A/N : Ngapain sih ni fanfic dilanjutin?

Sorry for too many OOC-ness everywhere.

Judul chapter 2 ini memang bukan Turnabout Underwear lagi ataupun Turnabout Underwear pt 2, tapi ceritanya sambungan chapter 1 kok.

Maaf kalau nggak lucu, skill komedi saya mudik terus nggak balik lagi. Jangan nyesel baca fic ini yaa (?)

Disclaimer : P4 punya saya, tapi bo'ong. Apollo Justice bukan punya saya, nah itu baru kenyataan.

Sebelum mulai…AAHH! KENAPA N5 (buat NDS) SAYA BUTUT BANGET! MASA MAIN PROFESSOR LAYTON DIABOLICAL BOX AJA NGGAK BISA! Huhu gimana nih padahal udah menanti-nanti Ace Attorney : Investigations…-nangis-nangis lebay-

...Naoto Underwear eh Naoto Justice...

Hip Hip Hora Street

"Permisi, apakah anda Oskab Daisuke?"Tanya Naoto sambil menepuk orang yang ciri-cirinya mirip dengan yang disebutkan Detective Yukiko. Orang itu berambut coklat muda dan memakai jaket biru.

"HIAH!"Orang itu tiba-tiba menoleh sambil berteriak, membuat Naoto kaget.

"U-Uwaaa!"Naoto langsung mundur."A-Ada apa?"

"Ya, itulah saya. OSKAB DAISUKE! LELAKI DENGAN JIWA YANG MEMBARA! LELAKI DENGAN HASRAT MEMBARA!"Daisuke masih tereak-tereak."HEI, CEWEK MANIS! AYO SINI MAEN AMA OM!"Katanya sambil merayu Rise.

"Hiii! Nao-kun, dia seram…"Rise langsung sembunyi di balik Naoto.

"Erm…jadi, saya adalah Naoto Justice. Yang ini Rise Wright."Ujar Naoto."Kami datang untuk meng-interogasi anda tentang kejadian pencurian celana dalam Satonaka Chie 2 hari lalu. Ada kabar burung anda yang menyaksikannya."

"Kabar burung? Burungnya siapa?"Daisuke masih membara."Burungku selalu ada di dalam celana loh."

"…"Naoto mingkem. Dia melihat bahwa di belakang Daisuke ada semacam stand/gerobak yang biasa dipake pedagang kaki lima."Apakah anda berdagang sesuatu?"

"TENTU!"Kayaknya Naoto mesti beli sumbatan telinga, deh."OSKAB DAISUKE INI BERDAGANG…BAKSO! TETTEREE!"

'Oskab…Bakso…Kebetulan yang terlalu kebetulan.'

Naoto dan Rise pun memperhatikan gerobak Daisuke. Di atasnya ada tulisan 'BAK'.

"Kenapa 'BAK' ?"Tanya Naoto.

"Tadinya mau nulis BAKSO, tapi nggak muat."Jawab Daisuke santai.

"…"Naoto manyun.

Rise melihat salah satu mangkok bakso yang sudah jadi."Waah, kelihatannya enak! Kuahnya bening sekali…"

"Saking beningnya jadi mirip air hujan."Tambah Naoto.

"Haha, masa menyediakan air hujan buat pembeli?"Rise tertawa. Tiba-tiba dia melihat sebuah papan kecil yang tertempel di bagian luar gerobak yang bertuliskan : 'SEMUA BAKSO DI STAND OSKAB SELALU MEMAKAI AIR MURNI DARI SONONYA!'

"…"Rise nganga.

'Sebaiknya orang yang sering makan Bakso ini hati-hati.'

"Jadi? Apa yang mau ditanyakan?"Tanya Daisuke.

"Oh ya, katanya anda menyaksikan kejadian, jadi…"

"Baiklah. Saat itu aku sedang berdagang keliling. Lalu aku melihat seorang bocah berambut coklat sedang lari-lari lalu berhenti di rumah si Satonaka itu. Lalu dia mulai manjat tiang listrik…terus…gak tau lagi."Kata Daisuke.

"Hah? Kenapa terhenti disitu?"Naoto bingung.

"Ngapain gue ngeliatin anak maling kolor? Mending gue dagang lagi deh. Jadi saya langsung pergi dari tempat itu."

'Jadi, tak ada orang yang benar-benar melihat Hanamura-san mengambil celana dalam itu ya…'

"Apakah saat anak rambut coklat itu datang, celana dalam-nya masih ada?"Rise bertanya.

"Maaf, dari posisi-ku saat itu kurang jelas. Bagaimana kalau tanya orang lain aja? Saya sibuk nih, mesti jualan bakso."

"Hmm, begitu…Rise-chan, tolong catat kesaksian Oskab-san di Memo-mu."Perintah Naoto. Rise yang sudah terbiasa hanya mengangguk."Terimakasih, Oskab-san."

"Nah, sebagai tanda perpisahan, gimana kalo makan bakso-ku dulu?"Ajak Daisuke.

'Maaf, saya tidak mau memakan bakso yang berkuah air hujan.'


Setelah berpikir setengah matang ( bukan matang, karena bingung ), Naoto dan Rise memutuskan untuk mengunjungi penghuni kamar apartemen sebelah rumah Chie. Mereka tiba di Apartemen sebelah rumah Chie."Let's see…kamar yang ada paling dekat dengan kamar Satonaka-san…adalah kamar…Teddie. Nama yang aneh."

"Ayo, ke sana!"Rise memeluk tangan Naoto dan menyeretnya.


In Front of Teddie's Room

"Permisi,"Naoto mengetok pintu kamar nomor 215, kamar Teddie."Kami adalah pengacara dan asistennya."

"Salah, Nao-kun! Mestinya kamu ngomong, 'Tagihan Koran'!"Ujar Rise.

'Emang di apartemen ada tagihan koran ya?'

Orang pemilik kamar tersebut pun keluar.'Dia…berbinar. Entah kenapa aku dapat perasaan aneh begini.'Pikir Naoto saat melihatnya.

"Ada apa ya lady yang cantik?"Tanya orang itu.

"Kyaa! Nao-kun, aku dibilang cantik! Aku! Aku!" Rise yang lebay melebaykan dirinya dengan cara nge-GR dengan begitu lebaynya.

Si pemilik kamar tertawa kecil."Jadi…kalian ini…peng…pengacara? Wah memang ada acara apa ya?"

'Rise-chan, keluarkan kamus bahasa dan cari kata 'Pengacara'. Oh iya sekalian Raport hasil tes orang ini pas SD. Aku pengen liat nilai Bahasa Indonesia-nya.'

"Jadi, pengacara itu…"Naoto pun menjelaskan panjang lebar.

-setelah dijelaskan…-

"Ooh…jadi, mau apa pengacara datang kesini?"Orang itu akhirnya mengerti juga."Oh iya, ayo sini masuk!"

Mereka pun masuk ke kamar 215. Ruangan itu…berantakan. Di dapur masih bisa dilihat mangkuk bekas mi instan yang menjuntaikan helai-helai mi dari dalam mangkuk plastic tersebut. Di dalam toilet banyak tumpukan baju."Ayo, ke kamarku."

Mereka bertiga pun memasuki bagian kamar pribadi si Teddie itu. Kamarnya juga tidak kalah berantakan. Bahkan banyak kain segitiga berwarna biru muda yang digantung di sekeliling ruangan."Teddie-san celana dalamnya merek Guess ya? Sama kayak Papa dong."Samar-samar Naoto bisa mendengar gumaman Rise, tapi dia pura-pura cuek.

Banyak kardus terbuka berisi buku-buku bersampul unik yang baru kali ini Naoto lihat model sampulnya, Sepertinya original sekali.

Naoto mengalihkan perhatiannya ke jendela besar yang ada di samping ruangan. Dari jendela yang ada disitu, kamar Chie bisa terlihat jelas.

"Baiklah, jadi kami datang untuk menanyakan-mu sesuatu."Ujar Naoto."Pertama, Nama dan Pekerjaan-mu…"

"Namaku Teddie. Pekerjaan-ku…Gak ada."Balas Teddie sambil cengengesan.

'Cape deeh' Naoto pura-pura maklum.

Rise nyerocos."Teddie-san kenal sama Satonaka Chie-san nggak?"

"Chie-chan? Tentu saja kenal."Jawab bang Edi…eh, Teddie.

"Anda kenal?"Naoto antusias.

Teddie ngangguk."Unn. Kami berteman sejak beberapa tahun lalu. Karena lebih keren, aku memilih tinggal di apartemen. Dia sih enak tinggal di rumah orang tuanya. Aku sering mampir ke rumah dia."

'Keren apanya?'

"Apa anda tahu baru-baru ini celana dalam Satonaka-san telah dicuri?"Tanya Naoto lagi.

Teddie diam sebentar."Apa iya? Entahlah, aku nggak baca koran."

'Ya iyalah, mana ada koran yang headline-nya CELANA DALAM SEORANG GADIS BELIA DICURI! Kecuali majalah porno yang sering dibaca Mr. Wright…Oops! Keceplosan! Maaf ya Mr. Wright, salah anda sendiri ngasih tugas penuh daleman begini.' Naoto ngomong sendiri. "Kemarin anda tidak dengar grabak-grubuk apapun? Suara teriakan? Suara langkah kaki yang panik?"

"Aku dengar suara abang-abang bakso."

'Oskab.'

"Terus kayaknya itu doang deh…maaf ya, kemaren aku habis nonton film bagus banget, jadi nggak konsentrasi sama sekeliling."Teddie melanjutkan.

"Wah film apa? Lumayan nih lagi nganggur!"Rise ikut-ikutan.

'Rise-chan, waktu nganggur dipake buat bantu aku bukannya nonton.' Naoto menahan hasrat pengen-nyeburin-Rise-ke-sungai-nya.

"Spongebob the Movie."Jawab Teddie.

'...'

"Oh, bukan Sailor Moon? Yaah…"Rise kecewa.

'...'

"Bukan, tapi aku ada banyak film lain kok! Misalnya Danny Phantom, Upin Ipin, Detektif Conan…"

'CONAN! Ups Justice, kau sedang bertugas!'

"Uhm. Kapan terakhir kali anda mengunjungi kediaman Satonaka?"Tanya Naoto yang berusaha jaga image.

"2 hari yang lalu, pas dia ulang tahun."Teddie menjawab."Aku ngasih dia kado buatan-ku sendiri lho!"

"Oh Chie-san ulang tahun? Wah PU-nya dinanti nihh."Rise senyam-senyum.

'Kenal aja enggak.'

"Dia ngasih kok! Liat, 20 ribu…"Teddie malah positif.

'…Kalian menikah aja deh.'

"Dari jam berapa anda berada di situ?"Tanya Naoto lagi.

"Eng…dari pas pesta-nya dimulai jam 12 siang sampai jam setengah 2. Aku pulang duluan karena mau ikut seminar."

"Hah? Seminar apa?"

"Bagaimana menjadi Host yang baik."

"..."

"Err…baiklah, sepertinya itu saja. Nanti akan kami hubungi lagi bila ada yang terlupa."Naoto berdiri, Rise juga."Boleh kami minta nomor anda?"

"Ooh! Kamu jatuh cinta pada pesona-ku! Hehe, seminar itu berhasil…"Teddie mendengus.

'Rise-chan, tolong…kamu dan orang ini ikuti seminar bagaimana menjadi manusia yang baik dan benar.'


"Fuh. Fuh. FUUHH."Di luar apartemen, Naoto menghela nafas berkali-kali.

"Kamu kenapa Nao-kun? Capek ya? Sabar ya jadi pengacara…"Rise menepuk-nepuk pundak si rambut biru.

'…Aku masih bersyukur disebut pengacara. Bukan spesialis pakaian dalam.'

"Aku tahu! Gimana kalau kita ke Junes dulu, refreshing gituu."Ajak Rise bersemangat."

"Junes…kamu mau belanja baju lagi…?"Naoto udah males duluan.

"Nggak kok! Nao-kun kamu jahat berprasangka sama aku. Aku kan mau menyemangatimu!"Ujar Rise, tampang serius.

Naoto kelihatannya terharu. 'Rise-chan…ternyata kamu masih anak baik…maaf ya selama ini aku pengen nyeburin kamu ke sungai…'

"Lagian bukan baju lagi kok, sekarang sayur."

'AAAAAAAAAAAAA IHBT AAAAAAAAAAAAAAAA' (IHBT = I Have Been Trolled. Maksudnya terperdaya gitu loh) Naoto meledak, namparin pipinya sendiri.

"Kamu ngapain? Ada nyamuk ya? Sini aku bantu!"Rise ikut-ikutan namparin si Nao.

"Ow. AWW. AWWW!"Naoto makin gila, sekarang campur kesakitan.

Dan mereka sukses disangka pasangan SM oleh orang-orang.

(SM = Sadomasochism. Maksudnya orang yang suka menyiksa 'Sadist' sama orang yang menyukai rasa sakit 'Masochist' untuk lebih jelasnya silakan search 'Sadomasochism' di wikipedia)


2 orang itu kembali lagi ke Junes. Karena Rise masih baik, dia ngebeliin Naoto minum. Yang notabene aqua gelas sebiji. Sekarang mereka tengah menyusuri bagian sayur-mayur di Junes.

"Naoto, mendingan bayam atau kubis?"Rise nampak kebingungan.

"Cokelat."Naoto masih agak gila. Sebagai catatan, cokelat mampu menghilangkan stress.

"Oke, cokelat."Rise nanggepinnya malah serius, kabur ke bagian snack sebelum kembali dengan sebungkus Silver Queen."Yang bayarin kamu kan?"Naoto menahan air mata.

"Habis itu, bawang…itu dia!"Rise mengulurkan tangannya untuk mengambil daun bawang yang terletak di bagian bawah container. Tiba-tiba tangannya bersentuhan dengan tangan orang lain.

"Ah!"

Rise melihat ke tangannya, lalu ke orang yang tangannya bersentuhan dengannya. Langsung saja BGM ala film-film romantis mengalun.

"…Detektif Yukiko!" Preeet. Ternyata orang yang juga ingin mengambil daun bawang itu adalah Detektif Yukiko Skye, yang tumben-tumbenan nggak lagi ngemil.

"Eh kalian. Si Shortie dan si Lebay."Yukiko tersenyum sedikit sebelum menyabet daun bawang tersebut secepat kilat.

"Aakkhh! Daun bawangkuu!"

"Masih ada banyak, Rise-chan."Celetuk Naoto.

"Oh."Rise langsung mengambil bawang yang ada di tempat lain.

"Kalian beneran lagi penyelidikan nggak sih? Kok kayaknya ke supermarket mulu."Kata Yukiko, memandangi dengan tatapan curiga.

"Anda sendiri, tidak membantu Prosecutor Gavin?"Naoto balik bertanya.

"Chuih! Sori aja ye. Mana mau aku ngebantu orang yang selalu berkilau, sok-sok populer, dikerumuni cewek-cewek, rambutnya biru, matanya biru, dan mukanya berlubang itu!"Yukiko mencibir.

'Tapi setiap muka orang ada lubangnya…lubang hidung, mulut, dan rongga mata. 3 malah.'

"Aku disini ada alasannya. Aku menemani sang hakim!"Ujar Yukiko dengan agak bangga.

"Hakim…?"

Baru aja diomongin, tiba-tiba muncul seorang pria berambut kelabu bunder kayak mangkok dengan banyak kantong belanjaan menghampiri mereka."Wah wah, bukannya ini Naoto Justice?"

"M…Mr. Seta Souji!"Naoto langsung membungkuk hormat ke arah pria itu. Orang ini adalah Seta Souji, seorang hakim. Meskipun usianya cukup muda, dia mampu membuktikan kemampuannya menjadi hakim yang adil, tegas, jujur, dan gaul. Liat aja tuh belanjaannya CD Lady Gaga semua.

"Haha tak perlu membungkuk segala."Mr. Hakim gahol tersenyum. "Aku dengar kabar bahwa kamu tengah menyelidiki kasus yang sedang hot-hotnya di kepolisian. Pencurian celana dalam…ya?"

'Hot? Kasus BEGITU? Sekarang aku mengerti kenapa orang-orang di sekitarku nggak ada yang beres.'

"I-Iya mr. Tapi sekarang saya dan asisten saya sedang berbelanja…"Balas Naoto, meski asisten yang dimaksud udah ilang di dunia sayur-mayur."Mr. Judge sendiri, sedang apa disini?"

"Aku? Biasa, memenuhi kebutuhan sehari-hari."Jadi hakim butuh CD Lady Gaga? "Dan Detektif Skye menawarkan diri sebagai penjaga."

'Aku rasa orang ini cuma nyari kesempatan buat belanja.'Pikir Naoto sambil melotot ke arah Yukiko yang mulai mengeluarkan Snack dari tas-nya. Oh tidak, dia akan ngemil! Semuanya tutup telinga, KUNYAHAN ITU AKAN MENGHANTUI ANDA!

"-MUNCH MUNCH-"Terlambat! TERLAMBAT! "-MUNCH-Jangan lupa, sidangnya lusa."

'LUSAAA? KOK AKU BELUM DENGAR BERITA INI!'

"B-Benarkah?"Naoto ragu.

"Iya, memang –KRAUS KRAUS-Mr. Mantan Pengacara Legenda alias Mr. Kanji Wright nggak ngasih tau kamu?-NYAM NYAM-"Tebak ini siapa hayoo.

'Ayah anak SAMA AJA. NYEBELIN.' Naoto tersenyum, menutupinya amarahnya.

"Nao-kun, Sunsilk-nya nggak ada."Panjang umur, Rise datang. Dan sejak kapan dia jadi beli shampoo? Rupanya dia memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan."Eh, ada om hakim! Temennya papa kan?"

"Halo, Wright junior."Souji tersenyum ramah ke Rise. Memang benar, Souji dan Kanji adalah teman lama. Perkenalan mereka dimulai dari ruang sidang. "Sampaikan salamku ke Kanji ya."

"Ngomong-ngomong Rise-chan, belanjaan-nya sudah belum?"Naoto melihat gadis itu.

"Udah! Kubis, wortel, daun bawang, CD Justin Bieber, miso, cokelat yang tadi, sama rumput laut."Sejak kapan CD Justin Bieber termasuk dalam barang-barang yang dibeli?

"AH! Justin Bieber. Saya ingin memprotesnya karena dia ngikut-ngikutin model rambut saya."Tau-tau Souji nyerocos.

'...'

"Baiklah…saya…mau membayar dulu. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu…"Ucap Naoto lesu sambil nyeret Rise.

"Silakan saja. Sampai jumpa!"Souji melambaikan tangan sementara Yukiko sibuk makan sambil ngangguk-ngangguk.


Mereka keluar lagi dari Junes. Jangan tanya berapa pengeluaran Naoto hari ini.

"Nao-kun, kita pulang yuk? Udah sore, kamu juga capek kan?"Rise yang kali ini insaf dan membawa kantong belanjaan-nya sendiri menganjurkan. Notabene, kantong belanjaan-nya sendiri cuma CD Justin Bieber. Belanjaan lain macam sayur-mayur dianggap 'belanjaan bersama' sehingga tanggung jawab dilemparkan ke Naoto selaku kepala suku.

"Iya…ayo pulang…"Naoto cuma bisa mengangguk lemes.

'Sebelum aku stress…eh salah, aku memang sudah stress. Sebelum aku makin stress…eh, memang aku makin stress. Sebelum…AAAAAAAAAAAARRRGHHHHH'

...anda menyesal membaca fic ini? kan udah saya bilangin!...

A/N : ENTAH KENAPA TIBA-TIBA IDE MENGALIR DI KEPALA SAYA DAN CHAPTER YANG TADINYA MANDEK SETAHUN DILANJUTKAN DAN SELESAI DALAM 2 JAM! WOUUUU –dibacok-

OOC METER MAX. MAXX BANGET. LEBIH MAX DARI PERTAMAX. APALAGI RISE YANG SAYA BUAT TERLALU BENGIS, NAOTO YANG KEBANYAKAN NGOMONG (dengan dirinya sendiri), SOUJI YANG UHM APA? GAUL? YUKIKO YANG JADI WANITA RAKUS BIN GARANG DAN KOU YANG JADI BERLUBANG (?)

Maaf Naoto, saya membuat anda kelewat menderita… -kabur dari hujan peluru-

Oh iya, saya buat poll tentang humor sebagai semacam feedback. Poll-nya bisa dilihat di profile saya.

Emang nih fic jayus dan tidak bermakna! CHUIH!

Akhirnya hari yang sangat melelahkan bagi Naoto ini selesai. Bagaimana hari berikutnya? Entahlah, karena fic ini juga nggak jelas lanjut atau nggak. –dibakar-