Autor's note:

-Mengandung Boy Love aka Shounen-ai aka Yaoi

-Pairing SasuNaru dan NejiGaara. Slight NejiSasu in next chapter

-Lime, Lemon, Rape, dan Violence. Yang homophobia dan belum cukup umur harap klik icon back sebelum muntah dan muncul keinginan untuk memflame saia

-Komentar, kritik dan saran yang membangun masih sangat dinantikan

-Happy reading


Summary:

Hanya karena seseorang tidak mencintaimu dengan cara yang kau inginkan, bukan berarti mereka tidak mencintaimu dengan sepenuh hati. Hardcore Yaoi, NC-17, Lime, Lemon, Rape, Violence, Bahasa Vulgar. Pairing SasuNaru dan NejiGaara

XxXxX

NARUTO © MASASHI KISHIMOTO SENSEI

UNDERSTANDING © LOVELY LUCIFER

BETA READER © .CHARLOTTE.D'CHAUCHEMAR.


Some thoughts are better left unsay, some feelings are better kept to your self. But love has it's own way of expressing it self even in silence

-anonymous –


Hidden Leaf Apartment Number 123 at 10.07 PM

"Sasuke... Jangan begitu. Bisakah kau berhenti sebentar dan dengarkan aku!" teriak seorang pemuda berambut pirang histeris. Dia berlari dengan membabi buta untuk mengejar pemuda berambut biru gelap yang sudah hampir melewati pintu kamar mereka.

"Apa lagi sekarang, Naruto? Aku sudah muak. Lepaskan aku!" desis Sasuke marah. Ditepisnya dengan kasar lengan berkulit tan itu hingga Naruto jatuh tersungkur ke lantai.

"Sasuke, aku mohon... Aku tidak bermaksud menolakmu. Sumpah, aku tidak sengaja. Aku hanya kaget barusan. Kita bisa memulainya dari awal" Naruto berusaha berdiri dan kembali menggenggam tangan Sasuke, bibir pucatnya gemetar menyunggingkan senyum memaksa.

Sasuke menatap mata safir itu, mencoba membaca kesungguhan di baliknya.

"Sasuke, please… aku akan melakukan apa saja..." kata pemuda pirang itu sambil meletakkan tangan kanannya pada pipi pemuda di depannya, "sungguh, aku tidak akan protes," mohonnya dengan kesungguhan yang jelas.

Dan dalam sekejap Sasuke teryakini. Pemuda itu mengeliminasi jarak antara mereka, menciumi bibir Naruto dengan menuntut dan mendominasi.

Naruto berjengit ketika punggungnya menghantam lantai saat Sasuke mendorongnya dengan kasar. Sementara tangan pucat pemuda Uchiha itu merobek paksa kaos orange Naruto tanpa ampun.

"Jangan pernah menolakku lagi, Naruto. Jangan pernah. Aku tidak suka itu, seharusnya kau tahu," gumam Sasuke diantara ciuman dan jilatannya di telinga Naruto.

"Hn." Naruto hanya membalas singkat. Dia tak mampu berfikir lagi, badannya terasa panas dan nafasnya memburu. Bukan karena dikuasai gairah, tapi karena dia hanya terlentang tanpa alas di lantai yang dingin. Naruto benar-benar tidak dalam kondisi fit sekarang, dan Sasuke memilih waktu yang tidak tepat untuk minta dilayani.

Pemuda pirang itu merintih ketika lengan Sasuke mulai menjelajahi selangkangannya, mengenyahkan boxer orangenya entah ke mana. Membuat kepala Naruto semakin pusing dan bertalu-talu.

"Mana suaramu, Dobe? Aku ingin mendengar eranganmu," bisik Sasuke sementara dia dengan ganas menghisap titik di sekitar leher Naruto, mengigitnya dengan kasar, menimbulkan luka berdarah. Sementara air mata Naruto mengalir tanpa suara.

"Aggh… Sasuke!" akhirnya pemuda bermata biru itu melenguh, menjambak rambut spike kekasihnya. Sama sekali tidak menikmati, hanya berusaha mempertahankan kesadaran yang sepertinya akan meninggalkannya sesaat lagi.

Naruto menggigil. Bibir Sasuke di lehernya terasa sedingin es, begitu juga dengan semua bagian tubuh tanpa pakaiannya yang menindih Naruto, membuat pemuda pirang itu semakin merasa gemetaran.

"Sas... Ugh... Sas... Tolong berhenti sebentar." Naruto berusaha berbicara. Pandangannya kabur dan perutnya terasa mual. "Please, tolong…" lanjutnya sambil mencengkeram kepalanya sendiri yang mulai terasa berputar. Beban tubuh Sasuke yang menindihnya membuat semuanya memburuk dua kali lipat. Nafas Naruto terengah-engah dan giginya bergemeretuk. Sekuat tenaga pemuda pirang itu mempertahankan kesadarannya agar tak ambruk saat itu juga. Dan Naruto mendesah lega ketika serangan di lehernya terhenti.

Pelan-pelan kepala berambut biru gelap yang berada di depan dada Naruto mendongak, mata onyxnya menatap garang. "Aku tidak suka dihentikan saat sedang melakukan hal yang kusukai. Kau sendiri yang mengatakan kalau kau tidak akan protes," desis Sasuke mengancam.

Naruto terdiam, dia menelan ludahnya dengan menyesal.

Dan dalam hitungan milisecond, bibir Sasuke kembali membungkam mulut Naruto, menyebabkan pemuda pirang itu kehabisan nafas dan tercekik.

Naruto tersedak, berusaha menghirup udara diantara bungkaman bibir Sasuke di kedua saluran pernafasannya. Tangannya menggapai liar sementara kegelapan semakin menusuk retinanya.

Pemuda pirang itu menggeliat sia-sia, tenaganya tak pernah cukup untuk menyingkirkan Sasuke yang lebih besar darinya. Kekasihnya benar-benar sudah menjelma seperti pasir hisap yang menyerap apapun yang bergerak.

Beberapa menit Naruto menggelepar. Dan tiba-tiba paru-parunya terisi, membuat Naruto membuka matanya dengan lega dan menghirup udara dalam-dalam. Mengumpulkan sisa kesadarannya yang sempat meninggalkannya.

"Jangan menguji kesabaranku, Naruto," desis Sasuke. Jari pucatnya bermain di rambut pirang Naruto, sementara dia menjilat leher Naruto lalu menghirup ceruk di antara bahu dan leher pemuda pirang itu, "kau tahu aku tak suka menyakitimu. Sungguh!" lanjutnya dalam kelembutan yang mencengangkan.

Naruto menggeleng pelan, lega akan perubahan sikap pemuda yang menindihnya. "Tidak akan pernah, Sasuke. Aku bersumpah!" desisnya sambil berusaha memberi belaian terimakasih di kepala berambut spike itu. Tapi sebelum ulurannya mencapai kepala Sasuke, pemuda pirang itu memekik kaget sejadi-jadinya. Sasuke menyeringai mengerikan sambil meremas barang milik Naruto tanpa ampun. Membuat tubuh pemuda pirang itu mengejang dan melengkung membentuk kurva, menyingkirkan tubuh Sasuke dari atasnya dengan debaman pelan.

"He... hentikan Sas. Aku mohon!" isaknya diantara kesakitan teramat sangat yang menyerangnya. Tapi pemuda Uchiha itu hanya tersenyum senang dan beringsut menyamankan diri di samping tubuh Naruto. Dan dalam sekejap lengan pucat itu berpindah. Bukan ditarik mundur, tapi Sasuke malah menyusupkan tiga jarinya sekaligus ke belakang selangkangan Naruto, memanfaatkan momen disaat pemuda pirang itu mengangkat tubuh bagian bawahnya.

Naruto berteriak lagi, jatuh terkelungkup dengan kaki mengangkang. Dan sambil gemetar hebat pemuda pirang itu mengangkat tubuh bagian bawahnya, tergelincir sedikit ketika lututnya terpeleset sperma dan darahnya sendiri.

"Sasu..ke.. To..long.. Sa..kit" Naruto menggapai-gapai udara kosong di sampingnya, berusaha meminta belas kasihan.

Tapi pemuda Uchiha itu hanya mengembangkan seringaiannya.

"Panggil lagi namaku!"

"Sasu… ke..."

Lengan bebas Sasuke menarik dagu Naruto dan menciumnya lembut, kontras dengan lengan satunya yang seakan berusaha merobek rektum pemuda pirang itu.

"Anak baik yang aku suka…" gumam Sasuke ketika ciumannya turun ke tengkuk dan punggung penuh peluh serta bercak merah itu. Erangan Naruto membuat pemuda Uchiha itu mempercepat gerakan tangannya.

"Sedikit lagi, Sayang," lanjutnya ketika lebih banyak cairan merah dan putih menetes dari tubuh bagian bawah Naruto. "Ya, begitu!" Tanpa menghentikan hand-jobnya pemuda berambut biru gelap itu bangkit untuk berlutut dan mengarahkan kejantanannya bagian ke belakang tubuh Naruto.

"Aagghh...!!" Tubuh Naruto mengejang lagi ketika milik Sasuke menyeruak rektumnya tanpa ampun. Air mata mengalir dari kedua mata safirnya dan menetes ke lantai. Detik berikutnya, pemuda pirang itu tersungkur tak sadarkan diri.

XxXxX

Hidden Leaf Apartment Number 123 at 07.10 AM

Sasuke membuka mata onyxnya, pagi datang lagi. Perlahan pemuda itu meregangkan tubuhnya dan beringsut untuk mencium pemuda pirang yang masih terlelap di pelukannya.

"Pagi, Dobe," sapa Sasuke sambil membenamkan wajahnya di leher jenjang Naruto, menghirup aroma citrus yang selalu membuatnya hilang kewarasan.

"Hn..." Naruto merespon dengan erangan, berusaha membuka kelopak matanya yang berat.

"Bagaimana tidurmu, Sayang? Curang sekali kau, membiarkanku sibuk sendiri tadi malam," kata Sasuke sambil merebahkan kepalanya di atas dada Naruto, sementara jarinya menyentuh pusar kekasihnya yang memiliki tato berbentuk segel, terus menjelajah sampai ke bawah. Membuat Naruto akhirnya mendesah.

"Kau harus membayarnya pagi ini," goda Sasuke serius, tangannya terus bergerak seirama seiring desahan pemuda di bawahnya.

Naruto tidak menjawab apa-apa, hanya mengerang dan tersenyum lemah. Pemuda pirang itu membalas sentuhan Sasuke dengan belaian di rambut biru gelapnya.

Sungguh, terkadang Naruto tidak mengerti kekasihnya ini. Walaupun sudah bersama lebih dari 5 tahun, sikap Sasuke masih merupakan misteri baginya. Terkadang pemuda itu begitu lembut dan protektif, membuatnya merasa menjadi pria paling bahagia di muka bumi ini. Tapi di lain waktu, Sasuke bisa sangat beringas dan kasar, seolah ada pribadi lain di dalam tubuhnya yang menyimpan semua iblis dalam satu waktu. Menorehkan semua kekerasan dan pengintimidasian di tubuhnya tanpa ampun.

Tapi walaupun begitu, Naruto tidak pernah protes, apalagi berfikir untuk berpisah. Yang manapun, Sasuke tetaplah Sasuke, pria yang dicintainya lebih dari apapun didunia ini. Dan Naruto yakin Sasuke pun memiliki cinta untuknya sebanyak yang Naruto punya.

"I love you, Sasuke. I knew I always do," bisik Naruto ketika Sasuke mengembangkan senyum khasnya dan beringsut untuk menciuminya.

"I love you too, Naruto," balasnya.

XxXxX

White Sand Apartment Number 319 at 07.01 AM

"Selamat pagi, Gaara. Kita sarapan apa, Sayang?" tanya seorang pemuda berambut cokelat panjang dan bermata lavender sambil memeluk dari belakang pemuda berambut merah yang tidur dengan posisi terkelungkup di kasur king size-nya.

"Hn, Neji." Perlahan Gaara membalikkan tubuhnya, hanya untuk mendapati kalau sekarang dia terperangkap diantara dua lengan kekasihnya, mau tidak mau pipi pucat itu merona merah.

"Kau itu seperti perempuan," goda Neji sambil menciumi bibir pemuda di bawahnya.

Gaara tidak menjawab, dia melingkarkan tangannya di leher pemuda berambut cokelat itu dan membalas ciuman selamat paginya yang beraroma cappuccino.

"Hei, kau mau bangun sendiri atau aku harus menggendongmu ke kamar mandi?" tanya Neji dengan senyum terkulum, "atau mungkin kau perlu alasan untuk mandi dan keramas?" Lengan Neji menyusuri hidung bangir pemuda yang lagi-lagi pipinya merona merah. "Masih ada satu jam lebih sebelum aku meeting dengan klient dari Iwagakure. Aku tak keberatan sarapan berat."

Gaara mengerucutkan bibirnya dengan merajuk ketika menyadari kalau Neji serius mengodanya.

"Jangan memasang wajah begitu, kau membuatku tambah lapar tahu." Dengan sekali sentak, pemuda berambut cokelat itu menyingkirkan selimut putih yang menjadi pembatas tubuhnya dan Gaara. Neji tersenyum puas ketika mendapati kalau kekasihnya sama sekali belum memakai apa-apa setelah mereka bercinta gila-gilaan tadi malam.

"Bagus, bersiaplah untuk ronde kedua, Reddish Cheeks," gumamnya.

XxXxX

White Sand Apartment Number 319 at 07.19 AM

Neji beringsut melepas ciumannya, mata lavendernya menyipit membaca raut pemuda di hadapannya. "Apa yang kau pikirkan?" tanyanya penasaran.

Gaara tersentak kaget ketika menyadari kalau Neji telah menyingkir dari tubuhnya tanpa dia sadari. Mau tak mau, mata hijau pemuda itu membulat sempurna. "Ti...tidak ada."

"Jangan bohong, aku tahu pikiranmu sedang tidak di sini. Aku tidak suka kalau kau memikirkan hal lain disaat kita bersama."

Pemuda berambut merah itu meraih leher Neji dan membawanya mendekat. "Aku tidak berfikir apa-apa," gumamnya sambil memberikan sebuah gigitan menggoda di bibir pemuda itu. Lalu bibirnya mengecup dalam hingga menimbulkan gema kencang di kamar tidur mereka. Gaara sudah membuka mulutnya, memberi undangan agar kekasihnya menyusupkan lidahnya seperti biasa. Tapi tidak ada respon sama sekali, Neji malah menarik mundur kepalanya.

"Kapan kau mulai belajar kalau di dalam suatu hubungan itu perlu kejujuran," kata Neji sambil melepaskan tangan pucat Gaara dari lehernya.

"A... aku..."

"Sudahlah, aku harus ke kantor."

"Neji..." Gaara menggapai pinggang Neji ketika pemuda itu akan berdiri dari kasur mereka, "please."

"Aku sedang tidak ingin bertengkar, Gaara," gumam Neji pelan tanpa berbalik.

"Aku juga tidak."

"Tapi kau selalu merusak suasana!" Nada Neji naik satu oktaf ketika dia berbalik dan mencengkeram lengan pucat kekasihnya, membuat Gaara menggeleng pelan, berusaha memberikan tatapan menyesal.

"Siapa?"

"Neji, please…"

Dengan murka, pemuda berambut cokelat panjang itu bangkit. Tapi sekali lagi gerakan Gaara lebih cepat, mengunci Neji hingga pemuda itu terduduk lagi.

"Sasori-nii..."

Seketika Gaara terdorong mundur, pandangannya berubah gelap ketika sesuatu yang berwarna cokelat menusuk retinanya.

Pemuda berambut merah itu mengerjapkan matanya agar kesadaran merasuki otaknya.

Neji sudah menindihnya, menciumnya dengan garang dan beringas, menyusupkan lidahnya untuk menjelajahi semua rongga mulut pemuda itu sementara lengannya sudah mencapai selangkangan Gaara.

Gaara mengerang ketika ciuman Neji turun di sekitar dadanya. Tidak ingin hanya diam, pemuda berambut merah itu ikut menjelajahi bagian bawah kekasihnya dan menciumi lengan bebas Neji.

"Neji..." Gaara memekik, lidah kekasihnya sudah mencapai selangkangannya dan mengulum kejantanannya sementara lengannya bermain di tonjolan di dadanya yang sudah mengeras.

Pemuda berambut merah itu terus mengerang, menikmati setiap gerakan Neji yang selalu membuatnya terbang ke langit ketujuh.

Tapi tiba-tiba semuanya terhenti, membuat Gaara membuka mata emeraldnya dengan bingung. Pemuda itu menemukan kalau Neji sudah mendekat ke wajahnya, hidung mereka bersentuhan dan nafas keduanya bertemu.

Gaara memiringkan wajahnya untuk mencapai bibir kekasihnya, tapi jari Neji menahannya.

"Katakan siapa yang kau pikirkan?"

"Kau..." bisik Gaara sambil menyingkirkan jari Neji untuk kembali mencium pemuda itu.

"Sebut namanya."

"Neji... Neji Hyuuga."

"Katakan kau menginginkanku."

"Aku menginginkanmu."

"Menginginkan siapa?"

"Aku menginginkan Neji Hyuuga, hanya untukku!" jerit Gaara ketika dia dengan membabi buta menyerang Neji hingga mereka bertukar posisi.

Senyum pemuda bermata lavender itu terkembang. "Bagus, jangan lupakan itu. Sasori hanya bagian masa laluku, dan hanya kau sekarang. Jangan sekali lagi memikirkan pria lain saat kita bercinta." Neji membalas ciuman Gaara sementara lengannya membuka kedua kaki kekasihnya dan menyentak pemuda itu agar duduk di perutnya. "Bersiaplah untuk acara puncak, Reddish Cheeks," gumam Neji ketika dia mengangkat Gaara dengan tangan kanannya dan mengarahkan miliknya ke rektum pemuda di atasnya.

XxXxX

Hidden Leaf Apartment Number 123 Next day at 07.10 AM

"Sasuke, aku akan pulang ke rumah sebentar. Kau kekantor jam berapa?" tanya Naruto sambil meletakkan pancake dan jus tomat di depan pemuda berambut biru gelap yang sedang asyik dengan koran paginya.

Mata onyx itu langsung berpindah, mendongak dari bacaannya, "Jam berapa kau akan pergi? Kenapa tidak bilang dari awal?" desis Sasuke tidak suka.

Naruto menghampiri Sasuke dari belakang dan mengalungkan lengannya pada leher pemuda itu "Kau itu... Aku sudah bilang kemarin, tapi kau tak mendengarkanku."

"Jangan bohong Dobe."

"Mana berani aku..." rajuk Naruto ketika Sasuke menariknya untuk duduk diatas pangkuannya.

"Aku antar ya." gumam Sasuke, kepalanya menciumi leher kekasihnya, menghirup aroma citrusnya.

"Hei... Aku hanya pulang ke rumah orang tuaku sebentar. Bukan bertandang ke kandang macan. Sebelum kau pulang dari kantor, aku pasti sudah kembali!" gerutu Naruto diantara desahannya. Pemuda berambut pirang itu tersenyum ketika merasakan sesuatu menegang dialas duduknya, "jangan bilang kau ingin kita melakukannya lagi Teme, kau baru mandi,"

"Tidak perduli, aku bisa mandi lagi!" tanggap Sasuke sambil terus menyerang leher kekasihnya, "Asal kau tahu Dobe, aku lebih suka melemparmu ke kandang macan dari pada menyuruhmu pulang. Aku belum lupa terakhir kali kau pulang aku mesti bertengkar dengan Iruka dan Kakashi untuk menyeretmu kembali kesini,"

Naruto tertawa, "Itu karena kau menolak membiarkanku menginap dirumah,"

"Jangan harap, aku bisa mati kalau jauh darimu lebih dari 12 jam,"

"Chi-chi sudah menyuruhmu ikut mengi... Tunggu Sasuke, biar ku buka sendiri, ini kaos kesayanganku," tahan Naruto ketika kekasihnya sudah membuat ancang-ancang akan melepas paksa bajunya, membuat Sasuke berdecak tidak sabar.

"Chi-chi sudah menyuruhmu ikut menginap," ulang Naruto ketika kaos orangenya berhasil disingkirkan dengan selamat.

"I don't want to be caught when I was fucking you,"

"Pervert"

"Terserah kau," balas Sasuke ketika dia sudah bosan menjilati seluruh badan kekasihnya dan dengan mudahnya pemuda itu mendudukkan Naruto ke meja makan. "Penggangu." desis Sasuke sambil menyingkirkan boxer bergambar Kyuubi dari kaki Naruto.

"Jangan bilang kau menyuruhku hilir-mudik dirumah tanpa celana Teme,"

Sasuke mendongak dari aktifitas jilatannya, berlagak memasang muka berfikir, "Ide bagus, kenapa tidak?" desisnya disertai pukulan main-main dipunggungnya oleh Naruto.

XxXxX

White Sand Apartment Number 319 Next Day at 07.01 AM

"Ada apa?" tanya Neji ketika Gaara meletakkan gadget merahnya dimeja dan kembali menyamankan diri dipelukan kekasihnya yang duduk bersandarkan bantal.

"Nee-san ingin aku pulang dan menemaninya chek up ke dokter kandungan," jawab Gaara sambil mendesah ketika Neji kembali menyerang tekuknya, sementara miliknya yang menegang mengesek tulang belakang pemuda berambut merah itu secara konstan dan meninggalkan jejak cairan putih disana.

Neji mengerang protes, "Kenapa harus kau? Shikamaru mana?"

"Ada job selama seminggu di Kirigakure,"

"Kankuro?"

"Ten-ten sedang hamil muda, tidak bisa ditinggal,"

"Aku tidak mengizinkanmu pergi!"

"Neji..." Gaara sudah akan berbalik untuk menatap kekasihnya secara frontal, tetapi pemuda berambut cokelat itu menahannya.

"Aku belum selesai dibagian ini Reddish Cheeks!"

Gaara menggeliat dan mendesah lagi ketika jari Neji meremas dadanya dan meraba terus ke bawah.

"Kau tidak menginapkan?"

"Tidak tahu."

"Aku ingin kau pulang, Sayang"

"Kuusahakan," pemuda bermata emerald itu mendongak dan menarik kepala Neji untuk menciumnya.

"Aku akan menjemputmu,"

"Jangan Neji. Kau tahu Nee-san tidak menyukai hubungan kita, dan aku tidak suka melihat kalian bertengkar,"

"Bagamana kalau kau tidak kembali padahal aku kangen padamu? Aku tidak suka tidur sendirian!"

"Artinya kau bebas malam ini,"

Neji melepas ciumannya dengan suara keceplak kencang, "Kau bercandakan?"

"Tidak" jawab pemuda rambut merah itu sambil kembali menarik Neji dan mencium bibirnya penuh-penuh lagi.

Dahi bertato Neji mengerut tidak suka, ditariknya kepalanya dari jangkauan lengan pucat Gaara, "Kau tidak pernah benar-benar serius terhadapku kan? Tidak pernah sungguh-sungguh meletakkanku dalam skala prioritasmu kan?" desisnya dalam tanya tersinggung. Dengan sekali sentakan pemuda berambut cokelat itu membalik tubuh Gaara dan mengguncang bahunya.

"Aku tidak seperti itu!"

"Kau memang seperti itu! Kau selalu mementingkan orang lain selain aku!" tunjuk Neji tepat ke dada kekasihnya yang basah.

"Nee-san bukan orang lain, dia kakakku," teriak Gaara ikut terpancing.

"Aku tidak hanya membahas tentang Temari-nee, tapi juga tentang Sasori, Kiba, Sai, dan entah siapa lagi yang selalu kau pikirkan perasaannya disaat kita melakukan sex!" balas Neji tidak kalah keras.

"Jangan mengalihkan pembicaraan!"

"Kau yang memulai Gaara, kau yang bilang aku bebas malam ini. Jadi apa maksudmu itu? Kau tidak mempercayaiku kan? Kau tidak serius terhadapku kan? Orang macam apa yang rela kekasihnya melakukan sex dengan orang lain??! Berapa kali harus ku bilang kalau aku sudah berubah. Hanya kau sekarang! Benar-benar hanya kau!" Neji meraung frustasi.

Gaara diam sejenak, membiarkan kesunyian merajai kamar tidur mereka. Tak lama bibirnya menyunggingkan senyum pahit, "Aku tidak akan disini dan mau kau tiduri kalau aku tidak serius denganmu Neji. Dan aku minta maaf tentang segala yang ku pikirkan tentangmu, tapi semua tidak mudah..."

"Gaara..." Neji agak tersentak ketika mendengarkan perubahan suara pemuda didepannya.

"Aku melihatmu bercinta dengan orang lain di kamar kita... Bukan dengan satu orang Neji, tapi berganti setiap malam, dan semuanya kukenal,"

"Sayang... Aku..." Neji berusaha meraih lengan pemuda berambut merah itu ketika dia melihat kilatan bening di mata emeraldnya.

"Kalau kau jadi aku... Kau juga tidak akan mudah melupakannya... Sungguh, selalu terasa sakit disini," Gaara menunjuk dadanya sendiri dengan getir.

XxXxX

TBC

XxXxX

Winamp playlist:

Seize the Day by Avenged Sevenfold

Fatal Tragedy by Dream Theater

Given up by Linkin Park

Loves me not by T.a.T.u

XxXxX

Chapter 1 status done

Chapter 2 status in progress

XxXxX

Special thanks to .Chaloratte.d'Cauchemar.

Beta Reader saia yang baik hati dan tidak sombong

XxXxX

Ini Lemon sekaligus Angst pertama saia.

Maaf kalau ceritanya terkesan memaksa, terlalu ala sinetron dan timenya melompat-lompat. Saia akan lebih berusaha di chapter selanjutnya.

Komentar, kritik dan saran yang membangun masih sangat dinantikan

XxXxX

MIND TO REVIEW?