Hwee...T.T Padahal udah ditamatin di chap lalu.

Tapi berhubung mo meramekan ultahannya Sakura daku mo bikin lanjutan spesial "mat ulang tahun, saku-chan!" dah. Mumpung ivennya gi pas. Tentang kaka-yugi... Yah... begitulah ^^

So, slamet membacha dah :D


Bitter Sweet Symphony

Stage VII

Di depan gerbang sekolah, sebuah mobil berhenti kemudian seorang anak berambut hitam memasuki mobil dengan terburu-buru. Dia segera memakai seat beltnya dengan kesulitan karena tangannya yang memegang tas. Setelah seat beltnya terpasang dia menjejalkan tas di antara kakinya. Di sebelahnya di kursi pengemudi, kakaknya hanya menatapnya dengan sedikit heran. Beberapa saat kemudian, barulah dia menjalankan mobilnya.

"Kau kenapa Sasuke? Kau seperti habis melihat hantu saja," tanya Itachi menahan senyum. Sasuke tidak menjawabnya dan hanya menatap kaca spion di luar jendelanya. Baru beberapa saat kemudian Sasuke menjawab pertanyaan Itachi dengan gumamannya,

"Hnn.."

"He? Kau benar melihat hantu? Siang-siang begini?" tanya Itachi tidak percaya dan Sasuke hanya menatapnya dengan kening berkerut.

"Yang benar saja!" jawab Sasuke kesal dan menghela nafas. "Hanya melihat yang tidak perlu kulihat saja, makanya aku langsung kabur sebelum ketahuan," lanjut Sasuke melanjutnya dan Itachi langsung menoleh menatapnya dengan mata membulat.

"Kau mengintip?"

"BUKAN!" Sasuke berteriak frustasi menjawab tuduhan Itachi yang sekarang tertawa dengan reaksinya. Dan Sasuke memilih diam tidak melanjutkan pembicaraan dengan kakaknya yang dengan puas tertawa.

ooooooooooooooooooooooooooo

Di ruang guru, setelah merapikan setumpuk pekerjaannya, Kakashi buru-buru meninggalkan sekolah. Tujuannya berikutnya sebelum pulang adalah kantor Yugito. Sesampainya di tujuannya, Kakashi memasuki kantor sambil sekali lagi menghubungi ponsel Yugito, dan masih tidak bisa terhubung. Setelah mendapatkan sebuah tanda pengenal dari resepsionis, Kakashi menuju lantai 4 tempat Yugito. Di sana seorang gadis berambut coklat yang dikenalinya tampak berjalan di koridor membawa setumpuk kecil kertas di tangannya.

"Ayame!" Kakashi setengah berlari keluar dari dalam lift menghampiri gadis yang dipanggilnya Ayame tadi. Gadis itu menoleh dan berhenti saat melihat Kakashi berjalan terburu-buru mendekatinya.

"Ah, Kakashi! Sudah lama aku tidak melihatmu. Apa kabar?" sapa Ayame dengan senyuman di wajahnya yang tampak terkejut.

"Yah, baik. Hey, kau tahu di mana Yugi? Aku tidak bisa menghubunginya beberapa hari ini,"

"Yugi? Katanya dia akan bertugas ke Venisia besok lusa. Mungkin dia sudah berangkat. Aneh sekali, kenapa dia tidak memberi tahumu? Apa kalian sedang bertengkar?" tanya Ayame dengan menyelidik membuat Kakashi agak mengkerut karena dalam catatan Kakashi, Ayame adalah salah satu dari teman-teman Yugito yang tidak akan segan-segan menceramahinya kalau sampai terjadi pertengkaran diantara mereka berdua.

"Hah?! Tidak! Tidak ada apa-apa kok. Sejak beberapa hari belakangan dia memang tidak bisa dihubungi karena di tempatnya bekerja katanya sulit sekali menemukan sinyal untuk bisa menelpon. Aku hanya ingin tahu kapan dia kembali. Dia pulang dulu ke Konoha kan?" tanya Kakashi penasaran, siapa tahu dari tempat Yugito bertugas terakhir kali, dia langsung pergi ke venisia seperti yang dikatakan Ayame.

"Ya, dia sempat kembali kemarin. Dia harus menyerahkan laporan tugas terakhirnya dan membawa berkas-berkas yang dia perlukan ke venisia. Dia benar-benar tidak mengabarimu?" tanya Ayame makin penasaran.

"Ya, tidak ada kabar. Mungkin dia menelpon waktu ponselku mati. Mungkin juga dia ke rumah waktu aku sedang pergi. Entahlah. Yah, kalau begitu sepertinya harus bersabar sampai dia pulang lagi ya," Kakashi menggaruk bagian belakang kepalanya dengan bosan sambil menghela nafas.

"Owh...kasihan sekali ya Kaka-chan ditinggal selama itu. Kau pasti kangen sekali padanya yah?" goda Ayame sambil menyikut Kakashi yang seperti biasa hanya menatapnya dengan bosan. Sebelum Ayame mulai berlaku lebih dari satu macam (bermacam-macam maksudnya), Kakashi lebih baik segera menyingkir darinya. Kalau tidak, Ayame bisa menggodanya habis-habisan. Berhubung Yugito sedang tidak ada, menghadapi Ayame itu sama seperti petaka karena satu-satunya yang bisa membela Kakashi di depan Ayame hanya Yugito.

"Yah, kalau begitu terima kasih Ayame! Sampai ketemu lagi!" Kakashi cepat-cepat menunjukkan tanda-tanda untuk menyingkir.

"He? Begitu saja?" protes Ayame dengan wajah cemberut yang disambut senyuman Kakashi. Kakashi segera berbalik menuju lift sambil melambaikan tangannya. Ayame hanya balas melambai dan tersenyum kemudian melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke ruangannya bekerja. Kakashi hanya perlu menunggu sebentar dan pintu liftpun terbuka menampilkan ruangan segi empat berwarna coklat capuchino yang kosong. Kakashi melangkah masuk, saat berbalik dia kembali melihat Ayame yang berdiri di depan pintu ruangan dengan wajah tersenyum. Kakashi menatap tombol-tombol di sisi pintu lift dan menekan tombol 'tutup'.

"Kimimaro-senpai!" suara Ayame membuat Kakashi menegakkan kepalanya kembali untuk menatap sosok yang berdiri di depan Ayame. Seorang laki-laki muda dengan setelah berwarna abu-abu. Rambutnya putih menyentuh leher dan kulitnya tampak putih pucat.

"Ah, Ayame!" balas laki-laki yang dipanggil Kimimaro oleh Ayame.

"Kudengar Kimimaro-senpai juga berangkat ke Venisia ya besok? Titip oleh-oleh dong!"

"Wah! Oleh-oleh? Nggg....yah. Bolehlah. Apa..."

Kakashi menatap sosok berambut putih yang dikenalnya itu menghilang saat pintu lift tertutup. Kakashi tidak mungkin melupakan rivalnya di universitas itu walaupun mereka hanya sempat bertemu selama setahun sebelum Kimimaro harus pindah. Tambah lagi, sebelum bersama Kakashi, Kimimaro dan Yugito pernah menjalin hubungan. Kakashi memang pernah mendengar kabar tentang Kimimaro si calon presiden direktur dari rapat-rapatnya bersama pamannya dan beberapa pemegang saham di perusahaannya. Tetapi kenapa dia tidak tahu kalau Kimimaro adalah calon bos Yugito? Kenapa Yugito tidak memberitahunya? Apa itu ada hubungannya dengan alasan kenapa Yugito tidak memberitahunya tentang kepergiannya? pikir Kakashi tanpa sadar membiarkan pintu lift kembali menutup saat dia sudah sampai di lantai dasar. Dengan cepat Kakashi kembali menekan tombol 'buka' dan melangkah keluar.

ooooooooooooooooooooooooooo

Kakashi berjalan menyusuri koridor di lantai dua sekolah yang sunyi setelah membiarkan bel berbunyi sekitar dua puluh menit yang lalu. Kepalanya tidak berhenti memikirkan alasan mengapa Yugito tidak memberitahunya hal-hal yang sejak kemarin dipertanyakannya. Kakashi masih saja ingin tahu kenapa Yugito tidak memberitahunya kalau dia sudah kembali ke Konoha. Dan tentang Kimimaro, Kakashi sudah mencoba bertanya pada pamannya tentang orang itu. Sekarang dia adalah General Manager di perusahaan Yugito bekerja dan dia baru saja menduduki jabatan itu sekitar tiga minggu. Mungkin itu sebabnya Yugito tidak sempat memberitahunya. Tetapi kemudian ada informasi lainnya. Walaupun seorang GM, kadang Kimimaro turun sendiri ke lapangan dengan tim yang dipilihnya. Lalu kenapa dia memilih Yugito? Yugito memang bisa disebut andalan dalam divisinya. Tetapi, hanya itukah?

"Sensei! Kenapa masih di sini? Pelajaran Sensei sudah selesai," wajah Neji mengejutkan Kakashi yang kemudian buru-buru mengangkat buku-bukunya dan meninggalkan kelas. Di dua sisi kelas yang berseberangan, dua orang di dalam ruangan itu hanya menatap punggung Kakashi yang menghilang di pintu. Sakura dan Sasuke sepakat dengan satu pertanyaan,

"Memangnya kemarin dia kenapa?"

Setelah Kakashi menghilang, Sasuke menatap setiap wajah di kelasnya, terutama wajah para siswinya. Itu adalah pertama kalinya dia benar-benar memperhatikan siswi-siswi di dalam kelasnya. Mata Sasuke pertama kali berhenti pada Hinata yang duduk di bangku paling depan. Tidak mungkin Hinata, dia yang langsung merah padam hanya dengan berbicara dengan Naruto tidak mungkin melakukan hal seperti itu, Sasuke mulai menganalisa membandingkan sepotong wajah yang dilihatnya kemarin dengan Hinata. Matanya berhenti pada Karin yang tengah bergosip ria dengan Ino dan Kin. Sasuke langsung memilih diantara ketiganya. Karin tidak mungkin, dia berkaca mata, kudengar matanya benar-benar payah tanpa kaca mata. Yang kemarin jelas tidak berkaca mata lalu, biasanya dia menempel ketat dengan Kin. Ino pacaran dengan Shika, tidak mungkin dia melakukannya.

Seketika, mata Sasuke terhenti pada kepala pink Sakura. Sakura sedang memandang keluar dari jendela di sisi bangkunya sambil menopang dagunya dengan sebelah tangannya. Sama sekali tidak ikut terlibat atau ingin melibatkan diri dengan keramaian kelas.

"Dia? Kemarin dia memang diminta tinggal untuk test susulan oleh Kakashi-san. Tetapi masa sih? Anak itu tidak pernah bicara. Kata terpanjangnya yang pernah kudengar hanya 'tidak'. Bahkan Shino yang tidak pernah bicara saja punya kosakata yang jauh lebih banyak dibandingkan dia," Sasuke tanpa sadar terus saja menatap Sakura, dan tanpa terasa, karena dikuasai rasa penasaran, sejak saat itu dia terus memperhatikan gerak-gerik Sakura dan mencoba mendengarkan suaranya. Merasa diperhatikan dengan cara yang tidak seperti biasanya, Sakura menoleh bersamaan dengan Naruto yang menghempaskan tubuhnya di bangku di sebelah Sasuke.

"Cuma perasaanku saja ya?" batin Sakura kembali menatap keluar jendelanya.

"Apa sih yang kau lihat? Serius sekali!" Naruto menyejajarkan kepalanya dengan Sasuke, mencoba melihat apa yang dilihat Sasuke barusan dengan wajah serius.

"Oh! Haruno? Wah..wah.. tumben kau tertarik sama perempuan. Padahal sampai sepuluh detik yang lalu aku masih berpikir kau itu gay," komentar Naruto dengan senyuman lebarnya yang biasa. Sasuke hanya mendengus membuang wajah dan mulai membuka buku di hadapannya.

"Cerewet!" komentar Sasuke singkat tidak lagi menanggapi ocehan Naruto.

ooooooooooooooooooooooooooo

Ding..dong..

Dalam ruangan setengah gelap Kakashi membuka matanya saat mendengar suara bel pintunya. Dia tetap diam sambil menyandarkan kepalanya di bahu sofanya di depan tv.

Ding..dong..

Bel berbunyi lagi dan Kakashi menghela nafas kemudian berdiri menuju pintunya sambil menghidupkan lampu. Dengan malas dia membukanya dan sebuah senyuman yang begitu akrab dengannya menyambutnya. "Kau," gumam Kakashi berbalik meninggalkan pintu, membiarkan tamu yang belakangan ini sering berada di rumahnya masuk.

"Aku mau mengembalikan jaket Sensei," Sakura dengan ceria mengeluarkan jaket hitam yang terlipat rapi dari dalam tasnya. Dia mengulurkannya pada Kakashi yang sudah duduk lagi di sofanya. Kakashi menghela nafas dan melirik jaketnya sebentar sebelum mengambilnya dari tangan Sakura kemudian meletakkannya di meja di hadapannya di samping sebuah kaleng minuman yang terguling.

"HEEEE!!! Aku sudah mencucinya! Jangan ditaruh sembarangan!" Sakura segera menyambarnya kembali kemudian dengan kesal duduk di samping Kakashi dan menepuk-nepuk jaket di tangannya.

"Kau mau apa kemari?" tanya Kakashi kemudian setengah bergumam sambil menyandarkan punggungnya dan mulai menyalakan tv dengan malas, sama sekali tidak memperhatikan kotak putih yang dibawa Sakura. Sakura menatapnya sebentar dengan heran. Bukannya tadi dia sudah bilang kalau mau mengembalikan jaket?, tanya Sakura dalam hati. Kemudian Sakura meletakkan jaket itu di sofa di sebelahnya dan berdiri. Kakashi membiarkannya saja saat Sakura beranjak menuju dapurnya untuk meletakkan kotak putih itu di meja dapur dan mengambil sebotol jus dari dalam kulkas. Dengan santai Sakura kembali dengan segelas jus apel plus tiga butir es mengapung di dalamnya dan meletakkannya di meja.

"Aaah... enak sekali," Sakura meneguk jusnya kemudian mengambil remote dari tangan Kakashi dan mulai memilih-milih chanel. Di sore hari hanya sedikit acara menarik di tv hingga akhirnya Sakura menghentikan memilih chanel saat layar tv menampilkan ratusan kepiting berwarna merah di tengah hutan. Rupanya para kepiting sedang dalam perjalanan menuju pantai di salah satu daerah di benua Australia.

"Wah! Sebanyak itu apa tidak ada orang yang menangkapnya ya?!" tanya Sakura walaupun tidak berniat meminta jawaban dari Kakashi. Kakashi hanya menatap layar tv dengan malas membiarkan Sakura berkomentar sendiri.

"Kalau kau sudah menghabiskan minumanmu pulanglah," akhirnya Kakashi menjawabnya dan iapun menyandarkan kepalanya di bahu sofa dan menutup matanya. Sakura hanya menatapnya dengan cemberut, tidak lagi berkomentar tentang apapun yang dilihatnya, tidak juga menyentuh gelas jusnya hingga embun yang terbentuk di gelasnya perlahan menggenangi sekeliling gelasnya. Beberapa saat kemudian Kakashi membuka matanya dan menemukan Sakura masih duduk memeluk lutut di sampingnya. Mata Kakashi berpindah pada gelas berisi jus di atas meja dan menghela nafas saat melihatnya masih penuh.

"Apa Sensei benar-benar tidak tahan padaku?" tanya Sakura tidak juga mengalihkan matanya dari tv. Kakashi meliriknya dan menghela nafas mengingat apa yang pernah dikatakannya pada Sakura beberapa hari lalu di kelas. Dan ternyata apa yang dijanjikan Kakashi waktu itu memang tidak bohong. Dua kali Sakura membolos dan tumpukan tugas benar-benar diberikan pada Sakura saat Sakura kembali muncul di kelas.

"Kau selalu memanggilku 'sensei' tapi apa kau juga menganggapku sensei?" gumam Kakashi lirih. Sakura mengalihkan matanya dari tv dan menatap Kakashi yang bersandar sambil memejamkan mata. Dari wajahnya Sakura bisa menduga kalau Kakashi sedang punya masalah walau sepertinya keberadaannya di situ tidak begitu mengganggu Kakashi.

"Tentu saja aku menganggap Sensei sebagai sensei. Bukannya selama ini yang membantuku Sensei?!" jawab Sakura kembali menatap tv. Kakashi membuka matanya dan ikut menonton. Jawaban Sakura, 'orang yang membantunya'. Ya, kenapa Kakashi susah-susah mengurusi anak manja ini? Dia punya masalah sendiri yang harus dipikirkan, kenapa hanya demi murid barunya si putri pemilik sekolah tempatnya bekerja dia harus kerepotan? Kenapa harus membujuknya hadir di kelas dan susah payah membantunya memperbaiki nilai-nilainya, kenapa harus bolos kerja demi menjaganya saat sakit gara-gara ulahnya sendiri. Kenapa dia harus repot mengurus anak yang membuat hari-hari tenangnya menjadi ribut? Kenapa dia harus memikirkan anak manja ini hingga membuatnya melupakan Yugi? pikir Kakashi agak heran dengan hal-hal yang dilakukannya belakangan ini.

"Sakura. Sebagai guru aku harus menasehatimu. Tidak baik seorang gadis sering bertamu di rumah laki-laki yang tinggal sendirian," kata Kakashi akhirnya. Matanya tidak sedikitpun menatap Sakura, hanya tertuju pada layar tv dengan bosan.

"He? Memangnya kenapa? Aku tidak tahu ada peraturan seperti itu. Aneh sekali," jawab Sakura cuek, juga tidak melepaskan pandangannya dari tv.

"Hnn. Memang tidak ada peraturannya, karena tidak ada yang bisa mengatur insting manusia. Kau harus tahu kadang itu berbahaya," Kakashi mencoba menerangkan dengan singkat membuat Sakura menoleh menatapnya dengan bingung.

"Bahaya? Kenapa? Tidak ada yang bahaya kok dari Sensei," Sakura kembali menatap tv dengan senyuman sinis tersungging di sudut bibirnya. Tiba-tiba Sakura merasakan bahunya didorong dengan keras hingga tubuhnya setengah terbaring di sofa. Tangah Kakashi menahan bahunya sedang yang lain diletakkan di samping kepala Sakura. Sakura hanya menatap senseinya dengan terbelalak sementara Kakashi menatap Sakura dengan alis berkerut.

"Kalau kau belum tahu, itu yang kumaksudkan dengan bahaya! Insting laki-laki yang berbahaya untuk gadis kecil sepertimu," lanjut Kakashi menatap wajah Sakura yang masih terkejut. Perlahan wajah terkejut Sakura menghilang digantikan wajah datarnya yang biasa. Sebelah tangannya memegang lengan Kakashi yang berada di samping kepalanya.

"Hanya itu? Kalau begitu tidak ada yang perlu ditakutkan bukan?! Bukannya aku bisa mengajukan tuntutan pelanggaran undang-undang...." alis Kakashi kembali berkerut menerima jawaban Sakura.

"Jangan berbicara peraturan denganku!" sergah Kakashi. Kemudian mata Sakura tiba-tiba melebar saat Kakashi menunduk dan melahap bibirnya dengan agak kasar. Kakashi mengangkat wajahnya saat merasakan tangan Sakura yang sudah berpindah di bagian belakang lehernya. Dan perlahan Kakashi mulai menunduk lagi dan mengecup bibir Sakura perlahan seolah melakukannya membuatnya melupakan kekesalannya.

"Hentikan!" perintah Kakashi pada dirinya sendiri saat tangannya sudah mulai berpindah di balik kaus Sakura, Kakashi tiba-tiba menghentikan ciumannya dan menutup matanya kemudian menghela nafas.

"Kau'perbuat' di sini juga anak ini tidak akan melawanmu! Dia ini sedang bosan," ulang batin Kakashi perlahan mulai kembali ke posisi duduknya. Kakashi berdiri dan berjalan ke dapurnya sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangannya. Sakura hanya kembali duduk merapikan kausnya dan melirik Kakashi dari balik bahunya. Sambil kembali menatap tv tanpa sadar dia menghela nafas dengan hati-hati seolah takut ketahuan.

"Bagus!" sindir otak Kakashi pada dirinya sendiri. Apa itu hal yang pantas dilakukan seorang guru pada muridnya? Bukan! Apa itu hal yang pantas dilakukan oleh seorang laki-laki dewasa pada seorang gadis lemah?, otak Kakashi terus memarahi Kakashi. Belum pernah Kakashi memarahi dirinya seperti ini. Dia sebenarnya sadar dengan kelakuannya, tetapi entah kenapa si pink itu terus-terusan membuatnya gerah. Terus-terusan menemukan celah yang membuatnya menyerah. Kakashi berbalik dan melihat kepala Sakura di balik sofa. Dia masih menonton tv seolah kejadian barusan tidak mempengaruhinya.

"Kau ini kenapa?" batin Kakashi menanyai dirinya sendiri. Apa hanya karena ciuman-ciuman iseng Sakura yang didapatkannya membuatnya jadi begini? Kakashi berjalan menuju kulkasnya dan baru menyadari kotak berwarna putih yang terduduk manis di atas meja di dapurnya. Sambil menatapnya dengan penasaran, Kakashi meneguk segelas air dingin yang sejenak membuat kepalanya terasa sakit. Kakashi kembali menatap kotak itu kemudian pada kepala Sakura dan rasa bersalah langsung terasa membuatnya lemas.

"Apa ini?" tanya Kakashi setengah bergumam. Akhirnya dia memilih kata itu untuk kembali mencairkan suasana. Sakura menoleh menatapnya dari balik sofa kemudian berdiri dan berjalan menghampirinya. Sakura menatap kotak putih di meja kemudian menatap Kakashi yang tampak penasaran.

"Cheese cake," jawab Sakura singkat. Kakashi menaikkan sebelah alisnya. "Blueberry cheese cake," lanjut Sakura sambil duduk di kursi dan meraih kotak itu.

"Dalam rangka?"

"Hmm..dalam rangka...ucapan terima kasih karena Sensei mau memberiku tumpangan, menjagaku waktu sakit dan mau memasak untukku dan...hari ini ulang tahunku," jawab Sakura sambil membuka kotaknya. Kakashi hanya menatapnya seolah dia adalah seorang pengidap amnesia yang mulai mengingat kembali karena kata-kata Sakura. "Oke Sensei! Tolong ambilkan piring!" lanjut Sakura memerintah Kakashi yang hanya terbengong. Kakashi segera berbalik dan meletakkan dua buah piring kecil di samping Sakura dan memberikan sebilah pisau pada Sakura. Sakura memegang pisau dan mulai memutar-mutar cheese cake bulat di hadapannya.

"Dipotong dari mana sama saja kan?!" komentar Kakashi membuat Sakura hanya tersenyum menatap Kakashi yang terdengar mulai tidak sabar. Kemudian Sakura mulai memotong dan meletakkan potongannya di atas piring.

"Potongan pertama untuk seseorang yang paling berarti yang hadir... berarti itu Sensei kan?!" Sakura memberikan potongan cheese cake-nya pada Kakashi yang tampak sangat tidak nyaman saat menerimanya. Walau kalimat Sakura tentang seseorang yang paling berarti sempat membuatnya merasa bangga, tetapi kata 'yang hadir' yang mengakhirinya membuatnya kecewa. Yang benar saja, hanya ada mereka berdua kan di tempat itu?! batin Kakashi sebal.

"Umm.. Yah! Terima kasih. Selamat ulang tahun dan maaf aku tidak memberi kado,"

"Hmm...tidak apa-apa. Aku bisa membuka Sensei saja," jawab Sakura dengan senyuman lebar. Kakashi menatapnya dengan bosan dan menghela nafas. Sepertinya anak ini sama sekali belum jera, batin Kakashi.

"Jangan main-main lagi Sakura! Jangan salahkan aku kalau lain kali aku benar-benar menghabisimu," komentar Kakashi akhirnya duduk dan mulai memakan cheese cake-nya. Sakura hanya tersenyum menatapnya.

"Tidak ada ciuman selamat ulang tahun untukku?"

"Kau sudah dapat," tukas Kakashi saat kembali menusukkan garpu ke atas cheese cake-nya dan Sakura hanya menatapnya dengan cemberut.

"Hmph... tadi tidak ada selamatnya sama sekali.." Sakura menghentikan protesnya saat Kakashi tiba-tiba berdiri dan menghampirinya. Kakashi meletakkan sebelah tangannya di atas meja di samping Sakura dan memutar kursi Sakura hingga menghadapnya. Dengan cepat Kakashi menempelkan bibirnya di pipi Sakura dan mengecupnya.

"Selamat ulang tahun," tambah Kakashi dengan bosan. Sakura mengerutkan keningnya menatap wajah bosan Kakashi.

"He? Begitu saja? Haaah... Sensei sama sekali tidak romantis!" Kakashi melirik Sakura sebentar dan berbalik kembali ke kursinya sendiri. Saat itu Sakura berhasil memegang kelingking Kakashi yang membuatnya berhenti. Dengan malas Kakashi berbalik lagi dan menatap Sakura dengan wajah bosannya.

"Jangan menyesal dengan permintaanmu dan jangan suruh aku berhenti," ucapan Kakashi sempat membuat Sakura tidak mengerti sebelum Kakashi menunduk dan menahan sisi kepala Sakura dengan sebelah tangannya. Dia mendaratkan ciuman di bibir Sakura dan mulai menciumnya memaksa Sakura membuka mulutnya untuknya. Sampai beberapa saat tangan Sakura masih dengan santai melingkari leher Kakashi, tetapi beberapa saat kemudian Sakura mulai mendorong Kakashi saat dia tidak mampu lagi menghirup udara. Dan seperti janji Kakashi, dia tidak ingin dihentikan. Dia hanya memegang tangan Sakura dan menyingkirkannya, masih tidak mau melepaskan Sakura hingga akhirnya Kakashi melepaskan Sakura yang terengah-engah dengan wajah merah padam.

"Sudah kubilang kan?!"

"Sensei mau membunuhku ya?!"

"Membunuh dengan ciuman itu bukankah hal paling romantis dalam dongeng-dongeng! Itu yang kau mau kan? Lagipula kau tidak akan mati hanya karena tidak bernafas selama beberapa menit, paling kau hanya akan pingsan. Sudah kubilang kan, jangan minta yang aneh-aneh!" Kakashi dengan santai kembali ke kursinya dan mulai berbicara dengan sedikit senyuman tersungging di sudut bibirnya. Sakura hanya menatapnya dengan cemberut kemudian menghela nafasnya.

"Kalau begitu, aku boleh minta kado lainnya?"

"Apa lagi?" Kakashi menjawab Sakura dengan sedikit ragu. Dia tidak bisa menghilangkan kecurigaan dalam suaranya saat bertanya. Sakura melahap sepotong cake dari garpunya kemudian segera melesat kembali ke sofa dengan tas di tangannya. Mata Kakashi melebar saat Sakura mengeluarkan beberapa lembar kertas.

"Bantu aku mengerjakan tugas!" Kakashi langsung menyesal ikut memakan cheese cake yang dibawa Sakura.

"Satu lagi alasanmu membawa ini agar aku mau membantumu mengerjakan tugas? Tau begitu aku tidak ikut makan," komentar Kakashi saat Sakura menyodorkan soal di hadapan Kakashi.

"Tapi Sensei sudah makan kan?! Apa boleh buat?" jawab Sakura santai dan mulai menarik kursinya dengan berisik ke sebelah Kakashi yang menatapnya dengan dahi berkerut. Jelas sekali dia tidak suka Sakura memperlakukan kursinya dengan cara seperti itu. Kakashi mulai membaca soal pemberian Sakura. Biologi, sejarah, fisika, matematika, sosiologi...

"Kau sama sekali belum mengerjakannya,"

"Begitulah," jawab Sakura ringan sambil memakan cake-nya dengan santai.

"Jangan jawab 'begitulah' dengan santai begitu! Haaah! Kau bawa buku?" Kakashi mulai frustasi lagi saat Sakura menggeleng. Dengan lemas Kakashi kembali menghela nafas. Apa-apaan anak ini? kenapa dia yang beberapa saat lalu masih sibuk memikirkan 'ada-apa-dengan-Yugi' sekarang malah sibuk dengan murid menyebalkannya ini?!

"Kalau ingin mengerjakannya kau butuh buku Sakura! Aku tidak percaya kenapa aku harus melakukan ini gara-gara cheese cake?"

"Bukan! Tapi karena ini ulang tahunku," jawab Sakura singkat dan Kakashi hanya menatapnya dan menghela nafas lagi.

"Haaah...baiklah. Tapi aku hanya bisa mengajarimu matematika dan... fisika dan ummm... biologi saja sekarang. Lebih baik cepat kau kerjakan sebelum terlalu malam!" akhirnya Kakashi menyerah dan memisahkan lembar-lembar soal di hadapannya. Sakura menatapnya dengan tersenyum dan mulai mengeluarkan lembaran folio dari dalam tasnya.

Kakashi dengan sabar mulai membantu Sakura mengerjakan soal-soalnya dan dia agak heran dengan situasinya. Sakura sama sekali tidak seperti dugaannya. Dia benar-benar memperhatikan dan otaknya lumayan cepat menerima apa yang diajarkan. Dan dalam sekejap, Sakura sudah berhasil menyelesaikan tugas-tugas matematikanya.

"Hmm... Kau lumayan juga," komentar Kakashi menerima tugas matematika Sakura. Yah! Karena tugas itu darinya, Kakashi bisa langsung menilainya dan sebenarnya, baginya sangat berat mengakui bahwa ternyata Sakura 'lumayan juga'. "Lalu kenapa kau sangat suka sekali membolos?" tanya Kakashi kemudian walaupun dia tahu Sakura tidak akan memberikan jawaban padanya seperti biasa. Dan akhirnya ketiga tugas selesai dan menyisakan setengah potong cheese cake di atas meja. Sakura sudah tidak ada niat untuk menghabiskannya dan hanya meneguk teh yang dibuatkan Kakashi. Kakashi mendongak menatap jam di dapurnya yang menunjukkan pukul setengah tujuh kemudian pada Sakura.

"Oke! Sudah selesai kan?! Pulanglah! Kau melewatkan makan malam ulang tahunmu di rumah!" komentar Kakashi sambil menuangkan madu ke dalam tehnya.

"Tidak ada makan malam. Sensei tahu kan? Aku hanya tinggal dengan ayah dan dia pergi keluar kota kemarin. Artinya, tidak ada perayaan di rumah. Hanya aku dengan Sensei dan cheese cake dan tugas. Ngomong-ngomong, terima kasih kadonya Sensei," jawab Sakura tersenyum dan mulai memasukkan tugas-tugasnya ke dalam tasnya. Kakashi hanya menatapnya sebentar sebelum meneguk tehnya hingga habis.

"Kalau kau sudah selesai, ayo!" Kakashi berdiri dan hanya melirik Sakura yang menatapnya dengan menaikkan sebelah alisnya bertanya. "Aku yang traktir makan malam," jawab Kakashi tidak menghiraukan senyuman yang mulai terbentuk di bibir Sakura.

"Karena aku yang ulang tahun, aku yang pilih menunya!"

"Tidak! Karena aku yang traktir, aku yang pilih tempatnya!"

"Heeeeh!!! Kenapa begitu?"

"Pokoknya begitu!" Kakashi meredam protes Sakura dan menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah makan kecil yang berdiri di area yang lumayan tradisional. Sakura menatap kedai di hadapannya dan mengerutkan keningnya. Kakashi hanya tersenyum dengan reaksinya.

"Belut bakar di sini paling enak. Katanya, seumur hidupmu kau tinggal di Berlin kan?! Kau pasti belum pernah makan ini. Ayo!" Kakashi mengulurkan tangannya dan menarik Sakura memasuki kedai yang menyambut mereka dengan aroma sedap yang tiba-tiba membuat perut Sakura kelaparan. Sebenarnya yang ada di kepala Sakura pertama kali adalah makhluk berwarna hitam licin menggelikan yang pasti akan merusak selera makannya. Tetapi buktinya, benda coklat keemasan mengepul yang dihidangkan di hadapannya harus membuatnya menelan air liurnya. Dan karena Kakashi yang mentraktir, Sakura dengan bersemangat makan sepuasnya. Ini kan ulang tahunnya, bela Sakura pada dirinya. Dan seperti biasa, Kakashi hanya bisa menggeleng-geleng kepalanya saat melihat banyaknya makanan yang bisa dihabiskan Sakura untuk ukuran tubuh Sakura yang kecil itu.

Malam itu langit cukup cerah dan di udara yang mulai dingin, perut yang kenyang memang sangat enak. Sakura mengikuti Kakashi berjalan keluar dari dalam kedai menuju mobil merah Kakashi. Saat di luar, mau tidak mau Sakura mulai memperhatikan sekelilingnya. Mereka seakan-akan berada di jaman Jepang kuno. Area itu tampak sangat tradisional dan di ujung jalan, Sakura bisa melihat tangga putih dengan sebuah torii* berwarna merah.

"Aku baru sekali ke tempat ini," gumam Sakura masih menatap tangga putih yang naik menuju sebuah kuil. Kakashi menghampirinya dan menyandarkan tubuhnya di mobilnya di sebelah Sakura.

"Wah, selamat datang kalau begitu. Sedikit pelajaran sejarah untukmu. Daerah Oto ini memang sejak dulu tidak tersentuh perang. Jadi, bangunan-bangunan di sini masih sangat tradisional. Pemilik rumah-rumah di sekitar sini juga masih keturunan bangsawan dan daimyo** terakhir yang memerintah di sini. Benar-benar keluarga-keluarga kuno," terang Kakashi ikut menatap kuil di ujung puluhan anak tangga berwarna putih.

"Terima kasih makan malamnya Sensei," gumam Sakura tidak mengalihkan pandangannya dari kuil di ujung jalan.

"Hmm..," Kakashi menoleh menatap Sakura dan tersenyum. Hanya untuk malam ini saja, batin Kakashi kemudian mengulurkan tangannya dan menarik Sakura mendekat padanya. Kakashi menunduk kemudian dengan lembut dia mengecup bibir Sakura dan tersenyum, "Selamat ulang tahun Sakura," lanjut Kakashi dan Sakura hanya menatapnya seperti tersihir. Sakura kemudian membalas senyumannya dan memeluk Kakashi yang masih memegangi kepalanya.

"Boleh minta lagi Sensei?" tanya Sakura menatap Kakashi dengan mata berbinar.

"Dasar kau ini rakus sekali! Aku hanya melakukannya karena ini ulang tahunmu," Kakashi memalingkan wajahnya sambil menggumam. Sakura hanya menatapnya dengan wajah seolah sebal.

"Iya! Iya!"

Malam itu mereka berpelukan tanpa memperdulikan sekeliling mereka, bahkan tidak memperhatikan saat seseorang yang selama ini terus memperhatikan Sakura dan Kakashi di kelas berdiri di depan kedai dengan terbelalak. Ternyata gadis yang dicari-cari oleh anak bermata hitam legam itu selama ini memang Sakura.

FIN


*torii: tiang berwarna merah yang biasanya ada di depan kuil shinto

**daimyo: tuan tanah di jaman-jamannya samurai. Istilah kerennya 'Baron' :D (correct me if i'm wrong ^^)

Kenapa Ding..dong?: B'coz ding-dong sounds tasty to me :9 Hahaha... nggak nyambung ya? Begitulah ^^a. Then berlin... aku suka sekali kota ini. En bagi yang iseng mo liat dapurnya kakashi, bisa liat lewat propil saia. Oh, chapter terpanjang yang pernah eke buat sejak jadi author. Pada kecapekan nggak bacanya? Hehe... So, mat ulang tahun Sakura :D Selamat berjuang menaklukkan pak guru dah! :D Yah, beginilah akirnya. Walopun agak maksa ^^a. Selanjutnya kayak biasa.. jawab ripyuan aaah...

Miamau Kakashi: Wah! Jangan kejam gitu dong ma sasu-pyon ^^a. Buat membalas dendam ending bitter honey yang sama sekali nggak ada sweet-sweetnya itulah prekuel ini dibikin. Bikin fic barunyaaa… ntarlah.. nunggu ada inspirasi ^^

Awan Hitam: tengkiyu…^^ Hahaha… tapi kakashi juga masih tau kok batesannya. Nggak mungkin kan dia macem-macem ma anak 15 taon? Macem-macemnya tunggu satu-dua taon lagi hehehe… Akan kubantu dirimu ilfil pada kaka-pyon! Tenang saja bu!

Kuroneko Hime-un: Hahaha… iya muncul. Tapi dikit walo nggak sesedikit gaara :D. Ini juga asal-usul kenapa dia akirnya sampe bisa suka ma sakura ^^

Azure Azalea: Percaya nggak kalo inspirasinya datenga dari omongan waktu aku masih SD? Nggak nyangka bisa jadi scene lumayan ^^. Iya..iya… dilanjut lagi kok ini.

Hanaruppi: hehe… aku juga paling asik ngerjain bagian itu ^^. Jangan praktek dulu ah! Sakura masih di bawah umur tuh. Kakashi bisa dituntut beneran ntar ma sakura. Kalo mereka akirnya merid kan malah repot! (LHOO??!!) Sip! Ini dilanjut!

Kakalia: Wah! Banyak kerjaan ya? Slamet berjuang dah (ini mumpung si author gi minim kerjaan. Jangan tanya kalo gi musimnya kerja). Yugi udah daku kirim ke itali, moga-moga dia nggak nyasar aja ke voltera (lho?!) hehe… Aku males bikin scene kaka-yugi banyak-banyak, makanya dia kusuruh pergi aja :D

Ryuku S. A .J: Yah begitulah… kita nggak pernah tau apa yang dipikirin kaka-pyon ^^a. Sakura emang sengaja sok polos! Kan makin seru kalo kakashi makin jengkel ma kelakuannya :D. Jujur-jujuran kayaknya nggak bakalan pernah ada dah. Bukannya di ending bitter honey udah dibilang kalo mreka nggak pernah serius?! Jadi sampe akir, hubungan mreka tu emang tanpa status gitu ^^

Aya-na Byakkun: Blom abis. Nih kelanjutannya ^^ Kalo mo langsung tau endingnya, bisa langsung ke profil-ku en baca Bitter Honey ^^

Okai!

Beginilah pada akirnya.

Sampe ketemu di fic saia selanjutnya yaaa... :D