White Rose
By
Ritsuki Sakuishi n Ritsuka Sakuishi
Disclaimer:
Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Chapter 3:
Vampires and humans are friends or enemies
Mata onyx milik Sasuke masih tampak tenang. Begitu juga dengan raut wajah dan sikapnya, masih normal-normal saja seperti biasanya. Masih tetap tampak dingin dan tanpa ekspresi. Walaupun sebenarnya dia sangat terkejut dengan apa yang sedang di lihatnya. Tapi sepertinya dia sangat pintar untuk menyembunyikan ekspresinya.
Sepasang iris berwarna hijau milik seseorang di depannya menatap mata hitam milik Sasuke dengan tatapan tanpa arti. Hanya tatapan kosong. Tidak tersirat ekspresi apapun di matanya. Walaupun di wajah cantiknya terukir senyum yang sangat manis.
"Maaf Sensei, kalau aku mengganggu." bibir mungil gadis berambut merah muda di depannya mengatakan sesuatu. "Kepala sekolah lupa untuk memberitahu Sensei tentang hal ini. Jadi aku di suruh langsung masuk ke kelas ini."
"Ya, tidak apa-apa." Sasuke membalas perkataan seseorang di depannya. "Sekarang majulah dan perkenalkan dirimu."
Gadis itu tersenyum lagi lalu membungkukan badan sebelum maju ke depan kelas. Sasuke sempat melihat seperti ada kilatan di matanya ketika mata itu terkena sinar matahari. Seperti bara api yang menyala-nyala.
"Perkenalkan, aku Sakura Haruno. Aku pindahan dari Amegakure. Mohon bantuannya." gadis bernama Sakura tadi memperkenalkan dirinya. Mata jadenya diam-diam memperhatikan seluruh murid di kelas itu.
"Baiklah Haruno, sekarang kau duduk di sana, sebelah Sai. Sai, angkat tanganmu." ujar Sasuke langsung. Sasuke tampaknya kurang nyaman ketika menyebutkan nama 'Haruno' ketika memanggil gadis itu.
Seorang lelaki berkulit putih dengan rambut hitam mengangkat tangannya sambil tersenyum. Sakura mengalihakan pandangannya ke lelaki itu lalu membalas senyuman lelaki bernama Sai tadi. Lalu berjalan menuju kursinya. Kursi paling depan dan paling pojok. Paling dekat dengan meja guru. Entah apa maksud Sasuke menginginkan Sakura untuk duduk di sana. Mungkin untuk mempermudahnya mengawasi gadis itu.
***
Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing.
Bel istirahat akhirnya berbunyi. Beberapa murid lelaki bersorak gembira ketika mendengar bunyi bel itu. Tapi malah sebaiknya, beberapa murid perempuan tampak tertunduk lemas karena pelajaran dengan guru favourite mereka telah berakhir.
Tapi bukan itu yang Sasuke perdulikan. Tapi si murid baru yang duduk di deretan kursi paling depan dekat meja guru. Semenjak pelajaran di mulai hingga akhir seperti ini mata Sasuke masih tetap tak lepas mengawasi setiap gerak-geriknya.
Sasuke berdiri dari kursi guru dan berjalan ke depan kelas.
"Baiklah, karena waktu sudah habis, sampai di sini dulu pelajaran hari ini dan jangan lupa mengerjakan tugas. " Sasuke berkata masih sambil memperhatikan muridnya. "Silahkan istirahat."
Mata Sasuke kini kembali tertuju ke pada Sakura yang sedang membereskan peralatan sekolahnya dan memasukannya ke dalam tas berwarna hitam miliknya.
"Haruno." ucapnya pelan tapi jelas.
"Ya?" Sakura langsung menghentikan kegiatannya dan melihat kearah Sasuke.
"Ikut aku." ujarnya datar, sedatar ekspresinya saat itu.
"Baiklah Sensei." jawab Sakura menuruti permintaan Sasuke.
Sasuke melangkah duluan melewati pintu kelas sampai akhirnya Sakura mengikutinya. Mata hitam lainya mengikuti arah langkah Sakura. Mata hitam milik lelaki yang tadi duduk di sebelah Sakura. Sai. Dia terus memperhatikan Sakura hingga tubuh mungil gadis itu menghilang di balik pintu.
Dia lumayan cantik.
Sai tersenyum misterius sambil tetap menatap kearah pintu kelas yang tidak ada siapapun di sana.
Dia harus jadi pacarku.
***
Seorang gadis berambut indigo panjang berjalan terburu-buru melewati taman yang tidak terlalu besar. Tubuhnya mulai di basahi rintik-rintik sisa hujan deras yang tadi mengguyur sekolah barunya. Sambil menghindari murid-murid yang sedari tadi mentapnya. Di peluknya erat beberapa buku yang baru saja ia pinjam dari perpustakaan.
Brugh…
Tiba-tiba dia merasakan tubuhnya menghantam sesuatu yang keras dan membuatnya dan buku-buku yang di bawanya terjatuh.
"Auw." erangnya pelan sambil memegangi kakinya yang tergores.
"Eh, ma-maaf. Sakit ya? Sini aku bantu." terdengar suara seseorang. Hinata sama sekali tidak memperdulikannya. Dia langsung memunguti buku-buku yang di pinjamnya tadi.
"Maaf ya. Kenapa hujan-hujannan? Nanti kamu sakit." suara itu kembali terdengar lagi. Kali ini tepat di depannya.
Hinata dapat melihat tangan seseorang menyodorkan buku berwarna ungu ke padanya. Hinata mendongak untuk melihat siapa orang itu. Lelaki berambut spike dengan mata biru itu tersenyum lebar kepadanya.
"Sepertinya kita pernah bertemu." ujarnya sambil memperhatikan wajah Hinata. Wajah Hinata memerah seketika. Cepat-cepat ia menunduk untuk menyembunyikan wajahnya. Lalu berdiri dan langsung berlari dari tempat itu.. Meninggalkan lelaki tadi yang masih heran dengan tingkahnya
"Sepertinya aku pernah bertemu dengannya. Tapi di mana ya?" lelaki berambut spike kuning yang ternyata adalah Naruto itu mencoba mengingat-ingat. "Astaga, dia vampire yang semalam. Hei! Tunggu!"
Naruto langsung berlari mengejar Hinata yang juga sedang berlari menembus rintik-rintik hujan.
"Hei!" teriak Naruto sekali lagi ketika jaraknya sudah dekat dengan Hinata. Naruto langsung memegang tangan Hinata untuk mengehentikan langkahnya. "Kau vampire yang semalam kan?"
Hinata hanya menunduk memperhatikan tetesan air hujan jatuh dan meresap ke dalam tanah. Dia sangat takut untuk menatap wajah lelaki di depannya. Atau malu untuk lebih tepatnya.
"Jawab aku." Naruto kembali berkata. Matanya hanya mampu melihat rambut indigo milik Hinata karena Hinata sedang menunduk. Lalu menariknya ke tempat yang tidak terbasahi oleh hujan. "Aku hanya bertanya. Tidak akan menyakitimu. Untuk saat ini mungkin."
Hinata akhirnya memberanikan diri untuk mendongak. Hal yang pertama di lihatnya adalah wajah Naruto yang tersenyum padanya. Senyum yang baginya senyum paling indah di dunia yang pernah ia lihat. Wajah Hinata memerah lagi. Dia merasakan tubuhnya melemas seketika saat dia melihat senyuman itu. Hinata hanya mengangguk pelan lalu menunduk lagi.
"Maaf ya." Naruto berkata dengan nada riang.
"Ma-maaf? U-untuk apa?" tanya Hinata pelan.
"Semalam, kan aku menembakmu." jawaban Naruto langsung membuat Hinata mendongak lagi.
"Ka-kau meminta maaf pada bu-buruanmu? Ka-kau kan va-vampire hunter." tanya Hinata lagi. Kali ini dia seperti tak yakin dengan pertanyaannya.
"Iya, sekarang kan aku hanya murid sekolah biasa. Bukan sedang menjadi seorang vampire hunter. Jadi tidak apa-apa kan kalau minta maaf?" Naruto berkata sambil nyengir menunjukan deretan giginya yang tersusun rapi. "Lagi pula kau juga sekolah di sini kan, jadi kau sekarang temanku."
Hinata seolah tak percaya dengan yang barusan di dengarnya. Lelaki itu mengatakan bahwa dia dan dirinya adalah teman. Seingat Hinata vampire dan manusia itu bukanlah teman. Vampire dan manusia itu bermusuhan. Vampire memburu manusia untuk bertahan hidup dan manusia memburu vampire untuk tetap hidup. Yang Nauto katakan mampu membuatnya tercengang.
"Kau tidak apa-apa?" Naruto bertanya sambil memperhatikan wajah Hinata. Hinata hanya mengangguk kecil.
"Kita belum berkenalan kan? Namaku Naruto Uzumaki, senang bertemu denganmu." Naruto mengulurkan tangannya.
Hinata memandangi tangan lelaki itu sejenak lalu beralih ke wajah Naruto. Naruto hanya mengangguk sambil tersenyum lagi. Hinata akhirnya menggenggam tangan itu sambil membalas senyum Naruto dengan senyum yang paling manis yang dia punya.
"Hinata Hyuuga." ucapnya pelan membalas ucapan Naruto. Lalu cepat-cepat ia melepaskan tanagnnya dari tangan Naruto dan berlari lagi tanpa sepatah katapun. Seperti sebelumnya.
"Gadis aneh." Naruto memandangi punggung Hinata yang semakin menjauh.
Hinata terus berlari sambil memeluk erat buku-bukunya. Lalu berhenti mendadak di sebuah tembok beton. Pelukannya terhadap buku-buku yang di bawanya itu semakin erat. Bibirnya menyunggingkan senyum gembira yang dia sendiri tak tau karena apa. Dia tak peduli apa penyebabnya yang dia tau hanyalah dia sangat senang.
Aku senang bisa bertemu dengannya lagi…
***
Sasuke melangkah tenang tanpa suara dengan Sakura yang mengikuti di belakangnya. Tidak ada yang mereka bicarakan ketika mereka berjalan. Mereka hanya diam tenggelam dalam pikiran masing-masing sampai akhirnya Sasuke berhenti di suatu tempat. Koridor lantai atas dekat laboratorium kimia di lantai tiga. Tempat yang lumayan sepi ketika jam istirahat.
"Sakura." Sasuke mulai membuka mulut.
"Kau masih ingat aku ya rupanya?" Sakura hanya tersenyum sinis menatap wajah Sasuke.
"Aku tidak mungkin bisa melupakanmu." balas Sasuke. Ekspresi wajah dan nada bicaranya masih tenang. Setenang sikapnya yang biasa.
"Aku pikir kau dapat dengan mudah melupakan aku." Sakura kembali tersenyum sinis kepada Sasuke. Kali ini senyumnya seakan ingin menantang Sasuke.
"Bagaimana bisa kau berada di sini." ujar Sasuke sambil mendekati Sakura yang berdiri beberapa langkah di depannya. "Dan apa yang kau lakukan di sini setelah ratusan tahun kau seakan lenyap dari bumi ini."
"Tentu saja aku bisa berada di sini. Memangnya kau saja yang bisa? Aku juga bisa." Sakura melangkah mundur seakan ingin menghindari jarak dekat dengan Sasuke. Lalu berbalik memperhatikan langit mendung dengan awan hitam yang menghiasinya. "Kegelapan yang menginginkan aku untuk berada di sini."
"Dan apa yang aku lakukan di sini? Aku hanya bosan terus bersembunyi. Aku di sini hanya untuk melakukan suatu hal kecil." Sakura memejamkan dan merentangkan tangannya ketika angin lembab menerpa tubuhnya. "Suatu hal yang kecil tapi akan berakibat besar. Dan aku akan lakukan hal itu dengan perlahan."
Sasuke hanya terpaku menatap gadis berambut merah muda yang sedang berdiri membelakanginya. Tidak ada sepatah kata lagi yang keluar dari mulutnya. Atau mungkin dia sudah tidak tau harus berkata apa. Dia lebih berkonsentrasi pada pikirannya sekarang.
"Kenapa kau terdiam? Bingung harus berkata apa? Aku tau, kau pasti berpikir kenapa aku berani datang kesini kan?" Sakura berkata lagi. Nada meremehkan terpancar jelas di kalimatnya tadi.
"Kalau itu yang sedang kau pikirkan, jawabannya adalah karena aku memang ingin bertemu denganmu." Sakura berbalik dan tersenyum manis. Senyum yang dulunya paling ampuh untuk meluluhkan hati sang pangeran Uchiha.
Wajah dingin dan tanpa ekspresi Sasuke kini berubah seketika. Tersirat jelas ekspresi terkejut di sana.
"Sakura." ucap Sasuke pelan.
Sakura hanya menatapnya dengan tatapan sendu. Terlalu banyak emosi di dalam mata jade milik gadis berambut merah muda itu. Dan di setiap emosi terkandung alasan tersendiri. Sukar sekali untuk di jelaskan
"Sasuke-sensei!" terdengar sebuah suara yang membuyarkan konsentrasi mereka berdua. Sasuke menoleh ke asal suara itu. Dia melihat seorang gadis berambut merah maroon dan memakai kacamata berdiri di hadapannya.
"Sasuke-sensei, sepulang sekolah kita kencan ya?" pintanya sedikit memohon kepada Sasuke.
"Maaf Karin, aku tidak ada waktu untuk itu. Aku sedang sibuk." tolak Sasuke dengan sopan.
"Ayolah sensei kali ini saja." pintanya sambil memohon. Tatapan gadis bernama Karin itu menunjukan rasa marah ketika melihat Sakura. Sakura sama sekali tidak menanggapinya.
"Tidak." Tolak Sasuke lagi, kali ini agak tegas. Membuat Karin mengerucutkan bibirnya. Karin menatap Sakura sejenak. Tatapan Marah dan benci masih jelas terlihat di wajahnya. Dan setelahnya langsung pergi dengan langkah kesal sambil menghentak-hentakan kakinya.
"Dia pacar barumu ya?" kata Sakura tiba-tiba. Langsung saja membuat Sasuke mengalihkan wajahnya ke Sakura.
"Dia akan jadi yang pertama." ujar Sakura pelan, hampir seperti sebuah bisikan. "Selamat siang Sasuke-sensei, aku akan kembali ke kelasku."
Sakura berjalan pergi meninggalkan Sasuke setelah berpamitan dengan sopan kepada guru barunya. Sasuke hanya bisa melihat punggung Sakura mulai menjauh dari tempatnya berada. Lagi-lagi dia ke habisan kata-kata untuk berbicara. Atau sebenarnya tidak. Dia memang sedang tidak ingin berbicara. Mengungkapkan apa yang di rasakan juga tidak perlu di katakan secara langsung kan? Sasuke lebih memilih cara untuk memendamnya sendiri di dalam hatinya. Memendam semua yang di rasakannya saat ini. Memendam semua kata yang ingin di ucapkannya.
Mata Sasuke masih mengawasi setiap gerak-gerik tubuh Sakura. Memperhatikan caranya berjalan. Kali ini Sasuke melihatnya melangkah dengan sangat tenang. Tidak terburu-buru seperti Sakura yang dulu di kenalnya. Dan itu membuatnya lebih tau. Sakura yang dulu berbeda dengan Sakura yang sekarang.
Walaupun begitu aku tidak menganggapnya berbeda.
Sakura yang dulu dan yang sekarang tetaplah sama.
Dan aku merindukannya…
***
Sakura melangkah dengan langkah tanpa suara menuju kelasnya. Namun tiba-tiba saja tubuhnya di dorong seseorang hingga menghantam tembok dengan sangat keras. Sakura mendongak untuk melihat siapa yang telah mendorong ubuhnya begitu keras. Seorang murid perempuan berkacamata, Karin.
"Apa maumu." ujar Sakura langsung sambil berdiri dan merapikan blazer kotak-kotak merah yang di pakainya.
"Jauhi Sasuke-sensei." Karin mendorong tubuh Sakura sekali lagi. Tapi kali ini lebih keras dari sebelumnya. "Dan pasti kau yang menyebabkan Sasuke-sensei menolak kencan denganku."
"Aku tidak tau apa pun tentang kencan bodohmu itu dengannya. Lagi pula aku tidak peduli. Itu urusanmu dengannya, bukan urusanku sama sekali." balas Sakura. Dengan tenang Sakura berdiri lagi dan kali ini merapikan dasinya.
"Kau-."
"Apa? Apa yang akan kau lakukan padaku hah?" Sakura berkata seolah-olah menantang Karin. Karin menatap marah kearah Sakura. Tangan kanan Karin terangkat dengan maksud ingin menampar wajah Sakura. Tapi Sakura cepat memegang tangan itu sebelum tangan Karin mengenai wajahnya.
"Ku peringatkan padamu, jangan pernah menggangguku atau kau akan membayar mahal untuk itu." ancam Sakura. Sakura melepaskan tangan Karin dan sebelumnya dia sempat mendengar Karin meringis kesakitan.
Brugh…
Seakan tak kapok dengan ancaman Sakura lagi-lagi Karin mendorong Sakura hingga tubuhnya terhempas ke tembok. Sepertinya kali ini kesabaran Sakura telah habis.
"Dengar, Sasuke-sensei itu miliku dan tidak ada yang boleh merebutnya dariku." ujar Karin sambil menatap tajam Sakura tak lupa juga raut wajahnya yang terlihat sangat marah.
"Milikmu ya?" Sakura hanya tersenyum kepada Karin. Senyum yang tak dapat di artikan. Lalu mengayunkan tangannya dengan tiba-tiba.
Crash…
Darah segar bermuncratan dari tubuh Karin. Setangkai mawar menusuk tepat di bagian jantung Karin. Tubuh Karin langsung tersungkur. Darah merah dan kental mengalir begitu deras dan pada akhirnya berceceran di lantai.
"Sudah aku bilang kau akan membayar mahal untuk hal itu." Sakura masih mentapnya dengan senyumannya yang tadi. "Dan kau tak mau dengar maka akhirnya terjadi. Ini bukan salahku kan?"
"Aku sudah bilang pada Sasukemu itu kalau kau akan jadi yang pertama untuk mati, itu pasti membuatmu senang." Sakura tertawa kecil sambil memperhatikan tubuh tak bernyawa yang penuh dengan darah milik Karin. "Sampi jumpa, maaf aku sama sekali tak tertarik untuk menghisap darahmu."
Sakura menghilang seketika. Bagaikan debu di tiup angin. Dan yang ada di sana tinggalah tubuh tak bernyawa seorang murid perempuan berkacamata dan berambut merah maroon. Karin. Korban pertama sang putri di sekolah itu.
To Be Continued…
Chapter ini updatenya agak lama, abis males banget ngetiknya *di lempar*. Maaf banget kalau chapter ini kurang memuaskan (apa lagi endingnya gantung) soalnya kami ngetiknya pas sebelum ujian fisika *bukannya belajar malah nerusin fic* Ya udah, berhubung kami mau belajar buat saingan untuk dapetin nilai terbaik besok, segini aja dulu. Review kami tunggu loh!