YAA~HAAA…!! Akhirnya aku bisa juga mempublish fic ini, senangnya hoho (^O^) Yup yup, special request from AkinaYuki Nyo, Sakura Megumi-chan, dan Chiwe-SasuSaku...

Semoga disuka dan selamat membaca...!!


"Hei, di mana sekarang kau berada..??"

"Oh, aku sedang ada di Ame, baru menyelesaikan kasus,"

"Kalau begitu cepatlah kembali ke Konoha sekarang..!!"

"Ng? Memangnya kenapa? Ada yang gawat?"

"Pokoknya cepat kembali..!! Kami membutuhkanmu, detektif Sakura,"



Disclaimer : Always Masashi Kishimoto…

Genre : Romance/Mystery

Pairing : (sementara) GaaSaku, SasuSaku

DETECTIVE GIRL



CHAPTER 1 : MULAI PENYELIDIKAN

"Iya iya, aku sedang ke sana sekarang. Berisik bener sih," gumam seorang gadis cantik berambut pink cerah. Dia baru saja menutup Hpnya kesal, lalu kembali menerawang meihat keluar dari jendela mobil.

Ya, gadis itulah yang bernama Sakura Haruno. Dia baru berumur 18 tahun, tapi kemampuannya sudah jauh di atas umur anak-anak sebayanya. Bisa dibilang, dia adalah gadis idaman seluruh pria. Pintar, cantik, baik, rajin, cekatan, kuat dalam bela diri, dan yang paling penting mempunyai bentuk tubuh yang proporsional. Bentuk kakinya jenjang, kulitnya putih bersih dan halus, rambutnya indah panjang terurai, bentuk perutnya yang rata, dan ukuran dadanya tidak kalah menarik.

Siapa yang nyangka? Kalau ternyata gadis yang terkenal di kalangan seluruh laki-laki sebagai cewek yang lembut, manis, dan polos ini adalah salah satu anggota ANBU bagian penyelidikan pembunuhan. Sifatnya yang cekatan dan teliti membuatnya tidak terkalahkan di bagian penyelidikan. Sakura terkenal di kalangan para penjahat sebagai detektif jenius yang tidak bisa dianggap remeh. Itu dikarenakan belum ada satu kasuspun yang tidak bisa dia pecahkan, lagipula bukan Cuma otak, dalam bidang kekuatanpun dia cukup ahli. Setiap ada penjahat yang berusaha kabur, siap-siap saja babak belur dengan tendangan samping khas milik Sakura.

Terlihat mobil yang dinaiki Sakura berhenti di depan salah satu gedung yang paling besar di Konoha. Sakura segera memakai kacamata hitamnya lalu turun dari mobil. Jika akan melakukan misi, mau tak mau Sakura harus menyembunyikan identitas aslinya karena salah satu alasannya, Sakura masih di bawah umur untuk masuk bidang penyelidikan ini. Karena itu jugalah, hanya saat penyelidikan ANBU sudah benar-benar buntu, baru mereka meminta tolong pada Sakura.

"Detektif Haruno..?? Kami sudah menunggu anda," sambut seorang polisi sambil tersenyum pada Sakura. Gadis ini juga membalas senyuman polisi itu dengan senyum termanisnya, membuat polisi itu salting.

"Haha, jangan terlalu resmi begitu kak Sasori," jawab Sakura sambil sedikit menyikut lengan polisi itu. "Lagipula kakak kan lebih tua dari aku, rasanya tidak enak kalau malah kakak yang hormat seperti itu padaku," tambah Sakura lagi lalu dia mulai berjalan.

"Yaaah, bukan masalah umur juga sih, Haruno lebih senior dari saya," jawab Sasori sambil tersenyum di tengah wajah baby facenya. Dan sekarang, malah Sakura yang salting.

"Hehe nggak juga ah, pokoknya panggil Sakura saja deh kak," gumam Sakura sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Sasori tersenyum lalu mengangguk.

Sakura dan Sasori mulai berjalan di koridor gedung yang rupanya gedung markas pusat ANBU. Sesekali terlihat mereka sedang asyik bercanda, membuat Sakura tertawa semakin memperlihatkan kemanisannya. Berkali-kali Sasori dan laki-laki yang kebetulan lewat terlihat terpesona pada gadis itu, tapi perasaan itu langsung ditepis mereka karena...

"Gaara..!!" teriak Sakura senang dan menghampiri punggung seseorang yang sedang membeli kopi di mesin penjual kaleng. Mendengar namanya dipanggil, laki-laki itu menoleh ke belakang melihat Sakura sedang memasang senyum polos di depannya.

"Sakura? Kau sudah pulang rupanya," gumam Gaara sambil tersenyum lembut. Sakura mengangguk senang dan memeluk Gaara. Hampir saja kopi yang dipegang laki-laki itu tumpah.

"Eits..! Hampir saja, jangan tiba-tiba memeluk begitu dong, dasar kau ini..." gumam Gaara, ada nada kesal sedikit terdengar dari suaranya. Tapi setelah itu tatapannya melembut dan mengelus kepala gadis yang memeluknya dengan erat.

"Kangen banget sama Gaara-chan hehe..." canda Sakura lalu menatap Gaara.

"Chan?" tanya Gaara heran lalu tertawa. Tawanya berhenti seketika saat Sakura mencium bibirnya lembut. Gaara membalas ciuman itu dengan lembut, menikmati sentuhan dari kekasihnya.

"Ehem..!!" dehem Sasori dengan wajah memerah karena habis melihat suatu adegan langsung di depan matanya. Membuat Gaara dan Sakura masing-masing melepaskan ciumannya.

"Eh iya, lupa kalau ada kak Sasori hehe. Ya sudah, Gaara aku pergi dulu ya," pamit Sakura lalu berlari meninggalkan Gaara dan menarik tangan Sasori yang canggung. Gaara tertawa kecil melihatnya lalu mulai meminum kopi yang tadi dibelinya...

Di sebuah ruangan...

"Wah, terima kasih sudah datang. Bagaimana kabar anda, Haruno..??" sambut seorang ANBU berbadan besar, tinggi, dan tegap. Ditambah dengan luka-luka sayatan yang khas di wajahnya, membuat kengerian tersendiri untuk yang melihatnya. Dia menjabat tangan Sakura yang membalasnya dengan canggung.

"Err hehe, saya baik-baik saja Ibiki-sama," balas Sakura. Setelah melepas jabatannya pada Ibiki, Sakura melepas kacamata hitamnya memperlihatkan kedua mata emeraldnya yang indah itu.

"Oh ya, lalu masalah apa yang Ibiki-sama minta saya untuk mengerjakannya? Apa ANBU benar-benar sudah buntu?" tanya Sakura setelah duduk yang dipersilahkan oleh Ibiki. Orang yang mempunyai nama panjang Ibiki Morino itu menghela nafas panjang dan mengangguk.

"Ya, mungkin terdengarnya memalukan untuk ANBU seperti kami, menyerah begitu saja. Tapi kami sudah tidak bisa menemukan titik terang untuk menyelesaikan masalah ini," keluh Ibiki. Sakura mengangguk-angguk mengerti.

"Lalu apa masalahnya? Kasus pembunuhan?" tanya Sakura tak sabar. Ibiki mengangguk lagi.

"Ya, sekitar 2 minggu yang lalu ada pembunuhan perempuan sadis karena perut korbannya ditusuk pisau berkali-kali. Seolah menantang, korban itu sengaja diletakkan di depan gedung markas pusat ANBU. Tapi yang aneh adalah identitas korbannya," gumam Ibiki lagi dengan tatapan serius.

"Maksudnya..??" tanya Sakura lagi.

"Hmm, anehnya tidak ada yang tahu di mana korban terakhir berada. Semua orang yang diperkirakan dekat dengan korban, mengaku tidak ingat bahkan ada yang mengaku tidak kenal. Kami juga sudah coba menyelidiki lewat internet, tapi semua hal yang berhubungan dengan korban hilang seolah dihapuskan lewat hack," jelas Ibiki lagi.

"Aneh sekali, tapi kalian sudah mendapat status korban itu sebenarnya?" tanya Sakura.

"Ya, menurut beberapa yang melihat korban, dia bernama Shizune. Salah satu guru di SMA Konoha no Aoi asrama khusus murid cowok, dia guru yang baik, telaten, dan tidak pernah mengeluh," gumam Ibiki sambil melihat-lihat dokumen yang ada di mejanya.

"Ng, lho tunggu? Shizune itu wanita kan? Kenapa dia jadi guru di sekolah asrama murid cowok?" tanya Sakura sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Ya, itulah salah satu hal yang ingin kami selidiki. Nah, ini dia foto TKP waktu mayat ditemukan, apa kau bisa mendapat sesuatu?" ujar Ibiki sambil memberikan foto yang dia ambil dari papan jalan yang ada di laci mejanya. Sakura memperhatikan foto itu dengan seksama, lalu dia kembali memberikannya pada Ibiki.

"Sepertinya motif dari pembunuhan ini adalah balas dendam, lalu apa ada sesuatu yang ditemukan di TKP?" tanya Sakura, alisnya mulai berkerut.

"Yah, kami menemukan benang pancing berukuran sekitar 1 meter ini, lalu surat tantangan pada ANBU yang dipegangkan pada tangan korban," gumam Ibiki dan memberikan semua yang tadi dia sebutkan. Sakura mengamati benang pancing itu dan membaca surat yang bertuliskan seperti ini...

-

-

-

HEI KALIAN, PARA ANBU BODOH..!!

COBALAH KALIAN TANGKAP AKU YANG SUDAH MELUMURI GEDUNG KEBANGGAAN KALIAN DENGAN DARAH PEREMPUAN SIAL INI..!!

TANGKAP AKU DI BAWAH SINAR BULAN PURNAMA DAN GANTUNGKAN AKU DI SANA..!!

TERTAWALAH JIKA KALIAN MENANG, TAPI KALAU AKU YANG MENANG MAKA AKU AKAN TERTAWA LAGI..!!

-

-

-

"Aku akan tertawa lagi..??" batin Sakura dalam hati melihat kata-kata terakhir di surat itu. Sejenak dia terdiam, lalu matanya terbelalak seolah menyadari sesuatu. Sakura yang marah menggertakan giginya dan meremas kertas itu.

"IBIKI-SAMA..!! CEPAT BERI TAHU AKU, SIAPA TERSANGKA YANG TIDAK PUNYA ALIBI WAKTU DIPERKIRAKAN PEREMPUAN ITU TEWAS..!?" teriak Sakura, sekarang dia sudah berdiri dan menatap tajam pada Ibiki. Tentu saja ini membuat laki-laki itu kebingungan.

"Eh, ada 3 orang yang kami curigai. Memangnya kenapa? Tidak perlu terburu-buru seperti itu kan?" tanya Ibiki.

"Apa Ibiki-sama masih belum mengerti juga, arti dari surat ini..!? Kata-kata 'Aku Akan Tertawa Lagi' artinya adalah aku akan melakukan pembunuhan lagi dan menaruhnya kembali di depan gedung ANBU..!!" terang Sakura. Ibiki langsung membelalakkan matanya.

"A.. Apa..!?"

"CEPAT BERI TAHU AKU, SIAPA SAJA NAMANYA..!!" teriak Sakura lagi sudah tidak sabar. Ibiki langsung membuka laci mejanya satu-pesatu berusaha mencari dokumen yang dia butuhkan.

"Emm, baiklah persamaan ketiga tersangka dengan korban adalah mereka sama-sama guru dari SMA Konoha no Aoi juga tidak punya alibi yang jelas waktu kejadian, mereka adalah...."

"Kakashi Hatake, guru karate,"

"Asuma Sarutobi, guru judo,"

"Dan yang terakhir... Yamato Tenzo, guru kendo," gumam Ibiki sambil melihat bolak-balik data tentang mereka dan menunjukkan foto-fotonya pada Sakura. Gadis manis itu tersenyum kecil.

"Hmph, sudah kuduga tersangkanya pasti laki-laki yang terbiasa berolahraga," gumam Sakura. Ibiki mengangkat sebelah alisnya.

"Apa maksudmu 'sudah kuduga'?" tanya Ibiki lagi. Sakura menunjukkan foto Shizune yang terbaring tak berdaya dengan perutnya yang sedikit robek.

"Lihat jari tangannya yang mengepal itu sedikit memerah, kemungkinan besar dia habis memukul sesuatu yang keras. Lagipula kalau dilihat dari lengannya yang sedikit berotot dan betisnya yang kencang, terlihat sekali kalau suka olahraga. Karena itu, kalau yang membunuhnya sama-sama perempuan tidak akan separah ini. Lain ceritanya kalau lawannya laki-laki yang sama-sama bisa olahraga, karena bagaimanapun juga kodrat wanita memang lebih lemah dari pria kan?" jelas Sakura sambil tersenyum senang. Ibiki mengangguk mengerti.

"Masalahnya sekarang, bagaimana supaya aku bisa menyelidiki ketiga guru itu, tanpa dicurigai siapapun," gumam Sakura pada dirinya sendiri.

"Err, Haruno?"

"Ya, Ibiki-sama?"

"Emm, mungkin ini adalah ide gila. Tapi terserah kau juga sih mau mengikutinya atau tidak," gumam Ibiki.

"Ide apa, Ibiki-sama? Beri tahu aku," pinta Sakura.

"Ya, baiklah. Kalau aku bilang, lebih baik kamu menyamar menjadi murid cowok saja lalu masuk dan tinggal di sekolah asrama itu, bagaimana?" usul Ibiki. Sakura membelalakkan matanya.

"APAAAA...!? Ta.. Tapi Ibiki-sama, bagaimana caranya..??" tanya Sakura gugup.

"Ya gampang, kau tinggal pakai wig. Lalu pakai kontaks lens warna hitam gitu misalnya. Soalnya kan aneh kalau cowok punya mata hijau emerald sepertimu," jelas Ibiki.

"Ta.. Tapi aku nggak bisa akting bagus, nanti malah ketahuan lagi kalau aku cewek kan?" gumam Sakura. Ibiki hanya menghela nafas.

"Yaaah, sekarang maumu bagaimana? Tidak ada cara lain selain itu," keluh Ibiki. Sakura terdiam, nampak berpikir. Pada akhirnya Sakura mendesah kecewa.

"Ya sudah deh," keluh Sakura. "Memang seperti apa kamarnya?" tanya Sakura pada Ibiki.

"Emm, tiap kamar ruangannya sangat luas hingga bisa masuk 6 kasur. Tiap kasur untuk 1 anak, dan lagi tiap kamar hanya punya 1 kamar mandi," terang Ibiki. Sakura mengangguk mengerti.

"Berarti itu sekolah mahal dong, muridnya kan banyak. Kalau tiap kamar ada 1 kamar mandi dan 6 kasur..."

"Tenang saja, biaya sekolahnya biar pihak ANBU yang membayar, kau cukup laksanakan tugasmu," gumam Ibiki sambil tersenyum. Sakura mengangguk lalu kemudian berdiri.

"Berarti kapan aku mulai masuk sekolah baruku itu?" tanya Sakura.

"Sekitar 3 hari lagi, bagaimana?" jawab Ibiki.

"Ok, aku mau lihat keadaan TKP dulu ya, buat referensi penyelidikan yang lebih jelas," gumam Sakura lalu meninggalkan ruangan Ibiki.

"Trims, Ibiki-sama," lanjut Sakura sambil melambaikan tangan dan kembali memakai kacamata hitamnya. Ibiki hanya geleng-geleng kepala.

"Dasar, dari dulu dia tak berubah. Awalnya buru-buru gak karuan, eh sekarang malah santai. Ah iya, aku harus menelpon sekolahnya dulu," gumam Ibiki pada dirinya sendiri lalu mulai menekan tombol telpon.

Di TKP...

"Begitu? Jadi akhirnya kau menyelidiki kasus ini ya?" tanya Gaara sambil mencatat sesuatu di samping Sakura yang sedang berputar-putar melihat keadaan. Sakura mengangguk senang.

"Ya, selain kasusnya menarik dan menantang, aku juga jadi bisa bersama Gaara kan?" tanya Sakura sambil tersenyum. Gaara hanya mendengus lalu geleng-geleng kepala sambil menyunggingkan senyum kecil.

"Ng? Kok aneh?" tanya Sakura entah pada siapa. Dia mulai mengerutkan keningnya. Gaara yang heran melihat sikap kekasihnya, menghentikan acara menulisnya.

"Ada apa, Sakura?" tanya Gaara. Sakura berjongkok mendekati tali yang membentuk gaya Shizune saat dia tewas. Tentu saja mayat aslinya sudah dibawa pergi.

"Lihat deh, tadi aku cuma diperlihatkan fotonya oleh Ibiki-sama. Sekarang aku bisa melihat jelas kejanggalannya, tidakkah Gaara pikir aneh? Mayatnya terlalu mengkangkang," gumam Sakura. Gaara mengangguk mengerti. Jelas sekali mayat itu tergeletak dengan tangan kanan di atas perutnya, tangan kiri mengangkat ke atas, tapi kedua kakinya terlalu mengkangkang lebar sekali, seperti habis melakukan sesuatu tapi... apa?

"Ya, kau benar aneh sekali, kira-kira apa yang dilakukan perempuan ini sebelum dia dibunuh?" tanya Gaara pada Sakura. Gadis bermata emerald ini tersenyum geli.

"Hihihi, mungkin habis melakukan 'itu'?" tanya Sakura. Gaara mengangkat alisnya bingung.

"Itu..?? Maksudmu... seks?" tanya Gaara ragu-ragu.

"Ya, dan kemungkinan besar pasangannya melakukan seks adalah pembunuhnya, saat tadi aku melihat mayatnya di foto, pakaian Shizune kelihatan mewah seperti habis perayaan atau dari tempat mewah. Lalu tempat mewah apa yang bisa dipakai pasangan untuk melakukan seks?" tanya Sakura seperti seorang guru yang bertanya pada muridnya.

"Hotel..??" tebak Gaara.

"Ping pong, tepat sekali..!!" puji Sakura sambil menunjukkan jempol tangannya pada Gaara.

"Ah, benar juga dengan begini satu teka-teki terjawab. Dengan ini, mungkin saja kita bisa menemukan pembunuh Shizune dengan cara menanyakan semua hotel siapa yang menginap bersama Shizune," gumam Gaara "Kau memang pintar, detektif Sakura. Pantas aku tergila-gila padamu," puji Gaara sambil mengusap kepala Sakura dan mencium bibirnya.

"Baiklah, aku laporkan hal ini pada inspektur yang lain. Arigato, Sakura," kata Gaara lalu laki-laki berambut merah itu lari memasuki gedung. Sakura kembali mengamati TKP.

Menurut Gaara, keadaan di TKP sama sekali tidak ada yang dirubah. Sakura merasa aneh dengan kondisi sekeliling mayat itu. Darah hanya ada di bawah mayat, itupun bercak-bercak sedikit. Di sekitar mayat justru sangat bersih, tidak ternoda darah sedikitpun. Sakura kembali memeras otaknya, tapi saat itu tiba-tiba angin bertiup kencang membuat rambutnya yang pink cerah itu terkibar.

Sakura mendongak ke atas melihat langit-langit biru. Setelah itu pandangannya bergeser ke atas gedung. Sakura berdiri seperti mengamati sesuatu, lalu dia tersenyum senang. Gadis pink itu meninggalkan TKP dengan tenang, dia meregangkan tubuhnya lalu sedikit menguap.

"Pemberhentian selanjutnya, SMA Konoha no Aoi,"

To Be Continued



Yoyoi, jangan minta lemon dulu ya hehe. Namanya juga baru chapter 1, kan ada prosesnya hohoho *dilempar sandal* Sekedar info, mungkin lemon baru muncul di chapter 3 atau 4 *lama amaaaat...!! –digebukin rame-rame*

Pokoknya chapter-chapter awal jangan minta lemon dulu ya, kalau masih minta aku kasih duren lho XDD *dibuang ke laut* Oh ya, di sini Gaaranya berumur 20 tahun dan ANBU kayak polisi gitu, jangan lupa yaaa...!! ^^

Ok, ada pertanyaan lagi..? Revieeeew pleeeeease..??