Title: Friends, Family, and Love
Disclaimer: P3, P4, dan Raidou Kuzunoha beserta Gouto-nya itu punya ATLUS. Suzuka, Kuga, Rin, Karin, dan Itaki itu punya saya. Paham? *shot*
A/N: Jrengg... maaf saya hiatus lagi gak bilang-bilang DX *plakk* gak tau juga deh, akhir-akhir ini saya jadi males ngapdet fic D: *padahal baru beberapa hari yang lalu ngapdet fic P3&P4 Shows* yaudah deh, enjoy! -dibuang-
Yasogami High School, 07.30 AM
Souji dan Karin berlari-lari menuju gedung olahraga sekolah mereka yang kini sudah tidak jelas bentuknya. Orang-orang sudah berkerumun dan berdesak-desakan, memperebutkan tempat yang pas untuk melihat reruntuhan(?) gudang tersebut.
"Wah, keadaannya benar-benar parah," gumam Karin sesampainya mereka di depan gedung tersebut. Souji mengangguk, mengiyakan pendapat adiknya itu.
"Tidak ada yang terluka, 'kan, dari insiden ini?" Souji menoleh ke arah ketua kelasnya yang secara kebetulan berada di sebelahnya, yang sayangnya menggelengkan kepalanya. "Ap—si-siapa?!"
"Hei, hei, Souji, tenang dulu. Kau tau, sebetulnya—menurut laporan tim forensik(?)—bom yang diletakkan di sini mempunyai kekuatan untuk meledakkan seisi sekolah." Hotori mengelus-elus jenggot—author langsung digampar keras-keras—maksudnya mengangkat kacamatanya. Souji berkedip dua kali, menunjukkan bahwa ia heran mengapa seisi sekolah itu bisa nggak hancur. (nyumpahin nih ceritanya)
"Lalu, bagaimana bisa...?" Souji terheran-heran mendengar kalimat dari Hotori, begitu juga dengan Karin yang berdiri di sebelahnya.
"Berterima kasihlah pada Kou—dia menemukan bom itu ketika hendak meletakkan bola basket sehabis ekskul. Ia berusaha menjinakkan bom itu, tapi karena waktunya tidak cukup, ia hanya mengurangi radius ledakannya saja. Tepat 10 detik sebelum bomnya meledak, ia selesai dengan penjinakannya itu. Dia beruntung karena sempat lari, hanya saja ia mendapat luka di tangannya." Souji mangap. Kou? Menjinakkan bom? Baru tau...
"Jadi, sekarang di mana Kou-senpai?" tanya Karin. Hotori menggaruk-garuk kepalanya.
"Itulah masalahnya. Sejak dia diberi pengobatan di tangannya kemarin, belum ada orang yang melihatnya lagi. Daisuke sudah berkali-kali menelepon ke rumahnya, tapi semua yang mengangkat bilang bahwa dia tidak kelihatan dari kemarin. Ditelpon ke hape-nya pun, tidak aktif." Karin dan Souji berpandangan. Firasat buruk mulai merasuki benak mereka. Apa yang terjadi pada Kou?
"Psst, Karin..." Souji memberi kode kepada adiknya itu untuk segera ikut dia ke kelasnya. Karin yang memahami kode tersebut menganggukkan kepalanya dan menarik diri dari kerumunan orang-orang yang berdesakan di sana, mengikuti kakaknya yang entah sejak kapan sudah keluar dari orang-orang yang menyemut di situ.
-----------------
"Jadi... Kou Ichijo—siswa yang secara kebetulan dan secara ajaib menyusutkan radius dari ledakan yang ditimbulkan bom itu... menghilang?" Rin membuka pembicaraan mereka setelah Souji dan Karin menjelaskan semua yang merka ketahui. Rin menyandarkan dirinya ke senderan kursi yang tengah didudukinya, memegangi dahinya sambil geleng-geleng kepala. "Entah apa lagi yang direncanakan oleh mereka..."
"Kalian ada pikiran di mana kira-kira Kou berada sekarang?" Souji menatap semua teman-temannya satu-persatu. Semua ada di sana. Naoto berdiri dari kursinya, menatap lurus ke arah senpainya itu dengan mata biru miliknya.
"Senpai... tanpa bertanya pun, kau sudah punya tebakan dimana kira-kira Ichijo-senpai berada, bukan?" Souji yang ditanya hanya memandang ke bawah.
Rin membelalakkan matanya. "Jangan bilang kalau..." Rise mengernyit, tanda ia tidak memahami semua ini.
"Dimana, senpai? Dimana kira-kira—"
"...TV..." Yosuke berbisik pelan. Semua pandangan tertuju padanya yang sekarang tengah bertopang dagu, memasang wajah serius yang tidak pernah teman-temannya lihat sebelumnya—atau setidaknya, itu kata Chie. (lah? Udah baikan bu?)
"Apa? Apa katamu tadi, senpai?"
"Mayonaka TV... ya kan?" Yosuke menatap Souji, Naoto, dan Rin. Ketiganya mengangguk.
"Hanya disitu kemungkinan paling besar ia dibawa... sebab menurut Hotori, keluarganya sudah menelepon berkali-kali ke HP-nya dan ia tidak menjawab—atau mungkin lebih tepatnya, nomornya tidak bisa dihubungi. Seakan-akan HP-nya dinonaktifkan atau tidak ada sinyal..."
"A-ayolah! Serius aja deh! Barangkali HP-nya abis batere makanya tidak bisa dihubungi! Sepanjang bukan di Mayonaka TV, dimana saja tidak masalah..." Chie merengut, menunjukkan bahwa ia tidak ingin masuk lagi ke Mayonaka TV semenjak insiden terakhir dengan Kuga—yang sepertinya merupakan happy ending(?) bagi Yukiko. Rin membisikkan sesuatu dengan sangat pelan, namun masih cukup nyaring bagi Yukiko untuk menangkapnya, walau pun tidak terdengar jelas apa yang dikatakannya.
"Hm? Rin-kun, kau bilang apa tadi?" Yukiko mendekati remaja bishounen yang statusnya masih belum jelas, pacarnya atau bukan. Kayaknya 'sih iya.
"Ah, tidak... tidak ada apa-apa..." sahutnya tanpa menoleh, seakan masih memikirkan sesuatu. Yosuke mengernyit.
"Apa pun yang kau pikirkan sekarang, sepanjang masih ada hubungannya dengan semua ini, sebisa mungkin tolong diberitahukan pada kami. Siapa tahu itu adalah suatu informasi penting." Yosuke berkata dengan serius sambil menatap mata hijau milik Rin.
"Tidak, bukan maksudku untuk menyembunyikannya, tapi... mungkin ada baiknya kalau hal ini kuberitahukan nanti bersama dengan S.E.E.S.—dan Teddie, bagaimana?" ia menoleh ke arah Souji yang tampaknya kaget karena baru kali itu Rin memandangnya seperti itu. "Atau harus kuberitahukan sekarang, Seta-sama?"
"Seta-sama?" semuanya cengok mendengar panggilan Rin ke Souji. Souji berdeham pelan, menyadarkan teman-temannya yang pada cengok ria, sementara Rin kayaknya nggak nyadar.
"Mungkin nanti saja... jadi bisa dibahas bersama-sama," kata Souji. Yang lain mengangguk. "Sekarang, kurasa kita sebaiknya bubar dulu."
Atas perintah dari Seta-sama—author langsung digorok oleh Souji—maka mereka pun membubarkan diri mereka, kembali ke kelas masing-masing
-----------------
Amagi Inn, 03.15 PM
Semua sudah berkumpul di sana, dan Souji juga sudah menceritakan tentang kasus baru yang muncul di sekolah mereka, yang kemungkinan besar berhubungan dengan Suzuka cs. Tinggal Rin yang tetap bungkam. Mitsuru menopang dagunya, berpikir.
"Kami mengerti," katanya. "Mungkin kita harus masuk ke Mayonaka TV lagi hari ini, untuk mencari informasi lebih lanjut." Yang lain mengangguk setuju. Yosuke menoleh ke arah Rin, yang masih tetap diam semenjak pulang sekolah tadi.
"Jadi, apa yang mengganggu pikiranmu? Kau bilang kau akan memberitahukannya kepada kami bila semua sudah berkumpul?" ia melipat tangannya di depan dada, menunggu jawaban dari pemuda berambut pirang tersebut. Rin menggigit bibir bawahnya, seakan tidak enak untuk mengatakannya.
"Hoi, cantik! Jadi, apa yang mau kau katakan?" kata Junpei ga sopan. Yukari menginjak kakinya. "IYY—" mulutnya sudah dibungkam duluan sama Akihiko.
Rin mengangkat wajahnya, kemudian menatap Naoto. "Sebelumnya, aku mau minta maaf padamu karena mengungkit-ungkit masalah 'itu' lagi..."
"Masalah 'itu'?" Naoto menatapnya balik dengan bingung. Namun itu tidak memakan waktu untuknya supaya ia mengerti. "Oh... onii-chan." Rin mengangguk.
"Memangnya kenapa dengan kasus Minato-san?" Aigis menatapnya bingung. Rin menghela nafas.
"Begini... maaf ya, Shirogane-san, tapi dia... ditabrak lari, 'kan?" Naoto mengangguk. "Kurasa... itu bukan tabrak lari biasa, melainkan..." Rin terhenti, tampak mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan hal itu. "...sebuah kesengajaan yang dilakukan si Kuga sialan nan brengsek itu."
Semua membelalakkan matanya. Mitsuru berdeham keras. "Bagaimana kau bisa berfikir begitu? Bisa kau tolong jelaskan?"
"Cobalah ingat bahwa dalam kasus itu, sesuai dengan yang tertulis di koran atau yang diberitahukan di televisi bahwa menurut keterangan saksi, 'truk melaju dengan kencang ke arah zebra cross'. Itu artinya, hal itu adalah sebuah kesengajaan, dan kecepatan ditambah ketika truk sudah hampir mencapai zebra cross." Yang lain mengangguk mengerti, sambil mencoba mengingat-ingat tentang hal itu. "Dan juga... mungkin targetnya sejak awal memang Arisato-san dan bukan Shirogane-san, atau mungkin malah keduanya. Tapi..." Rin terhenti lagi. Junpei yang kehilangan kesabaran, tanpa pikir panjang langsung menarik kerah seragam Yasogami di tubuh Rin, yang kemudian dengan mudahnya ia angkat.
"Kau terlalu bertele-tele! Tidak bisakah kau jelaskan semuanya dengan cepat?! Dasar lelet!" Junpei membentak, emosinya meluap. "Kau tau bahwa aku tidak ingin mengungkit-ungkit kasus itu lagi, kan?!" Rin terdiam. Yang lain baru saja beranjak untuk menghentikan keberingasan Junpei, ketika sebuah suara dari Persona-user paling muda di ruangan itu menggelegar.
"Cukup, Junpei-san! Turunkan Ninomiya-san SEKARANG JUGA!" Ken membentak Junpei yang berada di hadapannya, membuatnya tersentak karena tidak menyangka seorang Ken Amada berani membentaknya yang lebih tua seperti itu. "Aku mengerti mengapa Ninomiya-san tidak bisa menjelaskan hal ini lebih lanjut, maka izinkan aku yang menjelaskan selanjutnya!" matanya menatap Junpei tajam.
Junpei menurunkan Rin dengan kasar, kemudian berpaling ke arah Ken. "Kau, berani-beraninya membentakku yang lebih tua darimu!" Junpei mengarahkan tinjunya ke arah Ken namun tangan itu ditangkapnya dengan mudah. Ia kemudian berbalik, dan membanting Junpei ke lantai di hadapannya. Semuanya hanya bisa menganga menyaksikan adegan mengejutkan itu.
"Tak bisakah kau menghargai orang sedikit, Junpei-san?! Aku juga tidak ingin mengungkit-ungkit tentang apa yang terjadi kepada Minato-san lagi kalau bisa, tapi bila hal itu berhubungan dengan semuanya bagaimana?!" Ken membentak lagi, membuat Junpei semakin terkejut. "Sekarang diam dan dengarkan penjelasanku!"
"Ta-tapi—" kata-kata Junpei terpotong oleh Ken yang menatap tajam ke arahnya.
"Diam. Di. Kursimu. Dan. Dengarkan. Aku." Ken menekankan kalimatnya, menandakan bahwa ia sudah tidak sabar lagi menghadapi Junpei. Junpei sendiri langsung duduk secara refleks, dan menatap lekat-lekat Persona-user termuda yang tadi baru saja membanting tubuhnya yang dua kali lipat besarnya dari dia dengan mudahnya.
"Benarkah dia ini Ken yang dulu...?"
Ken berdeham keras, meminta perhatian semua Persona-user yang ada di ruangan itu yang tadinya pada melongo ria.
"Seperti yang Ninomiya-san katakan tadi, kemungkinan targetnya memang Minato-san atau ia berdua dengan Naoto-san. Namun, alasan yang ia gunakan sehingga ia mencelakakan Minato-san bukanlah karena ia Persona-user atau penghalang baginya dalam melakukan misi mereka. Mungkin memang itu sebagian alasannya melakukan hal itu, tapi masih ada alasan lain dibalik itu." Ia menatap semua yang ada di ruangan itu.
"Yaitu...?" Yukiko bertanya pelan.
"Balas dendam. Ingatkah kalian ketika Ninomiya-san menebas wajahnya, ia berkata bahwa ia akan membalasnya?" merasa paham, Souji membelalakkan matanya.
"Maksudmu, dia...?!"
"Ya. Mungkin ia berencana untuk membalas dendam kepada Ninomiya-san dengan cara mencelakakan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dan alasan itulah yang membuat Ninomiya-san merasa berat untuk mengatakannya..." Ken menatap Rin yang merunduk di sebelah Yukiko dan Kanji.
"Maaf..." bisiknya lirih. Fuuka menggelengkan kepalanya.
"Tidak apa-apa, Rin-kun. Aku mengerti, pasti berat mengatakannya." Teddie menepuk punggung Rin keras-keras, membuat pemuda itu mengaduh pelan.
"Iya, semangat!! Kayak Teddie!!" kata Teddie PD berat. Yang lain terkekeh mendengarnya.
Junpei berdiri, kemudian mendekati Rin. Ia menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya yang botak.
"Umm, soal tadi, maaf ya..." katanya. Rin tersenyum tipis, tidak jelas ikhlas atau nggak. Ia mengangguk perlahan.
Tiba-tiba Ken berdeham (lagi).
"Ngomong-ngomong, kita jadi nggak 'nih, ke Mayonaka TV?" tanyanya menyadarkan yang lain, yang kayaknya udah pada lupa. Souji terkekeh sambil nepok jidat.
"Jadi, jadi..."
-----------------
~Mayonaka TV~
"So, here we are."
Naoto menggumam pendek setelah mereka tiba di dalam Mayonaka TV. Mereka berkumpul di entrance seperti biasa.
Entah takdir atau bukan, Teddie, Rise, dan Fuuka merasakan (yang satu mencium) adanya keberadaan manusia lain selain mereka di sini.
"Senpai, sepertinya Kou-senpai memang ada di sini..." Rise meletakkan kedua tangannya di depan dadanya, mencoba mendeteksi secara lebih detail lagi tentang dimana Kou berada sekarang. Fuuka mengangguk, tanda bahwa ia sependapat dengan gadis idola itu.
"Kau benar, Rise-chan... di sini ada aura seseorang... tidak, beberapa orang." Teddie berjalan mengelilingi entrance, mengendus-endus.
"Sense punya Teddie memang nggak sekuat punya Rise-chan dan Fuuka-chan, tapi Teddie juga bisa mencium adanya orang di sini," katanya. Souji tampak berpikir, matanya berputar mengawasi daerah tempat mereka berdiri sekarang ini.
"Berarti benar, bahwa Kou dibawa ke sini..." gumamnya pelan. Rise kemudian berlari ke satu arah.
"Senpai, sepertinya Kou-senpai ada di ujung jalan ini... bagaimana kalau kita ke sana?" tanya Rise sambil menunjuk ke arah timur mereka. Souji mengangguk.
"Ayo. Sebaiknya kita tidak membuang banyak waktu."
-----------------
Sudah dua jam mereka berjalan di tempat itu, namun tidak satu pun Shadow atau hal lain yang mereka temui di sana. Jalan itu hampa dan sepi. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar menggema berkali-kali, menunjukkan bahwa mereka hanya sendirian di sana.
"Sepertinya di ujung jalan itu, senpai..." Rise memecahkan keheningan yang telah berlarut sejak lama, menunjuk sebuah titik cahaya yang terletak tepat di ujung jalan yang teramat lurus itu, disambut oleh anggukan pelan dari Souji dan yang lainnya. Mereka terus berjalan hingga mencapai titik dimana cahaya itu berasal.
Di depan mereka, kini terlihat dua orang wanita yang tengah berhadapan, membentak satu sama lain.
Salah satu dari mereka adalah Itaki—dokter yang berada di rumah sakit di hari Minato mendapatkan kecelakaan yang mengerikan itu. Ia menggenggam erat sebuah schyte yang berukuran cukup besar, seakan-akan hendak mencabut nyawa gadis yang terlihat jauh lebih muda di hadapannya.
Adalah seorang gadis berambut ungu violet panjang sepunggung, dengan bando putih berhiaskan kupu-kupu hitam dan dua potong pita hitam kecil di atas telinganya, mengenakan gaun berwarna hitam panjang sepaha berhiaskan pita berwarna putih yang melingkar di pinggangnya. Menggenggam sebuah bowgun yang seakan siap menusuk nyawa wanita di hadapannya.
Para Persona-user yang yang menyaksikan mereka berdua kemudian menyadari, bahwa ada sebuah siluet berambut biru di belakang gadis berambut ungu tersebut, terikat dan dikurung oleh benteng yang terdiri dari shadow-shadow yang besarnya mencapai tiga kali lipat dari shadow biasa.
Siluet itu—Kou Ichijo.
"Menjauh dari pemuda itu, bodoh! Sampai kapan kau mau melakukan hal gila ini, hah?!" Itaki membentak gadis kecil di hadapannya, namun orang yang bersangkutan hanya menatapnya tajam.
"Baka omae! Ini bukan urusanmu, dasar wanita sombong!" balasnya dongkol.
Rin berdecak kesal melihat gadis yang ada di hadapan Itaki.
"Suzuka," bisiknya jengkel.
"Hah? Dia, gadis kecil itu SUZUKA?" kata Junpei tidak percaya, matanya memandang Rin dan Suzuka silih berganti.
Suzuka menyadari keberadaan mereka (Itaki juga) dan kemudian tersenyum licik.
"Jangan ganggu kesenanganku!" teriaknya sembari menembakkan anak panah di bowgun-nya ke arah detektif wanita berambut biru yang bisa ia lihat dengan jelas dari tempatnya berdiri. Naoto terpaku, tidak bisa berkata apa pun.
"Naoto!!" teriak Souji, mencoba menyadarkan gadis itu supaya setidaknya menghindari serangan itu.
Bowgun itu terus melaju, bahkan bisa terlihat aura-aura aneh berwarna ungu mengitarinya. Itaki yang menyadari hal itu, langsung berbalik dan memanggil 'itu' dari dalam lautan hatinya.
"Aquatic Cat! Aques!!" Itaki meneriakkan nama spell yang terdengar asing di telinga para Persona-user, yang sedetik kemudian disambut oleh Persona berwujud kucing berwarna biru itu dengan serangan medium berelemen air ke arah panah itu. Panah tersebut terpatah menjadi dua, dan kemudian menghilang ditelan oleh kegelapan. Para Persona-user di belakangnya cengok.
"Ah, uh, ah, terima kasih..." Naoto masih berdiri mematung di tempatnya semula, hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutnya. Itakii mengangguk kecil, kemudian beralih ke gadis yang tengah berhadapan dengannya.
"Baiklah, Suzuka. Aku minta kau hentikan semua hal gila ini, di sini dan sekarang juga!" tegas Itaki, menatap tajam sekaligus pilu gadis yang ada di hadapannya. Suzuka hanya menggeleng dan tersenyum picik.
"Tidak mau. Terserah padaku mau melakukan apa," katanya ketus. Itaki sudah keliatan mau ngegiles gadis di hadapannya tipis-tipis.
"TURUTI KATA ONEE-CHAN MU INI, BAKA!!" teriak Itaki, desperate abis. Suzuka tertawa mengejek.
"Heh. Itu dulu kali. Sekarang aku sudah lebih dewasa yang kau kira," katanya.
"Umurmu 14 gitu jangan sombong!" seru Itaki gemes. Persona-user yang sedari tadi cuma nonton sekarang mangap.
"14?! Umur Suzuka 14?! Nggak heran sih, toh dia kecil gitu... tapi serius deh, mereka berdua KAKAK-ADIK, NIH?!" pikir Naoto pusing.
Itaki yang sudah kehabisan kesabaran, akhirnya mengarahkan schyte di tangannya ke arah Suzuka. "I'LL CHALLENGE YOU!!"
-----------------
Chapter super gaje... oye oye -digorok- nih ceritanya si Suzuka umurnya jadi 14 gini karena apa?? KARENA GAMBAR SUZUKA YANG SAYA BUAT KEIMUTAN HUHUHU -ditendang readers-
Gaje~ A/N aja sampe saya edit saking gajenya, huhuhu... kan yang tau bahwa Kuga nabrak Minato cuma Minato-nya sendiri doang~ detailnya juga nggak dikasih tau. Ken jadi garang! Mwahahahaha -ditabok- Nggak apa kan, toh Ken selalu nggak mencolok di fic saya yang lainnya. Junpei jadi agak keterlaluan, tapi biar deh. *plakk*
Anyhow, please don't forget to leave your review~! -digorok-