Sejujurnya, saya sempat males apdet karena ada seseorang yang bikin saya down dan males kemana-mana selain tengkurep di kamar. Tapi yasudlah.

Disclaimer Masashi Kishimoto

Genre Humor/Parody

Pairing males… *ditendang* oh, iya, ampun! DX SasuNaru, NejiGaara, GaaraNaru(?), NejiSasu (?)

Rated hm… saya naikin jadi T deh XD

A/N WARNING! OOC, character bashing, AU, Shounen-Ai, garing, bahasa penulisan campur-campur, dari mulai baku sampe yang seenak jidat.

Aci Maksiat

Part 2

Presented by : Kurukaemo

"Yuk, Gar! Kita lihat seberapa cakep sih mereka sampe dikerubungin gitu." ujar Naruto sambil menyingsingkan lengan baju. Siap tempur.

"Hah? Gak mau, ah. Kurang kerjaan banget." Gaara tak ambil peduli dan berjalan menuju gerobak cireng milik Neji. Lain di mulut lain di hati. Tebakan author nih, Gaara penasaran juga sama dua cowok yang KATANYA ganteng di balik sekumpulan makhluk laknat yang disebut cewek gatel.

"Ah! Gaara! Terus kamu ngapain jalan ke gerobak cireng itu?" Naruto memanyunkan bibirnya dan mengambil langkah menyusul sahabatnya.

"Mau beli cireng," jawab Gaara singkat.

Naruto nyengir, "Yosh! Sekalian liat deh kayak gimana tampang tuh tukang cimol."

Mereka pun menghampiri dua gerobak yang laku keras itu dengan langkah sengak. Sebenernya cuma Gaara sih, Naruto terlalu imut untuk disengak-sengakin. (.)

"Bang Sasu yang cakep jelita!"

Sasuke menoleh dan mengangkat alis mendapati seorang cewek berambut merah memanggilnya mesra. Udah dandanannya menor, rambut dicat norak, rok 20 cm di atas lutut, seragam nggantung, tuh cewek miskin sangat kali ya karena kurang bahan buat bikin seragam.

'Jadi tukang jamu aja neng, biar tahu susahnya jadi pedagang kayak saya,' batin Sasuke sambil geleng-geleng.

"Aku beli cimolnya dong~ sepuluh ribu ya, Bang~"

"Hn." 'Astapiruloh, dari suaranya lebih cocok jadi PSK… ckckck… tobat, tobat… kiamat sudah dekat…'

Sasu mulai membungkus pesanan si PSK dan ngambil duit bercap lipstick bentuk bibir dari tangan si PSK itu. Diamatinya duit itu sebentar, kemudian dilempar aja gitu ke selokan di belakangnya. Padahal itu duit 100ribuan.

"Weks! Itu duit, Bang! Duit! Kok dibuang-buang? Ada tanda cinta saya juga itu!" si PSK misuh-misuh nggak karuan. Nggak terima duit hasil kerjanya selama 13 malam dibuang begitu saja.

Sasuke hanya diam, tidak mau ambil peduli sama duit itu. Dia juga sudah merelakan cimolnya terbuang percuma untuk si PSK. Ia memilih seperti itu daripada nerima duit haram. Kata bundanya, jadi orang harus ikhlas.

"U~uhhh!" dan akhirnya si PSK pun minggat dari situ.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara ribut-ribut dari arah belakang kerumunan.

"Minggir! Minggir, cewek-cewek gatel! Tuan Namikaze mau lewaaatttt!" suara cempreng nan lebay menggoyahkan konsentrasi sang Uchiha yang lagi asik-asik bungkus cimol. Ya iyalah, jualan cimol itu harus konsisten. Kalo ada yang beli seribuan, dapet 15 biji. 2ribuan 30 biji. 3 ribuan 40 biji. Begitu aja sampai seterusnya. Nggak boleh lebih dan nggak boleh kurang. Kali ini nasihat yang didapat Sasuke dari sesepuh cimol. 'Jadi seorang pedagang cimol harus konsisten, tidak ada kompromi dan tawar menawar. Sedikit saja lengah pada pelanggan, bisa rugi.'

"Aih~ jadi lupa kan gue udah masukin berapa biji ke nih kantong keresek! Siapa sih yang barusan teriak-teriak?" seru Sasuke frustasi.

"Aku yang barusan teriak-teriak, memangnya kenapa?"

Muncullah seorang malaikat berambut pirang dan bermata biru di hadapan Sasuke. Oh, iya. Seragam Naruto hari ini keren, lho. Gakuran warna hitam pekat dengan kancing dan benang berwarna perak berkilau membungkus badan mungilnya. Dan lagi, rambut Naruto yang kini sudah mulai memanjang seleher. 'Sexy…' batin Sasuke.

Padahal, menurut perasaan Sasuke, terakhir kali dia melihat Naruto, rambut Naruto masih pendek acak-acakan. Tapi kali ini yang muncul adalah pemuda manis berkulit tan yang kini menaruh kedua tangannya di pinggang sambil mendongak menatap mana onyxnya. Oh, well, Naruto memang agak pendek sih. Jadi jangan salahkan Sasuke kalau-kalau wajah imut Naruto yang tampak atas membuat ia menyedot darah yang tiba-tiba keluar dari hidung mancung nan sexy-nya.

"Ih, waw…" mata onyx Sasuke membulat sempurna. Tanpa sadar ia menggumam, "…imut banget. Mantab."

"Hah?" Naruto yang mendengar ocehan nggak jelas Sasuke memiringkan wajahnya 30 derajat, yang sukses bikin Sasuke tepar guling-gulingan di tanah karena saking imutnya.

Para fangirl yang sedari tadi mengerubungi Sasuke pasang tampak sengak ke Naruto. Secara ya, Naruto tuh sudah merebut seluruh perhatian Sasuke hanya dengan sekali interaksi.

"Boleh kenalan?" dengan pe-denya Sasuke mengulurkan tangan kanannya kepada pemuda manis ini. Contoh orang yang tidak kenal dengan malu.

"Haahh?" Naruto makin cengok. Kaget karena selama ini yang ngajak dia kenalan adalah senpai-senpai cowok cakep yang terkenal tajir dan anak pejabat. Bukannya tukang cimol. Sekali lagi, TUKANG CIMOL. Biar topcer, TUKANG CIMOL.

"Iya, kenalan. Namaku Sasuke. Uchiha Sasuke. Kamu bisa memanggilku Sasuke." dia memamerkan senyum gocengannya, "kalo kamu, manis?"

(0_0") kira kira seperti itulah ekspresi sang Namikaze saat ini.

"Aa'! Si Aa' Neji mah~ saya mau beli yeuh!" aya si kabayan nyasar yeuh. Halah author jadi ikutan Susundaan.

"Iya, Aa'! Saya ngepens lah sama si Aa! Ayo kawin, A'!" mulai ngaco.

"Jangan sama dia, A'! Sama saya aja, saya masih perawan A'!" makin ngaco.

"Ah, yang perawan nggak asik, A'! Sama saya aja, masih perjaka, lho…" minyak goreng melayang ke wajah si perjaka.

Neji hanya menghela nafas. Jam-jam istirahat sekolah memang neraka sekaligus surga baginya. Bagaimana tidak, berbagai ajakan kawin dan pelanggan-pelanggan brutal selalu saja menyita waktu dan tenaga, tetapi sekaligus sumber penghasilan juga sih. Tapi kalau sampai begini kebangetan banget namanya! Bukannya beli malah ngajak kawin!

"Kalian ini mau beli atau apa?" Neji mulai emosi. Para fangirl otomatis diam semua. Jiper dibentak sama sang idola. Jadi sebagai fangirl yang budiman, mereka memilih tidak melawan.

Lalu tiba-tiba ada suara nyaring khas bocah menusuk telinga Neji. Suara yang… sumpah, imuuuuttt… banget!

"Kakaakk… Soli-chan mau beli cileeengggg~"

Neji bingung, 'Ada suara tapi kok nggak ada orangnya?'

Mata liarnya menelusuri setiap celah yang terdapat di antara kerumunan fansnya. Sapa tau aja tuh anak nyungsep, atau mungkin kegencet-gencet sama fangirlnya. Hati malaikat Neji tidak menyanggupi untuk membayangkannya…

"Kakaakkk… Soli-chan mau beli cileenggg… cileeeengg~" tiba-tiba ada tarikan kecil di ujung celana jeans hitam Neji. Merasa aneh, Neji langsung menundukkan wajah dan mendapati bocah imut berambut merah kusam menatapnya bagai anak anjing yang terbuang. Matanya coklat dan pipinya chubby. Mengingatkan Neji sama seseorang…

"Eh, adek. Sama siapa kesini? Nanti kalo kamu mati gimana?" Neji langsung menggendong bocah itu dan memeluknya saking gemesnya. Abis mirip Gaara sih. Yang beda cuma warna mata dan rambut. Kalau dilihat-lihat, umurnya sekitar 3-4 tahunan.

"Soli-chan anak ilang…" jawab bocah itu dengan polosnya.

'Ih, bocah gila.' batin Neji.

"Adek namanya siapa? "

"Aa'! Kumaha sih, Aa' jualan nggak nih?" salah satu fangirl yang udah nggak tahan sama adegan so sweet di depannya protes. Dan langsung dihadiahi deathglare dari Neji. Begitu juga kepada fangirl yang lainnya. Tanpa babibu para fangirl yang tadinya mengerubungi gerobaknya satu-persatu pergi ke alamnya masing-masing.

"Nah, kakak ulang ya… adek namanya siapa?" ulang Neji dengan senyum penuh kebapakan.

"Sasoli… Soli-chan!" jawab si bocah sambil ngemut jempolnya.

Neji mengernyit, "Sasori?"

"Yaya!" jawab si bocah lagi. Dia cadel, jadi Neji mencoba memastikan.

"Terus… rumah kamu di mana?"

"Nggak tau…" jawab Sasori sambil gigit-gigit jempol tangannya.

Neji mulai gelisah, "Wah…"

"Sasori?" dari kejauhan tampak Gaara yang sedang asik jilatin es krim rasa kopi. Wajahnya datar-datar aja ngeliat adik sepupunya yang lagi digendong tukang cireng. Err—sebenernya nggak rela juga sih. Masa anak keturunan keluarga Sabaku dipegang-pegang sama tukang cireng? Idih…

"Gaalaaaa!" Neji kaget saat tiba-tiba bocah hiper(yang sangat OOC) itu lompat dari gendongannya dan mendarat di tanah dengan gaya akrobatik. "Gaala!" serunya lagi sambil berlari mendekati Gaara yang cengok. Sejak kapan keturunan keluarga Sabaku bisa akrobat?

Gaara membuka tangannya dan membiarkan Sasori melompat ke pelukannya, "Kamu ngapain di sini?" tanyanya.

"…" Sasori diam. Tampaknya lagi asik ngeliatin es krim yang di tangan kanan Gaara dengan kedua mata coklatnya. Bahasa lainnya tuh, mupeng.

Gaara seakan mengerti dan memberikan es krim kopi itu ke tangan kecil Sasori. Dia tertawa kecil melihat tingkah polos Sasori yang sedang menjilat es krimnya.

"Uek, pait!" seru Sasori setelah menjilat tuh es krim kopi. Dan dengan itu Gaara baru ingat bahwa anak kecil suka yang manis-manis.

"Haha. Ya sudah, Sasori mau rasa apa? Nanti Gaara beliin…" tanya Gaara sembari menatap mata coklat jernih milik Sasori. Siapa sangka, Gaara, pemuda yang dikenal angkuh, dingin dan pendiam di sekolah ternyata bisa luluh juga.

Sasori menggigit jempolnya dan sedikit berpikir, "Ah! Stlobeli!" jawabnya dengan senyum yang sangat OOC.

"Hm, kita ke sana dulu, ya." jawab Gaara sambil menggendong Sasori ke arah kedai es krim yang tak jauh dari situ. Sebenarnya tadi Gaara dan Naruto sempat berpisah, karena Naruto dengan semangat menggebu-gebu tiba-tiba saja menghilang. Gaara yang tidak mau ambil pusing, berjalan santai menuju ke gerobak cireng Neji. Tetapi di tengah jalan ada kedai es krim yang menarik perhatiannya, jadilah dia ke sana dan membeli satu es krim rasa kopi yang pahitnya amit-amit itu.

Yah, sekarang tinggal Neji yang—sama seperti Sasuke, tepar guling-gulingan di tempat karena melihat adegan brotherly antara dua cowok imut tadi. Hmm… sepertinya NejiSasu merajalela.

"Kok diem sih? Aku kan tanya nama kamu~" ujar Sasuke sambil nyengir nista. Najis banget.

"(0_0") Uhm… a-aku Naruto." Ujar Naruto gugup sembari menyambut uluran tangan Sasuke. Luluh juga dia liat wajah gantengnya.

"Naruto-san, aku suka padamu. Aku mencintaimu. Aku harap kau mau menjadi kekasihku…" pernyataan cinta Sasuke yang lebay plus bikin eneg serentak bikin para fangirl yang mengelilingi mereka hampir pingsan. Beberapa bahkan ada yang ilfil dan menjaga jarak, mungkin karena mereka tidak menyangka kalau idolanya seorang HOMO. Seorang GAY. Seorang YAOIS.

"AH! UAPAH? Tapi… tapi-"

"Kenapa, cinta? Kamu nggak suka sama aku?" Sasuke mulai memelas. Mata onyxnya yang tajam berubah jadi tatapan anak ular buangan Mbah Orochimaru.

"Eh, bukan begitu, Uchiha-san! Ak-aku hanya kaget kok," pemuda pirang ini menundukkan wajahnya yang memerah. Bisa ditebak, kalau Naruto mulai jatuh hati sama tukang cimol ini. Astaga, tukang cimol diembat juga. Dasar uke, seme ganteng aja mau.

"Jadi bagaimana, Naruto?" tuntut Sasuke sambil mengedipkan sebelah matanya.

Naruto menggaruk belakang kepalanya, "Uhm… aku pikir-pikir dulu deh…"

Senyum aneh terkembang di wajah porselen Sasuke. "Aku tunggu, lho!" seru Sasuke semangat.

Lay lay lay lay lay lay~ panggil Oro Si Jablay~

Sasu jarang pulang~ Oro jarang dibelai~

"ASTAJIM…" Sasuke nyebut. Mentang-mentang namanya terkenal di mana-mana, lagu Jablay pun sampe diubah liriknya.

"Ahahaha, itu bel sekolah yang baru. Mungkin Nenek Tsunade sudah bosan dengan lagu sebelumnya…" Naruto nyengir.

Sasuke hanya tersenyum nervous, sebenarnya ia tidak mau membahas tentang bel sekolah, karena tahun lalu bel sekolah menggunakan lagu Belah Duren yang 100% liriknya diubah. Tentu saja masih menggunakan namanya dan Orochimaru. Tetapi setidaknya masih mendingan yang tahun ini. Sasuke terkadang berpikir, apa salahnya sampai-sampai Tsunade tega mempermalukan dirinya dengan Si Mbah Oro tukang tari ular keliling itu?

"Uhm, Uchiha-san. Maaf, aku harus mencari temanku dulu. Bai bai…" Naruto pun ngibrit.

Sasuke cengok, merasa kehilangan… Ia duduk kursi belakang gerobaknya dengan mimik pundung. Berharap Malaikat tadi kembali lagi untuk menerima pernyataan cinta darinya.

Sementara itu…

"Jashin-sama maafkan hambamu ini… aku sudah terpikat oleh pesona seorang tukang cimol! Apa kata emak? Apa kata bapak? Apa kata Nii-chan? Apa kata Gaara?" Naruto berjalan cepat ke arah kelasnya. Sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada seorangpun yang melihat ekspresi wajahnya saat ini.

Malu. Sangat malu. Entah mengapa Namikaze satu ini bisa begitu mudah terpikat dengan pesona seorang tukang cimol. Sekali lagi, TUKANG CIMOL.

"Akh! Gawat! Aku butuh Gaara!"

Dan dengan itu bocah pirang ini mengambil handphone dari saku celana gakurannya dan mulai mencari nama Gaara di kontak handphonenya. 'Si Merah Tak Beralis'. Contoh sahabat yang patut dimutilasi.

"Halo? Gaara! Cepat kembali ke kelas! Aku butuh kamu sekarang!"

'Tunggu sebentar, aku lagi bersama Sasori di kedai es krim. Nanti kalau udah selesai aku nyusul.'

"Hah? Sasori? Ngapain bocah itu ada di sini? Nyasar?"

'Tadi sewaktu ku tanya, dia cuma menjawab dengan kedipan.' Mungkin kalau mereka lagi dalam keadaan netral, mereka rela membuang bocah itu ke dalam jurang sekarang juga. Tetapi masalahnya sekarang mereka berdua sedang dalam keadaan yang yang tidak memungkinkan.

"Ya udah. Pokoknya kutunggu sekarang juga di taman belakang sekolah."

'Oke oke.'

"Ehh! Tunggu! Titip es krim juga deh! Triple ya, nangka-duren-jeruk. Pakai chococip dan wafer yang banyak. Bai bai, Gaara~" PIP. Naruto segera menutup teleponnya dan berjalan ke arah taman belakang dimana ia dan Gaara biasa mangkal.

Hello, apa kabar semuanya? XD

Masih ingat sama Kuru dong~ *pede*

Mungkin udah banyak yang lupa sama fic ini ya -_- Sebenernya kuru nggak tega aja liat nih fanfic terlantar. Skill Kuru sepertinya berkurang *halah*. Jadi Kuru post aja. Semoga bisa menghibur.

Oh iya, Kuru dapet kabar dari beberapa temen ffn. Katanya ada yang memplagiat fanfic ini ya? Wah kejam -_- Tapi yasudahlah. Toh ini original punya Kuru. Dan temen-temen di fandom Naruto juga pasti tau dong :3 Makasih ya ambu udah ngasih tau. XD

Review-nya jangan lupa~ 3