****The Philosophies****

.

.

- Chapter 6 : The Music Philosophy -

.
.

Bleach © Tite Kubo

.

.
The Philosophies © kazuka-ichirunatsu23

.

Summary for this chapter : Ketika dawai beresonansi, bisakah ia menggetarkan hati sang penekur buku?


Aku memetik lagi dawai gitarku, mengatur jemariku agar membentuk kunci A minor. Dan teman-temanku pun mengikutiku.

Sebuah alunan melodi telah tertata, beserta lirik yang mulai dilantunkan oleh pemuda berambut merah di depan sana.

Satu kalimat yang ada di benakku saat memainkan lagu ini. Aku cinta musik.

Karena musik adalah penjabaran lain dari sebuah cinta. Musik adalah pengatur alur cinta. Cinta adalah bagian dari musik, dan musik adalah bagian dari cinta.

Alunan nada dari musik akan menggetarkan cinta. Kau dapat membagi cinta dengan lagu, tatanan dari melodi dan nada yang manis. Musik adalah jiwa sang cinta.

Itulah filosofi dasar dari musik; sebagai penyampai cinta.

Tapi aku punya sedikit masalah dengan ini....

xxx

"Kau hebat, Hisagi-san," Ichigo menepuk pundakku, sembari tersenyum lebar.

"Ahaha, biasa saja...."

"Permainan gitarmu hari ini begitu hebat, Hisagi-kun," Toushiro memutar-mutar stik di tangan kanannya.

"Tak salah kalau kau memilih musik sebagai jalan hidupmu," Ishida melihat ke arahku, tangannya dengan cekatan membuka penutup sebuah kaleng minuman ringan.

Aku hanya tersenyum mendengarkan sanjungan yang keluar dari mulut mereka. Di satu sisi, bisa dibilang sempurna, keahlian memainkan musik, dan kebetulan jalanku mulus untuk menggapai cita-citaku sebagai seorang pengaransemen dan gitaris yang hebat .

Tapi, ya seperti yang kubilang tadi, ada sedikit masalah tentang musik di diriku.

Sebuah permainan gitar secara tiba-tiba terdengar keras di ruangan tempat kami berada.

"Hisagi-san, ponselmu berbunyi," Ichigo membuyarkan lamunanku. Aha, aku meninggalkan ponsel di tas tanpa mematikan deringnya.

"Terima kasih," jawabku, dan berdiri menghampiri benda kecil yang tergeletak di atas meja itu. Oh, cuma sebuah pesan singkat. Aku tersenyum setelah membacanya. Lebih baik aku langsung menghubungi si pengirim pesan ini.

Cukup lama juga hingga ia mengangkatnya.

"Moshi-moshi...."

"Konnichiwa, Nanao-chan."

Terdengar jeda sebentar, "Kenapa tidak kau balas saja pesanku tadi? Tidak repot pakai meneleponku segala?"

Aku tersenyum. "Tidak apa, aku sedang ingin mendengar suaramu."

"Sudah makan siang?" tanyanya.

"Belum," aku terkekeh.

"Tuh, kan... Kau pasti sedang berlatih bersama teman-temanmu. Jangan melupakan kesehatanmu."

"Iya, iya. Nanti, mungkin setengah jam lagi, setelah memainkan satu lagu lagi, aku akan makan siang."

"Musik lagi, musik lagi. Jangan terlalu sering...."

Aku menghela nafas. Nah, apa kubilang? Ada sedikit masalah disini.

"Kau tidak suka musik, aku tahu itu, Nanao-chan. Tapi, tidak boleh ya aku menyalurkan hobiku?"

Nanao-chan diam. Aku hanya menunggunya.

"Yah... Bukan maksudku melarangmu. Tapi...."

"Ahaha... Baik Nanao-chan. Aku mengerti kita berbeda hobi. Jangan marah ya...."

"Kau yang jangan marah, aku sudah egois...."

"Tak apa.... Aku mengerti, Nanao-chan. Oh ya, kau sedang dimana?"

"Aku? Aku sedang di toko buku, membeli beberapa buku yang baru terbit. Setelah ini aku akan ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang kupinjam dua hari lalu."

"Oh, begitu ya. Hati-hati, Nanao-chan."

"Kau juga, lekas makan, jaga kesehatanmu. Ja ne!"

"Ja ne...." aku menutup sambungan telepon itu. Kutaruh lagi benda berwarna biru tua itu ke dalam tasku.

"Aduh, kekasih yang perhatian, ya...." goda Renji. Ah, pasti saja begini. Mereka selalu saja mengomentariku setelah aku menelepon Nanao-chan.

"Ehem, ehem...." Ichigo mendehem, aku tahu itu bernada sama dengan Renji.

"Kalian ini... Tidak bisa melihatku senang, ya?"

"Tidak kok. Paling mereka cuma iri melihatmu mendapat perhatian sampai segitunya dari kekasihmu," Toushiro menyambung.

Aku terkekeh melihat mereka yang memalingkan wajah gengsi mereka. Lumayan lucu juga.

Duh, kapan aku bisa menyelesaikan masalah sepeleku dengan Nanao-chan? Susah sekali meyakinkannya, mengingat aku suka sekali musik, dan dia tidak menyukainya. Padahal kan musik itu indah? Apalagi musik adalah salah satu bagian pengekspresian dari cinta. Aku ingin sekali mewujudkan cintaku padanya lewat musik....

xxx

Aku merasa bosan di kamar. Apa yang mesti kulakukan, ya? Tugas-tugas kuliah yang merepotkan itu sudah kuselesaikan.

Secara langsung mataku tertuju pada benda yang berdiri tegak di pojok ruangan. Kenapa tidak main gitar saja? Mungkin hari ini bisa tercipta satu buah lagu lagi. Aku memang diandalkan mereka semua, teman-teman satu band-ku sebagai anggota yang paling aktif menciptakan lagu-lagu baru.

Kuraih benda itu, mengatur kekencangan senar-senarnya dulu.

Kuatur jemari kiriku, membentuk sebuah kunci. Dan aku telah siap menjentikkan jemari tangan kanan untuk memainkan sebuah melodi yang mungkin belum pernah terpikirkan sebelumnya.

Tapi tanganku terhenti. Aku jadi teringat Nanao-chan....

Ah, iya... Lebih baik kupikirkan dulu cara agar dia menyukai musik.

Bukan maksudku memaksakan egoku padanya yang tidak suka apa yang kusuka....

Tapi aku hanya ingin meyakinkan pandangannya tentang musik agar bisa lebih baik. Aku ingin mengatakannya sebuah filosofi tentang musik. Aku pikir mungkin dia akan lebih mengerti jika aku memakai kata-kata filosofi itu, mengingat dia sering sekali melahap buku-buku kuno penuh kata-kata puitis. Yang bahkan aku pun terkadang tidak mengerti. Hebat juga otaknya mampu mencerna makna dari buku-buku tua itu.

Aku memutar mataku mengelilingi kamar, selaras dengan otakku yang terus berputar memikirkan kata-kata.

Duh, mengapa rasanya sulit sekali menyusun kalimat yang tepat? Padahal aku biasa menulis lirik lagu yang memakai diksi!

Cukup lama aku memikirkannya, melewatkan waktu demi waktu, hingga satu putaran penuh jarum jam telah tuntas.

Aha! Akhirnya aku tahu! Baik, akan kutelepon dia sekarang. Semoga dia tidak sibuk.

"Moshi-moshi...."

"Nanao-chan, kau ada waktu?"

"Hm... Untuk siang ini sampai sore tidak bisa, aku ada kuliah. Bagaimana kalau besok saja?"

"Ehn... Baik, besok sore jam 3, bisa tidak?"

Ia sejenak berpikir, "Bisa, dimana?"

"Di tempat biasa, di taman, dekat pohon sakura besar di pojok utara."

"Baiklah."

"Ya, kutunggu, Nanao-chan, ja ne!"

"Ja ne...." ia lalu menutup telepon.

Semoga saja, besok menjadi titik balik pendapat dan pandagannya terhadap musik. Akan kuyakinkan dia dengan filosofi yang baru saja kudapat!

xxx

Aku tergopoh-gopoh lari menuju tepi taman. Saat tiba ke tempat ini, aku lihat jam di tanganku, sudah pukul tiga lewat dua puluh tiga menit, dan itu sudah berlalu lima menit lalu karena taman ini begitu luas.

Pasti Nanao-chan sudah menungguku, semoga saja dia tidak marah.

"Nanao-chan!" aku memanggilnya dari kejauhan, menghampirinya yang sedang duduk menekuri buku tebal.

Ia memandangku sinis melewati kacamata beningnya itu. Dapat kulihat mata violetnya menyiratkan kekesalan.

"Kau yang menjanjikan, kenapa kau yang terlambat?"

"Ahahaha...." aku tertawa tak jelas, "Maafkan aku, aku ketiduran, Nanao-chan."

Aku lantas mengambil posisi tepat di sampingnya. Memandangnya sebentar.

Ah, tidak mungkin sebentar, aku sudah hanyut dalam manis wajahnya, yang selalu membuatku betah memandanginya dalam waktu lama.

"Shuuhei-kun?" ia memandangku heran, sembari membenarkan letak kacamatanya.

"Eh, iya, iya...." aku mengeluarkan gitar dari tas punggungku.

Nanao-chan kembali memandangku kesal.

"Kau mau main musik dihadapanku?"

Aku tersenyum penuh arti. Dia menghela nafas panjang.

"Shuuhei-kun, sudah berapa kali aku bilang, aku tidak suka musik!"

"Aku tahu, Nanao-chan, oleh karena itulah, hari ini akan kubuat kau menjadi suka dengan musik."

"Bagaimana bisa? Musik itu berisik, Shuuhei-kun! Dan aku lebih memilih membaca buku daripada mendengarkan musik, membuatku pusing! Maaf, jika kali ini aku benar-benar menyinggungmu...."

Aku tidak bisa marah padanya hanya karena perbedaan selera ini. Bisa kalian pahami, cinta melampaui segala perbedaan, dan menyatukannya. Dan aku sedang dalam usaha untuk menyatukan perbedaan itu, meleburkannya menjadi satu.

"Kau tahu, Nanao-chan, musik adalah ilmu dan seni yang mempersatukan dan mengatur nada dalam suatu kombinasi, menghasilkan komposisi tertentu yang indah...."

"Rasanya ada bagian yang mirip dengan kamus yang pernah kubaca, Shuuhei-kun...."

Aku menggaruk bagian belakang kepalaku sambil tertawa. Aku kalah telak saat ini, kemampuannya mengingat isi buku-buku begitu tinggi.

"Maaf aku menyela," katanya.

"Hehe... Tidak apa-apa... Nah, musik itu adalah nada yang disusun dengan rapi hingga terciptalah sebuah keselarasan yang mengalun bersama waktu. Musik tercipta dari berbagai nada dan melodi yang berbeda, namun menyatu menjadi indah. Begitu pula dengan cinta, Nanao-chan. Cinta itu terdiri dari beberapa, bahkan banyak perasaan yang menyatu dengan baik, mengalir mengiringi waktu, hingga membentuk sebuah perasaan...."

Nanao-chan mengerutkan dahinya.

"Jangan bilang kau tidak mengerti apa yang kukatakan, Nanao-chan...." aku menatapnya heran.

Ia tersenyum malu. Akh, masa seorang Nanao-chan yang ahli buku dan soal sastra seperti ini malah tidak mengerti kata-kataku barusan? Apa yang terjadi dengannya?

"Nanao-chan...." aku bersiap menjelaskannya lagi dengan sabar, "Cinta dan musik itu sama. Sama-sama terdiri dari beberapa objek yang menyusun menjadi satu. Menjadi sebuah objek baru yang indah untuk dirasakan...."

Nanao-chan diam, dia sedang berpikir. Sepertinya sudah mulai paham.

"Musik tertentu memang berisik, Nanao-chan. Namun selebihnya adalah karya indah, jiwa dari cinta. Orang yang tidak menyukai musik, tidak akan bisa merasakan salah satu makna dari cinta yang barusan kujelaskan...."

"Begitu ya?"

"Musik itu tidak buruk, Nanao-chan. Jangan kau anggap musik itu buruk. Jika kau nikmati nadanya, pasti akan terasa getaran indah di pendengaranmu. Kau selama ini pasti belum pernah benar-benar mendengarkan musik."

Nanao-chan tersenyum kecil.

"Percaya padaku?"

Ia mengangguk perlahan.

"Mau mendengarkan musik yang khusus untukmu?"

"Boleh...." ia menutup buku tebalnya. Sempat kulihat judulnya 'The Greatest Poet'.

Aku tersenyum sebentar, kemudian mulai memainkan sebuah lagu, nada yang kuatur sendiri, dan lirik yang kususun seorang diri hingga tengah malam tadi.

Hanya untuknya. Untuk membuktikan bahwa cintaku seindah lagu ini. Mengatakan padanya kalau musik adalah jiwa dari cintaku padanya. Meluluhkannya lewat lagu ini.

xxx

"Err... Shuuhei-kun, bisa aku minta sesuatu padamu?" kata Nanao-chan padaku, pada suatu sore, saat ia mampir ke tempat latihanku. Latihan sudah selesai, tapi kami belum ada yang pulang.

"Boleh saja. Selama aku mampu, pasti akan kukabulkan." aku memetik dawai gitarku asal-asalan.

"Bisa aku... Minta ajarkan bermain gitar?"

Aku tertegun mendengar ucapannya, "Yang benar?"

Ia mengangguk cepat.

"Nah, berarti kau tidak lagi benci musik kan?"

Nanao-chan tersenyum kecut, "Aku ingin mencoba, sepertinya menarik...."

Aku tersenyum bangga, lalu menyerahkan gitar kesayanganku.

Aku tertawa kecil ketika melihat kekikukkannya memegang gitar itu, dan asal-asalan memetik dawainya.

"Begini...."

Aku pun memegang jemari-jemari di tangan kirinya, mengaturnya perlahan menjadi sebuah kunci nada yang menurutku paling sederhana, kunci A.

"Susah sekali...." komentarnya.

Aku lagi-lagi tersenyum, "Kalau kau serius, pasti kau bisa menguasainya."

x.x.x

Sebuah melodi baru pasti akan tercipta sebentar lagi. Saat ia mengerti filosofi baru dalam pemahamannya. Bahwa musik itu sama dengan cinta. Sama-sama mengalun merdu, sama-sama berasal dari berbagai rasa dan objek yang kompleks dan menjadi satu...

... Dan sama-sama indah jika dimainkan bersama perasaan.

- OWARI -



kazuka : ahahahaha~~ aku suka pair ini!! kyaa!!! ide dan hasil yang jadi dalam satu hari!!

yukina : *ngebaca isi fic* lha? ada kata-kata yang kamu comot dari kamus besar ya?

kazuka : *ketawa-ketiwi gaje* ehehehe.... ada satu bagian, tapi itu pun udah kuubah-ubah dikit lhoo! jangan salah euuy!!! aku gak mau plagiat-plagiatan!!

yukina : haha, kita bales ripyu nyok!

kazuka : ayoo~ hn... siapakan ripyuer pertama kita untuk chapter kemarin???

yukina : ehm... mss Dhyta... selanjutnya ya mss? Nih, ShuuNao dulu. Semoga suka ya...

kazuka : *manggut2* dan ichakuchikichi... duh, HitsuHina ya? huwaaa!! iya ya... ntar deh, kalo ada ide, bakalan kubikin mereka kok!

yukina : zuu-chan, ini dari Ruki_ya....

kazuka : aduuh, makasih Ruki!! *meluk Ruki, dijotos* saia emang sukaa sekali sastra.... Sastra kan indaaah~

yukina : sastra emang indah, tapi asal jangan lebay!

kazuka : *nyengir* wah, ada Chizu Michiyo.... yaoi? haha.... ga tau nih... tergantung mood... ufu, tapi sejauh ini straight aja dulu. Liat ke depannya...

yukina : cara jawabmu lelet banget... *sweatdrop* dari Jess Kuchiki.... majikan saia emang suka bikin yang lebay-lebay!! harap maklum!!

kazuka : *deathglare* nah, dari NaMie AmaLia! gak papa kok telat ripyu~ gak ripyu yang GinMatsu juga ga papa~ ZangeShira? wah, liat ntar ya... doakan saia gak kena WB ama lebih sering dapat ide filosofi2 ginian! gak mudah loo...

yukina : *mengamini diam-diam* then, from ruki4062jo....

kazuka : *nimpuk yukina pake mouse* sok bahasa inggris lo!! Huuu~ terakhir, dari archerrylime. gak papa telat ripyu kok, yang penting baca, hehe... ah... makasih sanjungannya... jadi malu nih~

yukina : *nimpuk kazu pake kucing*??* lebay!!! Woooo.....

kazuka : *nimpuk balik pake anjing*ngacir* makasih udah baca yaaa!!! ripyu-nya sangat diharapkaaan!! Sankyuuu!!! oh iya, statusnya mau kuubah complete, tapi masih jalan karena pair rencana saia masih ada, dibikin kayak gitu karena ini tiap chapter pasti ujungnya complete. jadi saia gituin aja. SANKYU yaaa!!!

.

.

.

.

Read, then review?