Mawar hitam berarti kematian. Mawar hitampulalah yang menjadi satu-satunya barang bukti kejahatan sang pembunuh yang menamai dirinya Black Rose.
BLOOD: Black Rose
Eyeshield © Riichiro Inagaki and Yusuke Murata
BLOOD: Black Rose © Luina Ren Michaelis
Warning: AU, OOC, don't like don't read
Genre: Crime/Suspense
Happy reading!
Sena menatap gerbang tinggi yang ada di hadapannya dengan tertarik. Gerbang berwarna hitam di hadapannya itu besar dan tertutup rapat. Rasanya nyaris tak mungkin ada orang asing yang sanggup memanjatnya––kecuali orang tersebut mau terjatuh dari ketinggian lebih dari dua meter.
Observasinya itu terpaksa ia hentikan ketika tiba-tiba suata decitan mengejutkannya. Detik kemudian ia menyadari bahwa suara itu berasal dari gerbang yang membuka dan memberi celah bagi satu orang untuk masuk ataupun keluar dari bangunan besar yang terletak di balik gerbang.
Seorang lelaki bertubuh tegap dan berseragam satpam muncul dari balik celah itu.
"Sena Kobayakawa?" tanyanya.
Sena mengangguk.
"Mari ikut saya."
Dan dengan berkata demikian, sang lelaki kembali masuk ke dalam diikuti oleh Sena yang berjalan di belakangnya.
Mereka melewati jalan dari batu yang terdapat di halaman depan rumah. Halaman bangunan tersebut cukup luas dengan lampu taman sebagai penerang di tengah gulita pada saat matahari digantikan oleh bulan.
Bangunan yang mereka tuju adalah tipikal rumah bergaya minimalis namun tetap terlihat anggun dengan berbagai ornament klasik.
Detektif muda itu kemudian memandang sekitar halaman dan menyadari keberadaan sesuatu yang tengah menatap padanya seraya menggeram; satu––tidak, tiga anjing Doberman.
"Jadi, Bagaimana kau bisa mendapat surat ini, Nona?"
Sena Kobayakawa melemparkan sebuah pertanyaan pada gadis cantik yang duduk di hadapannya untuk membuka pembicaraan. Tangan berbalut sarung tangan putih milik pemuda manis itu menggenggam selembar perkamen yang telah ia baca sebelum ia bertanya pada sang gadis.
Rasa semangat Sena telah mengalahkan rasa kantuk yang sebelumnya menyelubungi pemuda tersebut. Tentu saja Sena merasa semangat––mengingat kini sudah ada bukti lain yang mungkin dapat membuatnya mengungkapkan siapa Black Rose sebenarnya.
Sementara itu, yang ditanya justru menatap perkamen dengan bias ketakutan yang amat kentara di kedua bola matanya. Gadis itu mengalihkan pandangannya dari perkamen ke arah Riku Kaitani yang duduk di sisi kiri Sena. Ia menggigit bibir bagian bawahnya sebelum angkat bicara.
"Jam setengah sepuluh… a-aku baru pulang dari latihan untuk pertunjukkan besok. Ta-tapi, salah satu pelayan di rumahku mengetuk pintu kamarku… dan dia memberitahuku bahwa ada satu kotak yang tidak terlalu besar diletakkan di depan pintu gerbang." Gadis bernama Mamori Anezaki itu menghela nafas panjang. "Aku membuka kotak itu dan ternyata… di dalam kotak itu a-ada mawar hitam dan secarik surat."
Sementara Mamori menjelaskan, para maid yang berdiri di belakang sofa yang diduduki oleh Mamori menunduk.
Riku tampak mendengarkan penuturan Mamori dengan seksama. Sesungguhnya ia sudah mendengar penjelasan dari Mamori namun rupanya Sena menginginkan jawaban langsung dari gadis tersebut. Pasti ada alasan tersendiri mengapa Sena ingin jawaban langsung dari Mamori––setidaknya itulah pendapat Riku.
"Bagaimanapun juga…" Riku bangkit dari sofa dan berjalan menuju jendela. Ia menyibakkan sedikit bagian dari tirai dan dari jendela itu ia bisa melihat cukup banyak wartawan berdiri di depan gerbang dan menggenggam kamera mereka. "… berita tentang surat dari Black Rose ini nampaknya sudah tersebar dan menjadi berita hangat meskipun surat itu belum tentu dari Black Rose."
Mamori menunduk hingga menyebabkan rambutnya menutupi mata miliknya. Tingkah gadis itu membuat Sena mengangkat sebelah alisnya.
"Apakah kau yakin akan tetap melakukan pertunjukkan ice skating, Anezaki?" tanya Riku seraya menutup tirai dan kembali berjalan ke arah sofa.
"Tentu saja! Aku harus tetap melakukan pertunjukkan ice skating! Pertunjukkan tidak bisa dibatalkan begitu saja!"
"Tapi… ini menyangkut keamanan Anda, Nona," ucap Sena.
"Aku tak perduli!" Mamori meninggikan suaranya. "Aku… sudah menyiapkan pertunjukkan ini selama beberapa bulan."
Kali ini suara Mamori lebih pelan.
Lagi, Sena mengangkat sebelah alisnya. Bola matanya kembali menatap perkamen yang berisi tulisan yang cukup singkat.
"Black Rose." Sena membaca tulisan yang terdapat di perkamen itu.
Ia tersenyum tipis.
Ini terlalu mudah.
Sebuah mobil Ferrari F430 melaju di jalan kota Tokyo. Hening menyelimuti suasana dalam mobil yang berisikan dua orang pemuda yang tampak enggan terlibat dalam percakapan. Mereka tampak fokus dengan pemikiran masing-masing.
Sena Kobayakawa memilih diam seraya menatap kaca sisi kanan yang menampakkan kesibukkan malam di Tokyo. Dari kaca, ia bisa melihat sepintas trotoar yang dipadati oleh orang-orang yang berlalu lalang juga toko-toko dengan berbagai display menarik untuk mendapatkan konsumen.
"Riku? Apa kau percaya dengan kata-kata Mamori?" tanya Sena tanpa mengalihkan pandangannya.
Riku tahu, cepat atau lambat Sena pasti akan membahas tentang penuturan Mamori. Bagaimanapun juga, berdiskusi tentang suatu pokok permasalahan terkadang membuka jalan keluar. Sekalipun debat tak akan terelakkan, setidaknya interaksi itu dapat membuat Sena dan dirinya mengetahui argumentasi masing-masing dan mencari celah untuk menyelesaikan permasalahan.
"Tidak bisa dibilang demikian… sebab aku masih ragu dengan segala ucapannya." Riku menjawab dengan tegas.
Hening kembali merajai.
"Riku." Sena kembali angkat bicara. "Kau tahu? Aku tidak mempercayai gadis itu. Sedikitpun tak kupercayai kata-katanya."
Riku mengangkat sebelah alisnya. Terkadang Sena memang tidak bisa diterka dengan mudah.
"Kenapa?"
"Pertama, pengamanan di rumah gadis itu sangat ketat. Bagaimana mungkin ada orang asing yang bisa memasuki rumahnya? Perkecualian jika pelaku adalah orang dalam."
Riku mengangguk.
"Dan kedua––"
"––Tingkah Mamori dan juga maidnya?" terka Riku.
"Tepat." Sena tersenyum. "Ia juga bersikeras untuk melaksanakan pertunjukkan ice skating. Normalnya, orang akan mengkhawatirkan keselamatan terlebih dahulu, bukan? Dari situ aku mengambil keputusan bahwa ini hanyalah tipuan untuk menciptakan berita hangat yang mungkin… bisa menambah popularitasnya dan pertunjukkannya besok."
"Jadi?"
"Aku akan menonton pertunjukkannya besok. Bisa saja besok terjadi hal yang menarik."
Salchow.
Flip.
Lutzes.
Tiga jenis loncatan itu dilakukan secara sempurna oleh Mamori. Ia berjalan menggores balok es di bawahnya dengan anggun dan membentuk gerakan supported spiral yang indah. Kembali, ia menunjukkan pada penonton akan gerakannya yang memukau.
Dengan pakaiannya yang berupa padanan baju berwarna pink pucat berlengan panjang yang bagian bawahnya menyerupai rok dan celana panjang berwarna senada, Mamori mampu membuat setiap gerakannya menjadi lebih indah
Gadis itu kemudian melakukan spin dengan tingkat rotasi triple. Setelah landing dengan sempurna, ia mengangkat salah satu kakinya dan membentuk gerakan unsupported spiral.
Kembali ke posisi dasar upright spin dan mengkomposisikan beberapa gerakan simpel dalam satu kesatuan gerakan rumit membuat tepuk tangan penonton bergema.
Keanggunannya dalam melakukan berbagai gerakan ice skating tanpa cela memang harus diakui oleh Sena. Pemuda itu kemudian mengalihkan pandangannya sejenak ke seberang bangku penontong yang dipisahkan oleh arena ice skating.
Ia terdiam.
Pemuda itu terdiam tepat saat matanya menangkap seseorang yang mencurigakan. Orang itu mengenakan topi yang membuat sebagian besar wajahnya tertutup.
Bukankah terasa aneh jika ia ikut menonton pertunjukkan tetapi menutupi wajahnya demikian?
Sena mengernyit. Namun pemuda itu tak dapat menelusuri sosok misterius tersebut karna secara tiba-tiba sekelilingnya berubah menjadi gelap diikuti oleh gema suara penonton lain yang mempertanyakan apa yang terjadi.
Dengan cepat detektif muda itu berdiri dari tempatnya duduk dan hendak berjalan ke tempat sosok tadi. Namun, langkahnya terhenti begitu menyadari bahwa tempat itu benar-benar gelap hingga menyulitkan untuk bergerak.
Dengan kesal, Sena kembali duduk.
Sepuluh detik kemudian, lampu kembali menyala dan kembali memperlihatkan Mamori Anezaki di tengah arena ice skating dan tampak sedikit bingung.
Sena Kobayakawa kembali mengalihkan pandangannya ke tempat di mana sosok tadi duduk.
Tapi bangku itu tidak diduduki oleh siapapun.
Kosong.
Pemuda berambut coklat itu dengan cepat berjalan menuju pintu keluar dan mencoba mencari sosok yang membuat ia merasa ingin tahu.
Dan jika ia berhasil mengetahui siapa sosok tadi… mungkin kasus Black Rose akan sanggup ia akhiri.
TBC
Review Reply:
Devil's. Trill. Yoh: Kalau gitu review dong? :D *buagh!* hehehe… terimakasih atas reviewnya! ^^
Llyhael Aquilla: Makasih! Kamsahamnida! XD
Karna kamu suka misteri, Lui tambahkan misteri di fic ini! Hohoho XD *ditendang*
Terimakasih atas rasa salutnya (?) dan reviewnya :D
Ruki4062jo: Update-an dataaang! Bagaimana chapter ini? :D terimakasih atas reviewnya! ^^
Uni(sta) a.k.a Fuyuki no wind: Gyaaa~! Uni! :3 *peluk-peluk*
Lo kan tau sendiri gimana gue, Ni hohoho XD
Ruzent? o.O um… kapan-kapan aja ya? XD *kicked*
Kamsahamnida atas reviewnya, Uni~ XD
RisaLoveHiru: Makasih! ^^
Memang bukti yang diberikan masih sedikit, tapi nanti akan terlihat dengan jelas :D
Mamori? Gak kok. Dia gak ada hubungannya sama Black Rose XD
Terimakasih atas reviewnya! :3
Copet a.k.a Lee EunHae: Kamsahamnida, copet! *hugs*
Jah, lo baca ES21 dong! XD
Hiruma? Rahasia XP
Fic lain gue update kapan-kapan aja ya? XD
Anyway, kamsahamnida atas reviewnya, copet XD
Kinichairuudou Akari-chan-: Hehehe… iblismu itu maksudnay Hiruma? o.O
Terimakasih atas reviewnya! ^^
Yu'Kaze' Vongola: Kaze~! XD
Hahaha, makasih reviewnya, Kaze!
Yap, di fic ini ada hint-hint RikuSena :3
Hiruma biarpun seme tetapi punya sedikit sisi uke (?). Wakakak XD *ditampol*
Gazebo itu bangunan kecil dengan sisi terbuka dan biasanya ada di taman.
just reader 'Monta': Hehehe, bagaimana chapter ini? :D terimakasih atas reviewnya! ^^
Mamih a.k.a NakamaLuna: *narik mamih dari tembok* Makasih reviewnya, Mih! XD
Makasih, Mih :D
Orang itu? Orang yang dibilang Riku detektif yang bisa dikalahkan Sena adalah Hiruma XD
Ayam goreng? *diam-diam ambil ayam goreng* -disepak-
RikuSenanya memang berupa hints ^^
Mamih mau? *lirik surat punya Mamori*
Riku… um… mungkin ya mungkin tidak XD
TotD nanti aku review! XD
Kritik dan saran akan sangat membantu.
Review? XD