kemudian…
"Yah, kurasa sampai di sini dulu." Kobayashi-sensei mengambil tasnya dan bangkit berdiri. "Ingat, lain kali jangan mengobrol sendirian di dalam kelas. Dan soal besok, aku bisa minta Shiratori untuk menolong kita. Bagaimana?"
"Boleh juga." tanggap Ai. "Nah, bagaimana denganmu, Conan?" pandangan Kobayashi-sensei sekarang teralih ke anak berkacamata yang sejak tadi hanya melongo ke luar, mencari pengalih perhatian.
"O..oh yah, boleh." kata Conan dengan terburu-buru, tidak mendengar dengan baik pertanyaan Kobayashi-sensei.
"Bagus. Jangan lupa beritahu mereka bertiga soal ini. Besok pagi jam 8 di taman Beika." Kobayashi-sensei sudah hampir membuka pintu ketika ada suara dari belakang. "Kobayashi-sensei." teriak Ai.
"Ada apa, Haibara?" tanya Kobayashi-sensei dengan suara lembut.
"Lusa, ingat ya." Ai mengedipkan matanya.
"Tentu saja. Aku pasti datang."
Conan tidak begitu mengerti apa yang dimaksud mereka berdua, tapi yang dia tahu bahwa itu pasti mengenai pertandingan lusa nanti. Dia hanya bisa membatin, apakah dalam percakapan antar wanita ada yang memasukkan topik mengenai sepakbola?
"Kudo-kun, kau sedang apa?" teriak Ai pelan. "Sudah sore. Sebaiknya kita cepat pulang."
"Oh, oke"
~~~~~ perjalanan pulang ~~~~~
"APAAAA!!????"
"Sssh, tantei-kun, kau membuat kita jadi pusat perhatian sekarang."
Conan terdiam, muka tertunduk malu. Ai baru saja memberitahukan kepada mereka bahwa Kobayashi-sensei akan menginap di rumah hakase pada hari Sabtu dan Minggu malam, untuk alasan yang Conan sudah bisa tebak dari sejak awal ketika mendengar berita ini. TV di apartemen Kobayashi-sensei sedang rusak, sehingga dia terpaksa menonton pertandingan lusa di rumah hakase bersama Ai.
"Jadi aku rasa aku akan mengalami akhir pekan terburukku. Aku hanya ingin tahu pendapat kalian." kata Ai dengan suara pelan.
"Jadi Kobayashi-sensei datang ke rumah Ai-chan hanya untuk menonton pertandingan bola?" tanya Ayumi, tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Yah, begitulah." gumam Ai dengan nada ketidaksenangan. "Dan ini berarti aku harus menyiapkan makan malam ekstra untuk besok malam, mengingat sudah ada tamu duluan yang da-" Ai berhenti setelah melihat Conan menyilangkan tangan di depan dadanya, tanda agar dia tidak ngomong lebih banyak lagi. Sayangnya, Ayumi dan Mitsuhiko melihat hal ini (Genta masih sibuk memikirkan makan malam) dan dengan otak mereka yang tentunya tambah pintar berhasil menyimpulkan fakta yang tidak menyenangkan.
"Conan-kun menginap juga di rumah Ai-chan?" teriak Ayumi, nadanya sedikit bergetar tanda dia hampir akan menangis.
Conan hanya bisa membatu, tidak tahu mau menjawab apa. Sejak mereka sepakat untuk taruhan, Conan memutuskan untuk tinggal di rumah hakase karena di kantor detektif tidak ada waktu untuk melakukannya. Eri sangat anti dengan hal yang namanya begadang, sedangkan Kogoro pasti akan membuat kegaduhan saat menonton. Awalnya Agasa-hakase juga menolak, tapi setelah dibujuk dan dirayu terus, akhirnya dia menyerah juga.
Mitsuhiko menghampiri Conan, tatapan marah terpaku pada orangyang sedang ditujunya, dipegangnya, kerah baju Conan sambil berkata, "Kau tidak bermaksud untuk berbuat macam-macam dengan Haibara-san, 'kan? Akan kuhajar kau jika kau berani untuk melakukan sesuatu yang..yang-yang tidak baik kepadanya."
"Untuk ukuran anak 12 tahun, otakmu sangatlah mesum, Mitsuhiko." kata Conan membela diri. Dilepaskannya tangan Mitsuhiko dari kerah bajunya, diperbaikinya lagi, dan mulai melanjutkan berjalan kaki. "Aku menginap di rumah hakase karena alasan sama seperti Kobayashi-sensei. Aku tidak akan tenang menonton di kantor detektf selama masih ada hal yang mengganggu." Conan memberi tekanan pada kalimat terakhir, yang merujuk pada "ritual" pertengkaran Kogoro dan Eri di kantor detektif.
"Yah, ngomong-ngomong soal pertandingan bola nanti, kalian pegang siapa?" kata Genta dari belakang, mencoba membuat topik baru.
"Liverpool." kata Mitsuhiko dengan cepat, melemparkan pandangan sekilas ke arah Ai.
Ai hanya bisa bergumam, "Wow, Tsuburaya-kun, aku tidak tahu kalau klub pilihanmu sama denganku. Kurasa itu adalah hal yang menyenangkan bagiku." Mitsuhiko hanya bisa memerah mendengar pujian dari Ai. Sementara itu Conan merasakan sensasi yang tidak menyenangkan di perutnya ketika mendengar hal itu. Dia berkata, "Yah, kurasa kalian bisa saling bercumbuan nanti selama pertandingan, ne?"
Ai, yang sudah merasa kesal kepada Conan sejak awal, mencibir, "Kau ini kenapa, sih? Bisanya hanya mengganggu saja. Ada apa de-" dia terdiap, pikiran lain menghampiri kepalanya. Dia tersenyum, sedikit mendekati Conan, dan berbisik, "Kau cemburu, ya, karena aku memuji Tsuburaya?"
"Kenapa aku harus cemburu dengannya?" jawab Conan tiba-tiba, menunjuk sedikit ke arah Mitsuhiko, suaranya hampir keras, namun bagi Ai itu terdengar seperti jawaban "ya". Tersenyum lebar, dia mengganti topik, "Dan kau tetap akan mendukung MU, kan?"
"Tentu saja," kata Conan, ada nada menantang di dalamnya.
"Kalau begitu, aku juga dukung MU!" jerit Ayumi, memeluk lengan kiri Conan. "Kita nanti nonton bareng ya, Conan-kun!" katanya, mukanya menghadap ke arah Conan, bercahaya, matanya bersinar. Conan hanya bisa membeku kebingungan, merasa tidak nyaman. Dia berusaha melepaskan Ayumi dari lengannya sesopan mungkin. "Er…Ayumi-chan, bisa kau lepaskan tanganku ini?" namun yang ada malah Ayumi mempererat pelukannya.
"Oh, lihat, pasangan cinta monyet yang serasi," sindir Ai, tawanya hampir meledak. Mitsuhiko tetap saja memandang ke arah Ai. Bingung mau buat apa, Conan balik bertanya ke Genta, "Kalau kau dukung siapa?"
"Tentu saja Milan, soalnya ada Hide di dalam!" teriak Genta kegirangan.
"Genta, yang akan bertanding adalah MU dan Liverpool, bukan Milan," kikik Mitsuhiko.
"O..oh, kalau begitu aku 'golput' aja, deh!" kata Genta, kecewa. Conan meringkik geli melihat kelakuan Genta. 'Dia benar-benar tidak berubah, tetap bodoh,' batinnya.
"Oh ya, satu lagi," kata Ai memulai pembicaraan setelah sunyi beberapa saat, "Kobayashi-sensei dengan Shiratori-keibu akan membawa kita besok ke bioskop. Kita akan diajak nonton bersama."
"Benarkah?" lengking Ayumi, Mitsuhiko, Genta, dan Conan bersamaan. Ai mengrenyitkan dahi karena Conan juga ikut berteriak. "Kau tidak tahu, Conan-kun?" tanyanya, "Bukankah tadi sensei sudah mengatakannya di kelas saat kita 'detensi'?"
"Er…yah, aku kurang dengar." jawab Conan malu. Jadi itu yang tadi ditanyakan sensei kepadanya selesai detensi. Ai melanjutkan, "Besok pagi jam 8 di taman Beika, mereka akan menjemput kita."
"Kalau begitu, apa lagi? Semuanya jadi jelas, kan?" kata Mitsuhiko.
"Jadi kau punya pikiran yang sama denganku, ya?" ujar Genta.
"Cepat, rumah hakase sebentar lagi sudah dekat!" jerit Ayumi.
"Apa yang kalian–" tanya Conan dan Ai bersamaan, namun melihat ekspresi kegembiraan di wajah mereka bertiga, sontak mereka tahu apa yang dipikirkan oleh tiga orang yang sekarang sedang berlari ini, dengan mempertimbangkan percakapan barusan.
"Oh, tidak," bisik Conan dan Ai, berusaha mengejar mereka bertiga, tapi terlambat.
~~~~~ Rumah hakase ~~~~~
"Na–Nani?"
"BOLEHKAH KAMI MENGINAP DI RUMAH HAKASE?"
Agasa-hakase terdiam seribu bahasa, melihat wajah anak-anak yang polos yang berdiri di depannya. Dia memalingkan muka ke arah Conan dan Ai, yang berdiri diam di belakang, berharap bantuan, namun hanya dibalas dengan tatapan "kami-sudah-mencoba" dari mereka berdua.
"Uh..yah…" kata Agasa-hakase, "kalau kalian mau, boleh saja, tapi, tempat tidurnya tidak cukup–"
"Ada banyak tempat tidur di rumah kami, mereka boleh memakainya," timpal suara dari belakang. Conan dan Ai menahan nafas, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, terutama Conan.
"Okaasan-nya Conan!" teriak Ayumi, Genta dan Mitsuhiko bersamaan.
"Sudah kubilang bukan. Dia adalah…" tanggap Conan namun terdiam setelah melihat tatapan tajam dari Yukiko.
"Okaasan-nya Conan?" suara lain yang muncul membuat Conan tambah kaget. Ran! "Apakah itu benar? Berarti Conan-kun dan Shinichi adalah saudara?"
"Bu – bukan begitu, Ran-chan." jawab Yukiko terburu-buru. "Kami –er – kau tahu, hanya bermain keluarga-keluargaan, dan aku berperan jadi okaasan-nya Conan-kun."
"EEHHH!!?" sahut Ayumi, Genta dan Mitsuhiko. "Jadi, kalau begitu, obaasan ini…sebenarnya…"
"Neechan dari obaasan-nya Conan, ya begitulah."
Mereka bertiga hanya menganggukkan kepala. 'Dasar bodoh' batin Conan. Untuk orang yang tanggap, "kakak perempuan dari tante" bisa berarti "ibu". "Okaasan-mu unik ya, Kudo-kun," timpal Ai dari belakang Conan. Conan hanya bisa mendengus.
"Kalau begitu, ambil barang-barang kalian untuk menginap. Oke?" "Hai!" Ayumi, Genta dan Mitsuhiko langsung berlari menuju rumah mereka.
"Hei, Okaa-san," bisik Conan kepada Yukiko, berusaha tidak didengar Ran, yang sedang asyik ngobrol dengan Ai di sofa, "kenapa datang mendadak sekali?"
Muka Yukiko langsung menunjukkan kesedihan, matanya berkaca-kaca. "Kata-katamu seperti kau tidak mengharapkan Okaasan-mu ini ya, Shin-chan." 'Ugh, satu lagi akting yang bagus dari Okaa-san' gerutu Conan dalam hati.
"Aku datang ke sini untuk menemani Ran yang sangat ingin pulang ke Jepang," 'Atau kau yang memaksa Ran untuk menemanimu ke Jepang' tambah Conan, "dan Okaasan akan tinggal untuk sementara waktu di rumah. Ran mungkin akan kembali ke rumah Eri."
"Ngomong-ngomong soal dia," Yukiko melirik ke arah Ran dan Ai, "dia tambah cantik kan, setelah beberapa tahun ini."
"Ya, begitulah," tanggap Conan dingin.
"Oh ayolah Shin-chan, akui saja kalau kau tambah suka kepadanya," goda Yukiko dengan nakalnya.
"A-aku tidak…" jawab Conan terbata-bata, mukanya memerah.
"Coba lihat lagi Shin-chan. Rambutnya yang indah…"
Conan terdiam, melihat ke arah "obyek" pembicaraan mereka.
"Matanya yang bening…"
"Ya..yah," bisik Conan.
"Wajah yang cantik…"
"Okaa-san, bisakah–"
"Kulit yang mulus…"
"I – itu benar, tapi…"
"Badan yang langsing…"
"Yah, itu benar," Conan menelan ludah.
"Dan yang paling penting," senyum Yukiko tambah mengembang, "dadanya bagus, 'kan?"
"Begitulah," kata Conan pelan, sekarang mulai melayang ke dalam mimpinya (dasar orang sesat :D), "meskipun masih kecil, sih…"
" 'Kecil'?" tanya Yukiko keheranan.
"Eh?" kata Conan kaget. "Okaa-san bicara soal siapa?"
"Tentu saja Ran, baka." jawab Yukiko tambah heran. "Justru aku yang harusnya bertanya, siapa yang kau–" namun Yukiko terdiam, melirik lagi ke arah sofa, senyum nakalnya makin mengembang. "Oh Shin-chan, aku tidak tahu kalau kau punya pacar simpanan, ne? Jadi, menurutmu mana yang paling cantik, Ran atau…Haibara?"
Muka Conan memerah seperti tomat kelewat masak. Yukiko hanya tersenyum, pergi meninggalkan putranya yang masih sibuk bergulat dengan rasa malunya, dan menghampiri Ran dan Ai. "Hai, tampaknya pembicaraan kalian mengasyikkan, ya."
"Begitulah. Kami sedang membicarakan soal baju-baju yang sedang nge-trend." kata Ran. Kemudian dia bertanya balik kepada Yukiko, "Tapi Shinichi kok tidak datang, ya? Padahal kukira dia suda kembali, tapi…"
"Sudah kubilang, Ran nee-chan, tinggalkan saja tantei munafik seperti dia," goda Ai.
"Berhenti menggodaku, Ai-chan!" muka Ran sedikit memerah, "Kau mirip sekali dengan Sonoko."
"Ran nee-chan tidak bisa melupakannya, ya?" tanya Ai.
"Begitulah," kata Ran pelan, ada nada kesedihan di dalam suaranya, "aku kira dengan pergi studi ke luar negeri dapat membuatku melupakan baka itu, tapi ternyata tidak bisa. Kau tahu, Ai-chan, dia selalu muncul sekali setiap bulan saja sebelum aku ke Amrik, telepon seminggu sekali, bahkan dua minggu sekali ketika aku di Amrik. Memangnya harus make seminggu sekali ya cuma buat bicara denganku?"
Ai tidak tahan dengan pengakuan tiba-tia dari Ran, begitu juga dengan Yukiko. "Psstt, Haibara," bisik Yukiko, "bisa kita bicara sebentar di dapur?"
Ai menurut ke dapur. Di sana, lantas Yukiko bertanya, "Aku ingin bertanya, bagaimana pendapatmu tentang dia?"
"Maksudmu Ran-neechan?" tanya Ai, "yah, aku juga sedikit kasihan de–"
"Bukan, bukan Ran, tapi d-i-a." Yukiko menunjuk ke arah Conan. Muka Ai langsung memerah.
"Er–memangnya kenapa?" tanya Ai, memalingkan mika sedikit, beusaha menyembunyikan wajahnya.
"Tampaknya dia suka denganmu," kata Yukiko riang, membuat Ai tambah memerah. "Nah, jadi aku ingin tahu pendapatmu juga bagaimana. Jangan takut, ini akan rahasia kita berdua. Janji."
Yukiko mengacungkan jari kelingkingnya, mengedipkan matanya. Ai membalas dengan melipatkan jari kelingkingnya ke jari Yukiko.
"Y–yah, uhm…aku juga memang suka dengan dia," kata Ai gagap, "tapi dia sudah punya Ran, jadi…"
"Oh tidak tidak, Haibara sayang." Yukiko mengelus rambut pirang Ai. "Bukan berarti aku meminta kau untuk menjauhinya. Justru aku senang kalau kau juga bisa jatuh cinta."
"Aku kan bilang suka, bukan…"
Yukiko menyela omongan Ai, "Apa itu masalah? Bagiku tidak masalah kok, jika pada akhirnya aku mempunyai dua menantu. Bukankah itu bagus? Kau dan Ran jadi *ehm* kau tahu…"
'Dua menantu?' kata-kata terakhir membuat Ai bengong bercampur malu. Untungnya Agasa-hakase masuk ke dapur membuat mereka menjauh. Yukiko memutuskan untuk pergi ke rumahnya, mengedipkan matanya ke Conan dan Ai, yang membuat muka mereka memerah lagi. Yusaku katanya akan datang juga besok pagi, sebab dia harus mengikuti pameran novelis ternama di Chicago.
"Jangan lupa Conan-kun, nanti jam 7 datang ya ke rumah buat makan malam. Aku bakal sangat kehilanganmu di sana kalau kau tak datang," pinta Ran sebelum pergi ke kantor detektif.
"Oke, Ran-neechan." jawab Conan. Tepat ketika Ran pergi, Ayumi, Genta dan Mitsuhiko datang.
"Jadi, kapan Kobayashi-sensei datang?" tanya Ayumi.
"Dia akan datang hari Minggu. Tadi dia menelepon, katanya supaya tidak usah merepotkanku." kata Ai, berusaha terdengar senang namun gagal karena pada akhirnya datang lagi tamu tak terduga. "Untungnya, Ran-neechan bersedia membantuku memasak. Jika tidak, mungkin aku akan mati kelelahan di dapur."
"Dan bagaimana dengan acara nontonnya?" tanya Genta antusias.
"Hakase sudah menyiapkannya. Katanya kita akan memakai rumah Shinichi-niichan." kata Conan, menunjuk ke arah rumahnya sendiri. Tiga orang lainnya kaget.
"EEHH!? Maksudmu kita harus masuk ke rumah hantu itu?" jerit Ayumi ketakutan.
"Tunggu…tadi kau bilang itu rumah Shinichi-niichan?" tanya Mitsuhiko kaget. "Detektif SMU yang menghilang secara misterius itu? Jadi itu rumahnya?"
"Ja – jangan-jangan," gumam Genta terbata-bata, "orang bernama Shinichi itu gagal memecahkan suatu kasus, lalu depresi dan bunuh diri di rumahnya. Lalu – lalu arwahnya sekarang gentayangan di…"
"KYAAA!!!!!" teriak Ayumi, memeluk erat lengan Conan.
"Yah, kira-kira seperti itulah. Poor Shinichi-niichan." ejek Ai, membuat Conan menjadi cemberut. "Aku jadi kasihan dengan seseorang yang ditinggalkannya gara-gara kasus itu…"
Conan melemparkan pandangan marah kepada Ai, namun gagal karena Ai menghadap ke arah lain. Kemudian dia melihat ke arlojinya. "Oh, sudah hampir jam 7. Ayumi-chan, bisa kau lepaskan tanganku? Aku ada janji dengan Ran-neechan untuk makan malam di rumahnya. Please?"
"Hadiah dulu, baru permintaan dikabulkan." kata Ayumi polos.
"Oh, oke, nanti akan aku beli–"
"Jangan bodoh, Edogawa-kun. Kau tentu tahu apa maksudnya 'hadiah' dari seorang pria kepada wanita, kan?" sindir Ai, senyum nakal mekar di wajahnya.
Mendengar perkataan Ai, Conan membatu. Dia memandang ke Genta dan Mitsuhiko, yang melemparkan pandangan marah (terutama Genta). Menghela nafas, tidak ada bantuan, Conan melirik ke Ayumi di sampingnya. Pipinya dicondongkan sedikit ke muka Conan. 'Sepertinya aku harus melakukannya' keluh Conan. Dia mendekatkan mukanya ke pipi Ayumi, kemudian menciumnya singkat.
A/N : Waa…. Conan mencium Ayumi! Aku bisa lihat para penggemar ShinRan dan ConanAi marah. Haha… tunggu! Itu cuma yang pertama dan terakhir! Jangan marah donx….
"YAY!" teriak Ayumi penuh kegirangan. Dia segera melepaskan tangan Conan. Mitsuhiko dan Genta mencibirkan bibirnya. Ai menghampiri Conan, senyum jahatnya masih terpampang, "Nice, Kudo-kun. First kiss, eh?"
"Diam, Haibara." bentak Conan kecil. "Jika bukan gara-gara kau, pasti tidak bakal gini jadinya." Lalu dia berjalan cepat keluar, menuju kantor detektif.
~~~~~~ Kantor Detektif ~~~~~~
"Oh, jadi kau menginap di rumah hakase supaya bisa nonton bola, ya?" tanya Ran.
"Yoi." jawab Conan singkat.
"Bagus," sela Kogoro, sumpitnya diacungkan ke Conan, "Jadi rumah ini bisa tenang jika tanpa kau!"
"Otousan!" kata Ran, marah.
"Pastinya menyenangkan sekali ya, Conan-kun," kata Eri, membawakan piring kotor ke wastafel. "Tidak keberatan jika kami ikut?"
"Err..boleh saja," kata Conan pelan. Dia sebenarnya ingin menolak, tapi karena entah kenapa dia susah sekali menemukan argumen yang tepat, akhirnya dibatalkan.
"Ide bagus!" kata Ran riang. "Kalau begitu kita datang ke rumah Shinichi, ya otousan!"
"Pertama, aku tidak mau masuk ke dalam rumah detektif sialan itu," kata Kogoro tiba-tiba, "kedua, aku tidak ingin menonton pertandingan bersama anak-anak sialan itu. Ketiga, aku…" dia ingin bilang bahwa ada pesta minum-minum pada hari Minggu malam bersamaan dengan pertandingan, tapi tidak diucapkan.
"Otousan, pokoknya kau harus ikut, atau jatah bir bulananmu kukurangi!" bentak Ran.
"Eehh!?" teriak Kogoro tidak percaya. Conan bangkit berdiri, tidak mau berlama-lama dengan pertengkaran keluarga ini, menuju ke pintu, "Aku pergi dulu, Ran-neechan. Daah."
"Oh, hati-hati ya Conan-kun." kata Ran, kemudian membantu Eri mengangkut piring kotor.
~~~~~ Rumah Hakase ~~~~~
"Oke, jadi sekarang kita angkut tempat tidur dari rumah sebelah," kata Agasa, bersiap keluar rumah. "Ada yang mau ikut?"
"Tidak, terima kasih," jawab Ayumi, Genta dan Mitsuhiko, geleng-geleng kepala.
"Oh, kalau begitu aku dan Edogawa-kun saja yang pergi," kata Ai menawarkan diri.
"Boleh. Bagaimana, Conan-kun?"
"Terserah sajalah," gumam Conan pelan.
~~~~~ 5 menit kemudian ~~~~~
"Hanya ada 3 kantung tidur yang ada. Tampaknya okaasan lupa kalau semua kasur sudah dibuang," kata Conan kepada Ai dan Agasa-hakase. Kantung tidur itu telah dikasih ke Ayumi, Genta dan Mitsuhiko, dan mereka sudah tidur pulas.
"Jadi bagaimana?" tanya Ai, "Hanya ada dua tempat tidur, dan tidak mungkin salah satu dari kita berbagi dengan hakase, jadi.."
Mendadak ide konyol muncul di kepala Conan dan Ai. Muka mereka langsung memerah. Conan duluan berkata, "A–aku bisa tidur di rumahku, atau di sofa…"
"Lebih baik jangan, okaasan-mu pasti sudah tidur," kata Ai, "dan kau sudah 12 tahun, tidak muat lagi di sofa. Ka–kalau tidak keberatan sih ehm…" Ai memandang ke Agasa-hakase, yang lalu berbicara, "Yah, asal kalian tidak berbuat yang aneh-aneh." Pandangannya tertuju ke arah Conan, seolah berkata "kau-jangan-berbuat-macam-macam-kepada-Ai-kun". Conan hanya bisa berkata, "Baiklah, kalau itu mau kalian."
"Kalau begitu, Shinichi, Ai-kun, selamat tidur." kata Agasa-hakase.
"Selamat tidur, hakase." kata Conan dan Ai bersamaan.
~~~~~ Basement (ya, tempat tidur satunya ada di basement dalam cerita ini) ~~~~~
Conan tidur agak pinggir, menghadap ke luar. Hal yang sama dilakukan oleh Ai.
"Hei, di sini dingin sekali," kata Ai, suaranya agak bergetar, "bisa kau nyalakan pemanas ruangan?"
Conan menggerutu kecil, berjalan menuju pemanas ruangan. Dipencet tombol 'on', tapi tidak menyala. Dia mengecek kabel pemanas. Masih tersambung ke stopkontak. "Alat pemanasnya rusak, kurasa."
"Bagus," keluh Ai. Conan kembali ke tempat tidurnya. Setelah diam beberapa saat, Conan berkata, "Hei, Haibara."
"Hngh?"
"Soal taruhan itu…"
"Kalau kau mau mengatakan apa yang harus kulakukan jika aku kalah, kuharap itu bukanlah hal yang mesum, Kudo-kun," kata Ai.
"Kenapa kau selalu berpikir negatif, sih?" tanya Conan keheranan, "yang ingin kubilang adalah, sejak kapan kau benar-benar jadi maniak bola? Tidak biasanya kau begitu antusias mengadakan taruhan seperti ini."
Ai terdiam beberapa saat, kemudian berkata, "Sejak mengenal klub Big Osaka, kukira saat itu aku mulai mengenal sepakbola. Tapi, tampaknya aku benar-benar jadi seperti ini adalah ketika kau dan aku berada di Tropical Land 5 tahun lalu. Waktu ada Gin dan Vodka, ingat?"
"Oh, yang itu," Conan mengingat kembali bagaimana dia mencari Ai yang hilang, berusaha kabur dari Gin dan Vodka yang kebetulan berada di gedung yang sama. "Dan biar kutebak, kau juga mulai menyukai Liverpool saat itu, kan?"
"Kau kadang-kadang tidak clueless dalam memahami seseorang, ya." sindir Ai. Conan hanya tersenyum.
"Keberatan kalau kau menceritakan sedikit?" tanya Conan.
"Gomen, tapi rasanya sekarang bukan saat yang tepat. Mungkin lain kali." bisik Ai pelan
"Tidak masalah." kata Conan.
Diam beberapa saat, Ai menggigil kedinginan lagi. Dia sekarang berbaring ke tengah sedikit, berusaha mengambil panas yang bisa diambil.
"Kau kedinginan?" tanya Conan pelan.
"Jangan mengejekku. Tentu saja kau tahu," jawab Ai dengan ketidaksenangan.
"Nah, kalau begitu…" Conan tersenyum, lalu mendekatkan diri ke Ai. Dirangkulkan tangan kanan di pinggang Ai, tangan kiri menyentuh rambut pirangnya, menariknya agar lebih mendekat, kepalanya disandarkan di dadanya. Ai terkejut, matanya melebar, pipinya menghangat.
"A–apa yang kau lakukan, Kudo-kun?" tanyanya terbata-bata.
"Nah, sekarang sudah lebih hangat?" tanya Conan balik, tidak menghiraukan pertanyaan Ai.
Muka Ai tambah memerah dan menjadi hangat, dia menganggukkan kepala. Conan tersenyum melihat jawaban Ai.
"Kalau kau ada masalah, bilang saja padaku, tidak usah takut. Aku pasti akan menolongmu. Kita kan teman." kata Conan dengan suara lembut dan penuh kasih sayang, tangan kirinya membelai rambutnya. Ai hanya bisa terkejut mendengar perkataan Conan. Dia mengangkat kepalanya, sekarang berhadapan muka dengan Conan, muka mereka hanya beberapa senti saja.
"Kudo-kun," bisik Ai pelan.
"Ya, Haibara?" tanggap Conan dengan lembut.
"Terima…kasih…"
Ai melingkarkan lengannya di leher Conan, matanya tertutup, mukanya maju beberapa senti. Conan, yang sedikit terkejut melihat tindakan Ai, membalas dengan mendorong muka Ai dengan tangan kirinya untuk lebih maju, juga menutup matanya, mukanya juga maju. Dia bisa merasakan nafas yang wangi dari Ai menerpa wajahnya. Ketika bibir mereka hampir bertemu, pintu basement terbuka.
"Shinichi, Ai-kun," bisik Agasa pada dua orang yang buru-buru menjauhkan diri dengan malu, "aku lupa bilang kalau alat pemanasnya rusak, jadi kubawakan selimut untuk kalian berdua. Kalian baik-baik saja?" tanya Agasa dengan curiga, karena dia yakin melihat mereka berdua tadi saling berangkulan, atau setidaknya begitu…
"Tidak ada masalah, hakase." kata Conan cepat-cepat. Dia bangun dari tempat tidur, mengambil selimut dari Agasa, menucapkan terima kasih, lalu balik ke tempat tidur.
"Er.. Haibara…' kata Conan ragu-ragu, mukanya masih memerah. Wajah Ai sekarang menghadap ke arah berlawanan.
"Ada apa?" tanya Ai, tidak memalingkan wajahnya.
"Ini selimut, kalau kau mau pakai, pakailah." kata Conan malu-malu.
Ai berputar ke Conan, menerima selimut dari tangannya dan bertanya, "Lalu bagaimana denganmu?"
"Aku baik-baik saja. Kau lebih membutuhkannya daripada aku."
Conan kembali berbaring di tempat tidur. Ketika dia sudah hampir terlelap, dia merasa ada yang memakaikan selimut di atas tubuhnya. Conan berpaling, melihat Ai masih di posisi tidurnya, mereka sekarang saling berbagi sarung.
'Terima kasih, Haibara' kata Conan dalam hati, dan mulai tertidur lagi.
xxxxxxxxxxxx to be continued xxxxxxxxxxxx
Wohoo…!!! Adegan super romantis antara Conan dan Ai! Bisa kalian bayangkan jika Agasa-hakase tadi tidak masuk dan mengganggu mereka berdua? Haha… kayaknya aku bakal dapat makian dari penggemar ShinRan nih… please be nice, ya… scene di atas didedikasikan buat glover511, fariacchi, NaMie AmaLia dan terutama haveabreakfast yang sudah menunggu sekuel ini. Trims atas review kalian sebelumnya!
Plizzz banget review ya!