A/N: My First Fic! Terinspirasi dari komik 'Love Comic Lesson' © ANAN Mayuki and 'Love in Trattoria' © WASHIO Mie. Gabungan antara keduanya. 8D
Warning: AU, OCC, GAJE, YAOI!
Bagi yang tidak menyukai YAOI! Diharap tidak memaksakan diri untuk membaca! DONT LIKE, DONT READ!! OKey?! 8}
~ Membuat Fic berdasarkan permintaan My Baka Dobe. =.='''''
XxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxX
Naruto © Masashi Kishimoto
Rating: T
Summary: Namikaze Trattoria, restoran yang didirikan oleh Ayah Naruto. Kini dilanda permasalahan besar, yaitu krisis keuangan. Untuk menyelamatkannya, Koki muda karismatik pun dipekerjakan oleh Ayahnya. Sebelumnya, Naruto tidak pernah menduga bahwa Koki itulah yang akan menjadi temannya dalam mewujudkan cita-citanya, yaitu cita-cita menjadi seorang Komikus terkenal.
XxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxX
Enjoy!
XxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxX
Naruto POV
Aku terbangun dari tidurku saat sekilas cahaya mentari mulai menerpa wajahku dari celah-celah jendela kamarku yang tidak terbuka sepenuhnya, membuatku terpaksa untuk membuka kedua mataku yang masih sangat berat, tapi dengan sedikit usaha kecil, kedua mataku berhasil terbuka sepenuhnya. Aku pun dapat melihat selembar kain yang melapisi jendela kamarku melambai-lambai tertiup oleh angin sejuk di pagi hari. Aku sedikit membenarkan selimut yang kupakai hanya untuk sekedar menghangatkan tubuhku dari hawa dingin yang mulai menyerang tubuhku.
"Hahahahaha…"
Samar-samar kudengar suara tertawa beberapa orang yang membaur menjadi satu. Karena terusik dengan suara tawa itu, aku pun sekali lagi terbangun dari tidurku dan segera berjalan menuju pintu kamarku yang sedikit terbuka dengan malas. Saat aku sudah berhasil keluar dari kamarku, kulihat seseorang yang sedang tertawa renyah berhadapan dengan ayahku di ruang tamu.
'Siapa dia?' kataku dalam hati.
Didorong rasa penasaran, aku pun menghampiri ayahku dan orang yang belum aku kenal itu. Dan setelah sampai, aku pun disambut oleh senyuman hangat dari ayahku dan wajah datar dari orang yang… tampan? Yah, dia memang tampan, dengan rambut mirip seperti –err, kalau digambarkan memang seperti pantat ayam berwarna hitam kebiru-biruan, dan ia mempunyai bola mata berwarna hitam. Dan mungkin umurnya sebaya denganku. 14 tahun.
"Ayah, dia ini siapa?" kataku sembari menunjuk orang tersebut.
"Koki baru di restoran kita," kata ayahku.
Tentu saja aku dibuat kaget dengan pernyataan yang dilontarkan ayahku barusan. Bagaimana tidak? Perlu kalian ketahui bahwa restoran kami sedang dalam masa krisis keuangan. Dan untuk apa ayahku memperkerjakan koki baru di restoran kami? Bagaimana cara untuk menggajinya?
"Tenang saja Naruto, soal keuangan bisa kita pikirkan nanti. Benarkan Uchiha-san?" kata ayahku yang sukses membuatku tersadar dari lamunanku.
"Ya, Minato-san," katanya.
"Kalian belum kenalan 'kan? Ayo Naruto, sini!" perintah Ayahku.
Aku mendekat ke arah orang itu dan berhenti di hadapannya. Lalu kuulurkan tangan kananku kepadanya. Mata onyx-nya pun bertemu dengan mata biru milikku. Sekilas kami saling berpandangan hingga akhirnya aku merasakan uluran tanganku disambut olehnya. Dia pun berdiri berhadapan denganku masih dalam keadaan seperti tadi.
"Uchiha Sasuke," katanya singkat.
"Namikaze Naruto," balasku seraya tersenyum lebar.
Dia pun melepaskan tanganku dan membisikkan sesuatu di telinga kananku.
"Sebaiknya kau mandi terlebih dahulu sebelum menyambut tamu, baumu sangat tidak enak," bisiknya yang berhasil membuatku mematung saat itu juga.
Ia pun berjalan meninggalkanku. Tapi sebelum itu ia sempat berkata…
"Saya pamit undur diri, Minato-san. Siang nanti saya akan datang ke restoran Namikaze milik anda," katanya yang mungkin mendapat anggukan dari ayahku.
"Terima kasih atas bantuannya, Sasuke-san," kata ayahku.
Dan sosoknya pun menghilang.
"Ayah…" kataku pelan.
"Ada apa, Naruto?"
"PECAT UCHIHA-SAN ITU SEKARANG JUGA!!!" teriakku tanpa jeda sekali pun. Bahkan kaca-kaca jendela dirumahku sempat retak menerima suara indahku. Dan kulihat ayahku juga menutup kedua telinganya. Pagi hari yang sangat menyebalkan.
###
TRATTORIA VS KOMIK
Aku menghentak-hentakkan kedua kakiku di sepanjang jalan yang kulalui. Bahkan perlakuanku ini sempat membuat beberapa orang melirikku dan ada yang memandangku dengan tatapan aneh. Aku sangat berterima kasih kepada Uchiha Sasuke yang berhasil membuatku menjadi seperti ini.
Lama kuberjalan tak terasa aku sudah berada di area sekolahku, tepatnya di bagian depannya. Menghela nafas aku pun melanjutkan perjalananku yang sempat tertunda. Di pagi buta seperti ini memang belum terlalu banyak siswa-siswa yang sudah memeriahkan sekolah ini. Hal itu dibuktikan dengan lumayan sepinya setiap lorong-lorong yang kulalui. Seperti hanya diriku saja yang satu-satunya makluk hidup yang berada di sini. Sungguh sangat membosankan.
Aku berhenti tepat di pintu kelasku, kulihat sebuah papan coklat bertuliskan 'Kelas X A' menghiasi pintu itu. dan tanpa berpikir panjang, aku masuk ke ruangan kelas tersebut. Karena memang ruangan itu adalah kelasku. Di sana aku mendapati teman-teman perempuanku sedang berkumpul seperti membicarakan sesuatu. Yah, dengan kata lain bergosip. Memang itu 'kan kegiatan para wanita? Tiada hari tanpa bergosip.
Aku pun berjalan kembali menuju mejaku yang berada di paling belakang, dalam empat barisan sejajar, mejaku terletak tepat di pojok kanan. Saat aku melewati perempuan teman sekelasku tersebut, aku sedikit mendengar pembicaraan mereka yang menyebut-nyebut dua kata… 'murid baru'.
Mau tak mau setelah aku sampai di mejaku dan duduk di kursiku, pembicaraan yang dibicarakan oleh teman perempuanku tadi berhasil membuatku penasaran. Tapi karena tidak mau memikirkannya terlalu jauh, aku segera membuang jauh-jauh rasa penasaran itu dari diriku. Dengan helaan nafas kecil, aku membuka tas berwarna hitamku dan mengeluarkan buku catatanku.
Bukan buku pelajaran, tapi sesuatu yang membuatku merasa hidup. Catatan yang isinya berupa gambar adegan-adegan yang terkumpul menjadi satu, dan kalimat-kalimat perkataan yang menyisakan kesempurnaan catatan itu. Komik. Yah, salah satu hobiku adalah membuat komik, dan catatan itu adalah komik hasil jerih payahku selama ini. Sesuatu paling berharga. Dan cita-citaku adalah menjadi Komikus terkenal.
"Yo Nar!!"
Aku mengalihkan pandanganku ke arah suara yang memanggil namaku, dan aku melihat sesosok laki-laki seumuranku sedang melambaikan tangan kanannya ke arahku dan berjalan mendekatiku. Aku pun menunjukkan cengiran khasku dan menepuk lumayan keras pada telapak tangan kanannya.
"Watsap Man!"
"Yoi Bro! Sedang apa kau?!" katanya sekaligus bertanya kepadaku.
Aku pun menarik kembali tanganku dan menatap ke catatanku. Orang yang mempunyai nama lengkap Inuzuka Kiba itu pun ikut melirik ke arah pandanganku tertuju. Dan dia pun sedikit menghela nafas dan menepuk bahu kiriku pelan.
"Jangan sampai Guru-Guru itu mengetahui tentang hal ini Naruto, atau aku yakin catatanmu ini akan dibakar sekaligus kau akan mendapat hukuman," kata Kiba yang kusambut dengan senyuman miris.
Aku tahu, kalau di SMA Mizu Konoha School ini dilarang membuat hal-hal yang seperantara dengan komik yang kubuat ini. Dan mungkin bagi mereka, komik-komik dan lain halnya ini adalah mainan semata. Tapi sesungguhnya mereka tidak tahu makna dari benda-benda yang mereka anggap 'mainan' itu. Dan seenaknya membuat peraturan yang menggelikan.
"Bagaimana dengan Akamaru?" tanyaku pelan. Akamaru adalah anjing kesayangan Kiba, baru-baru ini kuketahui bahwa Kiba terbukti bersalah karena membawa hewan peliharaan ke sekolah, dan malangnya bagi Akamaru, Akamaru 'disita' oleh kepala sekolah di sini. Dan informasi setelah itu adalah saat Akamaru dikembalikan, keadaannya sudah memprihatinkan.
Kiba hanya terdiam, tapi tanpa butuh waktu yang lama bibirnya pun terbuka.
"Kondisinya masih labil."
Aku hanya menunduk dan mengangguk pasrah. Aku sangat mengerti perasaan Kiba saat ini. Memangnya siapa yang tidak marah kalau sesuatu yang berharga direnggut seseorang?
Grrttt… Grrrrtt… Grrrrt…
Bel tiga kali berturut-turut pun menyudahi pembicaraan singkat kami. Tanpa kusadari, kelas yang menjadi tempatku untuk menuntut ilmu telah terisi oleh berpuluh-puluh orang yang merupakan teman sekelasku. Dan kulihat sekarang Kiba sedang terduduk lesu di mejanya yang paling belakang, pojok kiri. Dipeluk oleh laki-laki yang mempunyai rambut mirip daun nanas.
Nara Shikamaru, kekasihnya. Tidak aneh untukku melihat pemandangan seperti itu. Sudah sekian banyak pasangan-pasangan seperti itu yang kulihat, bahkan perempuan dan perempuan pun menjadi sepasang kekasih juga ada di kelasku ini. Pemandangan biasa.
Kumasukkan kembali catatanku kedalam tasku, berjaga-jaga agar jangan sampai guru-guru itu mengetahuinya. Lalu kukeluarkan kembali buku-buku yang lainnya dari dalam tasku dan meletakkannya di mejaku. Tak beberapa lama kemudian, kulihat seorang guru memasuki kelas ini dan segera mendudukkan dirinya di tempat duduknya. Dan kalau kuingat, bukannya tadi dia belum mengucapkan 'salam' seperti biasanya? Guru macam apa itu?
Kuperhatikan dia membaca buku kecil bersampul oranye. Gosip-gosip yang kudengar, buku itu adalah salah satu buku 'best seller' yang ditujukan untuk pria-pria 18 tahun ke atas. Memang sih, aku dan dia tidak ada sangkut-pautnya. Dan juga kenapa aku harus memikirkannya? Mungkin aku harus membiarkan guru bernama Hatake Kakashi ini. Dari pada aku pusing sendiri memikirkannya?
End of Naruto POV
Keadaan di kelas X A itu lama-kelamaan menjadi sangat berisik dan tidak terkendali. Tapi, tetap saja tidak ada usaha apa pun yang dilakukan oleh guru itu yang hanya sekedar untuk menenangkan murid-muridnya. Naruto hanya tertunduk lesu di mejanya dan menenggelamkan kepalanya diantara kedua tangannya. Dengan perlahan, ia pun menutup matanya dan menarik nafas lalu membuangnya dengan teratur.
"Selamat pagi anak-anak! Hari ini kita kedatangan murid baru!" kata Kakashi sembari tepuk tangan untuk menenangkan keadaan kelas yang sempat tidak teratur. Murid-murid pun langsung terdiam, menghentikan segala aktivitas yang sempat mereka lakukan.
Naruto yang merasa terganggu dengan perlakuan gurunya itu, langsung mengangkat kepalanya dan memandangnya, sedikit memandang kabur ke arah gurunya. Matanya segera melebar saat retina matanya mulai menangkap sesosok manusia yang berdiri kokoh di samping kanan gurunya. Mulutnya pun terbuka lebar mengiringi matanya yang sudah terlebih dahulu mendahuluinya. Hatinya terasa terbakar dan darahnya seakan mendidih membawa rasa panas di seluruh sekujur tubuhnya melihat manusia itu. Manusia yang berhasil membuatnya ingin mati saat itu juga, dengan perasaan yang bagai ingin menuju pintu emas terisi keterpurukkan.
"Perkenalkan dirimu!" perintah Kakashi tegas.
Orang tersebut mengangguk.
"Uchiha Sasuke, bekas murid di SMA Hi Konoha School," katanya dengan angkuh membawa aura ketakutan sekaligus keterkaguman bagi kaum hawa. Sayangnya pernyataan aura kedualah yang berhasil mengusai sebagian banyak murid-murid di sini.
"Seputar kehidupanmu?" tanya Kakashi.
"Tidak ada yang perlu mengetahuinya," kata Sasuke singkat, padat, dan jelas.
Kakashi hanya menghela nafas di balik masker silver yang dikenakannya untuk menutupi wajahnya, lalu ia pun berkata, "silahkan duduk Uchiha-san, selamat datang dan semoga kau bisa menerima keadaan kelas yang seperti ini."
"Terserah apa yang ingin anda katakan, Hatake-sensei," kata Sasuke tanpa rasa sopan secuil pun, dan meninggalkan begitu saja gurunya yang sempat naik darah atas perlakuannya. Sasuke pun mengambil tempat duduk di depan meja Naruto dan mendudukkan dirinya tanpa menyapa siapa pun yang ada di dekatnya.
'Ini orang apa-apaan sih? Oh… apa karena kelakuannya itu dia dikeluarkan dari sekolah lamanya? Heh! Pantas saja!' pikir Naruto.
Dan pagi hari dikelas Naruto diawali dengan kedatangan murid baru. Dan ingat, dengan membawa perlakuannya yang tidak ada bagusnya.
###
Jam istirahat telah tiba, waktunya bagi murid-murid untuk merilekskan kembali otak-otak mereka yang terasa berat dengan keluar dari ruang kelas mereka. Dan kebanyakan dari mereka memilih ruangan bernama kantin untuk menjadi persinggahan mereka selanjutnya. Tidak ketinggalan juga Naruto yang sedikit terburu-buru memasukkan barang-barangnya ke dalam tasnya, dan setelah merasa kegiatannya selesai, ia pun keluar dari kelasnya tanpa memandang sedikit pun ke murid baru yang sedang sibuk menjawab semua pertanyaan yang diucapkan oleh bibir-bibir murid perempuan yang baru dikenalnya.
'Masuk di hari pertama saja sudah seperti itu, bagaimana di hari-hari selanjutnya? Oh… mungkin semua murid perempuan di sekolah ini akan termakan oleh ketampanannya yang memuakkan itu!' runtuk Naruto dalam hati.
Bukannya dia iri dengan keadaan Sasuke yang langsung terkenal dalam sekejap di kelasnya, ia cuma kesal dengan tingkah-laku si Uchiha satu itu. Yang paling banyak hal-hal buruklah yang melekat pada dirinya. Membuat hari-hari indah Naruto tercemar oleh kehadirannya. Naruto berjalan menuju ke kantin, dan setelah sampai, ia segera memesan makanan favoritnya.
Makanan yang berisikan mie dengan kuah yang dicampurkan dengan bumbu-bumbu berkualitas, menambah rasa sedap di setiap lahapannya, dihiasi dengan irisan tiga daging yang saling menimpa kawan masing-masing, berserta taburan bawang dan sledri di atasnya. Ramen.
Mungkin sedikit meralat tentang pernyataan 'di setiap lahapannya' untuk melukiskan keadaan Naruto sekarang. Karena saat ini, Naruto menghabiskan makanannya dalam satu lahapan, dan setelah itu, ia pun berjalan meninggalkan mangkok bekas ramennya yang sudah kosong.
###
Jam istirahat telah selesai, waktunya bagi murid-murid untuk kembali mengisi otak mereka dengan materi-materi yang membuat pusing kepala, setidaknya itu anggapan Naruto. Naruto dengan malas-malasan berjalan menuju ruang kelasnya yang tinggal lima langkah lagi di hadapannya. Setelah dirinya berhasil masuk di kelasnya, ia terkejut dan segera berlari ke arah mejanya saat melihat isi-isi di dalam tasnya berserakkan di atas mejanya. Yang paling ia khawatirkan adalah buku catatan itu. Masa bodoh dengan buku-buku atau apa pun benda lainnya yang tidak ada kaitannya dengan buku catatannya.
Ia menjadi panik karena benda yang berusaha dilindunginya tidak terlihat batang hidungnya. Naruto mengacak-ngacak rambutnya dengan frustasi dan perasaan yang berkecamuk di bagian dalam dadanya. Tak terasa matanya sedikit memanas, dan mukanya memerah seiring dengan perasaan sedih, kesal, dan marah yang menjadi satu. Dia memukul dinding tembok yang berada di sampingnya dengan kepalan tangan kanannya berulang kali. Darah segar pun keluar dari asal luka yang robek, tapi Naruto tidak memperdulikan hal itu dan terus memukulkan kepalan tangannya.
Kegiatannya baru berhenti beberapa lama kemudian saat benda yang dicarinya tiba-tiba muncul dihadapannya, dipengang oleh tangan putih pucat seseorang. Naruto segera menengadahkan kepalanya berhadapan dengan muka miliknya. Dan sekarang kemarahannya menjadi memuncak karena ia tahu siapa yang mencuri buku catatannya. Ia berniat memukulkan kepalan tangannya ke wajah yang menurutnya memuakkan itu, tapi kegiatannya langsung berhenti saat sebuah kata meluncur lewat mulutnya.
"Keren,"
Dan Naruto benar-benar mengurungkan niatnya.
"A-apa k-kau bilang?" kata Naruto terbata-bata.
"Apakah perlu kuulangi? Tak kusangka komik sebagus ini yang membuat adalah orang sebaka Dobe sepertimu," kata Sasuke.
"Kau! Kau ini! Kenapa kau mengambil buku catatanku seenaknya saja?! Dan lihat! Sekarang barang-barangku berantakan gara-gara ulahmu itu!" bentak Naruto sambil mengambil kembali buku catatannya secara kasar dari tangan Sasuke.
Sasuke yang tidak terima dicaci-maki seperti itu langsung mendorong Naruto hingga punggung Naruto bersentuhan secara keras dengan tembok yang berada di belakangnya, dan tubuh Naruto pun dalam satu waktu sudah terhimpit antara tembok dan tubuh Sasuke. Sasuke secara kasar menyentuh dagu Naruto dan langsung mempertemukan belahan bibirnya dengan bibir Naruto. Naruto yang kaget hanya bisa terdiam, tapi karena merasa dilecehkan oleh orang yang baru saja dikenalnya ini. Naruto mendorong Sasuke dan memukul wajah Sasuke keras.
"Apa yang kau lakukan Teme?! Apakah kau sudah gila?!! Bisa-bisanya kau melakukan hal itu kepadaku!" seru Naruto frustasi.
Sasuke memegangi pipi kanannya yang dicium oleh kepalan tangan Naruto. Sasuke hendak membalas pukulan Naruto, tapi niatnya ia urungkan karena segerombolan orang-orang penghuni kelas ini selain dirinya dan Naruto sudah kembali dari 'istirahatnya'. Sasuke kembali duduk di kursinya tanpa memperdulikan Naruto yang masih menggerutu tidak jelas yang terdengar samar-samar di telinganya. Dan setelah kejadian itu, ia bersumpah akan membalas perlakuan Naruto terhadapnya.
###
Pulang sekolah, Naruto segera membereskan barang-barangnya dan berjalan meninggalkan mejanya. Sebelum itu, ia sempat melirik ke arah meja yang berada di depan mejanya. Dan tidak terlalu terkejut karena orang yang duduk di situ tidak ada di tempatnya, karena dari 15 menit yang lalu sebelum jam pelajaran terakhir selesai, ia sudah meminta izin kepada guru yang mengajar untuk pergi meninggalkan kelasnya. Entah apa yang ia jadikan alasan untuk bisa meninggalkan kelas ini. Apa pedulinya dengan orang yang telah melecehkannya?
Naruto mengalihkan pandangannya dan melangkahkan kakinya lagi. Baru tiga langkah ia berjalan, ia menghentikan langkahnya dan berbalik menuju ke meja itu. Dimasukkannya benda-benda yang masih bertebaran di meja itu ke dalam tas biru gelap milik Sasuke. Bagaimana pun juga, ia tidak ingin menyangkal perasaannya sekarang.
Walaupun ia sempat dilecehkannya, tapi dia juga sudah memuji hasil karya yang sangat dibanggakannya. Tersenyum kecil ia pun berjalan pergi meninggalkan meja Sasuke. Membawa dua tas sekaligus di kedua pundaknya. Miliknya dan milik Sasuke. Ia berniat akan meminta maaf kepada Sasuke. Dan membuang jauh-jauh kejadian 'melecehkan' Sasuke dari hidupnya.
###
Sekitar satu jam lebih ia berjalan memutari sekolah, menanyakan keberadaan Sasuke kepada orang-orang yang ia temui di sepanjang jalan yang ia lewati. Tetapi jawaban yang mereka lontarkan selalu saja membuat Naruto kecewa. Saat ini Naruto sedang duduk di kursi terbuat dari kayu yang diletakkan di bawah pohon besar yang rindang. Taman belakang sekolahnya. Ia merenggangkan otot-ototnya yang sempat kaku, lalu menebarkan pandangannya ke seluruh penjuru-penjuru taman itu.
Naruto menoleh ke belakang saat dia samar-samar mendengar suara keributan dari arah belakang. Di sana ia melihat segerombolan laki-laki yang umurnya tidak jauh berbeda darinya sedang terlibat perkelahian hebat. Pada awalnya Naruto tidak ingin ikut campur dengan urusan mereka, tapi ia terpaksa harus melakukannya karena orang yang dicarinya sendari tadi ikut terlibat dalam perkelahian itu. Naruto berlari kencang ke arah Sasuke berada, meninggalkan tasnya dan tas Sasuke di kursi taman itu. Sedikit lompatan kecil pada pagar yang menjadi penghalang langkahnya, akhirnya ia berhasil sampai di tempat Sasuke berada. Naruto pun menahan orang yang hendak memukul Sasuke dari belakang. Punggungnya pun bertemu dengan punggung Sasuke.
"Apa yang kau lakukan Dobe?!! Jangan ikut campur urusanku!" bentak Sasuke seraya memukul perut laki-laki yang menjadi lawannya.
"Urusanmu juga urusanku Teme! Jangan banyak bicara lagi! Kita selesaikan masalah ini secepatnya!" seru Naruto bersemangat.
Sasuke tersenyum simpul dan segera melanjutkan aksinya. Ia kembali menyerang lawannya dengan memukul telak pada mukanya, lalu menendang keras pada bagian perutnya hingga lawannya jatuh terkapar di tanah. Ia berhasil menghidar dari pukulan tangan lawannya yang satunya lagi yang tertuju di kepalanya. Sasuke memanfaatkan kejadian itu dengan mencengkram erat lengan orang yang menjadi lawannya sekarang dan langsung membanting tubuhnya ke tanah, sedikit mendengar rintihan miris dari sang lawan.
Sedangkan Naruto memukul dada lawannya dan menendang bagian 'pribadi' kebanggaan para lelaki, dengan suksesnya membuat lawan Naruto mengaduh kesakitan seraya memegangi 'kepunyaannya'. Naruto tersenyum sumringah dan sekali lagi menendang kaki kanan lawannya hingga terjatuh ke tanah. Naruto meringis kesakitan karena mendapat pukulan lumayan keras di punggungnya, ia berbalik dan memukul tepat di bagian perutnya berulang kali. Darah pekat pun dimuntahkan olehnya, mengenai seragam yang Naruto pakai, lalu terjatuh lemas ke tanah menyusul teman-temannya.
Pukulan berikutnya dari lawan yang sekarang berhadapan dengan Naruto berhasil ditangkis oleh Sasuke dari belakang, Naruto dapat merasakan bahwa Sasuke memukul dan menendang bagian tubuh lawannya hingga lawannya itu tidak mempunyai sisa kekuatan lagi. Naruto memberikan sebuah bonus dengan menyumbangkan tendangan mautnya ke punggung lawan mereka.
Setelah memastikan lawan mereka sudah tidak berkutik lagi, Sasuke dan Naruto pun berjalan meninggalkan mereka menuju ke arah taman dan Naruto sebagai pemimpin jalan mereka. Tanpa butuh waktu yang lama, mereka pun sudah mendudukkan dirinya di kursi tempat Naruto beristirahat tadi.
Naruto membuka tasnya dan mengeluarkan sebotol minuman berisikan air putih dan melemparkannya ke arah Sasuke. Sasuke menerimanya dengan sigap lalu segera membuka tutup botol itu dan segera meminum isinya. Naruto melemparkan cengirannya ke arah Sasuke dan menyenderkan punggungnya di senderan kursi di belakangnya.
"Ouh!" ringis Naruto sembari mengurungkan niatnya untuk menyenderkan punggunya ke kursi.
"Kenapa Dobe?" tanya Sasuke melempar botol yang sudah habis isinya ke arah Naruto yang sukses menangkapnya.
"Tidak apa-apa, hanya nyeri biasa kok!" kata Naruto.
Tiba-tiba saja keadaan menjadi sangat hening. Sasuke dan Naruto juga berkelana ke dunianya masing-masing. Terik matahari di siang hari menerpa kulit mereka dari atas, angin mengikutsertakan dirinya dengan berhembus kencang menerbangkan beberapa lembar daun-daun yang terpaksa meninggalkan induknya.
"Teme," panggil Naruto.
"Hn?" jawab Sasuke.
"Maaf,"
"Apa?"
"Aku minta maaf tentang kejadian buku catatan itu, waktu itu aku memang-"
"Tak perlu dilanjutkan, seharusnya aku yang minta maaf kepadamu karena tanpa seizinmu, aku mengambil salah satu barangmu, aku tidak tau kalau itu adalah barang yang sangat berharga bagimu."
Naruto memandang ke arah Sasuke yang ternyata Sasuke juga memandangnya, mereka pun sedikit mendekatkan dirinya dan mempertemukan telapak tangan kanan mereka sejajar dengan arah pandang mereka.
"Teman!" kata mereka bersamaan.
Naruto sekali lagi menunjukkan cengiran khasnya, sedangkan Sasuke hanya tersenyum kecil. Tapi senyum itu segera menjadi seringai licik, ia pun mendekat ke arah Naruto dan berbisik di telinganya. Seperti mengulangi kejadian di pagi hari antara dirinya dan Naruto.
"Tapi aku tidak akan meminta maaf tentang 'ciuman' yang kuberikan padamu, karena aku sangat menikmatinya," bisik Sasuke yang berhasil membuat muka Naruto memerah dan menjadi kaku dalam waktu yang bersamaan.
Sasuke pun segera berlari meninggalkan Naruto seraya membawa tasnya. Naruto masih terdiam. Tapi saat menyadari sesuatu, ia berteriak-
"BAKA TEME!!!" teriaknya sembari mengejar Sasuke yang pergi meninggalkannya.
.
.
.
To Be Continue!
XxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxX
Maafkan saya kalau masih banyak kesalahan. Saya mohon bantuanya dari Senpai-senpai sekalian. Partisipasi anda sangat saya butuhkan. 8D
Saya mohon do'a agar saya dan teman-teman yang sebentar lagi akan menjalankan Semester akhir bisa melewatinya tanpa halangan sedikit pun. 8D Berjuanglah teman-teman sekalian!! 8 )
Dan setelah itu, ayo kita kembali membuat karya-karya yang berkualitas dan tunjukkan pada dunia kalau kita BISA!!! 8) *digampar*
Review??
Flame?? –Dengan catatan harus berkualitas 8p *digaplok*
Review??? 8DD
Arigatou Gozaimasu Minna8 )