Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : Shonen Ai and Mpreg.

A/N : ah~ pemanasan~ berapa tahun yang lalu ya? nanananana... *deep bow* TT_TT

Osh! Mari mulai~

My Little Uchiha

Chapter 6

By

Nazuki Kyouru

XOXOXOThunderXOXOXO

"Naruto!"

"Diam Sasuke. Jangan bicara apapun!"

Naruto berucap tegas pada suaminya. Ia tidak sekalipun menatap Sasuke yang berdiri tegang beberapa kaki darinya. Kedua lengan kokoh Naruto kuat merengkuh tubuh kecil gemetar dalam balutan piyama tipis yang sekarang sudah basah oleh peluhnya sendiri. Berkali-kali Naruto menarik tangan Kyou yang bergerak liar mengusap kasar kedua matanya. Ia tahu putranya tengah kesakitan. Namun apa yang bisa ia perbuat. Hanya bisa memeluk erat dan berharap prahara ini segera berakhir.

Sasuke menatap dua tubuh yang sama-sama gemetar itu dengan tangan yang mengepal kuat. Buku-buku jemarinya memutih, kuku tumpulnyapun kini sudah memberikan bekas merah nanar pada telapak tangannya. Tapi tak ada rasa apapun yang ia dapat. Hanya sakit yang menusuk di ulu hati melihat dua insan terkasihnya meringkuk gemetar tanpa bisa melakukan apa-apa.

Kyouru.. putra satu-satunya memiliki Sharingan. Sepasang mata biru itu tetap mewarisi kutukan.

Kenapa.. Kenapa ia masih harus mengalami semua ini.. Tidakkah cukup tragedi yang sudah ia lalui selama ini?

Sasuke tahu.. Seberapa banyak kekacauan yang telah ia timbulkan dengan tingkah konyolnya di masa lalu. Penghianatan kecil yang berujung pada perang shinobi. Dosa besar yang ia lakukan dengan membunuh kakaknya sendiri. Dosa besar.. meninggalkan Naruto.

Sasuke sadar akan semua itu. Itulah kenapa selama bertahun-tahun setelah ia kembali ke Konoha. Ia sama sekali tidak sungkan untuk memberikan nyawanya pada desa. Menerima semua misi berbahaya tanpa peduli nyawa. Semua ia lakukan untuk setidaknya menebus sedikit demi sedikit goresan dalam luka yang sudah ia toreh. Bukan untuk kelegaan dirinya. Bukan itu.. Segala yang ia perjuangkan selama ini hanya untuk mempertahankan keluarga kecilnya. Pertahanan dari bayangan dosa masa lalu dan kutukan yang ia terima sebagai seorang Uchiha. Lalu apa sekarang? Setelah semua perjuangan yang ia lakukan, ia masih...

"Ka-Kaasan.. hiks.."

"Ssttt... Kyou.. Aku disini.. bersamamu.. memelukmu.."

Rengkuhan sepasang lengan kekar melingkupi dua tubuh yang masih bergetar hebat. Memberikan isyarat perlindungan akan apa yang akan mereka hadapi selanjutnya.

Perlahan, getaran tubuh Kyou melemah. Nafasnya mulai berhembus teratur. Pelan Naruto melepaskan pelukan eratnya. Membaringkan Kyou yang telah tertidur kelelahan.

"Aku mohon Sasuke.." Naruto berseru lirih. Ia ambil selimut yang tergeletak berantakan di lantai untuk kembali ia balutkan di tubuh putranya dengan hati-hati. Seakan takut gerakan tangannya bisa membangunkan Kyouru.

Sentuhan Sasuke di bahunya membuat Naruto berjengit lalu pasrah menjatuhkan diri di dada suaminya.

"Aku mohon.. Jangan bahas apapun.. Jangan katakan apapun.. Jangan lakukan apapun.."

"...Ya"

XOXOXOXOLifeXOXOXOXO

Konohamaru tak bisa tidur malam itu. Entah kenapa ia bisa merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Itulah kenapa sekarang ia berdiri di depan nisan kakeknya di tengah malam buta hanya berbekal sinar bulan yang memberi penerangan ala kadarnya.

"Kakek.."

Konohamaru mengeratkan jaket yang ia pakai. Angin malam bukan pillihan yang baik untuk tubuh meski kau adalah seorang shinobi sekalipun. Matanya masih setia menatap nisan dingin di depannya. Bekas retakan akibat Edo tensai beberapa tahun yang lalu masih terlihat. Seakan menjadi pengingat akan apa yang pernah terjadi. Seikat bunga putih layu tergeletak di tanah. Bersanding dengan dua tangkai dupa yang sudah tak mengepulkan asap.

"Maaf.. Kali ini aku tidak membawa apapun untukmu."

Senyum samar terlukis di bibir yang mulai membiru. Kehangatan kecil menyelusup ke dalam dada pemuda Sarutobi ketika sekelumit kenangan akan senyum sang kakek dengan topi Hokagenya membayang. Dulu, ketika ia masih berada dalam masa-masa yang penuh kebodohan, senyum itu yang selalu menerimanya tak peduli seberapapun kesalahan ia buat. Hingga hari itu.. Saat terakhir ia bisa menikmati hangatnya senyuman sang kakek, ia masih saja menjadi bocah tolol yang tidak bisa melakukan apa-apa. Heh!

"Hei.."

Lagi, Konohamaru menyapa sang kakek.

"Boleh aku tanya sesuatu?"

Hembusan angin menyeruak mengibarkan syal merah Konohamaru. Matanya terpejam sesaat, seakan menikmati belaian udara yang bergerak di sekitarnya.

"Heh! Aku tidak bisa bertanya pada siapapun selain kau.. Bukankah kau Hokage yang tahu segalanya, huh? Kakek tua?"

Cengiran khas terbentuk sebelum menghilang perlahan. Wajah itu tertunduk. Mencoba menimang-nimang apa yang akan ia katakan selanjutnya.

"Shinobi... Kau pernah bilang Shinobi adalah orang yang terlahir untuk melindungi desa. Shinobi, harus rela mengorbankan nyawa untuk mempertahankan desanya. Seorang Shinobi.."

Kata-kata terputus. Tercekat di tenggorokan hingga tak sanggup untuk mengambil nafas.

"Seorang Shinobi sejati akan mengorban segalanya.. apapun yang ia miliki demi desa, benar begitu kan, kek?"

Konohamaru meremas dadanya. Mencari ketenangan sementara matanya memanas menahan tangis.

"Aku tahu.. Aku tahu itu semua.. tapi.."

Cengkeraman tangan di dadanya semakin menguat.

"Bolehkan sekali saja.. Sekali saja Shinobi menjadi egois?"

Pancaran rembulan meredup. Bias cahayanya tertutupi awan. Udara di area pemakaman Konoha berhenti bergerak. Kehampaan malam menutupi siluet pemuda yang masih setia berdiri di depan nisan bisu.

XOXOXOXODistanceXOXOXOXO

"Uchiha Kyouru! Cepat turun atau kau tidak akan mendapat sarapan!"

Naruto berteriak keras-keras dari arah dapur. Kedua tangannya sibuk menata piring dan mangkuk di atas meja makan. Sesekali mulutnya berkomat-kamit tidak jelas. Sepertinya menggerutu.

Sasuke yang baru selesai mandi segera menghampiri 'istrinya'. Ia tarik satu kursi dan duduk menghadap meja makan.

"Sarapan apa hari ini?"

"Aku buat sup tomat untuk kau dan Kyou serta ramen untukku."

"Ck! Harusnya aku tak usah bertanya."

"Kau bilang apa, teme?"

"Hn."

Senyum tipis mengembang di bibir Sasuke. Berbalas binar di safir biru Naruto dan senyum pengertian. Mereka bukan melupakan apa yang telah terjadi semalam. Tidak. Mereka hanya berusaha untuk menikmati kebersamaan untuk saat ini. Kebersamaan yang entah secepat apa akan direngut dari mereka.

Sedalam itulah.. Bagaimana Sasuke dan Naruto mampu memahami satu sama lain tanpa perlu berkata sepatah katapun.

Suara derak anak tangga mengusik ketenangan keduannya.

Kyouru berjalan pelan menuruni tangga. Kepalanya menunduk, menyembunyikan wajah tampan anak itu di balik rambut raven yang ia miliki. Pikirannya masih penuh dengan kejadian semalam. Ia sungguh tidak tahu apa yang telah terjadi. Kenapa ia bisa bermimpi semengerikan itu? Kenapa ketika terbangun matanya terasa seakan terbakar? Entah.. Sakit di kedua belah matanya memang telah hilang, tetapi rasa takut masih melingkupi hati dan perlahan menjalar disekujur tubuhnya.

PLAK!

"Auw! Okaasan!" Kyouru meringis menahan sakit. Tangannya mengusap-usap bekas jitakan sang ibu. Kalau kau punya seorang ibu shinobi sekaligus Hokage kau pasti tahu bagaimana kerasnya jitakan barusan.

"Jangan berjalan dengan cara seperti itu.. Kau ini shinobi, ttebayo!"

Puk!

Mata biru Kyou membelalak lebar. Sebuah tangan hangat menepuk kepalanya lembut. Mengusap penuh kasih perlahan-lahan. Setiap sentuhannya seakan memohon maaf atas perlakuan kasar yang ia lakukan barusan. Sekuat tenaga Kyou mencoba menahan aliran air yang mulai memenuhi pelupuk matanya. Dengan ketetapan hati dan satu tarikan nafas, ia mendongakkan kepala. Membalas senyuman hangat sang kaasan.

"Ya!"

Puas dengan jawaban sang putra, Naruto berseru seraya berjalan ringan menuju meja makan,"Osh! Ayo kita sarapan sekarang! Aku sudah sangat lapar... entah kalian para Uchiha merasa lapar atau tidak."

"Hn. Usuratonkaci.."

"Diam, Teme! Jangan merusak selera makanku."

"Heh! Seperti ada yang bisa berhasil menghilangkan selera makanmu saja."

"TEME!"

Gelak tawa Kyouru membuncah melihat tingkah konyol kedua orangtuanya. Risau yang ia rasakan sejak kejadian semalam seakan menguap begitu saja. Rasa takut yang menghinggapinya hilang sudah. Berganti rasa lega dan bersyukur telah lahir menjadi bagian dari keluarga kecil ini.

XOXOXORainingXOXOXO

Ruangan yang hanya berisi dua sofa panjang dan satu meja kecil di tengahnya terlihat tenang. Hanya terdengar hembusan nafas satu-satu. Gelas keramik berisi teh yang tersaji diatas meja sudah mendingin. Tanpa pernah tersentuh pemiliknya.

Tsunade menatap nanar lantai yang ia pijak. Gurat kemarahan tercetak jelas di wajah ayunya. Kedua tangannya mengepal. Menggemeretakkan buku-buku jarinya sendiri. Mantan Hokage itu terlalu takut untuk memegang sesuatu. Karena ia tahu, ia pasti akan segera menghancurkan benda itu dengan intensitas kemarahannya sekarang.

"Tsunade.."

Cih! Cucu Hokage pertama itu mendesis lirih. Ia tahu semua dinding di Konoha punya telinga. Ia tahu tak ada rahasia yang bisa luput dari penglihatan para tetua, tapi.. Tidak bisakah ia mengharap untuk sekali saja mereka selamanya buta akan rahasia ini?

Ah.. tentu saja tidak.

"Aku sudah berjanji untuk menyelesaikan semuanya dengan tanganku sendiri. Jadi kalian tidak usah ikut campur dalam masalah ini!"

"Heh! Kau terlalu lemah Tsunade. Aku tahu kau tidak akan bisa menepati janjimu itu."

"LALU KENAPA KAU DULU MENYETUJUINYA, HAH!"

"Tsunade!"

Mata tetua Konoha mendelik lebar. Terkejut menatap manik coklat mantan Hokage yang tengah mencengkeram kerah bajunya kuat-kuat. Sesaat, ia mencoba mengembalikan arogansinya sebagai tetua para shinobi yang dihormati.

"Kami menyetujuinya dengan beberapa syarat, Tsunade. Termasuk kesanggupan Uchiha Sasuke untuk memberikan segenap jiwa raganya untuk Konoha tanpa imbalan apapun. Tapi yang terpenting dari perjanjian itu adalah kesanggupan Sasuke untuk menghabisi putranya sendiri jika ia sampai membangkitkan Sharingan."

"Kalian gila!"

"Dengar, Tsunade! Apapun yang terjadi, seorang shinobi tidak bisa mementingkan kepentingan pribadi. Memprioritaskan desa di atas segalanya adalah jalan hidup seorang ninja."

Cengkeraman Tsunade lepas. Tubuhnya terhuyung ke belakang. Kedua tangannya terkulai. Ekspresi kosong memenuhi wajah yang tertutup rambut keemasan. Dengan sisa-sisa tenaganya ia berjalan pelan. Keluar dari ruang menyesakkan itu.

'Gomen.. Naruto.. Gomen..'

XOXOXOLikeADollXOXOXO

"Sampai jumpa besok, Kyouru-kun!"

"Aku duluan, Kyou!"

"Kyaa! Kyouru-kun! Aku pasti akan merindukanmu!"

"Yo, Kyou!"

"Hn.."

Haah.. Kyouru menghela nafas lega begitu berpisah di persimpangan jalan dari teman-teman akademinya. Bukan karena Kyou tidak suka memiliki banyak teman, hanya saja Kyou lebih suka punya banyak waktu sendiri. Introvet? Bisa jadi. Lagipula Kyouru seorang Uchiha,bukan?

"Kyou.."

"Tousan?!"

Sosok tegap sang ayah muncul dari bayang-bayang pepohonan di sudut jalan. Senyum sumringah tercetak jelas di wajah Kyouru. Kalau seperti ini, orang-orang yang melihatnya baru bisa yakin jika anak satu ini juga memiliki darah Uzumaki-Namikaze yang mengalir di dalam tubuhnya.

Kyou berlari cepat menyongsong sang ayah. Ia tak langsung memeluk erat sang ayah seperti yang biasa ia lakukan kalau bertemu dengan ibunya, tapi hanya berdiri tepat di depan Sasuke dan saling bertatapan. Canggung? Bukan, mereka sudah cukup merasakan kehangatan satu sama lain dengan cara seperti itu saja. Semacam perjanjian tak tertulis antar Uchiha. Haha.. entahlah.

Senyum kecil mengembang di bibir Sasuke. Satu tangannya telulur menyentuh puncak kepala putranya. Rencana yang akan ia lakukan mungkin tidak bisa memperbaiki keadaan mereka sekarang. Huh, bahkan mungkin bisa membuat Naruto murka. Tapi ia perlu melakukan itu. Kyouru berhak tahu segalanya. Sebelum...

"Ikutlah denganku. Ada hal yang perlu aku ceritakan padamu."

Satu anggukan ragu Kyou menjadi isyarat bagi Sasuke untuk melakukan teleport. Dalam hitungan detik, mereka sudah berpindah ke pekarangan belakang mansion Uchiha.

"Tousan.."

Sasuke tak menjawab. Berbantu sebuah kunai, ia terus berjalan menembus ilalang yang tumbuh diatas lahan luas yang sudah tak terurus lagi. Geganggaman tangannya pada Kyou mengerat begitu ia merasa tempat yang mereka tuju semakin dekat. Hingga akhirnya langkah mereka berhenti tepat di depan dua buah batu besar.

"Kyouru.. Beri salam pada kakek dan nenekmu."

'Huh?'

XOXOXOPaperPlaneXOXOXO

Naruto rebah sepenuhnya di punggung kursi. Matanya terpejam. Tumpukan dokumen misi terbengkalai begitu saja di meja Hokage. Jubah putih Hokage tergeletak sembarangan di lantai dekat kaki pemiliknya berpijak. Tapi ia tak peduli. Kepalanya terasa pening. Dadanya sesak karena jantung yang terus menerus menaikkan irama degupannya. Hampir saja ia hilang kesadaran seperti dulu ketika mendengar keputusan Sakura untuk membunuh Sasuke. Tapi tidak. Ia tidak akan tumbang seperti dulu. Uzumaki Naruto bukan lagi orang yang lemah! Keputusan yang ia ambil sudah bulat. Ia tak akan mundur apapun resikonya.

Ketukan di pintu memaksa kedua mata langitnya terbuka. Merasa yakin siapa yang memasuki ruang kerjanya, Naruto memasang senyum cerah.

"Sakura-chan!"

"Tidak usah sok manis di depanku, Naruto! Kau ingin aku menggantikanmu mengerjakan semua dokumen itu, kan? Hmph! Dasar pemalas!"

Sakura bergerak cepat untuk mengambil tumpukan dokumen di atas meja. Namun cepat-cepat Naruto menghentikan tangannya.

"Bukan Sakura-chan.. Aku tidak memintamu kemari untuk itu."

Menatap skeptik mantan rekan setimnya, Sakura menarik tangannya dan menaruhnya di depan dada. Bersiap menanti kelanjutan kalimat Naruto.

"Dengar Sakura-chan," Naruto berhenti sejenak untuk mengambil nafas. Safirnya menatap Sakura penuh pengharapan. "apa yang akan aku katakan ini.. anggap saja permintaan sekali dalam seumur hidup."

Darah Sakura berdesir. Kalimat yang begitu ia kenal itu menciptakan ketidaknyamanan yang mencekik. Masih jelas tergambar bagaimana kalimat yang pernah ia ucapka itu membawa dampak yang begitu besar dalam hidupnya..

Hidup mereka..

Dan sekarang.. saat Naruto mengatakan hal yang sama padanya. Ia berharap telinganya tuli sehingga tak perlu mendengar apa permintaan sahabatnya.

"Naru-!"

"Sakura-chan... Aku ingin kau bersumpah untuk memindahkan kedua mataku kepada Kyouru ketika saatnya tiba."

XOXOXOHeavenXOXOXO

Menit-menit berlalu. Ayah dan anak Uchiha berdiri dalam diam sembari menatap kedua batu di depan mereka. Tidak ada nama. Tidak ada penanda apapun di sana. Seakan memberikan kesan bahwa siapapun yang terbaring di bawah sana bukanlah orang yang pantas untuk dikenang.

Sungguh kasihan. Apa perbuatan yang telah dilakukan sampai-sampai diperlakukan sekeji itu setelah kematiannya? Terkubur di tempat tak terurus dengan ilalang tinggi yang menyembunyikan dari dunia luar.

Kyou melangkah setapak ke depan. Ragu-ragu ia usap kedua batu nisan tanpa nama di hadapannya. Kakek? Nenek? Ah.. Kyouru benar-benar tidak tahu harus bersikap bagaimana dengan semua ini. Dalam hidupnya selama ini, sosok kakek dan nenek tidak pernah menjadi hal spesial yang menjadi prioritasnya. Hidup dengan berbekal pengetahuan bahwa ia adalah cucu dari Hokage keempat sudah menjadi kebanggaan tersendiri. Apalagi dengan kasih sayang yang diberikan Tsunade padanya. Itu sudah cukup untuk memuaskan hasrat Uchiha kecil.

Pernah ia bertanya tentang kakek dan neneknya dari sang ayah. Tapi siapapun yang ia minta jawaban tak pernah mau memberi keterangan yang pasti. Semua hanya menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang keras sama seperti Tousannya. Ia bahkan tidak tahu kalau nama yang ia bawa adalah nama sebuah klan besar yang memiliki kekuatan untuk menguasai dunia. Tidak. Sekalipun tidak pernah terlintas pemikiran tersebut sampai ia menemukan buku itu.

"Fugaku Uchiha, itu nama kakekmu.. Mikoto Uchiha, itu nama nenekmu.."

'Fugaku.. Mikoto..' Lirih Kyou mencoba mengucap kedua nama itu dengan bibirnya.

"Wajah.. seperti apa wajah mereka?"

"Keduanya bermata sehitam milikku dan memiliki rambut gelap seperti kita. Potongan rambut ayah hampir sama denganku tapi banyak yang bilang wajahku mirip dengan ibuku.. nenekmu.."

"Cantik?"

"Hn.. sangat.. wanita tercantik yang pernah aku kenal."

Seulas senyum mengembang di wajah Uchiha kecil. Ia melangkah mundur. Kemudian ia membungkuk beberapa kali. Memberi penghormatan pada kakek dan nenek yang tak pernah sempat ia kenal.

"Uchiha Kyouru memberi salam pada kakek dan nenek. Senang bisa bertemu dengan kalian."

Semilir sepoi membelai pipi putih Kyouru layaknya sapuan sebuah tangan nan lembut. Tersenyum senang, Kyouru berbalik memandang ayahnya.

"Kita pulang sekarang?"

Sasuke menatap putranya lama. Lalu ia duduk bersimpuh menyejajarkan diri dengan tinggi Kyouru. Matahari sudah tergeincir ke Barat, namun ia perlu melakukan hal yang lain sebelum kesempatannya hilang.

"Kyouru.. Aku tidak tahu sejauh mana kau sudah membaca buku catatan tentang klan kita itu. Tapi aku yakin kau sudah tahu bahwa klan kita adalah klan yang memiliki kemampuan mata yang istimewa."

Sasuke menanti Kyouru mengangguk mengerti sebelum kembali melanjutkan.

"Kemampuan mata yang begitu kuat sampai membuat banyak shinobi ketakutan dengan apa yang klan kita miliki... termasuk Konoha."

'Huh?'

"Ketakutan itu semakin besar hingga suatu malam, atas perintah rahasia dari Hokage pamanmu.. Uchiha Itachi membantai semua klan Uchiha tanpa menyisakan siapapun kecuali aku."

Mata biru Kyouru bergolak nanar. Dadanya sesak. Pandangan matanya mulai mengabur oleh airmata yang entah bagaimana sudah mengalir tanpa bisa dibendung.

"Sejak saat itu Uchiha adalah klan yang terkutuk. Hidupku sekarang adalah pengampunan atas belas kasihan Konoha dan mungkin.. rasa bersalah mereka. Aku boleh tetap hidup, tapi klan Uchiha tidak boleh kembali. Hingga.. kau lahir.."

Sasuke mendekap erat tubuh kaku Kyouru. Ia tahu semua yang ia katakan membuat goncangan besar pada putranya. "Kau diperbolehkan tetap hidup dengan syarat sharinganmu tidak diaktifkan seumur hidup. Semua upaya kami lakukan untuk mencegahnya. Sampai melenyapkan segala sesuatu tentang klan Uchiha dan sharingan. Tapi gagal.. "

"Kejadian yang kau alami semalam," Sasuke bisa merasakan putranya berjengit, "adalah tanda bahwa kau sudah mengaktifkan Sharingan. Dan aku.." Darah Kyouru berdesir, badannya bergetar hebat dan wajah putihnya memucat merasakan ujung kunai tajam menyentuh pembuluh nadi di lehernya," harus membereskan semua dengan tanganku sendiri."

TBC

Till next time.. ^^ or.. not.. o_ov