Abal Note: 'Beta-Ed by FBSN'

Terinspirasi dari Komik 'Love Comic Lesson' © ANAN Mayuki, 'Love in Trattoria' © WASHIO Mie dan 'Kicthen Princess' © Natsumi Ando & Miyuki Kobayasi. Gabungan antara ketiganya.

Spesial thanks for Kak Megu a.k.a Agen Megu yang telah meluangkan waktunya untuk memBeta Fict milik saya. 8) *hug''* *digaplok Kak Megu*

DiBeta itu ternyata menyenangkan!!! 8D Saya jadi tahu letak kesalahan saya dalam menulis Fict, ^__^

Jika ada yang berminat untuk memBetakan Fict, silahkan hubungi FBSN! Kami para Agen siap membantu Anda! =) *ceritanya promosi* *ditendang*

Warning: AU, OOC, GAJE, YAOI, Jangan nanya mengapa nama dan resep di Fic ini sama dengan resep di Komik Kicthen Princess! Karena Fic ini terinspirasi dari situ juga! Saya sebagai cowok mana tahu tentang masak-memasak! D8

Bagi yang tidak menyukai YAOI! Diharap tidak memaksakan diri untuk membaca! DONT LIKE, DONT READ!! OKey?! 8}

XxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxX

Naruto © Masashi Kishimoto.

Legenda Shinrigaku © Kiroikiru no Mikazuki Chizuka (My Dobe).

Story © Me

Rating: T

Summary: Namikaze Trattoria, restoran yang didirikan oleh Ayah Naruto. Kini dilanda permasalahan besar, yaitu krisis keuangan. Untuk menyelamatkannya, Koki muda karismatik pun dipekerjakan oleh Ayahnya. Sebelumnya, Naruto tidak pernah menduga bahwa Koki itulah yang akan menjadi temannya dalam mewujudkan cita-citanya, yaitu cita-cita menjadi seorang Komikus terkenal.

["Baru kali ini aku memakan Karamel rasa asin, walaupun aku lebih suka yang manis. Tapi ternyata tidak buruk juga. Selain itu… Karamel ini terasa lembut," ucap Naruto nyengir.

"Selembut senyumanmu," guman Sasuke ekstra pelan.]

XxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxX

Enjoy!

XxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxX

Sore hari telah tiba, awan senja mewarnai birunya langit yang telah tua. Angin sepoi-sepoi mengiringi langkah Sasuke dan Naruto yang berjalan beriringan. Sesekali Naruto melirik Sasuke dengan raut wajah kesal, namun sepertinya Sasuke tidak tahu. Atau malah pura-pura tak tahu? Entahlah. Yang pasti Naruto terus saja kesal mengingat keperjakaan bibirnya diambil secara paksa tanpa seizinnya.

"Huah~ Sore-sore sejuk begini kok rasanya malah panas ya?" tanya Naruto sambil melipat kedua tangan di belakang kepala.

"Hn," balas Sasuke singkat.

"Huh!" dengus Naruto semakin kesal.

Sedikit lagi mereka berdua akan segera sampai di restoran milik Ayah Naruto. Tapi Naruto menghentikan langkahnya saat tanpa sengaja ia melihat sebuah toko buku dan alat tulis di seberang jalan. Saat merasa ada yang janggal, Sasuke menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Naruto, mendapati diri Naruto yang terus memandangi sesuatu.

"Kenapa?" tanya Sasuke mendekati Naruto sambil mengikuti arah pandangnya.

"Ah! Tidak apa. Ayo Teme!" ajak Naruto berjalan mendahului Sasuke.

Secepat kecepatan cahaya, Sasuke meraih pergelangan tangan Naruto dan menggenggamnya. Naruto langsung menoleh sambil memandang aneh pada diri Sasuke yang melakukan gerakkan tiba-tiba itu.

~#*#*#~

xXx TRATTORIA VS KOMIK xXx

[Keras Kepala x Keras Hati]

"Ada apa?" Kini Naruto-lah yang bertanya.

"Ikut aku," kata Sasuke menyeret Naruto menyeberangi jalan.

Naruto ingin menolak, tetapi akhirnya dia tidak bisa ketika mengetahui kemana Sasuke membawanya pergi. Yaitu ke toko buku dan alat tulis yang sedari tadi menarik perhatiannya. Karena tidak percaya diri memasuki toko itu, Naruto menggeret tangannya pelan, membuat Sasuke harus menggenggam pergelangan Naruto lebih erat. Naruto memandang takjub mendapati betapa mewahnya toko buku dan alat tulis tersebut. Memang sudah lama Naruto ingin masuk ke sini, tapi keterbatasan dana yang ada membuat Naruto mengurungkan niatnya. Daripada nantinya dia tak bisa menahan diri untuk membeli apa pun yang diinginkan?

Sasuke mengajak Naruto ke lantai dua. Dimana ada banyak sekali alat-alat tulis bermerk. Setelah beberapa menit berlalu Naruto dan Sasuke gunakan untuk menaiki lift, pintu lift mulai terbuka ke kanan-kiri, menampilkan isi yang disuguhkan di lantai tersebut. Naruto menelan ludah paksa melihat beberapa alat tulis yang menarik perhatiannya. Tentu saja yang ada kaitannya dengan membuat komik. Melihat reaksi Naruto, Sasuke mengambil tindakan dengan mengambil alat-tulis-entah-apa-itu yang Sasuke tidak ketahui.

"Eh? Kamu mau melakukan apa dengan itu, Teme?" tanya Naruto bingung.

"Ini apa?" tanya Sasuke balik tanpa menjawab pertanyaan Naruto.

"Ini namanya Maru-pen," jelas Naruto mengambil alat tulis bernama Maru-pen tersebut dari tangan Sasuke, "digunakan untuk membuat garis yang detail," lanjutnya sambil memainkan Maru-pen.

"Kalau begitu beli saja," kata Sasuke merampas Maru-pen, memasukkannya di kantong plastik tebal yang ia bawa.

"Eh Teme!"

"Biar aku yang bayar," kata Sasuke cepat.

"Eh!? Ta-tapi…"

"Apa lagi yang diperlukan untuk membuat komik?" tanya Sasuke mengamati benda-benda yang tidak dikenalnya.

Naruto menghela nafas sambil tersenyum kecil ke arah Sasuke. Dia tak menduga bahwa orang yang mengecup bibirnya kini begitu baik padanya, sampai-sampai membelikan alat-alat yang ia idam-idamkan.

Terima kasih, pasti dua kata itu akhirnya akan dia ucapkan nanti. Sekarang yang lebih penting adalah dia harus memilih-milih benda yang diinginkan, walaupun rasa sungkan masih juga membayangi.

Naruto mengambil alat yang dia perlukan dan menaruhnya di kantong plastik yang dibawa Sasuke. Setelah itu, dia mengajak Sasuke ke tempat khusus bagian kertas. Sasuke sempat bingung mendapati Naruto menoleh ke sana-sini seperti orang kebingungan, lantas dia pun menepuk pundak Naruto pelan, membuat orang yang bersangkutan menoleh pada dirinya.

"Ya? Ada apa, Teme?" tanya Naruto kembali melihat-lihat beberapa kertas.

"Kamu ini mencari apa sih? Kalau hanya kertas tinggal ambil yang mana saja, 'kan ?" kata Sasuke mengambil asal beberapa lembar kertas sambil menyodorkannya di hadapan Naruto.

"Kamu ini… tidak bisa sembarang kertas untuk membuat komik. Walaupun iya pasti hasilnya akan jauh berbeda," jelas Naruto sembari terus mencari kertas yang diinginkannya, menyisakan Sasuke yang mengangguk paham. "Ah! Ini dia!" seru Naruto senang sambil mengambil beberapa lembar kertas.

"Apa bedanya dengan kertas yang lain?" tanya Sasuke penasaran.

"Tentu saja beda, Teme. Kertas naskah seperti ini bisa dipakai untuk komik, kertas tebal berkualitas pula. Selain itu juga ada kertas lainnya, yaitu kertas kent," kata Naruto dengan senang, "tapi biasanya aku memakai kertas ukuran standar B4," lanjutnya sambil memasukkan berlembar-lembar kertas di kantong plastik.

"Oh… jadi begitu ya? Ada lagi?" tanya Sasuke melirik kantong plastik yang hampir penuh.

"Ng… sepertinya tidak ada lagi," kata Naruto.

"Baiklah, kalau begitu akan kubayar," kata Sasuke hendak pergi meninggalkan Naruto, tapi segera terhenti saat Naruto memegang lengannya. "Ada masalah?" tanya Sasuke menautkan kedua alisnya.

"Tidak," Naruto menggelengkan kepala, "hanya saja…" Perkataan Naruto terpotong. Tersungging di bibirnya sebuah senyum, lalu dengan gerakan tiba-tiba Naruto mengecup pipi kanan Sasuke cepat.

"Terima kasih. Aku tidak menyangka kamu sebaik ini, dan maaf sempat menuduhmu yang tidak-tidak," kata Naruto sembari menundukkan kepala.

Sasuke memang terkejut, tapi dia tak dapat mengelak bahwa dia sangat senang mendapat kejutan manis dari Naruto. Dengan kesempatan yang ada, diraihnya kepala pirang Naruto… dan entah sejak kapan bibirnya sudah mendarat di kening Naruto. Naruto hanya bisa memejamkan mata, menikmati buaian sang Uchiha yang disuguhkan pada dirinya. Mereka tidak sadar bahwa hal yang mereka lakukan berhasil membuat beberapa orang di sana membulatkan mata dan mulut secara berjamaah. Bahkan ada beberapa rombongan gadis-gadis yang memotret adegan tersebut… mungkin gadis-gadis itu adalah Fujoshi? Entahlah…

Dengan mengakhiri ciuman sayang, Sasuke mengacak-acak kepala Naruto gemas. Setelah itu, dia pun meninggalkan Naruto yang sedikit mengukir senyum di bibirnya. Naruto menghela nafas dan melihat ke sekitar, agaknya terkejut mendapati dirinya menjadi pusat perhatian. Lantas Naruto menghampiri salah satu gadis berambut pirang diekor satu ke belakang.

"Ma-maaf, ini ada apa ya? Mengapa semua orang menjadikan saya pusat perhatian?" tanya Naruto sedikit berbisik.

"Karena ini!" seru gadis pirang itu senang sambil menyodorkan ponselnya pada Naruto.

Kedua mata Naruto melebar sempurna. Dengan gerakkan patah-patah, dia melirik gadis pirang tersebut.

"Ahaha~ akhirnya ada pasangan Shonen Ai yang kufoto!" seru gadis pirang itu senang sambil mengambil kembali ponselnya dari tangan Naruto, dan meninggalkan Naruto yang mematung seketika.

"A…" Naruto terdiam sejenak.

"APA YANG TADI KULAKUKAN DENGAN SI TEME ITU!!?" teriak Naruto histeris, hingga akhirnya dia seutuhnya menjadi pusat perhatian, termasuk Sasuke yang pura-pura tak mengerti apa-apa.

###

"Ayah~ aku pulang~!!" seru Naruto langsung membuka pintu dan menghempaskan dirinya ke sofa.

"Selamat datang Naru-kun," sambut ayahnya yang sedang membaca koran.

"Selamat malam, Minato-san."

Mendengar yang sudah tak asing lagi itu, Minato mengalihkan pandangannya ke arah suara. Sang Namikaze lalu mengakhirinya dengan seulas senyum saat mengetahui siapa yang sempat mengucap salam kepadanya.

"Ah… selamat malam, Uchiha-san," sapa Minato tersenyum ramah, "mari silahkan duduk," lanjutnya kemudian.

Sasuke mengangguk dan segera mendudukkan diri di samping Naruto, sedangkan Naruto langsung mengambil status siaga seolah mendapat lampu peringatan dari Sasuke. Minato hanya menggelengkan kepala cepat, setelah itu dia kembali tenggelam dalam kegiatannya membaca koran.

"Maaf Minato-san, apakah anda sudah menentukan menu apa yang akan kita pakai untuk besok?" tanya Sasuke tiba-tiba.

Minato menghela nafas sambil melipat koran, "Menurutmu menu spesial apa yang paling bagus? Aku benar-benar tidak tahu ingin membuat apa," kata Minato meletakkan koran tersebut di atas meja.

"Bagaimana kalau Rice Cake?" usul Sasuke, "selain banyak manfaat bagi tubuh dan rasanya enak, Rice Cake juga baik untuk para gadis yang melakukan diet berlebihan. Apalagi bentuknya yang simple, dapat dipotong sesuai kehendak. Saya yakin akan banyak yang menyukainya karena sekarang sedang musimnya para gadis untuk diet. Dan sepertinya besok adalah puncaknya para gadis untuk mengakhiri acara diet mereka," jelas Sasuke.

Naruto mengerutkan kening sekilas, "Tunggu dulu, bukannya Restoran milik kita itu Restoran a la Perancis ya, Ayah? Kenapa makanannya bukan asli buatan Perancis?" tanya Naruto bingung.

"Dobe, tidak selamanya Restoran Perancis itu hanya menjual makanan a la Perancis 'kan ? Kalau tidak suka, tidak usah berkomentar banyak-banyak dan sok pintar begitu deh," kata Sasuke seraya mengetuk-ngetukkan jari di atas meja dengan malas.

'Ugh! Nyolot amat sih ini orang?! Kalau bukan rekan kerja Ayah, sudah kutendang jauh-jauh hari kamu!' batin Naruto geram. "Baiklah Uchiha-Teme-san! Bukannya telinga anda masih waras untuk mendengar pertanyaan saya tadi dilontarkan untuk siapa?!" kata Naruto sedikit ada tekanan pada kalimatnya.

"Hn. Bukan urusanku," kata Sasuke singkat.

Minato rupanya harus menjadi tokoh Tritagonis dalam drama ini. Dengan menopang dagu, dia menghela nafas berat, "Baiklah, baiklah. Naruto, besok menu spesial di Restoran kita adalah Rice Cake seperti kata Uchi—"

"Sasuke. Panggil Sasuke saja, sebentar lagi kita akan menjadi rekan kerja. Tak perlu perlakuan dan kata yang formal," ucap Sasuke cepat.

'Beneran mau dipanggang 'tu pantat ayam! Tidak ada sopan santunnya sama sekali!' batin Naruto makin geram.

Minato mengangguk, "Sasuke. Sekiranya apa yang cocok untuk hidangan pembuka dan pencuci mulut?"

Sasuke nampak berpikir sejenak. "Rassy dan Yoghurt Mousse," ujar Sasuke, "Sama-sama baik untuk memperlancar fungsi pencernaan lambung. Bermanfaat juga untuk mempermudah diet mereka."

"Intinya hanya makanan untuk para gadis?" kata Naruto mengerucutkan bibir.

Sasuke melirik tajam ke arah Naruto, "Apa? Mau protes?! Keduanya juga ada sangkutpautnya dengan Perancis, dan tidak hanya para gadis yang memakannya. Laki-laki, anak-anak bahkan kamu juga bisa memakannya sampai perutmu meledak!" seru Sasuke sedikit membentak.

'Aku menyesal pernah memandangnya baik!' batin Naruto lagi.

Minato lagi-lagi menghela nafas, "Hm? Yah… kita coba. Oh yah Naruto, mulai besok kau akan menjadi Pelayan di Restoran kita," ucap Minato memandang Naruto.

"APA!!? AYAH BECANDA 'kan ?!!" seru Naruto syok mendengar permintaan sang Ayah.

Tentu saja. Mengapa tidak? Sebenarnya dia juga senang dapat berguna dalam membantu pekerjaan sang Ayah. Tetapi mengapa tidak sesuai dengan apa yang diinginkan? Agaknya Naruto kali ini hanya bisa pasrah.

"Tidak sopan berteriak malam hari begini, Naruto!" kata Minato memukul kepala pirang Naruto dengan bantal.

"Dasar bodoh! terima saja nasibmu menjadi Pelayan!" kata Sasuke mencibir.

"HEH??" ucap Naruto melirik sinis ke arah Sasuke yang menyeringai.

Minato kembali menghela nafas ketika mempunyai firasat akan terjadi 'kencan manis' antara Sasuke dan Naruto.

###

Malam hari yang gelap. Terlihat di salah satu sudut rumah Namikaze, sesosok pemuda pirang yang membuka pintu kulkas. Dilihat dari keadaannya, sepertinya dia sedikit memerlukan sebuah hiburan kecil. Diambilnya sekaleng kopi dingin dan membawanya ke meja, tempat dimana dia sedang melakukan kegiatan favoritnya. Membuat Komik. Naruto membuka penutup kaleng dan segera memindahkan isinya ke dalam perutnya sendiri. Setelah isinya sudah habis, Naruto membuang kaleng tersebut ke tong sampah terdekat. Dia mendudukkan diri kembali di kursi kayu. Mulai mempelajari lebih mendalam tentang kegiatan yang akan dia lanjutkan.

Naruto mengambil pensil, menggoreskan ujung terlancip batang kecil itu di atas kertas putih, berusaha membuat sensasi baru di antara corat-coret garis yang mendominasi. Penghapus bebentuk kotak persegi pun dia ambil, digosokkannya di atas kertas ketika ada kesalahan dalam mencoret sketsa kasarnya. Tidak lupa dia juga mengambil sebuah penggaris, menggunakannya dengan harapan yang lebih baik. Jika diperdetail lebih terperinci, terlepas dari tiga alat pokok utama, akan lebih banyak penjelasan yang tak perlu dibahas.

"Ada yang bisa kubantu mungkin?"

Suara amat familiar. Naruto hanya bisa tersenyum mengejek mendapati sosok Sasuke sudah mendudukkan diri di kursi, memandangi hasil gambarannya yang belum terbilang sempurna. Tak peduli, Sasuke mengambil pena di samping penggaris, lalu memainkannya dengan cuma-cuma. Berhasil membuat Naruto menggeram marah seraya merampas pena itu dari pegangan Sasuke.

"Inikah yang namanya membantu? Mempermainkan peralatan ini dengan tidak niat?" ejek Naruto.

"Oh yah? Setidaknya hal ini bisa membuatmu berbicara, walaupun harus kupancing terlebih dahulu," kata Sasuke menopang dagu.

Naruto mendengus, "Bisakah kau membantuku dengan hal yang berguna?" ujar Naruto kembai memfokuskan konsentrasinya pada komik yang dia buat.

Sasuke hanya terdiam. Sepertinya dia sedikit menyadari bahwa dirinya sama sekali tidak membantu Naruto, melainkan hanya mengganggu kegiatannya saja. Sasuke sedang lemot atau apa? Baru menyadari hal itu sekarang. Kadang seorang Uchiha sekalipun bisa saja baru menyadari sesuatu. Bukannya dia tetap manusia biasa? Yang sedikit diberi kelebihan tersendiri?

Dengan mengabaikan segalanya, Sasuke berdiri dari duduknya sambil berjalan ke arah kulkas. Dia membuka pintu dan mengotak-atik benda di dalamnya. Naruto melirik sekilas pada Sasuke melalui ekor matanya. Dia hanya menggelengkan kepala meihat Sasuke membawa apalah-itu-yang-pasti-dia-tidak-tahu keluar dari kulkas. Tanpa mau memperdulikan, Naruto lagi-lagi mengembalikan konsentrasinya yang sempat buyar pada komik. Ada rasa tak enak terselip di benak Naruto saat dia juga baru saja menyadari bahwa mungkin perkataannya barusan agaknya telah menyinggung sang Uchiha. Tapi tetap saja, sikap acuh tak acuh akan menjadi prioritas pertama dalam hal yang serumit ini.

Sasuke sesekali melirik pula ke arah Naruto. Sempat dia berpikir apakah kegiatan yang dia lakukan akan berguna. Tetapi sikap tak ambil pusing menjadi pilihan sang Uchiha. Keras Kepala didukung Keras Hati juga termasuk, hanya saja akan datang jika waktunya. Peringatan kecil, prinsip yang sama dengan apa yang dimiliki Naruto. Kontras namun sama? Entahlah. Yang pasti keduanya hanya terdiam tanpa kata.

Ada yang sedikit aneh… tak tahukah mengapa Sasuke masih ada di rumah Naruto di malam yang sudah larut ini? Hanya ada satu kata, satu jawaban: tinggal. Ayah Naruto baru saja menjelaskan bahwa Sasuke akan tinggal di rumah mereka selama Sasuke masih bekerja pada Minato. Sebenarnya ada yang salah menurut Naruto… mengapa Ayahnya mempekerjakan koki baru pada restoran mereka yang sudah hampir habis terkikis oleh waktu? Dan tentunya Naruto hanya bisa menghela nafas menerima kenyataan bahwa pertanyaannya hanya mendapat jawaban semu nan menggantung oleh sang ayah. Maka dari itu dia berusaha mengusir pertanyaan yang mungkin penting ini dari sel kelabu otaknya.

"Maaf, hanya ini yang bisa aku bantu," kata Sasuke meletakkan senampan camilan hasil buatanya.

Naruto yang sedari tadi mengamati rumusan komiknya, kini menatap penuh tanya ke arah Sasuke, dan segera beralih pada sesuatu yang berda di atas nampan.
"Ini kamu yang buat?" ucap Naruto menunjuk-nunjuk salah satu camilan.

"Memang kamu pikir hantu bisa melakukan ini? Maklum jika kamu berpikir seperti itu, kamu 'kan bodoh," kata Sasuke kembali mendudukkan diri di kursi lagi, tanpa memperdulikan Naruto yang tersinggung setengah mati.

Naruto mengambil camilan tersebut dan melahapnya, kedua matanya lalu terbuka lebar, "E-enak," komentar Naruto berhasil membuat Sasuke menyeringai puas.
"Jadi selama ini, kamu meremehkan kemampuanku?" tanya Sasuke.

"Menyesal aku memujimu," kata Naruto, "tetapi, kenapa rasanya asin? Ini camilan apa? Karamel 'kan ?" lanjut Naruto melontarkan sebuah tanya.

"Hasil percobaanku. Ada yang perlu kamu tahu, aku tidak suka sesuatu yang beraroma manis, apalagi karamel, maka dari itu aku mencoba berbagai hal agar karamel tidak hanya terasa manis saja. Hasil akhirnya ya, terciptalah Salt Caramel," jelas Sasuke.

"Baru kali ini aku memakan karamel rasa asin, bahkan rasa manisnya tersamarkan secara sempurna. Walaupun aku lebih suka yang manis. Tapi ternyata tidak buruk juga. Selain itu… karamel ini terasa lembut," ucap Naruto nyengir.

"Selembut senyumanmu," gumam Sasuke ekstra pelan.

"Hah? Kamu bilang apa?" tanya Naruto cepat setelah mendengar gumaman pelan Sasuke.

"Err… mungkin karena aku menggunakan gula pasir halus dan mentega," tanggap Sasuke cepat.

"Mentega? Bukannya itu bahan untuk membuat sup dari sayuran ya?" tanya Naruto.

"Itu namanya kaldu bodoh! Kalau menggunakan mentega pada campuran sup sayur, aku yakin rasanya pasti seratus persen hancur! Kau juga tahu 'kan bentuk mentega itu seperti apa? Selain itu, aku menggunakan mentega pada campuran karamel yang terlewat manis agar manis itu sedikit tersamarkan. Lagipula kalau sup sayur diharuskan menggunakan campuran mentega bukan kaldu, pasti Koki tersebut lulusan kelas teri," jelas Sasuke panjang lebar.

Naruto hanya menggangguk pura-pura mengerti, padahal dia sama sekali tidak peduli. Membahas makanan memang bukan bidangnya. Dia sih sudah terbiasa menerima hasilnya saja. Tetapi dia tidak mau lagi menyinggung Sasuke, apalagi setelah Sasuke repot-repot membuatkannya camilan. Kadang Naruto merasa bersalah pernah mengatakan yang jelek-jelek pada Sasuke. Toh sekarang dia tetap melakukannya.

"Bicara tentang komik, cerita apa yang sedang kamu buat?" tanya Sasuke.

Naruto memandang hasil gambarannya yang belum selesai. "Tentang supernatural gitu. Kuberi judul Legenda Shirigaku, ringkasannya sebuah Desa dimana orang-orang yang menghuninya mempunyai Kelebihan," jelas Naruto, "tetapi aku belum menentukan nama tokoh-tokohnya, aku memang tidak hebat dalam menamai seorang tokoh cerita," lanjut Naruto.

"Kenapa supernatural?"

"Ha-habis kalau percintaan sudah banyak Komikus terkenal yang membuatnya! Yaah, aku sih hanya ingin membuat Komikku terlihat berbeda dari yang lainnya. Walaupun ada cinta-cintanya dikit sih," kata Naruto seraya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Kalau sudah selesai, harus aku duluan yang membaca Komikmu , OK ?" kata Sasuke meminta.

Naruto tersenyum, "Kamu akan menjadi yang pertama jika kamu membuatkan aku segelas minuman," ujar Naruto jahil sambil menjulurkan lidahnya ke arah Sasuke.

"Syarat yang mudah," kata Sasuke berjalan ke arah rak piring dan mengambil nampan yang terisi dua gelas minuman di atasnya, Sasuke pun kembali mendekat ke arah Naruto, seraya mendudukkan dirinya di samping kiri Naruto setelah meletakkan nampan tersebut, "Sudah tersedia 'kan?" kata Sasuke tersenyum tanda kemenangan.

Naruto menyambutnya dengan bibir yang dikerucutkan, "Curang! Kalau sudah dibuat, kenapa baru dihidangkan sekarang sih? Tahu begitu aku pasti akan membuat persyaratan lain!" seru Naruto kesal.

Sasuke tertawa tertahan, "Yang penting sekarang coba dulu hasil buatanku," kata Sasuke menyodorkan salah satu gelas pada Naruto.

Naruto memandangi sejenak minuman yang ada di dalam cangkir, "Ini Es Kopi 'kan? Kenapa rasanya selalu sama dan tidak tersamarkan seperti biasanya?" tanya Naruto penasaran.

"Beda. Itu Magic Ice Coffee. Khasiatnya lumayan tinggi untuk orang yang sering bergadang tengah malam. Tersedia dalam keadaan dingin agar otak kita kembali fresh," kata Sasuke melirik tidak jelas ke arah Naruto.

"Kuanggap itu sebagai pujian dan kita impas. OK?" ujar Naruto menatap sinis pada Sasuke.

Sasuke menggidikkan bahu.

Naruto menghela nafas sebelum meneguk secangkir Magic Ice Coffee buatan Sasuke.

"Rasanya sedikit pahit," komentar Naruto dengan mengerutkan kening.

"Perlu kuperingatkan bahwa aku tidak butuh komentarmu tentang itu," kata Sasuke dengan nada jahil yang terselip.

"Dan kuusahakan agar sering mengomentari semua hasil masakanmu," ucap Naruto diakhiri dengan juluran lidah.

Sasuke tersenyum simpul.

"Serta mengucapkan dua kata 'terima kasih' karena telah membantuku," ujar Naruto tersenyum.

Sasuke hendak membalas perkataan Naruto. Namun, tiba-tiba dia malah harus memegang gelas yang dipegang Naruto karena sempat oleng ke depan. Kalau tanpa bantuannya, bisa saja Komik yang baru dalam tahap proses itu rusak gara-gara minuman tadi.

"Pegang yang benar dong!" seru Sasuke masih memegang cangkir di tangan Naruto.

Naruto hanya nyengir lebar pada Sasuke. Tanpa dia rasakan dari awal, jantungnya berdetak lebih cepat saat menyadari bahwa tangannya yang ikut memegang gelas kini tengah digenggam erat oleh tangan Sasuke. Wajah keduanya pun hanya berjarak kurang dari 5 cm. Mata Onyx bertemu Sapphire… kontras, tapi menampakkan rasa tersirat yang bahkan tidak diketahui masing-masing pihak. Jarak di antara mereka pun semakin berkurang, seiring dengan Sasuke yang meniadakan jarak penghalang di antara mereka. Dia arahkan bibirnya pada bibir mungil milik Naruto. Dan hanya tinggal menghitung dalam hitungan detik saat bibir menjadi kesatuan yang utuh.

DOENG!! DOENG!! DOENG!!!

Sasuke langsung menarik dirinya dan membuang muka ke arah lain, berusaha agar wajahnya yang terhias semburat merah tidak terlihat oleh Naruto. Sasuke menatap sinis ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 12 malam tepat. Dia merutuki jam yang tak bersalah dalam hati, kesal setengah mati karena kegiatan yang tak biasa miliknya diganggu benda tak bernyawa itu.

Sedangkan Naruto segera berdiri dari kursinya dan membereskan semua peralatannya untuk membuat komik secara tergesa-gesa, "Mu-mungkin kita tidur saja. Ini sudah terlalu ma-malam. Se-selamat malam!" ucap Naruto gugup seraya melarikan diri dari sana.

Sasuke yang awalnya masih membuang muka, langsung menghela nafas panjang setelah melihat ada yang tidak beres di atas meja. Benar saja, benda-benda 'bekasan' berserakkan dimana-mana. Mau tak mau akhirnya dia juga yang membereskan semuanya. Gerakkannya sempat terhenti ketika melihat sebuah pensil berwarna ungu lavender. Setahu Sasuke, waktu dia dan Naruto membeli peralatan Komik di toko tadi, Sasuke sama sekali tidak melihat pensil yang dimaksud ada di kantong belanjaan mereka. Karena penasaran, Sasuke mengambil pensil tersebut, tanpa sadar arah pandangnya tertuju pada sebuah nama yang terukir manis di bagian bawah pensil.

"Hyuuga Hinata…" desis Sasuke tidak suka.

Dan malam hari yang sunyi pun, diisi Sasuke dengan penuh tanda tanya dan rasa penasaran pada sosok yang bernama Hyuuga Hinata.

.

.

.

To Be Continue!

XxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxX

Jangan menganggap saya ini Cowok yang suka baca Komik yang biasa dibaca para cewek! *lirik'' Dobe* dia yang menggoda saya untuk membaca! 8P (Kenapa saya jadi kayak cewek ya? Curcol Gaje gini, ==a) *digaplok Dobe*

Terima kasih bagi semuanya yang telah membaca dan mereview Fic saya, kritikan yang membangun sangat membantu saya untuk menjadi yang lebih baik. 8)

o0o

#.*SN*.#

Saya hanya manusia yang tidak lepas dari dosa (sok polos)…

Maka dari itu saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam membuat Fict.

Review or Flame?

Thanks for you, All! ^^

..

Hyokizan no Genseki Ryota