"Maaf, tapi aku tidak mungkin menyukaimu. Aku masih normal," kata Uchiha dengan tegas.

"Aku bukan psikopat. Aku melakukan semua ini karena aku sangat mencintaimu."

Naruto tertawa ngeri menatap karya besarnya. "Dengan ini, kau akan selalu berada disisiku... kau adalah milikku satu-satunya... hanya milikku..."

-+- I'll Kill You -+-

Naruto © Masashi Kishimoto

I'll Kill You © Ceprutth DeiDei

Main Pair : Naruto U./Sasuke U.

Genre : Angst/Tragedy

Fiction Rated : ngasal..

Warning : AU, Shounen Ai, OOC, NaruSasuSaku, chara death, dll…

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-

I'll Kill You

Part 1 : Broken Heart

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-

LANGIT malam itu tertutupi awan-awan kumulus yang berwarna hitam pekat. Gelap. Nyaris tak ada satu pun bintang-bintang yang tampak di atas langit. Titik-titik air gerimis yang berjatuhan dari atas membentur segala benda di permukaan bumi ini, menimbulkan suara-suara gemericik yang terdengar lirih.

Dari sebuah jendela apartemen kecil di pinggiran kota, tampak seorang pemuda dengan secangkir teh hangat ditangannya yang tengah menatapi langit malam itu dengan wajah sendu. Tubuhnya basah kuyub. Bajunya kotor dipenuhi lumpur dan bercak-bercak aneh berwarna merah pekat.

"Hujan lagi... kenapa selalu begini..."

Flashback on...

"Kumohon. Aku sangat mencintaimu. Bahkan melebihi nyawaku sendiri. Tolong terima aku!," kata seorang pemuda berambut kuning memohon-mohon pada sosok dihadapannya sambil terus menunduk. Mata birunya sembab, masih meneteskan air mata.

"Kau gila! Kau kan laki-laki!," bentak pemuda berambut hitam berkulit putih pucat dihadapannya dengan penuh emosi. "Lagipula, aku ini masih normal!"

"Kumohon, Sai-kun. Kau satu-satunya hal yang paling berarti dalam hidupku," pinta sang pemuda berambut kuning itu sambil terus menangis.

Hujan semakin deras. Tubuh Naruto—si pemuda berambut kuning—sudah benar-benar basah kuyub. Tapi Sai sama sekali tak memperdulikannya. Ia sendirian berlindung dibawah payung hitamnya.

"Terserah kau, aku tidak peduli!," bentaknya lagi. Tubuhnya berpaling membelakangi Naruto yang sedaritadi menunduk. Kemudian kakinya melangkah pergi, meninggalkan Naruto yang masih terdiam. "Lagipula aku sudah punya Ino."

Flashback off...

"Bahkan kau pun juga ikut menangisi nasib malangku ini..." Naruto tertawa pilu sambil terus menatap hujan. Ia mendekatkan wajahnya ke mulut cangkir yang digenggamnya, kemudian meneguk teh didalam cangkir itu perlahan. "Kami-sama, kenapa tidak ada orang yang mau menerimaku?"

Hanya suara hujan yang menjawab pertanyaan pemuda itu.

"Jawab aku, Kami-sama!"

'JDAR!' Petir tiba-tiba menyambar dengan dahsyat dari jarak yang tidak jauh dari apartemen Naruto.

"Jadi itu... jawaban-Mu...?"

Air mata kembali menetes dari kedua mata biru Naruto yang meredup.

***

"AAAH..." Sepasang mata biru Naruto yang masih agak sembab terbuka lebar. Namun tiba-tiba mata itu kembali menutup dan mengerjap-ngerjap. Sinar matahari yang masuk dari celah jendela kamarnya terasa menusuk kedua matanya. Membuat pandangannya terasa silau. "Sudah cerah lagi rupanya..."

Naruto bangkit dari ranjangnya, mengambil sehelai handuk dan kemudian masuk ke kamar mandi. Ia melepas semua pakaian yang dikenakannya sejak tadi malam, kemudian membiarkan sekujur tubuhnya dihujani air shower.

***

KONOHA University.

Tempat Naruto menuntut ilmu sejak 2 tahun yang lalu. Universitas elit yang dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiswa yang berke hidupan layak dan berasal dari keluarga terpandang. Mungkin hanya dirinya—dan segelintir manusia beruntung lainnya—yang bisa bersekolah ditempat ini, karena ia mendapat beasiswa dari pihak universitas itu sendiri sampai kelulusannya nanti. Masih 1 tahun lagi. Tapi beasiswa itu pun tergantung prestasinya. Kalau sampai prestasinya merosot, bisa-bisa beasiswa itu akan dicabut dan Naruto tak akan bisa melanjutkan kuliahnya lagi.

Naruto berjalan gontai menyusuri koridor sepi sambil terus menunduk. Sakit hati karena insiden penolakan dari Sai masih begitu membekas di hatinya. Sampai-sampai ia tak menyadari bahwa dihadapannya kini tengah berdiri seorang pemuda jangkung berambut emo berkulit putih yang sedang mengobrol dengan rekan didekatnya dan...

'BRUUK!'

"Aduuuuh..." Tubuh Naruto yang terbilang cukup mungil itu langsung terhempas ke belakang saat sesuatu yang besar dan kuat membentur tubuhnya tiba-tiba. Berkas-berkas yang dibawanya terjatuh dan berserakan dimana-mana.

Sepasang mata onyx yang menyala-nyala menatap Naruto dengan sedikit merasa bersalah. "Maaf," kata sang pemilik mata itu.

Naruto yang tidak sengaja menatap wajah tampan yang berdiri dihadapannya langsung merasa canggung. Wajahnya merona merah. Sedetik kemudian, ia kembali tersadar dan segera menundukkan kepalanya dalam-dalam untuk menutupi wajahnya yang terlanjur berubah warna. "Ti... tidak apa-apa...," kata Naruto dengan nada pelan sambil memunguti berkas-berkas bawaannya tadi yang berserakan di lantai.

Pemuda tampan dan bertubuh jangkung itu mengernyitkan alisnya. Terlihat semakin tampan, menurut Naruto. "Kau yakin tidak apa-apa?," suara beratnya terdengar lagi.

"I...iya. Aku baik-baik saja. Aku tidak apa-apa," jawab Naruto setelah bangkit dengan membawa tumpukan berkasnya.

"Hn."

Naruto memberanikan diri untuk menatap wajah pemuda itu sekali lagi. Tampan...!, gumam Naruto.

"Sudahlah, Sasuke!" Seorang rekannya yang berambut merah dan memiliki tato 'Ai' dijidatnya tiba-tiba menarik pemuda yang dipanggilnya Sasuke itu dan mengajak Sasuke untuk pergi. Sasuke mengangguk dan berjalan pergi.

"Sasuke, ya...," bisik Naruto nyaris tak terdengar. Kedua pemuda tampan itu berjalan melewati Naruto dan pergi. Naruto berbalik menatap punggung Sasuke yang tampak semakin jauh. Di jaket hitam yang dikenakan Sasuke, Naruto melihat gambar uchiwa lambang marga uchiha yang cukup besar ditengahnya.

"Uchiha...," mulut Naruto tiba-tiba mengucapkan kata-kata itu dengan tidak sadar. "Sasuke Uchiha... Sasuke-kun..."

Pemuda berambut merah yang tadi mengajak Sasuke pergi pun menoleh ke arah Naruto diam-diam. Matanya memincing, menatap Naruto dengan benci. "Lebih baik kau jaga jarak dari anak itu!," bisik si pemuda berambut merah itu pada Sasuke. Sasuke mengernyitkan dahinya tak mengerti.

***

SEJAK saat itu itu, Naruto gencar mendekati Sasuke—seorang mahasiswa angkatan akhir yang merupakan anak bungsu keluarga konglomerat Uchiha dan merupakan adik kandung dari pimpinan resmi Uchiha Corporation yang sangat terkenal. Setahu dirinya, Sasuke belum punya pacar dan terlihat selalu dingin pada setiap gadis yang mencoba mendekatinya. Fakta itu membuat Naruto semakin percaya diri untuk mendekati Sasuke. Dan sekarang, sepertinya semua usaha keras dari seorang lelaki bernama Uzumaki Naruto itu berbuah manis. Sasuke mulai akrab dengannya.

"SASUKE-KUN!," panggil Naruto setengah berteriak. "Oh... Naruto, ya?," bisik Sasuke malas. Naruto berjalan cepat ke arah sang Uchiha itu.

Tiba-tiba, dengan cerobohnya Naruto tidak sengaja tersandung kaki orang lain yang ada disana saat jaraknya dengan Sasuke tinggal beberapa langkah lagi. Tubuhnya oleng dan kemudian terjatuh.

"Eh?"

Wajah Naruto langsug berubah warna. Tubuhnya kini ditahan kedua tangan kekar Sasuke agar tidak terjatuh. Dilihatnya Sasuke yang sedang menatapnya dengan wajah jengah.

"Bodoh! Kalau jalan hati-hati! Kau hampir menimpaku tahu! Merepotkan," omel Sasuke, membuat Naruto terkikik geli.

"Gomen ne, Sasuke-kun...," kata Naruto sambil menyengir lebar. Sasuke menghela napas. Sepertinya mood lelaki uchiha itu sedang jelek. "Sudah mau pulang?," tanya Naruto mencoba mencari bahan obrolan.

"Hn." Jawaban singkat dari seorang lelaki dingin bernama Sasuke itu langsung membuat senyum diwajah Naruto semakin lebar. Kemudian Naruto berkata, "Sasuke-kun, mau pulang bers..."

Kata-kata Naruto terputus begitu sosok Sasuke yang tadi ada dihadapannya ditarik oleh seseorang dari belakang. Naruto mengintip ke balik tubuh Sasuke. Terlihat Gaara sedang membawa Sasuke menjauh darinya. Mata tajam Gaara menatap Naruto sinis. "Maaf, pinjam Sasuke sebentar..."

Naruto merengut sebal ketika sosok Sasuke sudah tak tampak lagi. Ia meremat kedua tangannya dan membentuk kepalan. 'Gaara... laki-laki itu menggangguku!'

***

"APA-apaan kau?," bentak Sasuke pada Gaara sambil mencoba melepaskan tangan kirinya yang masih ditawan oleh Gaara. Gaara yang merasa dibentak langsung berhenti berjalan. Ia menoleh dan menatap Sasuke tajam. Posisi mereka kini sudah beralih ke sebuah ruangan sepi. Tak ada siapa-siapa disana kecuali mereka berdua.

Gaara menghela napas berat. "Sasuke, sudah berapa kali kuperingatkan kau untuk menjauhi anak itu?! Kau masih juga berhubungan dengannya?," semprot Gaara tiba-tiba. Sasuke melongo. "Haaaaah...??!!!"

"Jangan sok nggak ngerti! Kenapa kau masih dekat-dekat dengan Naruto itu?," tanya Gaara memojokkan Sasuke yang masih tampak kebingungan. Sasuke terdiam. "Aku tak pernah mendekatinya! Dia sendiri yang mengejar-ngejar aku!," jawab Sasuke sekenanya. "Memangnya apa urusanmu menanyakan hal itu? Sepertinya kau tidak suka sekali kalau aku dekat-dekat dengan si Uzumaki itu? Kau takut sahabatmu direbut, eh?"

"Bodoh! Kenapa harus takut!? Aku saja bahkan jijik kalau harus ada didekatnya, walaupun cuma sedetik," kata Gaara semakin emosi. Sasuke tersentak kaget. "Apa maksudmu dengan jijik?," tanya Sasuke penasaran karena dirinya itu tak mengerti apa maksud dari ucapan Gaara tadi.

"Asal kau tahu saja...," Gaara memotong kata-katanya. Sasuke menelan ludah. "Naruto itu... HE'S A GAY!!"

Sasuke tertohok.

***

"HHH..." Sasuke termenung di depan meja sambil mengaduk-aduk mie ramen yang dipesankan oleh Naruto untuknya tadi. Mie ramen itu jelas sudah mendingin, karena sejak 10 menit yang lalu Sasuke sama sekali tidak tertarik untuk memakannya walau barang sesendok. Melainkan ia hanya mengaduk-aduk mie ramen itu saja. "Benar-benar membuatku kehilangan selera makan..."

"Sasuke!," Seseorang memanggil Sasuke dari kejauhan. Dan saat mata onyx Sasuke menemukan orang yang memanggil namanya tadi, dihadapannya sudah berdiri Gaara dan seorang gadis berwajah manis berambut merah muda sepinggang yang mengenakan tanktop pink berbalut jaket sulaman tipis berwarna ungu dan memakai rok jeans ketat berwarna biru agak keputih-putihan yang panjangnya sekitar 5 cm diatas lutut. Masih cukup sopan. Sasuke membelalak kaget begitu melihat kehadiran gadis itu dihadapannya.

"Konnichiwa, Sasuke-kun...," sapa sang gadis manis itu penuh senyum. Kedua belah pipi Sasuke terasa memanas. Gadis itu, satu-satunya gadis yang mampu menaklukkan dinginnya sikap seorang Sasuke Uchiha biasanya—Sakura Haruno—pun duduk dihadapan Sasuke sementara Gaara berputar kemudian duduk disebelah kiri Sasuke dengan santai.

"Konnichiwa, Sakura...," balas Sasuke dengan nada lembut, berbeda dengan nadanya ketika berbicara dengan gadis lain. Sasuke menyerobot gelas berisi orange juice dari tangan Gaara dan meminumnya sedikit. "Itu minumanku bodoh! Seenaknya main minum!"

Sasuke mengembalikan minuman milik Gaara, menyingkirkan mie ramen dingin pesanan Naruto dari hadapannya, kemudian bertanya pada gadis manis dihadapannya, "Kenapa kau kesini?". Sakura terdiam. Gadis itu bingung harus berkata apa untuk menjawab pertanyaan dari lelaki dihadapannya itu.

"Aku yang mengajaknya ke sini. Kukira mungkin kau sedang kesepian," balas Gaara mendahului Sakura yang baru membuka mulutnya. Sasuke menoleh ke arah Gaara, matanya memincing tajam. "Maksudmu?"

"Kau tidak kesepian, ya? Aku tahu, sudah seminggu lebih kalian tidak kencan kan? Yah, walau pun aku juga tahu kalau kalian itu menyembunyikan hubungan kalian disini agar Sakura tidak diganggu fangirl-mu," balas Gaara lagi sekenanya, walaupun memang benar adanya. Sakura mengangguk pelan. Sasuke menghela napas. "Kalau begitu, kenapa malah kau yang duduk disini?," katanya, sukses membuat Gaara tersendak.

"Hah?" Gaara dan Sakura menatap Sasuke bingung. Sasuke kemudian berkata, "Kalau kau tau aku kesepian begitu, kenapa malah kau yang duduk disini?"

"Maksudmu, kau menyuruh kami tukar tempat?," tanya Sakura dan Gaara bersamaan. Sasuke mengangguk. Dan kemudian, keduanya langsung berpindah tempat.

Sakura kini duduk disebelah kiri Sasuke sementara Gaara duduk dihadapan Sasuke. Awalnya, posisi duduk mereka yang tiba-tiba berubah itu membuat para fangirls Sasuke yang ada disekitar sana menatap Sakura dengan death glare masing-masing. Namun lama-kelamaan, Sakura akhirnya bisa duduk dengan tenang dan santai juga.

Tapi ketenangan hati Sakura langsung menghilang seketika saat tangan kiri Sasuke yang kekar merangkul pundak kiri Sakura erat dan memaksa gadis itu untuk menyandar padanya. "Sasuke-kun...," gadis itu mendongak menatap wajah Sasuke yang ada diatas kepalanya. Sasuke balas menatapnya.

"Sasuke-kun, aku tahu kalau kita memang sudah biasa beginian, tapi kalau disini... bisa-bisa aku...," kata-kata Sakura terputus ketika bibir mungilnya yang dihiasi lipgloss pink itu dikunci rapat-rapat oleh bibir Sasuke. Gaara yang melihat fenomena di kantin kampus itu langsung kaget. Fangirls Sasuke semuanya terlihat shock.

"Haaaaaaaaaahh...???!!!!"

Sasuke melepaskan ciumannya dan menatap Sakura dengan senyuman licik, "Sudah bisa diam?". Sakura yang masih shock cuma bisa mengangguk pasrah. Sementara rekan didepannya langsung mengomel, "Hei, dasar badung! Mentang-mentang udah pacaran dari SMP!"

"Hnn...," Sasuke mendengarkan segala keluh-kesah Gaara sambil memandang ke arah fangirl-fangirlnya. Barukali ini ia sadar kalau hal yang tadi ia lakukan pada Sakura sudah membuat Sakura dideath glare semua fangirlsnya.

'BRAK', Sasuke menggebrak meja didepannya, membuat Gaara berhenti berkata-kata. Dari balik tangannya terlihat beberapa lembar uang kertas, kemudian ia menyerahkan uang itu pada Gaara sambil berkata, "Tolong belikan aku makanan! Aku lapar!"

"Eh?," Sakura bingung mendengar Sasuke minta dibelikan makanan oleh Gaara, padahal dihadapannya daritadi ada semangkuk mie ramen.

Sasuke beralih menatap para fangirlsnya. "Dan tolong jangan tatap aku dengan tatapan seperti itu. Kalian tidak pernah punya yang namanya pacar, ya?," lanjut Sasuke. Sakura terkikik.

Sakura mencolek bahu Sasuke pelan. "Sasuke-kun, kalau kau mau beli makanan lain, bagaimana dengan mie ramen itu? Kau tidak mau memakannya? Itu punyamu, kan?"

"Bukan. Cuma pemberian orang. Aku malas memakannya," jawab Sasuke dengan nada dingin. Gaara menghela napas. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke tempat ibu kantin sambil berkata, "Akan kubelikan. Kau tunggu saja."

Sasuke duduk santai sambil menunggu makanannya datang. Tiba-tiba Sasuke merasakan sesuatu yang menyentuh pinggang kirinya dan membuatnya merasa geli. Ia menatap Sakura lagi. Ternyata memang gadis itu yang menggelitikinya tadi. "Ada apa lagi, Sakura?," tanya Sasuke jengah.

"Kenapa yang itu tidak dimakan saja?," tanya Sakura balik sambil menunjuk ke arah mie ramen pemberian Naruto yang sudah makin mendingin itu. Sasuke menatap mangkuk itu malas. "Cih. Kalau kau mau bilang saja, Sakura."

"Bukan itu, baka! Kalau kau malas memakannya sendiri, aku bisa menyuapkannya ke mulutmu," kata Sakura menggombal sambil tersenyum lebar. Sasuke blushing mendengarnya. Tapi, sesaat kemudian warna wajah Uchiha muda itu kembali normal.

"Kau mau tanggung jawab kalau aku kehilangan selera makan selamanya setelah makan itu?," katanya dengan nada jahil. Sakura mengernyitkan alisnya tak mengerti. "Memangnya mie ramen ini beracun, ya?"

"Yah...," Mata Sasuke berputar-putar dan melirik ke segala arah. Mengawasi tiap-tiap mata yang sedang mengamatinya sedaritadi. Kemudian kepalanya menunduk, mulutnya membisikkan sesuatu ke telinga Sakura, "Kalau kau memaksaku memakannya, kau harus menciumku setelah makanan itu habis kumakan, Sakura."

Sakura tersentak kaget. Mata bening emeraldnya menatap Sasuke degan tatapan yang menusuk. "Sejak kapan kau jadi agresif begitu?," tanya Sakura sinis.

Sasuke terkikik geli. Ia berkata lagi pada Sakura, "Aku nggak agresif kok. Itu semua karena cuma ciumanmu saja bisa mengembalikan semua selera makanku..."

"Gombal!," kata Sakura sambil membuang muka.

Dari kejauhan, tampak seseorang yang sedang berjalan mendekat ke arah pasangan yang tengah asyik berbincang-bincang di kantin itu, namun tiba-tiba langkahnya terhenti.

"Siapa wanita itu?!," Naruto bertanya-tanya dalam hatinya begitu melihat Sasuke yang sedang merangkul mesra gadis cantik yang duduk disebelahnya.

***

4 bulan kemudian...

"SELAMAT YA, SASUKE-KUUUUUN!!!!!!," teriakan riuh dari puluhan gadis-gadis yang berkumpul di depan gedung besar bercat putih bersih itu terdengar begitu keras ke segala penjuru. Dari pintu besar di bagian depan gedung itu, muncul seorang lelaki tinggi berkulit putih dan berambut hitam mencuat dengan segala atribut-atribut wisuda yang terus menempel ditubuhnya. "Cih. Cewek-cewek ini ribut sekali!," bisiknya sambil mendeath-glare gadis-gadis yang bergerombol di dekatnya itu.

Setelah mendapat bantuan dari keluarganya—Ayah, Ibu, Kakak—dan dari sahabat karibnya, Gaara, gadis-gadis yang berkerumun itu pun mulai terpecah-pecah dan akhirnya menghilang. Para peserta wisuda yang lain bermunculan keluar menyusul Sasuke yang sudah mendahului.

"Hei, mana Sakura?," tanya Gaara pada Sasuke.

"Aku tidak tahu," jawab Sasuke singkat, membuat hati Gaara menyesal sudah susah payah bertanya padanya. "Memangnya ada apa? Dia kan nggak ikut wisuda."

"Aku juga tahu bodoh!," bentak Gaara sambil memukul jidat Sasuke. Kemudian ia pergi mencari Sakura yang masih tidak diketahui keberadaannya. Sasuke mendengus. Rasa lelah yang menderanya sedaritadi membuat Sasuke ingin cepat-cepat masuk ke mobilnya kemudian pulang ke mansion-nya. Namun langkahnya terhenti begitu mendengar ada seseorang yang memanggil namanya. "Sasuke-kun!," panggil Naruto seraya berlari melewati kerumunan manusia di depannya menuju ke tempat Sasuke berada.

Lagi-lagi Sasuke mendengus, "Mau apalagi dia? Belum puas juga menggangguku."

Naruto berhenti tepat dihadapan Sasuke dengan napas tersengal-sengal, padahal jaraknya ke tempat Sasuke tadi tak terlalu jauh. Selesai mengatur napasnya, ia mendongak dan menatap Sasuke. Rona merah menghiasi pipnya yang memiliki bekas-bekas luka cakaran aneh. "Ada perlu apa?," tanya Sasuke dengan nada dingin.

"Sasu... Sasuke-kun...," mulut Naruto terus memanggil-manggil nama Sasuke. Entah apa maksud anak itu berbicara aneh seperti itu, Sasuke tak mengerti. Sesaat raut di wajah Naruto tampak memelas. "Ada yang ingin kukatakan... padamu...," lanjut Naruto lirih.

"Apa?"

Kedua pemuda itu masih saling berhadapan dalam diam. Naruto terlihat kesulitan untuk bicara sedangkan Sasuke mulai bosan menunggu Naruto. Dari kejauhan, seorang gadis manis berambut merah muda datang ke arah Sasuke dengan membawa sebuket bunga. Wajahnya tampak bahagia. "Sasu...," panggilnya sambil terus mencoba melewati lautan manusia yang menghalangi langkahnya itu.

"Sasuke-kun..."

Mata emerald beningnya membelalak menatap kekasihnya yang sedang bersama dengan pemuda aneh yang sama sekali tak dikenalinya. "Sasuke-kun...," panggilnya lirih.

"Aku mencintaimu..."

Langkahnya terhenti seketika. Hatinya terkoyak mendengar ungkapan pemuda berambut spike kuning itu. Tubuhnya melemas. Buket bunga yang dibawanya tadi langsung terjatuh begitu saja ke tanah. Sasuke yang tak sengaja melihat Sakura yang terlihat shock langsung kaget.

"Sasuke-kun...," panggil pemuda dihadapannya lagi. Sasuke menoleh dengan terpaksa. Mata biru Naruto kini menatap onyx Sasuke yang menyala-nyala. "Sasuke-kun, daridulu aku menyukaimu. Aku... aku... aku mencintaimu. Sungguh... aku sangat mencintaimu...," kata Naruto sambil menunduk dengan wajah malu. Kedua mata onyx Sasuke membelalak lebar. Bulu kuduknya serasa digelitik. Ia merinding mendengar Naruto menembaknya saat itu juga.

Sakura yang melihat kejadian itu tanpa bisa menahan diri lagi langsung menangis. Sejenis cairan bening mengalir deras dari kedua belah mata zamrud Sakura. Sasuke menatap Sakura lagi. Matanya menatap gadis itu dengan pilu. Bodoh sekali aku hingga bisa menghancurkan hati kekasihku sendiri!, runtuk Sasuke dalam hati. Kemudian mata onyxnya langsung berbalik menatap Naruto dengan tatapan benci. Hati Naruto menciut begitu Sasuke menatapnya dengan tatapan mengerikan seperti itu.

Sasuke menghela napas berat. "Maaf," sepatah kata keluar dari mulut Sasuke. Mata Naruto melebar. Pipinya memanas.

"Maaf, tapi aku tidak mungkin menyukaimu. Aku masih normal," kata Uchiha dengan tegas. Kali ini hati Naruto-lah yang serasa terkoyak. Pandangannya mulai mengabur. Air matanya terus menetes tiap detik. Dilihatnya Sasuke berjalan pergi meninggalkannya dan beralih ke arah gadis berambut merah muda yang juga tengah menangis seperti dirinya.

"Sakura...," panggil Sasuke pelan. Gadis itu tetap mematung. Tangan Sasuke turun dan memungut buket bunga yang dibawa Sakura tadi, kemudian merengkuh Sakura lembut. Gadis itu masih mematung ditengah tangisannya. "Hei, jangan menangis begitu...," hibur Sasuke. Sakura perlahan mendongak dan menatap Sasuke dengan matanya yang berlinang air mata.

"Kaudengar yang kukatakan padanya tadi, kan?," tanya Sasuke. Sakura mengangguk. Seutas senyum tersungging dibibir Uchiha bersifat dingin itu. "Kalau begitu jangan menangis lagi...," bujuknya.

Sakura mengangguk lagi sambil mengusap air mata dipipinya. "Jangan jauh-jauh dariku. Jangan pergi dariku...," kata Sakura dengan nada yang sedikit bergetar.

"Aku tetap milikmu, Sakura..."

Naruto tampak semakin shock begitu melihat Sasuke mencium gadis yang dirangkulnya erat itu tepat dibibir. Hatinya mencelos. Perhitungannya selama ini ternyata meleset. Sasuke sudah mempunyai kekasih wanita dan sikap dingin Sasuke pada para gadis lain itu semua karena Sasuke sayang pada kekasihnya. Bukan karena Sasuke gay seperti dirinya.

"Kenapa... kenapa selalu aku yang begini..."

- TO BE CONTINUED -

Review!! =3