Disclaimers: Saint Seiya bukan punya aku! Kalo Saint Seiya punyaku aku GA AKAN ngebiarin gold saints dikutuk jadi batu!

Timeline: Sesudah Poseidon chapter tapi sebelum Hades chapter

Mimpi Buruk Hyoga

Hyoga pulang ke Siberia setelah ia mengunjungi makam guru besarnya di Sanctuary.

Wajahnya terlihat lelah dan pucat.

Ia memasuki pondokan gurunya dan menutup pintunya.

'Aku pulang...' kata Hyoga.

Tidak ada yang menyahut. Yah...Tentu saja tidak ada yang menyahut. Semua orang terdekatnya yang dulu tinggal bersamanya sudah pergi meninggalkan dia untuk selama-lamanya.

Ibunya meninggal waktu ia berusia delapan tahun selama perjalanan ke Negara Matahari Terbit.

Saint Crystal tewas setelah ia sadar kembali dari pengaruh sihir Athena palsu dan menghancurkan piramida es yang dibangun untuk keperntingan penguasa jahat Sanctuary saat itu.

Aquarius Camus, guru besarnya, tewas setelah ia mengajarinya bagaimana cara mencapai titik beku paling dingin yaitu Absolute Zero.

Kraken Issac, teman seperguruannya, juga tewas ditangannya karena ia dan Issac bertarung demi apa yang mereka yakini.

Hyoga mendesah. Kepalanya pusing, dadanya sesak dan matanya basah karena air mata. Sakit rasanya mengenang orang-orang yang dikasihinya sudah tiada.

Hyoga masuk ke kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya di atas dipan. Hyoga tidur-tiduran dan kemudian menutup kedua mata birunya yang indah.

Entah sudah berapa lama ia tertidur, saat ia bangun ia mendengar ketukan pelan di depan pintu pondokannya.

'Jam berapa ini?' pikir Hyoga. Ia kemudian melihat keluar jendela dan memandang langit.

'Hari sudah hampir malam. Pasti itu Yakoff yang ingin mengantarkan susu untukku!' pikirnya lagi.

Ia kemudian bergegas ke arah pintu masuk. Setelah ia membuka pintu pondoknya, ia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya.

'Apa aku sudah gila? Kau...GURUKU CAMUS?????' teriak Hyoga. Perasaannya campur aduk saat ia melihat Camus di hadapannya.

Perasaan kaget, sedih, senang, kangen tapi juga takut! Ia ingin sekali memeluk gurunya itu tapi perasaannya saat ini lebih didominasi oleh perasaan takut daripada perasaan bahagia.

Hyoga takut sebab ia melihat wajahnya Camus sangat pucat dan lebih dingin daripada yang selama ini ia lihat.

Jantung Hyoga semakin berdegup kencang saat ia menatap mata gurunya yang sangat dingin.

'Ah..Gu..Gu...'

PLAK! Camus menampar Hyoga!

'G..Guru..Kenapa...'

'Kau anak bodoh...Hyoga...' kata Camus. Suaranya terdengar dingin dan tanpa intonasi.

'Aku bodoh? Kenapa? Aku sudah bisa mencapai Absolute Zero! Kenapa kau masih mengatai aku bodoh?'

'Kau memang sudah melampaui aku dengan mencapai titik Absolute Zero. Tapi kau masih belum bisa melupakan kenangan-kenanganmu terhadap orang yang sudah meninggal!

'A..Apa maksud guru?'

'Kau ingat pertarungan dengan salah satu Marina Posseidon yang bernama Lymmnades Caza? Apa kau masih ingat apa yang sudah ia lakukan terhadapmu, Hyoga???' tanya Camus dingin.

Hyoga terdiam sejenak dan kemudian menangis.

'Maafkan aku guru...Aku salah! Aku memang tidak pantas untuk menajdi seorang saint karena aku terlalu terbawa perasaan. Aku menyesal guru...' kata Hyoga sambil terisak-isak.

'....Hyoga...' kata Camus sambil membelai rambut Hyoga pelan-pelan. Hyoga mendongakkan kepalanya. Ia melihat wajah gurunya yang tadinya dingin sekarang terlihat lebih hangat.

'Baguslah...Kau mau menyadari kesalahanmu. Jangan diulangi lagi ya...Hyoga...' kata Camus. Wujud Camus perlahan-lahan menghilang.

'G..guru...Jangan...Jangan pergi guru..'

'Selamat tinggal...Hyoga....'

'GURU JANGAN PERGI' teriak Hyoga sambil duduk di atas dipannya. Ia terengah-engah dan melihat ke sekitarnya dengan liar.

'Mimpi...Itu tadi hanya mimpi...' katanya sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

'Maafkan aku guru...Aku masih belum bisa memenuhi permintaanmu agar jangan terbawa perasaan.'