Disclaimer : Masashi Kishimoto, Something About Lola and some ideas are from GTV^^ -akibat kebanyakan nonton drama Taiwan yang ditayangin di TV tiap Sabtu n Minggu- *sapa yang nyuruh loe promosi????* juga terinspirasi dari lagunya Long Shot Party yang Distance…trus juga terinspirasi dari fic-nya Raven-sama yang judulnya Some Necklases, Some Promises… sumpah… bagus banget, senpai….saia terharu bacanya….

Summary : I'll go the distance…

Rate : T

Warning : AU. POV yang berubah-ubah terus, jadi harap teliti. OOCness yang amat sangat sekali. ^^ . Untuk warning-warning lain coba cari tahu dengan baca ini fic… ahaha~

Pairing : Uchiha Sasuke and Uzumaki Naruto. YAOI never ends!!! *two thumbs up* XDD

Inspired by : judul-judul lagunya Something About Lola dan salah satu drama Taiwan yang tadi saia sebutin di atas…nyohohoho… trus jangan lupa juga ama fic-nya Raven-sama…^^

-

-

-

_Seiba Asuka's Present_

_The Best Part of This Life is Him_

_The Last Chapter_

-

-

-

Keterangan :

*Italic* = normal's POV

-

-

-

Rencanaku sukses besar. Oto sama sekali tidak bisa mencederai tim-ku lagi karena aku berkeliaran. Aku bisa melihat Temari tersenyum puas dari pinggir lapangan, sementara Asuma, pelatih Oto, mengunyah permen karetnya dengan cepat, mengamati pergerakan tim-nya yang sama sekali jauh di luar perkiraan. Tanpa trik curang mereka, tim Oto hanyalah tim biasa yang kemampuannya tidak lebih dari tim kami.

Walaupun lelah, aku masih bisa tersenyum melihat itu. Skor tidak terpaut jauh lagi sekarang. Lima puluh tiga lawan lima puluh untuk tim Oto. Memang mereka masih unggul, tapi ketinggalan tiga poin bukan hal besar. Skor yang tadinya terpaut dua puluh poin lebih saja bisa kami kejar dengan mudah, apalagi hanya terpaut tiga poin.

"Tumben kau main bagus!" puji Kiba sambil menepuk-nepuk pundakku setelah aku berhasil mengalihkan perhatian Sasori agar Kiba bisa mencetak skor dengan mudah. Lima puluh dua lawan lima puluh tiga sekarang.

Aku membusungkan dadaku dengan bangga. Dan nyengir ke arahnya. Aku merasakan punggungku ditepuk pelan. Aku menoleh, Teme tersenyum ke arahku sambil berlari menghampiri Sai. Aku membalas senyuman itu.

"Apa yang terjadi dengan tim Oto?" Lee berkomentar, tidak lagi duduk di kursi yang disediakan melainkan sudah berdiri dan berbicara dengan menggebu-gebu. "Mereka yang semula memimpin pertandingan bisa disusul dengan mudah! Apakah memang Konoha, dengan Prince Uchiha-nya, sangat kuat sehingga membuat Oto tak sanggup berkutik seperti sedia kala???"

P-prince Uchiha?????

Aku, Kiba dan Sai bertukar pandang jijik dan pura-pura muntah mendengar itu sementara Sasuke menunduk dan menggeleng-gelengkan kepala ayamnya, putus asa mendengar komentar Lee.

"Kyaaaaaaa!!! Sasuke!!!!!!"

Teriakan-teriakan alay para fan girls pun membahana. Aku mendengus. Kenapa bukan aku yang dielu-elukan sebagai Prince Uzumaki sih??

Peluit wasit menyadarkanku dari lamunan. Neji sudah mulai mendrible bolanya lagi. Berusaha melewati penjagaan Sasori. Aku langsung berlari menghampiri Neji dan mengalihkan perhatian Sasori. Aku berhasil lagi. Neji bisa menembus pertahanan mereka dengan mudah, rambut panjangnya berkibar di belakangnya selagi dia berlari membawa bola.

"Ya… Neji menggiring bola dengan sangat cantik!" Lee mulai berkoar. "Tapi Tobi menghadangnya! Ia berpikir cepat dan mengoper bolanya ke Prince Uchiha!!!"

Teme.

Aku langsung membebaskan diri dari penjagaan Sasori dan berlari ke arah Teme. Sial! Kali ini tidak sempat lagi! Kankurou itu sudah di depannya… sial. Sial. Sial. Kenapa Teme itu selalu merepotkan dengan berada di luar daerah pengawasanku sih???

Aku berlari sekuat tenaga, tapi terlambat, Hidan sudah berada di depannya. Aku tak akan bisa membebaskannya. Aku sudah nyaris putus asa ketika kulihat Teme membalikkan badannya memunggi Hidan. Dan tak sengaja mata kami bertemu.

"Naruto…" aku bisa melihat bibirnya bergerak tanpa suara mengucapkan namaku, kemudian di detik berikutnya, ia mengoper bolanya padaku. Spontan, aku menangkapnya. Tapi itu membuatku bergeming di tempat.

"Prince Uchiha mengoper bolanya ke Naruto!! Tapi Naruto malah bergeming di tempat! Apa yang akan dilakukan bocah pirang itu??"

Seruan Lee membuyarkan lamunanku. Teme memberikan bolanya kepadaku. Benar-benar bodoh kalau aku menyia-nyiakannya. Aku langsung maju dan mendrible bolanya, berkelit dari Kankurou yang menghadangku. Yang kulihat hanya satu, Teme yang sedang menungguku di bawah ring, dan tugasku hanya medekatinya.

"Wow! Ternyata selain Prince Uchiha dan Anjing Liar, Konoha juga punya senjata rahasia seperti si Bocah Pirang! Gerakannya benar-benar luar biasa. Ia sudah bisa melewati semua pemain Oto!" Lee mengomentari dengan seru, berdiri di atas meja di hadapannya. "Yang perlu dia lakukan sekarang hanya melakukan shoot untuk membalikkan keadaan!!!"

Teme tersenyum dingin. Aku mengacungkan jari tengahku ke arahnya sebelum melompat dan bersiap melakukan dunk.

"Jangan harap kau bisa membalikkan keadaan." Entah sejak kapan Pein sudah berada di hadapanku, menghalangiku melakukan dunk yang tinggal selangkah lagi. Aku terlalu kaget untuk bisa menghindar. Tangan Pein sudah berada di bola yang sedang kugenggam, aku tak bisa mempertahankannya.

"Dobe."

Aku menoleh, Teme sudah menyusul melompatku, kali ini gantian Pein yang kaget. Teme meletakkan tangannya di atas tanganku yang masih memegang bola, mendorongnya bersamaku, membuat Pein terjatuh karena dorongan yang diberikan kami berdua, dan dengan sukses, kami melakukan dunk yang membuat ring bergetar.

Priiiiiitttt!!!!!

Peluit tanda pertandingan berakhir berbunyi. Aku dan Teme masih berdiri terengah di bawah ring. Saling menatap satu sama lain dan tersenyum puas.

"Pertandingan selesai!!!" seru Lee, keringat membasahi kemejanya, padahal dia sama sekali tidak bertanding, hanya berteriak-teriak sok heboh dari pinggir lapangan. "Skor lima puluh empat lawan lima puluh tiga untuk Konoha! Dan itu membuat Konoha menjadi juara daerah tahun ini!!!!"

Aku langsung bersorak dan memeluk Teme begitu mendengar kata-kata Lee. Ia benar. Kami juaranya tahun ini. Kami menang!!!

"Dobe, lepaskan, kau membuatku sesak napas," kata Teme sambil terbatuk-batuk pelan. Aku melepaskan diriku darinya, masih nyengir lebar dan tangan masih melingkari leher pucatnya.

"Kita menang, Teme!!" seruku heboh.

Teme menyingkirkan tanganku dari lehernya, tersenyum geli dan mengusap lembut kepalaku sekilas sebelum berlari menghampiri Kiba, Sai dan Neji yang sudah berjoget-joget alay di tengah lapangan, mengejek tim Oto yang berwajah memendam amarah tapi putus asa.

Aku tertawa geli melihat tarian tidak mutu yang sedang diperagakan Kiba, Sai dan Neji, dan aku tambah geli ketika Temari dan Teme ikut bergabung. Aku menggelengkan kepalaku dan langsung masuk ke formasi. Ini kemenangan pertama kami. Dan aku yang mencetak angka terakhir, bersama Teme.

-

[Sasuke's POV]

Euforia kemenangan itu masih terbawa sampai ke ruang ganti. Dobe dan Kiba tak hentinya menyanyikan lagu Distance-nya Long Shot Party dengan suara fals sambil berangkulan tak jelas. Aku hanya bisa memandang kelakuan gila mereka dengan tawa geli, tak mau ambil bagian.

Aku membereskan barang-barangku dan memasukkannya ke dalam tas olahragaku. Enam bulan. Enam bulan yang kulalui di Konoha benar-benar saat terbaik dalam hidupku. Aku tak percaya aku akan pergi memenuhi perintah ayah sialan itu…

"Sasuke," panggil Temari pelan, duduk di hadapanku, masih memandangi tingkah anak didiknya yang memalukan luar biasa.

"Hn?" tanggapku, memasukkan sepatu basketku yang mungkin tidak akan kupakai lagi ke dalam tas.

"Kau yakin?" tanya Temari, menatapku dengan ekspresi sedih. "Kau yakin akan pergi? Bahkan tanpa pamit kepada yang lain?"

Aku menatap Temari. Dobe, Kiba, Neji dan Sai terlalu sibuk menyanyi sehingga tidak memperhatikan percakapan antara aku dan Temari. "Ya," jawabku, tegas.

Temari menggigit bibir bawahnya. "Bahkan pada… Naruto?"

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Dobe, yang sedang memutar-mutar handuknya di udara sambil tertawa-tawa. Aku tersenyum melihat itu. "Dia akan baik-baik saja. Dia tak perlu tahu aku pergi."

"Tapi masalahnya ayahmu mengirimmu ke Italia, Sasuke. Negara yang sangat jauh dari Jepang." Mata Temari sudah mulai tergenang air mata.

Aku kembali mengemasi barang-barangku. "Hal terakhir yang ingin kulihat ketika meninggalkan Jepang adalah senyumnya, Temari. Bukan air matanya."

Temari terdiam dan menunduk. Ia menghapus air matanya, lalu kembali mendongak menatapku. "Kalau memang itu yang kau inginkan." Ia bangkit dari duduknya, memberiku rangkulan sekilas ala pelatih dan berkata, "Sayonara."

"Hn."

-

Ketika aku sudah selesai membereskan barang-barangku, aku memandang ke arah teman-teman setimku yang lain. Mereka masih menggila, dengan Temari yang ikut bergabung. Betapa pintarnya dia menyembunyikan perasaannya. Aku tersenyum sekilas, dan diam-diam menyelinap keluar dari ruang ganti. Tak ada yang perlu tahu ayahku mengirimku ke Italia. Temari akan mengatakan kalau aku sudah bosan dengan tim bodoh ini sehingga aku pindah. Lalu mereka akan membenciku, termasuk Dobe yang pasti akan langsung mengumpat, dan tak ada yang perlu disesali.

Aku berjalan pelan di koridor kampus. Seharusnya aku tak perlu merasa sedih kan? Seharusnya aku tak perlu merasa sangat menyesal meninggalkan kampus kecil seperti ini kan? Aku akan pergi ke Itali, negara tanpa basketnya, dan memulai hidup baru. Tapi kenapa aku merasa sedih dan menyesal begini?

"Teme!!!!"

Aku menoleh. Dobe, berlari-lari ke arahku, masih dengan handuk kecil berwarna biru yang terkalung di lehernya. Aku diam, menunggunya menghampiriku.

Dan…

Bugg!

Sebuah tinju mendarat di pipiku. Aku ternganga. "Apa…"

"Ini," kata Dobe cuek sambil menyodorkan handuk biru itu. Sedetik kemudian aku baru sadar kalau itu handuk yang kupinjamkan padanya berbulan-bulan yang lalu.

Aku menerima handuk itu, masih tak mengerti apa maksud Dobe meninjuku.

"Kau harap kau bisa kabur dariku, hah??" tanya Dobe.

Aku mengangkat sebelah alisku. "Apa maksudmu?"

"Kau pergi ke Itali. Dan sekarang kau berniat tidak mengucapkan apapun padaku sebelum kau pergi? Malah menyuruh Temari mengatakan kebohongan kalau kau pergi gara-gara bosan dengan tim ini?? Dasar Teme," kata Dobe, ada sedikit kemarahan dalam suaranya.

"Eh…"

Dan tiba-tiba ekspresi marah di wajah tan itu lenyap seketika, digantikan oleh seraut wajah sedih yang benar-benar tak ingin kulihat saat ini. "Menurutmu apa yang bisa kulakukan tanpamu?"

Cih. Sial. Aku benar-benar tidak menyukai situasi seperti ini. "Dobe," akhirnya aku bicara. "Kau tak perlu menungguku. Aku tak yakin aku akan kembali ke Jepang. Aku ingin kau tetap bersemangat seperti biasanya."

"Berjanjilah padaku kau akan kembali, Teme," pintanya.

Aku menggeleng. "Aku tidak bisa berjanji."

Naruto yang semula sama sekali tidak bisa tersenyum langsung memperlihatkan senyumnya yang biasa, ala gigi pepsodent. "Baiklah, aku akan bersemangat seperti biasanya, dan,Teme, tetap belajar basket yang benar di sana. Kalau pulang, ajari aku lagi."

Aku mengangguk. "Tenang saja, Dobe," kataku, senang melihatnya ceria lagi. "Tapi, hilangkan dulu sifat bodohmu itu sebelumnya, baru aku mau mengajarimu lagi."

"Teme!" serunya dan memukul bahuku, tapi dengan senyum kali ini. Aku hanya tertawa geli melihat sikapnya.

Aku membungkuk sedikit dan menempelkan dahiku ke dahinya yang tertutup poni pirangnya. "Tapi, justru sikap bodohmu itu yang aku suka," kataku.

Aku bisa melihat wajahnya yang begitu dekat denganku itu bersemu merah.

"Teme," ejeknya lagi.

Aku mengecup dahinya sekilas dan menatap mata birunya. "Ini," kataku sambil menyodorkan sebuah kalung yang memiliki bandul berbentuk sekop terbalik, di atasnya terukir inisial namaku. Kalung yang entah kenapa sudah kupersiapkan sejak ayahku menyuruhku pindah ke Itali. "Buatmu, jangan lupakan aku."

"Eh?" Naruto menerima kalung itu dengan ekspresi bodohnya. "Kalau aku mendapat kalung ini... bagaimana kau bisa mengingat aku?"

"Aku sudah mempersiapkan segalanya, Dobe," kataku mengejeknya. Aku mengeluarkan sebuah kalung lain yang sama persis, kecuali inisial yang terukir di atasnya, kali ini terukir nama Naruto. "Aku akan mengingatmu dengan ini."

"Pintar juga kau, Teme," katanya, setengah pujian, setengah ejekan.

Aku mendengus geli, memandangnya memakai kalung yang kuberikan. "Jaga Sakura baik-baik, Dobe," pesanku untuk yang terakhir kali.

"Tenang saja.... serahkan padaku. Hati-hati, Teme."

Aku tersenyum. Mungkin...ini memang saat yang tepat. Aku membungkuk lagi, mencium bibirnya kali ini. Dobe agak terperangah, tapi ia diam saja, seperti biasa, menungguku menyelesaikannya.

"Maaf," kataku setelah aku menjauhkan diri darinya. "Tapi... kalau tidak sekarang mungkin aku tidak bisa melakukannya lagi."

"Apa maksudmu???" tanya Dobe bingung.

"Aku mencintaimu."

Sunyi.

Sunyi.

Sunyi.

"APAAAAA?????!" seru Dobe.

Aku hanya tersenyum geli, membalikkan tubuhku dan melangkah pergi meninggalkan kampus. Aku tak perlu tahu apa yang dirasakannya padaku sekarang. Pastinya yang dilakukannya sekarang hanya berdiri cengok di tengah koridor.

"AKU JUGA TEME!!!!!"

Seruan keras yang benar-benar bodoh membuatku menoleh. Ia tersenyum lebar dan mengacungkan jari tengahnya ke arahku. Aku menggelengkan kepalaku dengan geli, membalas perbuatannya dan langsung berbalik pergi. Tunggu aku, Dobe.

-

-

-

[Naruto's POV]

-tiga tahun kemudian-

"Uzumaki Naruto berlari menembus pertahanan lawan! Tampaknya ia akan melakukan dunk legendarisnya!" Lee berseru dari mikrofon yang sudah basah terkena ludahnya selagi dia mengomentari pertandingan. "Dia bisa melewati semua pemain lawan! Dan inilah… dunk dari Prince Uzumaki!!!"

Aku melompat, menghindari satu-satunya anggota tim lawan yang masih tersisa. Sial, aku tak akan sempat melakukan dunk. Orang ini membayang-bayangiku terus.

Aku mencoba mencari cara, tapi sia-sia. Yah… sekali-kali gagal dunk juga tak masalah.

Aku mengerling ke bangku penonton, dan…

Dia ada di sana. Dengan senyum stoic-nya yang biasa dan tatapan mencemooh yang luar biasa menyebalkan. Tapi aku merindukannya. "Dobe." Aku bisa melihat bibirnya bergerak mengucapkan kata itu.

Dan aku tersenyum. Aku tak akan kalah di depannya. Dengan sekuat tenaga, aku mendorong bolanya ke ring, membuat lawanku terjatuh.

"Dunk yang luar biassssa sekali!!! Prince Uzumaki kembali membawa Konoha ke kejuaraan daerah!!!"

Aku mendarat dengan sempurna di bawah ring dan menatap ke tribun sekali lagi, memastikan itu benar-benar dia…

"Teme…" gumamku.

Dia kembali.

_Fin­­_

-

-

-

You are my friend

Aah, you haven't forgotten the dream we had that day, right?

You are my dream

Aah, your one longest way was just starting;

Oh, it's time to get moving!

Everyday ahead of us is a shining day

Singin' the shining, never changing morning's smile

This is goodbye to those funny days

Flying out to the future, aiming to go far, the dream of my spirit!

I'll go the distance!

That sky you can't see the end of is blue

Embarking on a star ship

This is the best forever trip

You are my friend

Aah, you haven't forgotten the dream we had that day, right?

You are my dream

Aah, your one longest way was just starting;

Oh, it's time to get moving!

Thank you my friend

Aah, even now, you haven't forgotten what happened that day, right?

You are my dream

Aah, right, those days won't come back again

Oh, I'll go the distance

I can't hide behind this huge lie i told

I'll take in the truth; this is my final trip

The game I keep losing

From here on out my one dream has begun

You are my friend

Aah, you haven't forgotten the dream we had that day, right?

You are my dream

Aah, your one longest way was just starting;

Oh, it's time to get moving!

Thank you my friend

Aah, even now, you haven't forgotten what happened that day, right?

You are my dream

Aah, right, those days won't come back again

It has already started moving into tomorrow, the Flame of my heart that won't extinguish

So, I'll go the distance!

-

-

-

Selalu nggak tahan buat nyelipin lagu di fic^^

Apalagi lagu ini…khukhukhu…XD trus belum lagi pas liat videonya… langsung fujoshi mode ON!!!

Sadar nggak, begitu tim Konoha menang? Sasukelah yang pertama kali dipeluk Naruto? (referensi ketika Tim Guntur menang, Tung Fangxiang-lah yang pertama kali dipeluk Yuen Tayi) X3

Pengennya angsty-angstyan di chapter ini… tapi ternyata nggak bisa… nyehehehe…

Dan sankyu beudt buat Nae Rossi, Yoshizawa Sayuri, Alluka Niero, Chiaki Megumi, Nazuki Rinchan, Kurukaemo, Mendy LovelyLucifer, dan para author-author lainnya yang senantiasa memberi masukan-masukan dan semangat pada saia, baik lewat review, facebook, atau SMS… gyahahahahaha. XD

Kayaknya saia tahu siapa itu Copycat Baby. X3

Mind to review?^^