ONiichan 12

Disclaimer: Naruto punya Sasuke, Sasuke punya Naruto.. Hohoho *plak

Warning: BoyxBoy, Ooc~

Rate: Chap ini T aja cukup.. :D

Betareader: HoneyF (maaci kakaa~ :D)

-.

"Jadi, begini cara Otousan?" ucap Sasuke dengan nada kurang sopan.

"Habis kau sudah membuatku marah," lanjut Minato santai sembari menyeruput kopi hitamnya.

"Sialan..."

-.

Sasuke terdiam di mejanya. Tangannya masih memegang erat brosur universitas yang tadi diberikan oleh Mikoto, "Biarkan aku berpikir dulu..." ucap Sasuke singkat sembari menatap tajam ke arah Minato.

Minato hanya menyeringai kecil melihat reaksi dari Sasuke, "Sudah kubilang 'kan? Ini akibatnya kalau kau berani melawanku, Sa-su-ke," seringaian Minato pun semakin melebar.

Mikoto menepuk lembut kepala Sasuke, "Okaasan benar-benar berharap kau bisa masuk ke universitas ini, loh, Sasuke..." ucap Mikoto sembari tersenyum lembut ke arah Sasuke. Sasuke menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia tidak ingin membuat Mikoto kecewa, namun... ia juga tidak ingin pergi meninggalkan Naruto.

"... iya, Okaasan. Aku... akan berusaha," ucap Sasuke sembari tetap menunduk dalam-dalam.

===============================.

Naruto berlari kecil ke arah kelas Sasuke. Tadi pagi ia tidak sempat berpamitan dengan oNiichan tersayangnya itu dikarenakan rapat klubnya. Sesampainya di depan kelas Sasuke, ia pun mengintip ke dalam kelas tersebut, "Mmmh... Niichan mana, ya?" gumamnya sembari terus mencari-cari sosok pemuda berambut hitam-ayam itu.

"Loh, Naru-chan?"

Naruto menolehkan kepalanya untuk mencari sumber suara tersebut, "Ah! Neji-san..." Naruto tersenyum singkat ketika melihat Neji berdiri di belakangnya, "Neji-san! Neji-san! Kau lihat Niichan? Kok barusan aku intip, Niichannya enggak ada? Dia ke toilet?" tanya Naruto bertubi-tubi kepada Neji.

"Sasuke? Aku belum melihatnya dari tadi pagi," jawab Neji, "tadi waktu aku tanya melalui mail, ia tidak menjawab," sambungnya.

Naruto menundukkan kepalanya, "Begitu, ya..."

"Memang kalian tidak berangkat bareng? Tumben," tanya Neji.

Naruto menggelengkan kepalanya, "Enggak. Tadi aku berangkat duluan, soalnya aku ada keperluan di klub."

Neji mengangguk mengerti, "Hmm, nanti, kalau Sasuke sudah datang, akan aku beritahu kalau kau mencarinya, deh!" ucap Neji sembari mengelus kepala kuning Naruto.

"Un! Terima kasih, Neji-san. Aku kembali ke kelas dulu, ya! Jangan lupa janjimu barusan," ucap Naruto sembari bergegas pergi dari depan kelas Sasuke.

"Hm..." gumam Neji pelan sembari memandang bocah pirang itu berlari menjauh.

===============================.

-.

Naruto POV

-.

Aku berjalan ke arah kelasku dan mulai mengetik mail untuk Niichan. Tumben, biasanya jam segini, Niichan pasti sudah sampai di sekolah. Ada apa dengannya? Aku jadi khawatir. Apa dia tidak masuk? Tapi 'kan kemarin dia sehat-sehat saja.

"Oi, Naruto..."

Aku menolehkan kepalaku untuk mencari sumber suara tersebut. Kulihat gadis berambut pink pendek sedang berjalan menghampiriku, "Hei, Bodoh! Kenapa kau kabur, hah? Rapatnya 'kan belum selesai!" ucap gadis berambut merah muda ini sembari memukul kencang kepala kuningku.

"—tte," ringisku pelan, "hehehe, maaf, Sakura-chan... itu... anu... aku abis dari toilet," dalihku sembari menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

Gadis berambut merah muda ini kembali memukul kepalaku, "Jangan bohong! Kau tadi habis dari kelas kakakmu 'kan? Kau pikir aku tidak tau?" dengusnya sebal, dan hanya kubalas dengan cengiran polosku.

"Hehe, ketahuan..."

Gadis berambut merah muda ini memegangi kepalanya, "Haaah, kenapa, sih? Kau tidak bisa lepas dari Sasuke-san sebentar saja," ucapnya lagi, dan hanya kubalas dengan tawa kecil dariku.

Drrt—drrt—

"Ah, tunggu sebentar, Sakura-chan. Ponselku bunyi," ucapku sembari merogoh ponsel di saku celanaku, dan membukanya dengan cepat. Berharap pemuda berambut hitam-ayam itu sudah membalas mail dariku.

BINGO.

Niichan membalas mail dariku.

-.

From: Niichan pantat ayam.

Sub: re: Niichan kau dimana?

Maaf, Naruto... Hari ini aku tidak sekolah... Aku izin... Ada keperluan mendadak yang harus aku lakukan hari ini. Ah... Tapi, nanti aku akan menjemputmu sepulang sekolah. Tunggu aku, ya.

-.

Hmm, keperluan mendadak, katanya. Yah, mau bagaimana lagi kalau dia memang tidak bisa masuk.

Dan aku pun menutup ponselku, lalu kembali memasukkannya ke dalam saku celanaku.

"Emm, ada apa, Naruto? Tadi mail dari siapa? Kok ekspresi mukamu jadi berubah gitu," tanya Sakura bingung.

Aku tertawa kecil, "Dari Niichan... Katanya, dia tidak masuk sekolah," ucapku, "padahal 'kan aku belum bertemu dengannya dari tadi pagi," lanjutku sembari cemberut.

Sakura lalu menepuk lembut kepalaku, "Ya, udah, sih! Nanti 'kan pas pulang bisa ketemu," lanjutnya.

Aku mengangguk kecil, "Um..."

Gadis berambut pink itu lalu menarik tanganku, "Ayo, Naruto! Kita kembali ke ruang klub. Rapatnya jadi berantakan gara-gara kau kabur," ucapnya sembari menarik kasar tanganku ke ruangan klub. Aku pun hanya bisa mengangguk nurut.

===============================.

"Oi, Naru! Mau pulang bareng?"

Aku menengadahkan kepalaku, dan melihat ke arah sumber suara, "Ah, Kiba! Umm, tidak, deh! Hari ini aku pulang bareng Niichan," ucapku sembari merapihkan buku-buku yang berserakan di meja, dan memasukannya ke dalam tas.

"Hm? Bukannya Niichan-mu itu hari ini tidak masuk?" tanyanya lagi.

Aku mengangguk singkat, "Dia memang tidak masuk. Tapi, dia berjanji untuk menjemputku," ucapku sembari tersenyum senang.

Kiba hanya meng-oh-kan penjelasanku, "Ya, udah kalau begitu, aku pulang duluan, ya," ucap Kiba sembari mengacak-acak rambut kuningku, dan langsung beranjak pergi.

Setelah tuntas merapikan buku-buku dan memasukkannya ke dalam tas, aku pun beranjak keluar dari kelas, dan berlari kecil ke arah gerbang. Aku sudah tidak sabar menunggu pemuda berambut hitam yang sangat aku sayangi itu.

"Naruto," aku menghentikan langkahku. Suara itu... suara yang sangat aku kenali. Aku langsung mengangkat kepalaku untuk mencari sumber suara tersebut, "Niichan!" teriakku kecil yang langsung disertai oleh langkah cepat kakiku. Aku langsung lompat, dan memeluk pemuda di depanku ini, "Niichan! Aku kangen!" ucapku sembari membenamkan mukaku ke dada Niichan.

Pemuda di hadapanku ini hanya tertawa kecil, "Ya, ampun Naru. Baru saja tidak ketemu dari tadi pagi. Kamu berlebihan, ah," ucapnya sembari menyapu lembut pipiku.

"Ha-habis, aku 'kan tidak mau kalau tidak bertemu Niichan lama-lama," sergahku.

Pemuda di hadapanku ini terdiam. Ia lalu melepaskan pelukanku, "Naru, aebelum pulang, kita jalan-jalan dulu, yuk!" ucapnya sembari tersenyum lembut, dan langsung kujawab dengan anggukan semangat.

"Un! Ayo!"

===============================.

"Niichan! Niichan! Lihat... itu ikan piranha... lucu, ya~" ucapku semangat sembari menunjuk-nunjuk ikan-ikan khas Sungai Amazon itu.

Niichan hanya terdiam dengan muka datar, "Itu... kau bilang lucu? Dasar abnormal," ucap Niichan datar, dan langsung mendapat pukulan kecil dariku.

Aku dan Niichan kembali berjalan-jalan sekitar taman air ini. Seketika, mataku menangkap sesosok ikan yang menurutku mirip dengan Niichan, "Niichan! Niichan... Lihat.. ikan yang itu mirip Niichan!" ucapku semangat sembari menunjuk ikan pari yang sedang berenang. Kalau diperhatikan baik-baik, ikan pari dan Niichan mukanya tidak jauh beda 'kan? Mukanya sama-sama datar dan aneh.

Niichan langsung mencubit pipiku dengan kencang, "Apa katamu barusan, Dobe?" ucapnya dengan nada kesal.

Aku meringis kecil, "—tteee... Sakit, Teme! Lepaaas!" teriakku kecil sembari meronta.

Pusing dengan teriakanku, lalu Niichan melepaskan cubitannya, "Sekali lagi kau bilang aku mirip dengan ikan pari, kuhukum kau, Dobe," ucap Niichan sembari menyeringai kecil. Mukaku langsung memerah ketika menyadari maksud dari ucapan Niichan tadi.

"Iiiih! Bego!"

"Ah, mukamu merah, tuh!"

"Berisik, ih!"

Mukaku semakin memerah ketika Niichan mengggodaku. Aku langsung menutup kedua mukaku dengan telapak tangan guna menyembunyikan muka merahku ini. Dapat kudengar Niichan tertawa kecil. Ia lalu menarik lembut kedua tanganku sehingga memperlihatkan wajahku yang kini sudah semerah buah pomegranate. Niichan lalu menyapu lembut pipiku dengan tangan besarnya, sehingga membuat pipiku semakin memerah.

"Mukamu semakin merah, loh, Naru..." bisiknya lembut di kupingku. Ia lalu tersenyum lembut, dan mengecup lembut bibirku.

Aku pun menutup kedua mataku untuk merasakan hangatnya bibir Niichan. Dan tak lama, Niichan pun memutuskan ciuman di bibirku. Aku membuka kedua mataku perlahan, dan menatap mata onyx milik Niichan, berharap Niichan akan memberi sesuatu yang lebih.

Niichan hanya tersenyum, lalu menepuk lembut kepalaku, "Pulang, yuk! Sebelum semakin gelap," ucapnya sembari membalikkan badannya. Aku hanya bisa mengangguk kecewa.

===============================.

"Aku pulang," ucapku sedikit berteriak ketika tanganku membuka pintu masuk. Aku lalu membuka sepatuku, dan memasukkannya ke dalam laci di samping pintu masuk.

"Ah, kalian sudah pulang?" sapa Okaasan dengan senyum menghiasi wajah cantiknya, "kalian pulang pas saat makan malam sudah siap, loh! Cepat-cepat ganti baju, gih!" sambung Okaasan sembari melepas apron.

Aku langsung mengangguk semangat, "Un! Aku akan cepat! Aku sudah lapar soalnya," ucapku semangat sembari berlari menaiki tangga, dan masuk ke dalam kamar tidurku.

-.

Normal POV

-.

Mikoto tersenyum kecil melihat kelakuan anak tirinya tersebut, ia lalu melirik ke arah Sasuke, "Kalian kemana saja? Kok pulang sampai semalam ini?" tanyanya.

Sasuke terdiam sejenak, "Jalan-jalan sebentar," ucap pemuda berambut hitam-ayam ini dengan ekspresi datar. Ia lalu mencopot sepatunya, dan memasukkannya ke dalam laci. Setelah selesai memasukkan sepatunya, ia beranjak masuk ke ruang makan, dan langsung duduk di meja makan.

"Selamat datang, Sasuke," ucap Minato sembari membuka-buka koran di tangannya, "bagaimana kencanmu dengan Naruto hari ini?" sindirnya halus ke arah Sasuke.

"Otousan, tolong jangan ungkit-ungkit masalah hubunganku dengan Naruto ketika Okaasan ada dirumah," ucap Sasuke datar, tanpa ekspresi.

"Hm…"

Mikoto pun masuk ke dalam ruangan sembari membawa beberapa piring makanan, dan menatanya di meja makan, "Ah, ya, Sasuke, bagaimana? Kau sudah pikirkan 'kan?" tanya Mikoto, "besok pendaftarannya tutup, loh! Jadi kau harus sudah bisa menentukannya sekarang."

Sasuke menunduk sedikit, "Aku tahu, Okaasan," ucapnya pelan, "dan aku juga sudah menentukannya."

Minato lalu membetulkan posisi duduknya, dan melipat koran, lalu menaruhnya di samping meja, "Lalu keputusanmu?"

"..." Sasuke terdiam. Ia memejamkan matanya perlahan, "aku..."

Minato dan Mikoto menatap lekat-lekat ke arah Sasuke. Berharap jawaban dari Sasuke akan membuat mereka senang.

Sasuke menahan napasnya, "... akan kuliah di sana. Sesuai yang Otousan dan Okaasan minta,"

Minato menyeringai lebar, "Keputusan yang bagus, Sasuke."

===============================.

Tuberkolis

===============================.

HALOOOO SEMUAAAAAAA~~ apa kabar? Lama tidak bertemu yaa~ udah setaun yaaa? Laamaa yaaaa~~ 8D *dirajam rame-rame*

Hehehe pasti ini sebuah berkah ramadhan... Jadi beo mendapat inspirasi buat meneruskan fic gaje yang udah terlantar selama setahun ini. 8D

Maaf, ya... Soalnya, beo itu sibuk sama urusan kuliah... Jadi suka ga sempet buat fic... #alibi

Oke... Cukup basa-basinya… Mind to review? :)