Author Note: ZUKI DATANG…!!! *treak-treak gaje pake toa masjid* *di gampar pak Ustadz* Zuki kembali membuat fic lagi… XDD *di kemplang Ryota. "Fic lu yang laen belom kelar, neng!*

Penjelasan: Setting/latar berada di desa^^

***

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Genre: Romance/Tragedy

Pairing: Sasuke x FemNaru x Gaara

Rating: T

Story by: Mikazuki Chizuka

Summary: Kristal adalah milikku, dan Hati adalah miliknya. Dua benda yang saling bertolak belakang. Namun, siapa menduga bahwa mereka saling membutuhkan?

OoooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooO

Kristal Hati

Chap. 1 (Kehadiran)

"Baiklah Uzumaki-san, ruang kelasmu berada di kelas VI B."

"Terimakasih atas bantuannya, Shizune-sensei," kataku seraya berlalu dari hadapan Sensei baruku.

***

Hei… perkenalkan, namaku Uzumaki Naruto, aku baru saja mendaftarkan diriku di BMP ini. O ya, BMP adalah nama tempat kursus yang akan segera menjadi tempatku untuk menuntut ilmu, selain sekolah tentunya. Alasan aku bisa masuk ke sini adalah karena dipaksa oleh kedua orang tuaku.

Tapi kalau menurutku, tindakan kedua orang tuaku memang benar adanya, mengingat nilai-nilaiku di sekolah yang tidak memungkinkan diriku untuk lulus di UN mendatang. Karena aku sendiri juga sangat prihatin dengan keadaan nilai-nilaiku yang begitu-begitu saja, maka aku menyetujui keputusan kedua orang tuaku. Toh, pastinya keputusan kedua orang tuaku pastinya akan membawa hal yang baik dalam hidupku. Benarkan?

Aku terus memacu kakiku agar terus berjalan. Sepi, hal yang sekarang menyambutku ketika aku keluar dari ruangan Shizune-sensei. Mungkin karena aku datang lebih awal dari yang lainnya, makanya tempat kursus ini lumayan sepi, hanya ada dua-empat murid yang berlalu lalang kesana-sini.

Ruang VI B, itulah yang kucari sendari tadi. BMP ini memang tempat kursus yang lumayan luas, oleh karena itulah sembari tadi aku tidak cepat-cepat menemukan ruang kelasku. Di tempat ini juga ada sebuah taman kecil yang di tengah-tengahnya ada air mancur mungil yang semakin memperindah taman itu. Rasanya aku ingin sekali berada di sana, tapi karena aku masih baru di sini, tentunya aku tidak boleh terlalu terburu-buru, bisa saja aku melakukan sebuah kesalahan 'kan?

Mata biru langitku pun terus menyusuri papan-papan nama kelas yang terpampang di atas pintu yang terbuka. Tapi hasilnya nihil, tidak ada dua kata 'Ruang VI B' yang tertulis di papan-papan yang kulalui itu. Andai saja tadi aku meminta kepada Shizune-sensei untuk mengantarku menuju ruang kelasku, pastinya hal seperti ini tidak akan terjadi padaku 'kan? Tapi, semuanya sudah berlalu, mau di apakan lagi?

Karena sedikit lelah, aku pun mendudukkan diriku di bangku yang tidak sengaja terjamah oleh kedua mataku. Setelah duduk, aku pun segera menghembuskan nafas lega untuk sekedar melampiaskan rasa lelahku yang memang sangat membuatku kewalahan. Tak terasa peluh keringat sedikit membasahi tubuhku.

Sekilas aku melihat sesosok laki-laki berambut merah seumuranku sedang berjalan dengan santai ke arahku seraya mendengarkan mp3 dengan walkmannya. Ia pun dengan santainya duduk begitu saja di samping kiriku. Entah apa atau bagaimana, sepertinya dia tidak menyadari kehadiranku. Yah, karena mungkin dia sedang menikmati lagu yang di dengarkannya.

"Maaf," kataku perlahan seraya menepuk pundaknya dengan tangan kananku.

Laki-laki itu kelihatan sedikit terlonjak kaget menerima tepukan tangan kananku. Laki-laki itu pun memandang ke arahku, lalu ia pun tersenyum salah tingkah dan segera melepas walkmannya dari kedua telinganya.

"Ah maaf, aku tidak sadar bahwa kamu ada di situ," katanya seraya menyimpan kembali walkman dan ponselnya -yang mungkin menjadi sumber lagu-lagu yang di dengarnya.

"Nggak apa-apa kok. O ya, aku murid baru di sini, salam kenal, namaku Uzumaki Naruto," kataku seraya mengulurkan tangan kananku ke arahnya.

"Namaku Sabaku no Gaara, panggil Gaara saja, dan salam kenal," katanya seraya menerima uluran tanganku di sertai senyum tulusnya. Aku sangat yakin bahwa wajahku kini sedikit merona di buatnya.

"Gaara, mm… bolehkah aku bertanya?" kataku seraya menarik kembali uluran tanganku.

"Tentu saja, mengapa tidak?" jawabnya.

"Ruang VI B ada dimana ya?"

Gaara menatapku sekilas, lalu ia pun sedikit tertawa tertahan.

"Hei! Kenapa kau tertawa seperti itu?" bentakku sedikit kesal dengan perlakuannya.

"Sekarang, coba kau berdiri, menghadap kebelakang dan memandang serong ke atas,"

Aku hanya menautkan kedua alisku dan memandangnya penuh dengan rasa aneh. Dan pada akhirnya kuturuti semua permintaannya. Aku pun segera berdiri dari dudukku dan menghadap ke belakang, lalu kuarahkan kedua mataku untuk memandang serong ke atas. Aku membelalakan mataku ketika kedua mataku menangkap sebuah tulisan 'Ruang VI B'.

Sedikit kudengar bahwa Gaara berusaha dengan keras untuk menahan tawanya. Aku segera menunjukan deretan gigi-gigi putihku kepadanya dan menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal. Lalu kami pun tertawa terbahak-bahak sampai rasanya perutku sedikit nyeri karena terlalu banyak tertawa.

"Hahaha… ternyata aku kurang teliti ya?" kataku seraya kembali duduk di samping Gaara lagi.

"Manusia memang makluk yang belum tentu paling sempurna 'kan?" tanya Gaara seraya menatap wajahku lembut.

"Ya, kamu memang benar," kataku seraya memandang ke arah lain.

"Omong-omong, kenapa kamu datang lebih awal? 'Kan lesnya akan di mulai satu jam lagi," tanya Gaara sekaligus memberikan informasi kepadaku.

Aku meliriknya sekilas dan segera melihat jam tangan analog berwarna pirang senada dengan warna rambutku yang melingkar manis di pergelangan tangan kiriku. Jam 01.00 tepat.

"Tadi aku baru selesai mendaftar. Dan kupikir aku malah terlambat masuk. Eh, ternyata keadaan sepi yang menyambutku."

"Oh," jawabnya singkat.

"Bukanya seharusnya aku yang bertanya? Kenapa kamu datang lebih awal dari jam masuk yang di tentukan?"

Sepertinya Gaara sedikit menghela nafas dan menyenderkan punggungnya ke senderan kursi yang ada di belakangnya, lalu ia pun berkata, "Sudah menjadi kebiasaan bagiku untuk berangkat lebih awal."

"Kebiasaan ya?"

"Yah... O ya, kamu dari sekolah apa?" tanya Gaara yang tentu saja hanya kepadaku.

"SD 1 Michika, kalau kamu?"

"SD 2 Michika. Eh? Berarti kita satu kecamatan 'kan? Tapi, kenapa aku nggak pernah melihat kamu ya?"

"Aku jarang keluar rumah, lebih sering main PS di rumah."

"Anak perempuan kaya' kamu main PS? Waw!" kata Gaara nampak tak percaya. Aku hanya tersenyum menanggapi rasa terkejutnya.

"Ya begitulah aku, hahaha…" kataku bersenda gurau dengannya.

"Dari desa?"

"Tenshiki."

"Tenshiki? Kalau begitu wajar kalau kita jarang bertemu, letak desa kita lumayan berjauhan."

"Lho? Memang desa kamu dimana?"

"Nozuki. Lumayan jauh 'kan?"

"Iya sih," kataku seraya meninju bahunya pelan dengan tanganku.

"Hei..!" serunya seraya memegang kepalan tanganku.

Tiba-tiba suasana yang tadi sempat terdengar suara-suara yang entah apa sekarang menjadi hening. Hangat, itulah yang kurasakan saat telapak tangan Gaara menyentuh kepalan tanganku. Lama kami dalam keadaan seperti itu, hingga secara kebetulan atau tidak, kami menarik tangan kami kembali.

Sekitar lima menit kami terdiam, lalu aku merasakan bahwa Gaara sedang memandangku, aku pun sekarang juga memandang ke arahnya. Mata biru langitku pun bertemu dengan mata hijau bening miliknya. Dan sekilas segaris senyum terukir di wajah tampannya. Hal itu membuatku menjadi tertawa lepas diikuti oleh dirinya yang juga tertawa oleh kelakuanku.

"Hahaha… Gaara, kau membuatku ingin tertawa lagi."

"Benarkah?" katanya seraya menepuk kepalaku pelan layaknya aku ini adalah anaknya.

"Iya papa," kataku enteng.

"Hei?!" serunya seraya menarik kembali tangannya dari atas kepalaku.

"Gaara… baru kali ini aku melihatmu seakrab ini dengan gadis."

Aku dan Gaara pun segera mengalihkan pandangan kami ke arah suara tersebut. Dan yah, kutemukan ada sesosok laki-laki berambut coklat gelap, lumayan tinggi untuk seukuran laki-laki sebayanya dan yang lebih menarik perhatianku adalah dua buah segitiga merah yang terlukis di kedua pipinya. Kalau di perhatikan baik-baik, mungkin laki-laki itu juga seumuran denganku dan Gaara.

"Oi..!!" seru Gaara seraya melambai-lambaikan tangannya ke udara.

"Weist bro…" kata laki-laki itu seraya mempertemukan telapak tangannya dengan telapak tangan milik Gaara.

'Temannya mungkin,' kataku dalam hati. Aku dapat merasakan bahwa laki-laki itu menjatuhkan dirinya di samping Gaara.

"Nggak biasanya 'kan kamu datang secepat ini?" tanya Gaara pada laki-laki itu.

"Baru ingin saja," katanya seraya kedua matanya melirik ke arahku.

"Dia siapa?" tanya laki-laki seraya menunjuk ke arahku.

'Ugh! Tidak puaskah dia melirikku tadi?' batinku merasa risih.

"Teman baru di kelas kita," jawab Gaara.

"Eh?! Kenapa kamu nggak bilang kalau kita sekelas?" tanyaku menuntut penjelasan dari Gaara.

"Lupa," jawabnya seraya memberikan senyum konyolnya ke arahku.

"Perkenalkan, namaku Kiba, Inuzuka Kiba," kata laki-laki itu yang ternyata nama kecilnya adalah Kiba seraya mengulurkan tangannya ke arahku.

"Naruto, Uzumaki Naruto," kataku seraya menerima uluran tangan Kiba.

"Salam kenal Uzumaki-san," katanya sambil menarik kembali tangannya. Aku menanggapinya dengan sebuah anggukan.

"Gaara, aku mau ke kantin, sampai jumpa," kata Kiba seraya berlalu dari hadapnku dan Gaara.

"Temanmu?" tanyaku pelan menunjuk bayang-bayang Kiba.

"Yah, satu sekolah dan satu desa, sahabat," jawabnya singkat.

"Oh…"

"Kalau begitu ayo ke kelas!" ajaknya seraya menggenggam tanganku. Aku hanya menurut dan segera masuk ke kelasku.

Kesan pertama yang kulihat adalah ruangan ini sangat sederhana namun juga sangat bersih, meja-meja yang diatur sedemikian, dengan pendesainan yang sangat menampilkan kepribadian murid-murid di kelas ini. Satu kata, 'Perfect'. Gaara kembali menarik tanganku dan mengajakku duduk di salah satu bangku di ruangan itu, dan pada akhirnya kami pun sampai dan segera menduduki bangku tersebut. Satu meja dan satu kursi panjang untuk dua orang, begitulah keadaan di kelas ini. Dan saat ini pun aku dan Gaara duduk di meja paling utara nomer dua dari depan.

"Hei Gaara!" kata sesesosok gadis yang mempunyai ciri-ciri mirip sepertiku, hanya bedanya kulitku sedikit kecoklatan dan di kedua pipiku ada tiga garis sejajar, sedangkan kulitnya putih pucat dan tidak ada tiga buah garis sejajar di kedua pipinya.

"Yo~!" kata si Gaara menatap ke arah gadis pirang tersebut.

"Eh? Kamu murid baru ya? Perkenalkan, namaku Yamanaka Ino, panggil Ino saja," katanya tesenyum ramah kepadaku sambil menjulurkan tangan kanannya ke arahku. Aku menerima uluran tersebut dengan senang hati seraya membalas senyum ramahnya dengan senyumanku.

"Uzumaki Naruto, panggil Naruto saja, senang berkenalan denganmu," kataku menarik kembali uluran tanganku.

"Aku juga senang bisa mempunyai teman baru semanis seperti kamu," kata Ino yang sukses membuat wajahku sedikit merona.

"Ino," kataku seraya menepuk pelan lengannya. Ia pun tertawa renyah diikuti tawa dariku dan seulas senyuman dari Gaara.

"O ya Ino, ada apa?" tanya Gaara kepada Ino.

"Ini Gaara," kata Ino seraya memberikan amplop bewarna putih polos kepada Gaara. Gaara pun menerima amplop tersebut.

"Ini apa?" tanyanya kepada Ino.

"Surat izin dari Sai, katanya ada urusan keluarga, jadi dia menitipkan surat ini kepadaku," jelas Ino kepada Gaara dan membuatku mengangguk-angguk paham.

"Kenapa tidak diberikan kepada Sasuke saja?"

"Ya ampun, kamu 'kan wakilnya, bisa sampaikan kepada si ketua Sasuke 'kan? Aku sedikit malas berurusan dengannya," jawab Ino malas dan mendudukan dirinya di sampingku.

"Oh…" jawabnya singkat.

"Omong-omong, Temari sudah datang?" tanya Ino lagi.

"Ino… aku di sini," kata seseorang yang berada di belakangku.

Dengan segera aku pun memandang kebelakang, dan kulihat duduklah seorang gadis berambut pirang sepertiku dan Ino, namun di ekor empat dan menggunakan anting-anting berbentuk kipas disertai buku yang terbuka di hadapannya. Ia pun memandang ke arah kami tepatnya ke arah Ino. Sangat kelihatan bahwa Ino menganggaruk belakang kepalanya yang sangat kuyakini tidak gatal dan tersenyum polos ke arah gadis tersebut.

"A'ah… maaf Temari, aku tidak tau kau berada di situ," kata Ino salah tingkah seraya beralih duduk di samping Temari.

"Itulah dirimu, kalau sudah membahas tentang Sai pasti lupa segalanya," kata orang yang bernama Temari itu kepada Ino.

"Temari!" bentak Ino seraya menampar pelan pipi Temari.

Seakan tidak ingin membalas tamparan itu, Temari tersenyum kepadaku dan mengulurkan tangannya ke arahku, aku menerima uluran tangan tersebut dan sebisa mungkin aku tersenyum lembut ke arahnya.

"Namaku Sabaku no Temari, kakak tertua dari orang yang berada di sampingmu itu," kata Temari seraya menunjuk ke arah Gaara dengan menggunakan jari telunjuk tangan yang lainnya.

"Salam kenal Temari," kataku menarik kembali tanganku. Temari hanya tersenyum hangat kepadaku dan kembali membaca buku yang berada di hadapannya tanpa memperdulikan si Ino yang sendari tadi menggerutu tidak jelas kepada Temari.

DRTT… DRTT… DRRTT…

Aku terlonjak kaget saat mendengar suara itu. Tanpa sadar aku sedikit mendekat ke arah Gaara yang ternyata Gaara juga sedikit kaget dengan gerakanku yang tiba-tiba itu.

"Naruto? Kamu kenapa?" tanyanya kepadaku dengan nada yang khawatir.

"Ta.. Tadi itu suara apa?" tanyaku dengan nada yang sedikit bergetar.

"Oh… itu hanya bunyi bel di tempat ini," kata Gaara tenang dan mengambil buku di tas yang di bawanya.

"Oh… haha… maaf, di sekolahku masih menggunakan bel yang dipukul," kataku seraya sedikit menjauhkan diriku dari diri Gaara. Gaara hanya melemparkan senyum menawannya ke arahku, lalu ia segera kembali berkutat dengan isi tasnya.

Aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah lain untuk sekedar melihat-lihat lebih jelas ruangan ini, dan tanpa di sengaja, mataku pun bertemu dengan mata seseorang yang juga menatapku. Sudah sekitar beberapa menit kami saling berpandangan. Entah kenapa aku tidak ingin segera mengalihkan pandanganku ke arah lain, yang sekarang ada di benakku adalah ingin selalu melihat mata itu. Mata yang memancarkan rasa kesepian…

_

_

_

_

_

Tu Be Kontinyu…

OoooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooO

Hyaa~ Zuki lagi-lagi buat fic Lebay…!!! Arg!! *mukul-mukul pala ndiri pake kertas(?)*

O ya, pasti kalian semua sudah tau 'kan siapa yang bertemu pandang dengan Naruto?^^

Pendek? Iya ini memang pendek^^.

Maaf kalau masih ada kesalahan. Fic ini Cuma pelampiasan rasa pusing Zuki yang lagi banyak masalah ma temen masa lalu Zuki. Ampe Zuki di marahin Ryota karena misuh-misuh gaje waktu maen di rumah tetangga ma Ryota *nglirik Ryota tajam* *di gampar Ryota*

Yosh! Zuki tunggu Read and Review/Flamenya^^

With D'Heart

Mikazuki Chizuka