Summary : Aku pernah bertanya seperti ini, "Manusia yang mati akan dibimbing oleh Shinigami ke Soulsociety, kalau Shinigami mati dia akan kemana?", sekarang aku tahu jawabannya-HATI.
Rated : T
Genre : Friendship/Angst
Pairing : IchigoXRukia
A Fic for Nakama no Monogatari Challenge
Bleach © Tite Kubo
-
AME
..Nichan Sorayuki`s Present..
Nyanyian Empat Musim © Nichan Sorayuki
-
Fuyu…
Aku ingat nyanyian itu
Bernuansa salju, bermelodikan rindu
-
Haru...
Aku tahu nyanyian itu
Berlatarkan sakura, beriramakan tawa
-
Natsu...
Aku kenang nyanyian itu
Berawalkan hujan, bertemakan kehilangan
-
Aki...
Aku suka nyanyian itu
Tentang dirimu dan aku
-
Ichigo meletakkan nampan itu di atas meja belajarnya. Di atas nampan itu terdapat dua buah cangkir berisi coklat hangat yang asapnya masih mengepul ke udara. Ichigo meraih salah satu dari kedua cangkir itu, kemudian memberikannya pada Rukia yang sedang sibuk dengan kegiataannya dari tadi–katanya membuat sebuah boneka ajaib.
"Terima kasih Ichigo," Rukia menerima secangkir coklat hangat yang diberikan Ichigo padanya. Kemudian pelan-pelan dia meniupnya sebelum meminum coklat hangat itu.
"Bagaimana rasanya?" tanya Ichigo setelah meneguk coklat hangat miliknya sendiri.
"Enak!! Ini minuman apa Ichigo?" tanya Rukia dengan mata berbinar-binar.
"Jangan kagum dengan hal sepele, ini cuma coklat," jawab Ichigo ketus. Rukia langsung cemberut begitu mendengar jawaban Ichigo itu, kemudian ia menjulurkan lidahnya kepada Ichigo.
"We... Apa pedulimu jeruk!?" ledek Rukia sambil menaruh cangkirnya di atas nampan tadi.
"Eh? Kau sedang membuat apa?" Ichigo sama sekali tidak menghiraukan ledekan Rukia, kedua matanya tertuju pada boneka yang dibuat Rukia.
"Ah... Ini boneka ajaib!!" jawab Rukia penuh semangat.
"Boneka ajaib?"
"Iya!! Ini bisa menangkal hujan lho, namanya..." Rukia mencoba mengingat-ingat nama boneka yang berbalut kain putih itu.
"Teruterubozu ya?" tebak Ichigo dengan wajah datar.
"Ah iya. Namanya teruterubozu!!" kata Rukia sambil memasang wajah polos.
"Tau dari mana kau tentang teruterubozu?" tanya Ichigo yang sekarang sudah duduk di samping Rukia.
"Inoue." Rukia tersenyum puas, dia memamerkan boneka buatannya itu kepada Ichigo.
"Nih, untukmu!!" katanya seraya menyerahkan teruterubozu itu kepada Ichigo. Ichigo mengerutkan alisnya, membuat Rukia sedikit sebal dengan rekasi Ichigo itu.
"Kenapa reaksimu seperti itu? Menyebalkan," Rukia membuang muka dan melipat kedua tangannya di dada.
"Habis ini tidak mirip teruterubozu, buatanmu jelek sekali Rukia, hahaha..."
"Jangan tertawa jeruk!!" bentak Rukia.
"Hei midget, lagipula aku tidak pernah memintamu membuatkan ini untukku kan?"
"Sudah bagus kubuatkan, ingat, kau pernah bilang kau benci hujan."
[End of Flashback]
Ichigo mengenggam erat-erat teruterubozu pemberian Rukia itu di tangan kanannya. Sampai sekarang pun hujan masih menemani dirinya dan Renji.
Ichigo mengangkat kepalanya, menatap kosong pada batu nisan yang ada dihadapannya dan Renji. Kuchiki Rukia. Itulah nama yang terukir di batu nisan itu
"Maafkan aku Rukia," runtuk Ichigo dalam hati. Tangan kananya masih menggenggam dengan erat teruterubozu yang sengaja dibawanya itu. Matanya terpejam, mencoba menghayati dan merasakan guyuran air hujan yang membasahi seluruh tubuhnya yang seolah selalu mengingatkannya pada kesalahannya saat itu, ketidakberdayaannya, kebodohannya, kelemahannya dan ketidakbecusannya sebagai seorang sahabat.
"Rukia... Bagaimana keadaanmu di sana? Apa kau baik-baik saja? Lihat!! Aku pakai gelang chappy pemberianmu lho," Renji berkata pada nisan bisu itu sambil memamerkan gelang chappy yang melingkar di tangan kirinya.
"Eh sudah satu tahun lamanya sejak saat itu, apa kau masih saja pendek seperti dulu? Masihkah kau menjadi penggila kelinci? Hahaha... Kau gadis teraneh yang pernah kutemui," lanjutnya lagi, kali ini dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
"Renji...," gumam Ichigo lirih, tapi masih cukup bisa untuk didengar oleh Renji yang ada di sebelahnya.
"Apa?" tanyanya pada Ichigo.
Ichigo cuma diam, saat ini semua yang ingin dikatakannya seakan tercekat di tenggorokan, "tidak," jawabnya singkat.
~ Hanya ada satu takdir yang tidak bisa dirubah, KEMATIAN.
Itulah persamaan takdir setiap makhluk yang awalnya mempuyai nyawa ~
[Flashback – Winter War]
Rukia memegang lengan kanannya yang berlumuran darah karena terkena tebasan zanpakutou milik Gin Ichimaru.
"Bagaimana rasanya Kuchiki? 'wadah' hogyoku memang lemah ya?" seriangaian serigala kembali muncul di wajah mantan kapten itu.
"Uughh...," Rukia mati-matian menahan rasa sakit di lengan kanannya itu. Jangankan untuk membalas serangan Gin tadi, bahkan ia tak yakin masih bisa memegang zanpakutou dengan benar.
"Bagaimana Kuchiki, apa kau sudah siap untuk mati?" Gin memasang kuda-kuda dan bersiap mengeluarkan serangan lanjutan, tapi suatu suara menghentikannya.
"Hentikan!! Jangan membuat takut gadis kecil yang manis ini," Aizen tersenyum dan berjalan ke arah Rukia yang sedang berusaha berdiri.
"Aizen-sama!?" pekik Gin, masih dengan seriangai rubahnya.
"Cegah Byakuya, yang di sini biar aku yang urus," perintah Aizen begitu menyadari reiatsu Byakuya yang mulai mendekat ke arah mereka.
Gin mengangguk dan segera meninggalkan tempat itu. Sementara Aizen mendekati Rukia perlahan, masih dengan senyuman yang terukir di wajahnya. Rukia sama sekali tidak bisa bergerak ataupun menyembunyikan rasa takutnya. Wajahnya terlihat sangat panik dan tubuhnya bergetar.
"Kau takut ya Kuchiki?" Aizen mengangkat dagu Rukia dengan tangan kanannya dan tersenyum. Rukia sama sekali tidak menjawab pertanyaan Aizen. Takut. Hanya itu yang ada di benaknya.
Kemudian, Aizen mendekatkan wajahnya ke wajah Rukia, "anak yang manis," gumam Aizen, masih dengan wajah yang tenang dan tersenyum.
"Benar, cukup manis untuk dibunuh, iya kan Kuchiki?" Aizen mulai mencabut pedangnya saat menyadari bahwa Rukia mulai berontak.
'Lari Rukia!! Lari!!' teriak Rukia dalam hati.
Tapi percuma, saat ini dia tidak punya cukup tenaga untuk berlari, apalagi di bawah tekanan seperti ini. Yang bisa dia lakukan cuma mundur beberapa langkah dari posisinya tadi.
"Seorang utsuwa(1) tidak seharusnya dibiarkan hidup," sekarang ekspresi Aizen yang tadinya datar berubah menjadi serius. Dia mengayunkan pedangnya ke arah Rukia.
Rukia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Yang bisa dia lakukan cuma memejamkan matanya dan berteriak, "Ichigooo....!!!!" teriaknya sekeras mungkin, bersamaan dengan tebasan pedang Aizen yang melukai tubuh seseorang.
Darah segar mengalir deras dari pungung tangan kanan seorang laki-laki berambut oranye yang menahan serangan Aizen yang ditujukan Rukia tadi. Dengan cepat ia mengendong Rukia. Dibawanya gadis mungil itu menjauh dari Aizen, kemudian Ichigo menyandarkan tubuh lemah Rukia di pohon.
"Kau tak apa-apa Rukia?"
"I-Ichigo... Kau datang?"
"Kau yang memanggilku kan? Teriakanmu tadi benar-benar mirip cewek," keluh Ichigo sambil menatap Rukia.
"Kau tak apa-apa? Astaga lenganmu terluka."
Ichigo mengangkat lengan Rukia dan merobek lengan baju shinigami Rukia. Kemudian ia gunakan kain sobekan itu untuk menutup bagian lengan Rukia yang terluka dan mengeluarkan banyak darah. Rukia cuma diam dan menunduk, kemudian dia meremas hakama milik Ichigo.
"Takut, aku takut...," ucapnya lirih dengan tubuh yang gemetaran.
Ichigo menghela nafas. Tidak pernah ia melihat sahabatnya selemah ini. Dia mendekap tubuh Rukia, memeluknya dan mengelus rambutnya perlahan.
"Tak apa, tenang saja Rukia, aku akan melindungimu," Ichigo mencoba menenangkan Rukia. Dia terus mendekap tubuh Rukia, sampai suatu suara membuatnya melepaskan pelukan itu.
"Sudah cukup mesra-mesraannya Kurosaki," Aizen berjalan tenang ke arah Rukia dan Ichigo. Ichigo melepaskan pelukannya dari Rukia, kemudian bersiap dan memasang kuda-kudanya.
Ichigo menghindari serangan Aizen dengan shunpo. Berkali-kali mereka adu pedang. Berkali-kali pula Ichigo terkena serangan dari Aizen, tetapi dia terus bangkit. Tubuhnya sudah penuh luka dan berlumuran darah. Wujud hollow ataupun bankai ternyata tidak cukup kuat untuk menerima serangan dari mantan kapten divisi lima itu.
Rukia masih terduduk lemah di tempat tadi dan menyaksikan pertarungan antara Ichigo dan Aizen. Tubuhnya masih bergetar hebat. Dia bukannya takut terluka atau mati, tapi lebih dari itu.
Rukia takut kehilangan. Dia tidak mau memori pahit tentang Kaien terulang lagi. Tidak untuk kedua kalinya. Sudah cukup dia kehilangan Kaien. Untuk kali ini, dia tidak ingin kehilangan Ichigo. Dia bukannya tidak percaya bahwa Ichigo pasti bisa mengalahkan Aizen, Rukia cuma tidak ingin ada yang terluka karena melindunginya.
"Kami-sama lindungi Ichigo," ucap Rukia lirih.
"Cuma segitukah kemampuanmu, Shinigami pengganti?" Aizen menawan leher Ichigo dengan zanpakutounya. Ichigo cuma diam, dengan cepat dia menjaga jarak dengan Aizen menggunakan shunpo. Ichigo memang berhasil menghindar, tapi karena itu pula dia jadi kehilangan jejak Aizen.
"Hosh.. hosh.. hosh.. Dimana kau brengsek!?" Ichigo mengatur nafasnya perlahan. Tubuhnya yang berlumuran darah sudah basah kuyup terguyur hujan. Bisa dibilang saat ini, Ichigo sudah mencapai batasnya.
Rukia memang hanya duduk dan melihat pertarungan yang berat sebelah itu. Tapi bukan berarti dia cuma pasrah dan menyerahkan semuanya pada Ichigo. Rukia memejamkan mata, mencoba berkonsentrasi dan mencari reiatsu Aizen yang tiba-tiba menghilang.
Tidak butuh waktu lama bagi Rukia untuk mengetahui di mana Aizen berada, dengan sigap Rukia bangkit dan berteriak sambil berlari, "Ichigo dibelakangmu...!!"
~ Terkadang, ada sesuatu yang lebih berharga daripada nyawa ~
Terlambat. Tubuh itu sudah tergeletak lemah. Air hujan yang turun deras bercampur dengan darah segar yang keluar dari bagian perutnya.
Kedua bola mata coklat milik Ichigo membulat sempurna saat melihat tubuh Rukia yang tergeletak tak berdaya demi melindungi dirinya. Diraihnya tubuh Rukia tanpa memperdulikan Aizen yang juga sudah bersiap untuk melancarkan serangan lanjutannya.
"Rukiaaa....!!!" pekik Ichigo, bersamaan dengan tertahannya serangan Aizen oleh zanpakutou seseorang. Yamamoto Sou-taichou.
Yamamoto melirik Ichigo dan Rukia yang bersimbah darah dari sudut matanya. Kemudain ia alihkan pandangannya ke arah Aizen.
"Rukia, bertahanlah," suara Ichigo bergetar, dipeluknya erat tubuh Rukia yang bersimbah darah itu.
"I-Ichi..go..." Rukia membuka matanya perlahan, memanggil Ichigo pelan.
"Rukia?"
"I-Ichigo kau tak apa?" tanya Rukia pelan. Hati Ichigo seakan tertusuk duri mendegar pertanyaan Rukia itu.
"Diam!! Kau selalu saja mengkhawatirkanku, melindungiku. Saat terluka parah seperti ini pun, kau juga selalu begitu. Aku muak Rukia!!" Ichigo mengepalkan tangannya dan meninjukannya ke tanah yang basah.
Rukia tersenyum lemah dan mengangkat tangan kanannya, mencoba meraih wajah Ichigo. Spontan Ichigo meraih tangan itu dan menggenggamnya dengan erat.
"I-Ichi-go...kau ingat pernah bertanya seperti ini, 'setelah mati shinigami akan pergi kemana', iya `kan?"
"Apa maksudmu?" tanya Ichigo bingung.
"Sepertinya...Uhuk...," ucapan Rukia terputus, darah keluar dari mulutnya.
"Ru-rukia!? Sudah jangan banyak bicara dulu!!" Ichigo tampak panik, bingung dengan apa yang harus diperbuatnya.
"Sepertinya sebentar lagi aku akan mengetahuinya," lanjut Rukia, darah masih mengalir deras dari bagian perutnya.
"Jangan bercanda bodoh!! Kau tak akan apa-apa, aku akan melindungimu," Ichigo mulai tak bisa mengontrol emosinya, air matanya jatuh bersama dengan air hujan yang mengguyur seluruh tubuhnya dan Rukia.
"I-Ichigo...terima...kasih..."
Itulah kata-kata terakhir yang di dengar Ichigo dari mulut Rukia. Kata-kata yang sangat singkat untuk sebuah perpisahan yang abadi. Ichigo berteriak keras, berkali-kali ia meneriaki nama sahabatnya itu, berkali-kali pula ia meminta maaf kepada Rukia. Tapi... tubuh tak bernyawa itu cuma diam. Tanpa kata, tanpa suara.
[End of Flashback]
~ "Shinigami yang mati akan pergi kemana?" Suatu hari, pernah seorang shinigami pengganti bertanya hal seperti itu. Kini dia tahu jawabannya—Setiap HATI orang yang menyayangi shinigami itu. Abadi di sana. ~
"Jeruk, sampai kapan kau mau terus berada di situ? Sudah waktunya kita pergi," Renji berjalan meninggalkan Ichigo yang masih berdiri mematung di depan nisan Rukia.
Ichigo mengeluarkan secarik kertas dari saku hakamanya, kemudian dia berjongkok dan membakar kertas itu di tempat yang sudah disediakan. Lalu beberapa detik kemudian dia bangkit berjalan mengikuti Renji dari belakang.
"Yang kau bakar tadi itu kertas apa?" tanya Renji pada Ichigo.
"Bukan apa-apa, cuma sesuatu yang tidak tersampaikan sebagai seorang teman," jawab Ichigo sambil berjalan mendahului Renji.
"Kau tahu Ichigo, Rukia pasti senang punya teman seperti kita, hahaha...," Renji melepas tawanya sambil memandangi langit sore yang mulai cerah setelah hujan.
"Terbalik, justru kita yang lebih senang punya teman seperti dia," Ichigo tersenyum ke arah Renji.
"Ya, kau benar Ichigo...," Renji menundukkan kepalanya.
"Kau tahu Renji, ada sesuatu yang akan pernah hilang. Rukia bersama kita, di sini," Ichigo memegang dadanya dengan satu tangan.
"Apa maksudmu?" tanya Renji masih tidak mengerti.
"Hati," jawab Ichigo singkat.
"Hati?" Renji mengulangi perkataan Ichigo. Dia ikut meletakkan satu tangannya di dada.
"Begitulah... Ayo kita pulang Renji!!" ajak Ichigo sambil tersenyum dan berjalan santai meninggalkan pemakaman itu.
~Sepucuk Surat Untuk Sahabat~
-
From Ichigo Kurosaki
For My Dear Friends, Rukia Kuchiki
-
-
-
Rukia… Bagaimana kabarmu disana?
Apa kau merindukanku? Seperti aku merindukanmu saat ini
Sudah satu tahun berlalu sejak saat itu...
-
Kau tahu, aku selalu merindukanmu suaramu
Sekarang, tidak ada lagi gadis Shinigami berisik yang menghuni lemariku
Tidak ada lagi, gadis pendek kasar yang selalu mengejekku semaunya
Tidak ada pula penggila chappy yang selalu heboh tentang hal-hal sepele seperti jus, minuman atu kue-kue
-
Rukia... Bagiku kau adalah orang yang telah menyelamatkanku
Seseorang yang telah mengubah total seluruh hidupku
Sahabat terbaik yang tidak bisa kulindungi
-
Kau tahu Rukia?
Kalau mengingat semua, membuatku ingin menangis
Pertemuan dan perpisahan saat itu, semua tersimpan rapi di kepalaku
-
Rukia... Kenapa kita terpisah jauh?
Kenapa kau meninggalkanku?
Walau aku yakin, akan tetap ada 'ikatan erat' di antara kita
Tapi... Itu semua tidak merubah apapun kan?
Kau tetap tidak ada di sini...
-
Rukia bisakah kita bertemu kembali?
Aku ingin melihat senyummu dan kehangatanmu yang dulu
Bagiku... Itulah hal berharga yang kuterima
Kehangatan dan kebahagiaan saat itu
Aku tidak ingin membuang yang manapun
-
Maaf karena tidak bisa melindungimu
Bagiku kau adalah teman yang sangat berharga
Teman yang sudah menjadi SAHABAT
-
Arigatou Rukia, Sayonara Nakama...
:: OWARI ::
(1) Utsuwa : Berarti wadah. Diambil dari manga Naruto *maklum authornya nggak kreatif*. Sebutan untuk Rukia, sebagai shinigami yang pernah menjadi media untuk tempat penyimpanan hogyoku. Aizen berniat membunuh 'wadah' itu, begitu ia mengetahui bahwa ternyata wadah dapat mempengaruhi cara kerja hogyoku.
Selesai!! Ahaha~ gimana? Lebay ya? Sudahlah...
Pertama-tama, saia ucapkan ARIGATOU~ untuk semua yang sudah membaca, mereview dan memberitahukan letak kesalahan saia dalam pembuatan fic ini. Aku cintaa kalian semua~ Muahh... Muahh...
Semua pertanyaan-pertanyaan kalian dan repiu yang terlantar bakal saia jawab lewat PM, wall, sms atau media apapun yang berguna untuk membalas-nya.. XD
Sekali lagi, makasih semua~ ^^
Salam Bleach~ ^o^
REVIEW? Kenapa tidak!? Cepetan klik ijo-ijonya!!