Halo semuanya! Saia kembali lagi dengan membawa sebuah fict terbaru. Entahlah apa yang menginspirasi saia kali ini. Pokoknya fict ini terbesit di otak saia pas saia mau ke kamar mandi =.=

Yasud, enjoy it!

***

-

-

-

-

-

Pangeran Bulan

Seorang pangeran muda yang setiap langit malam menunjukkan cahaya bulannya selalu mengunjung rumah-rumah setiap gadis.

-

-

-

-

-

"Hei, kalian tahu mitos itu?"

"Mitos? Mitos apa?"

"Itu loh. Mitos 'Pangeran Bulan'. Mitos yang kini merebak di kota Konoha."

"Oh, pangeran yang katanya selalu mengunjungi rumah-rumah para gadis yang ada di kota ini?"

"Ya, kau tahu itu?"

"Ya, aku tahu. Kemarin aku diceritakan sahabatku tentang mitos pangeran yang selalu muncul disaat langit memancarkan sinar bulannya itu."

-

-

-

-

-

Pangeran Bulan

Seorang pangeran muda yang selalu membuat pingsan gadis yang rumahnya—lebih tepatnya kamarnya, selalu ia kunjungi.

-

-

-

-

-

"Kau kenapa, Hikari?"

"A-aku gagal!"

"Gagal? Gagal apa maksudmu?"

"Tadi malam 'Pangeran Bulan' datang ke kamarku. Dan, dan ia berhasil membuatku pingsan!"

"Ya tentu saja. Tak ada seorang gadispun yang tidak pingsan kalau menatap matanya yang berwarna merah darah itu."

-

-

-

-

-

Pangeran Bulan

Seorang pangeran muda yang selalu dapat membuat pingsan semua gadis yang melihat matanya yang berwarna merah semerah darah.

-

-

-

-

-

"Ka-kaji, matamu berwarna merah."

"Ah, masa' sih?"

"I-iya. Kau bukan 'Pangeran Bulan' itu, kan?"

"Ya tentu bukan, Akira. Masa' kekasih yang sangat mencintaimu ini tega membuatmu pingsan."

"Oh. Syukurlah. Ku kira kau adalah 'Pangeran Bulan'. Mungkin penyebab matamu merah itu karena debu kali, ya..."

-

-

-

-

-

Pangeran Bulan

Seorang pangeran muda yang keberadaannya selalu amat misterius. Ia dapat berpindah-pindah tempat tanpa diketahui seorangpun.

-

-

-

-

-

"Heh? Kau tidak tahu 'Pangeran Bulan'?"

"Tidak. Siapa pula dia? Temannya Pangeran Charles?"

"Ya tentu bukan, dia itu seorang pangeran yang amat misterius."

"Misterius? Hantu maksudmu?"

"Tidak. Dia lebih misterius daripada hantu."

-

-

-

-

-

Pangeran Bulan

Seorang pangeran muda yang selalu berpakaian rapih hanya untuk mengunjungi para gadis incarannya.

-

-

-

-

-

"Kemarin hari Hallowen, ya?"

"Hallowen? Haha, kau melucu, Kyoko? Kemarin kan tanggal 10 Oktober. 21 hari lagi menuju hari Hallowen."

"Lah. Tapi kok tadi malam aku melihat seorang lelaki yang memakai pakaian formal, jubah, dan topi yang serba hitam. Dan juga matanya berwarna merah. Kukira kemarin hari Hallowen."

"Hah? Tadi malam kau melihat 'Pangeran Bulan'?"

"Apa? 'Pangeran Bulan'? Oh, kukira itu seseorang yang memakai kostum Hallowen."

"Bukan, Kyoko. Itu adalah lelaki misterius yang beritanya sekarang sudah menyebar kemana-mana. Dia dijuluki 'Pangeran Bulan'."

-

-

-

-

-

Pangeran Bulan

Seorang pangeran muda yang selalu—tidak, tidak selalu tetapi hanya kali ini mengambil sebuah benda dari gadis yang dikunjunginya. Gadis yang selama ini dicarinya saat bulan menampakkan wujudnya. Gadis yang selama ini selalu berada di dekatnya di kala suka maupun duka.

-

-

-

-

-

Pangeran Bulan

Seorang pangeran muda yang kali ini benar-benar bodoh. Ia tidak pernah berpikir dan tidak menyadari akan adanya cinta sejati.

-

-

-

-

-

Pangeran Bulan

Seorang pangeran muda yang baru sadar bahwa cinta sejati itu ada. Cinta sejatinya telah ada sejak dulu, sejak dia bertemu beberapa tahun tahun yang lalu.

-

-

-

-

-

Pangeran Bulan

Seorang pangeran muda yang kali ini dapat diluluhkan oleh seorang gadis yang kamarnya dikunjungi oleh pangeran tampan tersebut.

-

-

-

-

-

Pangeran Bulan

Seorang pangeran muda yang kali ini membuka kedoknya. Membuka identitas aslinya pada gadis yang terakhir ia kunjungi dalam petualangannya mencari sang cinta sejati.

-

-

-

-

-

Pangeran Bulan

Seorang pangeran muda yang akhirnya mengetahui bahwa cinta sejatinya adalah sahabatnya sendiri.

-

-

-

-

-

***

Pangeran Bulan © Uchiha Sasurin Katsuya

Naruto © Masashi Kishimoto

Genre: Romance/Friendship

Rated: T (again)

Main Character: Uchiha Sasuke, Haruno Sakura

***

Prolog

***

Hembusan angin bertiup begitu pelannya. Menggerakkan dedaunan-dedaunan rimbun di bebeberapa pohon di sekitar lingkungan rumah berhalaman luas itu. Kayu lapuk sebagai daun jendela di ujung kamar itu juga sedikit berdecit tertiup angin.

Hembusan angin juga sempat meniup rambut panjang nan halus milik seorang gadis berambut merah jambu. Dengan menghadap ke cermin besar, ia menyisir rambut panjangnya. Mengelusnya pelan. Sangat lembut—selembut sutera. Sangat harum—seharum bunga sakura, nama pemilik rambut indah tersebut.

Ia menyisir pelan rambutnya. Sesekali ia kenakan pita atau bando untuk membuat rambutnya lebih indah. Atau ia juga menyanggul rambutnya, membuat rambut panjangnya terlihat lebih rapih.

"Sakura! Makan malamnya, sayang!" teriak ibunya, Nina, dari lantai bawah. Sakura menghentikan gerakan menyisirnya.

"Ya, Okaasan! Tunggu beberapa menit lagi!"

"Ya sudah. Yang cepat ya, sayang! Ibu dan adikmu menunggumu di meja makan!"

"Ya!" balasnya. Ia pun menaruh sisirnya yang terbuat dari kayu eboni di atas meja rias. Dengan rambut yang telah disanggul rapih, ia turun ke bawah, menemui ibunya dan adik lelaki satu-satunya, Rui.

Sakura segera berdiri dari bangku kecilnya yang juga terbuat dari kayu eboni. Ia pun menepuk-nepuk beberapa bagian baju tidurnya berupa dress panjang selutut berwarna pink dengan beberapa gambar bunga Sakura di atasnya.

KREEK!

Sakura mengalihkan pandangannya ke arah jendela luar. Terdengar sekilas suara decitan kayu. Tidak, tidak ada apa-apa. Ia hanya melihat dedaunan yang melambai-lambai ke arahnya. Keningnya berkerut.

Ah, cuma pikiranku saja, sepertinya, pikirnya.

KREEK!

Sakura kembali menoleh. Sekali lagi ia tidak melihat apapun di beranda kamarnya. Lagi-lagi hanya sebuah pohon yang berada di luar rumahnya yang masih melambai-lambaikan dedaunan hijau.

Sakura mengernyit. Ia pun memegang kepalanya. Aku sedikit melantur hari ini, gumamnya. Ia menghembuskan nafasnya pelan dan segera beranjak dari tempatnya menuju ruang makan.

Tanpa disadari olehnya, sedari tadi sudah ada seseorang yang berdiri di balik beranda kamarnya.

***

Langit malam hari begitu indahnya. Ribuan—tidak, bahkan jutaan bintang bergelimang di atas sana. Bulan purnama juga memunculkan dirinya tanpa malu-malu, menampakkan cahayanya yang begitu indah seakan-akan ialah yang paling berkuasa di malam hari ini.

Sakura membuka pintu kamarnya. Sebidang ruang berukuran 4mx5m terpampang jelas di depan matanya. Dinding ruangan yang berwarna merah jambu susu berpantul dengan cahaya bulan purnama di atas sana. Angin malam masih berhembus, kembali meniup-niup dedaunan pohon di luar rumah gadis itu. Ia pun mencabut tusuk konde dari sanggul rambutnya, membuat rambutnya kembali tertiup angin. Kain gorden berwarna merah marun juga melambai-lambai, seakan memanggil dirinya untuk datang ke beranda kamar, menghampiri seseorang yang sedari tadi berdiri disana.

Sakura maju perlahan, menghampiri meja riasnya untuk menaruh tusuk kondenya. Ia pun kembali menyisir rambutnya. Kembali berhias diri di depan cermin besar berbentuk oval yang berada di depannya.

KREEK!

Lagi-lagi Sakura dikejutkan oleh suara itu—suara yang sedari tadi didengarnya. Kembali ia menoleh, tapi nihil. Tidak ada sesuatupun yang berada disana.

Tiba-tiba muncul seseorang dari beranda kamar Sakura. Ia menghadap membelakangi Sakura—memandangi bulan purnama jauh diatas sana. Begitu juga sebaliknya, Sakura menghadap cermin yang memantulkan sesosok manusia di beranda kamarnya. Kedua mata Sakura membulat, ia benar-benar terkejut.

"Si-siapa kau?" tanyanya tajam. Tapi dibalik rasa ingin tahunya itu, ada sedikit rasa takut yang tiba-tiba muncul.

Sesosok manusia itu merupakan seorang lelaki. Tapi tidak jelas siapa lelaki itu. Berpakaian serba hitam dari ujung rambut hingga ujung kaki. Topi, stelan jas hitam hingga sepatunya juga berwarna hitam—bahkan ia juga mengenakan jubah berwarna hitam! Apakah dia maling? Tidak, tak mungkin ada maling berpakaian seformal itu. Ataukah dia pembunuh? Tidak juga, tapi entahlah. Pemerkosa gadis yang beritanya sedang marak di televisi. Ouch! Semoga bukan. Hallowen? Mungkin, tetapi sekarang bukan tanggal 31 Oktober. Siapa lelaki itu sebenarnya?

Merasa ditanya, sosok lelaki itu menoleh pada Sakura. Memandang gadis itu dari beranda kamarnya. Gadis yang ditatapnya tidak menoleh padanya. Ia hanya melihat pria itu lewat cermin. Takut akan tatapan matanya yang tajam dan menampakkan warna kemerahan. Ya, hanya kedua matanya yang tidak berwarna hitam.

"Kau tidak tahu aku."

Sakura menggigit bibir bawahnya. "Justru itu, aku ingin tahu siapa kau? Kau mau mencuri di rumahku, ya? Atau kau mau membunuhku? Atau kau adalah pemerkosa yang akhir-akhir ini beritanya sering bermunculan di televisi? Aku bisa melaporkanmu pada polisi!" tanyanya kembali. Kali ini ia menoleh pada lelaki itu. Menatap kedua mata merah itu dengan mata emerald miliknya.

"Aku bukan seorang pencuri, bukan seorang pembunuh, apalagi seorang pemerkosa gadis sepertimu."

Pemilik mata emerald itu hanya mengerut bibir. "Pergi dari rumahku, stalker gila!"

Lelaki itu berbalik, melangkahkan kedua kakinya perlahan untuk mendatangi Sakura. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku jasnya.

Sakura bangkit dari duduknya. Ia pun menghadap lelaki itu dengan perasaan takut. Sakura berjalan mundur. Mencoba menjauhi lelaki itu sejauh mungkin, tapi sayang, tubuhnya sudah menyentuh dinding kamar.

"Mau apa kau?!"

Lelaki itu diam, tidak menjawab pertanyaan Sakura. Ia terus menatap gadis berambut merah jambu itu. Tiab-tiba matanya menangkap sebuah benda yang tergeletak di meja hias milik Sakura. Tusuk konde.

Lelaki itu mengambil tusuk konde milik Sakura. Ia memerhatikan dengan seksama benda panjang tersebut. Motif bunga Sakura yang sangat indah.

"Sakura... Itu namamu, bukan?"

Kembali kedua mata Sakura membulat. "Siapa kau sebenarnya?! Jangan pernah sebut namaku!" bentak Sakura. Ia pun melirik ke arah meja kecil di sampingnya dan mengambil gunting kecil yang tergeletak di atas sana. "Kalau kau macam-macam denganku, aku tak segan-segan untuk menusukmu!"

Lelaki itu menggeleng pelan. Ia pun mendengus kecil. "Dasar, hanya gadis sepertimu yang pernah kutemui yang berani menodongku dengan benda tajam."

Sakura mencoba untuk menggerak-gerakkan tangan kanannya yang sudah memegang gunting ke arah lelaki tadi. Tapi dengan sigap lelaki itu memegang pergelangan tangan Sakura dan memelintirnya pelan, tapi bagi Sakura hal itu sangat menyakitkan. Lelaki itu membuang gunting kecil tadi ke lantai.

Sosok lelaki yang tidak jelas siapa itu segera memegang kedua pergelangan tangan Sakura dengan tangan kirinya. Dan tangan kanannya segera menutup mulut gadis itu. Sakura tidak dapat bergerak. Tubuhnya benar-benar terhimpit dinding dan lelaki itu.

"Hmpf! Hmpf! Hmpf!!" rengek Sakura. Tapi namanya perempuan, tenaga yang dipunya tidak sekuat tenaga laki-laki.

Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke telinga Sakura. Ia pun berbisik pelan. "Maaf Sakura, aku harus membuatmu pingsan." ucapnya pelan. Sakura terkejut. Ia pun kembali mencoba memberontak, tapi usahanya gagal karena ia sudah dibuat pingsan oleh lelaki itu.

***

Sinar matahari masuk melalui jendela kamar Sakura. Decitan jendela yang tertiup angin membuat dirinya bangun dari tidurnya—atau mungkin pingsannya.

Sakura bangkit dari tidurnya, meregangkan otot-otot tangannya sambil menguap kecil. Ia pun lantas berdiri dan menghampiri meja riasnya untuk mengambil sesuatu yang akan digunakannya untuk menyanggul rambut merah jambu panjangnya. Matanya yang masih sayu tiba-tiba membuka lebar. Dilihatnya benda yang ia cari tidak ada di atas meja riasnya.

Sakura mencari-cari tusuk konde berharganya itu. Ya, tusuk konde itu sangat berharga. Tusuk konde itu merupakan pemberian dari ayahnya yang sudah meninggal. Tusuk konde itu juga hanya dijual sebuah di kota Konoha ini. Dan untuk membuatnya kita harus memesannya terlebih dahulu.

Sakura kembali memutar otaknya. Mengingat kembali dimana ia meletakkan tusuk konde bermoif bunga yang sama dengan namanya. Dahinya mengernyit. Tiba-tiba, selama persekian detik ia membuka matanya lebar. Sakura menyumpah-nyumpah sendiri pada seorang pemuda yang telah mengambil—mencuri lebih tepatnya, tusuk konde miliknya.

"Oh, shit! Ternyata pemuda itu yang mengambil tusuk konde milikku! Sebisa mungkin aku harus bertemu dengannya lagi!"

***

To Be Continued

***

Aduh, bener-bener gawat otak saia. Udah ngga beres nih! Ngebuat fict dengan prolog yang gaje, penuh nista, serta sangat membingungkan. HIYAHH! *stress sendiri* Kok si Pangeran Bulan jadi mirip Kaito Kid di Detective Conan, ya? Yah, ada inspirasi juga dari Kaito Kid, tapi sedikit. Sisanya murni dari otak saia :)

Chapter depan sepertinya menceritakan tentang keadaan di sekolah dan tak lupa, peristiwa datangnya Pangeran Bulan ke kamar Sakura. Dan ngga ada adegan kenaikan rated menjadi M ya XD. Sekiranya romansanya cuma sebatas kissu. Ngga lebih dari itu ;)

Untuk Hyuu-chan. Arigatou ^^ Arigatou ^^ Arigatou ^^ Arigatou ^^ Ariga—*DUAGH!* *ditimpuk buah kecapi*

Ada masalah? Pertanyaan? Saran? Kritik? Flame pula? Silahkan kirim lewat review.

Arigatou~ Salam damai dari lokasi pembuatan fict *halah*

Uchiha Sasurin Katsuya