Apdate langsung, mumpung otak lagi segeeeeeeeer.
Well, ayo-ayo semuanya mari membaca dengan ria gembira.
Oia,
Thanks ya atas reviewnya yang rata-rata dukung aku buat makin semangat buat fic.
Well, ini dia…
Disclaimer: Naruto punyanya om Masashi
Story: Love Story : SakuSasu Fried Rice
Warning: OOC punya
Burung –burung berkicau di luar jendela kamarku. Aku membuka mata dengan sangat lemas. Kepalaku masih saja sakit, entah mengapa masih seperti kemarin. Aku mencoba meraih gelas yang ada di atas lemari kecil kamarku.
"Ini."
"Ah."
Hinata telah ada di kamarku saat ini, memberikanku segelas air putih.
"Ka-kamu sudah bangun… Gaara?" katanya lembut.
"Ya…" kataku masih sangat lemas, sambil minum.
"Bagaimana… ke-keadaanmu?" tanyanya sambil menaruh lagi gelas ke atas lemari kecil tadi.
"Ya… dibilang baik… sama sekali tidak." kataku sambil tersenyum tipis padanya.
Dia membalas tersenyum padaku. "Ji-jika masih sakit… ja-jangan dipaksakan untuk bangun." katanya.
"Ya… baiklah." kataku sambil memandang dirinya.
"Oh, Gaara. Apa ka-kamu tahu, bahan ma-makanan kita sudah habis. Yang ada se-sekarang hanya beras, dan bumbu dapur." katanya.
"Hm? Kalian tidak pergi belanja?" tanyaku padanya.
"Ke-kemarin Temari terlalu si-sibuk dengan Lee. Se-sedangkan Sakura tidak mau ji-jika berbelanja sendiri." jelasnya.
"Hm? Lalu kamu?" tnayaku lagi.
"A-aku… aku menjagamu, Gaara." jawabnya. Wajahnya terlihat memerah.
Aku hanya bisa tersenyum melihatnya. "Ya… harusnya aku tahu itu. Maafkan aku." kataku.
"Ti-tidak apa. Lagipula… a-aku sudah berjanji padamu, Gaara." katanya.
"Ya… aku tahu. Lalu… apakah Lee sekarang sedang berteriak meminta makan kepada Temari?" kataku sambil tersenyum.
"Me-mereka… aku be-belum meihat ke bawah." jelasnya.
"Belum… melihat ke bawah?" tanyaku heran. "Lalu, kamu dimana selama ini?"
"A-aku disini, Gaara." jawabnya.
Hinata semalaman ada disini? Dia benar-benar melakukan apa yang dia janjikan padaku.
"Jadi… kamu…"
"Ya, a-aku disini sepanjang malam." katanya memotong perkataanku.
Sepanjang malam? Hinata disini untukku? Kenapa aku tidak bangun saja semalam?! Ah, aku melewatkan malam yang panjang bagi Hinata.
"Terima… kasih, Hinata. Aku… aku tak menyangka kamu akan seperti itu." kataku malu.
"A-aku takut ka-kamu kenapa-kenapa, Gaara." katanya sambil tersenyum sangat manis.
Aku hanya bisa tersenyum, "Aku sayang kamu, Hinata." kataku.
"Aku juga, Gaara." katanya.
Aku mencoba untuk bangun, aku memandang dengan senyuman kepadanya. Lalu, kamipun berciuman selama beberapa saat.
"Hinata!!!"
Terdengar suara Temari yang membuat aku dan Hinata sama-sama kaget. Kamipun tertawa, merasa lucu dengan sikap kami berdua tadi.
"HInata!!! Dimana kamu!!!" teriak Temari dari bawah.
"A-aku ke bawah dulu ya." kata Hinata sambil menuju pintu kamarku.
"Baiklah. Aku akan menyusulmu, Hinata." kataku sambil memandang Hinata yang keluar dari kamarku.
Aku mencoba untuk bangun dari atas tempat tidur. Kepalaku sakit lagi. Sesaat aku merasakan sakit di kepalaku, kemudian hilang. Aku segera bersiap diri untuk turun ke bawah, menemui yang lain.
Selesai bersiap diri, aku perlahan menuruni tangga.
"Hei, Gaara! sudah bisa jalan, eh?" kata Lee menyambutku.
"Begitulah." Kataku singkat. Aku masih sangat lemas untuk berkata-kata.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Sasuke sesampainya aku di ruang depan.
"Lumayan baik." kataku sambil menjatuhkan diri ke sofa. "Aaah. Kepalaku!"
"Ada apa, hei!" kata Lee sambil mendekatiku.
"Kepalaku, masih saja sakit." jawabku sambil menahan sakit.
"Lebih baik kamu beristirahat saja di kamar, Gaara." saran Sasuke.
"Mungkin seharusnya begitu." kata Lee menambahkan.
"Ya, mungkin…"
"Kamu sudah bisa turun, Gaara?" tanya Temari yang datang dari arah dapur, bersama Hinata dan Sakura.
"Gaara!! Wew, aku kira kamu tak akan bisa berkumpul disini selama beberapa waktu. Ternyata aku salah ya, hihihihi" kata Sakura.
"Ya, begitulah." jawabku.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Temari.
"Kepalaku… sakit." jawabku.
"Mungkin memang seharusnya kamu berada di kamarmu, Gaara." kata Temari.
"Iya, kamu bisa ditemani Hinata yang sayaaaaang sekali padamu Gaara." kata Sakura sambil melirik Hinata. Dan dapat aku lihat, wajah Hinata memerah.
"Mungkin seharusnya begitu." kataku. "Hei, katanya tidak ada bahan makanan?" tanyaku kemudian.
"Ya… aku lupa berbelanja kemarin." jawab Temari.
"Di dapur, hanya ada nasi, dan bumbu dapur." sambung Sakura.
"Ekh, perutku lapar! Apakah kalian tidak dapat membuat sesuatu dengan bahan-bahan itu?! Aku sudah sangat lapar, he, Temari!!" teriak Lee sambil memegang pertunya yang butuh masukan makanan.
"Aku bingung akan membuat kalian mempunyai ide?" tanya Temari pada yang lain.
Sesaat, aku melihat mereka semua sedang berpikir. Apa yang dapat dibuat dengan bahan-bahan seadanya itu? Aku ingin ikut berpikir, hanya saja, kepalaku sepertinya belum siap untuk digunakan secara keras.
"Aku ada ide. Apakah ada telur, atau yang lain?" tanya Sasuke kemudian.
"Telur? Masih… masih ada sepertinya." jawab Temari.
"Sasuke ingin membuat apa?" tanya Sakura.
"Sesuatu yang aku pelajari ketika masih di sekolah dulu." jelasnya. "Ada yang ingin membantu?"
"Aku… aku!! Aku ingin tahu apa yang dibuat Sasuke." teriak Sakura bersemangat.
"Aah, aku capek. Ya, lebih baik kalian berdua yang menggunakan dapur. Aku ingin istirahat, dan Hinata pastinya ingin bersama Gaara. jadi, aku serahkan pada kalian ya." Kata Temari sambil menjatuhkan diri ke sofa yang di duduki Lee.
"Ya… ya… buatkan makanan yang enak ya. Hahahahha" kata Lee sambil tertawa.
"Ka-kalian tidak apa hanya berdua?" tanya Hinata.
"Berdua juga cukup." jawab Sasuke.
"Yeeeeei!! Ayo Sasuke!!" kata Sakura sambil menarik lengan Sasuke.
Merekapun masuk ke dapur untuk membuat sesuatu.
"Kira-kira mereka membuat apa ya?" tanyaku.
"Kata Sasuke, sesuatu yang dia pelajari ketika di sekolah dulu… apa ya?" Temaripun ikutan bertanya.
"Ah, sudahlah. Kita tunggu saja jadiny nanti bagaimana." kata Lee.
Ya, mungkin aku hanya akan menunggu mereka memasak berdua di dapur. Semoga makanan yang mereka buat dapat membuat berhenti perutku yang sedari tadi mengoceh tidak karuan.
"Hahahahahaha." Terdengar suara Sakura tertawa dari arah dapur.
"Hei, hei!! Sedang apa mereka sampai tertawa seperti itu?" tanya Lee.
"Aku tak tahu." jawabku.
"Su-sudahlah. Buat a-apa itu dipikirkan." kata Hinata yang duduk sambil tiduran di bahuku.
Beberapa saat kemudian, Sasuke dan Sakura muncul dari dapur.
"Yeeeei… sudah jadi nih." kata Sakura sambil membawa piring besar berisi… "Ini dia. Nasi goreng SakuSasu!!" teriak Sakura dengan semangat.
"Ooh, jadi kalian membuat nasi goreng ya. Benar juga, mengapa tak terpikir olehku ya?" kata Temari sambil melihat hasil kerja Sasuke dan Sakura.
"Wah, sepertinya enak. Ayo kita mulai makan!!" teriak Lee sambil mengambil sepiring besar nasi goreng.
Semuapun ikutan mengambil nasi goreng SakuSasu. Hahahaha, nama nasi goreng menurut siapa yang membuat. Kreatif sekali mereka.
Kamipun makan dengan lahap. Tak disangka, dengan bumbu-bumbu yang sangat sederhana, Sasuke berhasil menjadikannya, makanan yang sangat enak.
Bukan hanya Lee yang yang ingin menambah lagi piringnya yang sudah kosong, tapi yang lainnyapun tak mau kalah. Semuanya makan lebih dari satu piring. Mungkin, karena hari sudah agak siang, makanya kami semua merasa sangat lapar.
Hari itu, kami puas memakan nasi goreng. Perut sudah tak bisa menampung lagi. Kamipun tergeletak lemas karena kekenyangan. Hahahahahaha.
Akhirnya, kami semuapun telelap di ruang depan bersama-sama.
Hahahahahaha.
Kayaknya rada-rada engga nyambung gitu ya?
Aku buatnya malam-malam nih, ngantuk gitu deh, hehehehe.
Well, aku masih butuh saran sama kritik nih.
Tolong dibantu ya.
Makasih.
Salam, yookun ^_^