Makasih banyak pada semuanya! Semua deh…tanpa kecuali. Saya kan baik hati dan tidak sombong juga rajin mengepel (?) :D

Yoy. Ini adalah chapter terakhir dari fic ini. Buwahahaha…untuk pertama kalinya nih, Yuki bisa namantin fic!! Ohoho…-ketawa ala Santa-

Selamat membaca ya, para kawula muda ^^ -dibakar yang merasa udah tua-

o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o.

Semua sudah siap di ruangan berukuran 3X3 meter di markas itu. Tikar, tumpeng, lilin dan air kendi. Semua sudah siap. Tinggal menunggu tamunya datang saja.

"Padahal yang di undang kan lebih dari 10 orang. Apa muat ruangan ini?" tanya Kisame heran.

"Muat kok," jawab Kakuzu santai. "Kita nanti saling pangku."

Semua sweat dropped.

Hiasan ruanganpun telah tertata sempurna menurut perkiraan Akatsuki sendiri. Beberapa pohon Natal berdiri di pojok ruangan. Dengan 3 buah lampu disko yang kerlap-kerlip tergantung di setiap pohon, yang membuat pohon yang sejak awal memang sudah rapuh itu, kini tampak semakin bengkok ke bawah.

"Elo sih, ah!" Sasori menyikut Hidan kesal. "Gue bilang kan lampu kerlap-kerlip yang kecil!"

"Gak ada, Sas. Adanya juga yang besar itu!" Hidan menunjuk lampu disko yang menyinarkan berbagai warna di pohon Natal sana. "Beda ukuran doang juga! Yang penting kan kerlap-kerlip!"

Didepan pintu pun telah tergantung sepatu dan kaos kaki. Well, bukan sepatu Natal seperti yang seharusnya.

"Pein? Lo kok gak pake sepatu sih?" tanya Deidara heran pada kaki Pein yang telanjang. "Kaos kaki juga. Padahal kan dingin."

"Iye," jawab Pein nyantai. "Lagi gue cuci."

"Tumben."

"Kok ada bau amis-amis yah? arahnya dari pintu sana deh!" tunjuk pikir Zetsu sambil memandang pintu yang disana tergantung sepasang sepatu dan kaos kaki lengkap dengan banyak lalat yang mengerubunginya.

Semua sudah siap. Dan yang membuat belum sempurna adalah tamunya yang belum datang. Padahal para Akatsuki sudah dandan necis sejak 1 jam yang lalu. Bahkan Sasori sudah memakai kostum Santa Clause, lengkap dengan jenggotnya. Dan Tobi memakai kostum Drakula.

"Ini Natal! Bukan Halloween!" kata Zetsu. Tapi sia-sia, Tobi memang melepas kostum Drakula nya. Tapi ia langsung memakai kostum Shinigami Yumichika, lengkap dengan bulu matanya yang 1 meter.

"Kita mau Natal, bukan cosplay!" kata Itachi. "Lagian kayak gak ada tokoh lain ajah, ampe milih bencong gitu!"

"Kan alisnya artistik gitu loh, Itachi-senpai," kata Tobi.

"Apanya yang artistik?" bentak Deidara. "Penampilan kayak Aming gitu lo bilang artistik?"

"Lagian siapa itu Aming?" sambung Pein.

"Betewe, kok lama yah?" tanya Sasori. "Kakuzu, apa lo bener-bener nulis dengan bener alamat markas kita?" tanya Sasori pada Kakuzu yang lagi menghitung pengeluaran Natal, lengkap dengan berpikir bagaimana mengganti semua pengeluaran dengan jumlah 2 kali lipat.

"Hm…iye," kata Kakuzu males-malesan. Pasalnya, Kakuzu lah yang mendapat tugas menulis di surat undangan dan menyiapkan kadonya. Jadi, jangan heran jika kadonya sangat murahan, kecuali lonceng emas itu sih… itupun hasil ngerampok. Dan jangan heran kalo kata-kata yang digunakan dalam surat undangan itu sekasar muka penulisnya. "Gue tulis kok."

"Lo tulis? Pake bahasa Indonesia kan?" tanya Pein. "Jangan bilang lo tulis pake bahasa Arab!"

"Emang Kakuzu onta!" bela Zetsu dengan belaan yang lebih pantas dikatakan hinaan.

"Lagian Pein, kita ini orang Jepang yang tinggal di kutub. Pake bahasa Jepang atau Inggris dong seharusnya. Ngapain pake Bahasa Indonesia?" cecar Kisame yang tumben otaknya kerja.

"Emang siapa yang bisa bahasa Inggris?" tanya Itachi.

"Kalo dalam 1 jam lagi kita masih nunggu," kata Pein.

"Mang napa?" tanya yang lain cemas. Jangan-jangan Pein akan melakukan penyerangan.

"Berarti mereka belum datang."

=.=

o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o.

Naruto sampai di alamat yang tertera di undangan. Depan sebuah gua, 100 kilometer dari selatan. Padahal, jarak sesungguhnya adalah 102 kilometer. Itu Naruto hitung pake jengkalnya yang mewakili 15 cm.

Gua itu terlihat sangat tua. Mungkin jika terkena pukulan kecil aja, seperti rasengan, maka akan runtuh –rasengan pukulan kecil?-. Atap dan dinding luarnya tampak di tumbuhi berbagai tanaman liar. Bahkan tanaman gelombang cinta yang harganya ratusan juta itu tumbuh segar di atap (?). Dan jangan tanya lagi tentang baunya. Sampai-sampai Sasuke harus menyemprotkan pengharum ruangan disekitarnya. Apakah itu? Bensin -.-' Menurut Sasuke, bau bensin itu sangat harum dan menyenangkan. Entah darimananya.

Disana pun sudah ada beberapa orang yang datang selain Sasuke dan Naruto. Terlihat ada Neji, Kiba, Shino, bahkan Tsunade pun ikut. Membuat Naruto jadi heran, jangan-jangan ini pesta judi lagi. Tapi saat melihat Sakura, Hinata, Ino dan Tenten, Naruto yakin, pasti ini bukan pesta judi. Mungkin fashion show? Naruto jadi lebih merinding.

Diatas batu besar depan markas, Naruto melihat seorang cowok berambut merah dan membawa gentong besar di punggungnya, sedang duduk diatas batu itu. Padahal, dari ciri fisiknya, baru itu adalah batu granit, yang bisa melepuhkan apapun yang ada diatasnya. Tapi Gaara seakan tak menyadari, bahwa pantatnya terancam melepuh bagai kapur kemasukan air.

"Lhoh? Teme?" Naruto menunjuk Sasuke dengan jempol terbalik. Menantang maut. Dan maut memang akan datang padanya jika Sasuke tidak sedang meratapi lonceng emas 24 karatnya.

"Hn." Hanya Hn. Dan menurut Sasukem cukup dengan Hn bisa mewakili 100 kata (?).

"Lo ngapain disini? Mau pesta juga? Dapet undangan juga?" tanya Naruto.

"Hn," jawab Sasuke. Hn disini artinya ya-eyalah!-masak-gue-mau-bunuh-Itachi?!?! Padahal ada sedikit niat di hati Sasuke untuk membalas dendam pada kakaknya itu.

"Hoi, Naruto!" teriak Kiba sambil melambai-lambaikan tangan Akamaru.

"Naruto?" teriak Sakura juga.

"Sakura, Kiba!" Naruto menghampiri mereka, dan meninggalkan Sasuke tanpa permisi. "Kalian dapet kado dari Santa misterius juga?"

"Iya," jawab Sakura. "Tapi kadonya murahan banget. Pake bawa-bawa nama SBY lagi. Masak gue cuman dapet syal doang?"

"Lo mending! Gue harus puas dengan satu kertas folio! Dipikir gue mau ujian apa?!" Kiba mulai uring-uringan.

"Gue malah dapet ini," Tsunade nimbrung dan menunjuk kalung bawang-bawangan yang di pakai di lehernya.

"Tapi cocok kok," alhasil, Naruto mental.

"Memangnya siapa sih, yang jadi Santa gadungan ini?" tanya Ino yang masih jengkel karena merasa diperlakukan tidak adil.

"Apa? Santa gedongan?" tanya Tenten.

"Whatever!" Ino cuek.

Dan percakapan mereka terhenti saat ada sebuah limosine berhenti di depan gua.

"Gila! Siapa orang gila yang bawa Limo ke gua jelek kayak gini?" pikir Shino penasaran. Dirinya tadi aja berangkat nebeng Kiba ama Akamaru. Itupun Shino harus rela duduk di tulang ekor Akamaru.

"Limonya…keren banget," gumam Gaara. "Tapi darimana gue tahu kalo itu Limo yah?" Ya elah!

Dan si empunya Limo turun dari dalam mobil mewah itu. Tiga orang anak lelaki. Tapi wajahnya kayaknya dah tua. Gak ding, mereka masih berwajah polos kok. Cuman kelihatan aja dari tampang bahwa mereka tak hanya kaya, tapi juga jenius! Bahkan Sasuke pun menganggap mereka bertiga sebagai saingan berat.

"Apa mereka bisa genjutsu ya?" tanya Sasuke dalam hati sambil memandang bocah berambut putih yang pegang pesawat mainan.

"Shut up, Mello!" kata anak berambut hijau dan berkacamata goggle itu. Dia yang paling tampan, itupun menurut Gaara (?).

"But look! What the hell is this place?!" si blonde menunjuk gua dengan dagunya. "I though we would come to luxury building!"

"Ngemeng epe sih mereka?" batin Neji gregetan. "Ngomong seenaknya, kayak disini gak ada orang ajah."

"Diamlah," kata si rambut putih. "Mereka pada lihatin kita."

Mello dan Matt diam. Mereka bertiga lalu menyadari, bahwa mereka tidak sendirian. Ada beberapa pasang mata yang memperhatikan mereka dengan tatapan aneh.

"Hey! Mereka terlihat sangat aneh," bisik Mello curiga. "Lihat si rambut merah itu, masak bawa-bawa gentong segala. Mana dia gak punya alis lagi. Khikhikhi…."

"Itu mending," jawab Matt, tentu sambil berbisik. "Lihat cowok dan cewek itu. Mereka gak punya pupil. Padahal pupil adalah salah satu syarat agar mata bisa menangkap cahaya dan melihat kan?"

"Mungkin pupil mereka transparan karena kelainan?"

"Ehem!" akhirnya Sasuke yang membuyarkan keheningan dan bisik-berbisik antara Mello dan Matt yang volume bisikannya bisa di dengar dari jarak 1 kilometer. "Denger, gue adalah ninja terjenius disini."

"Ehem!" Naruto berdeham.

"Okeh, ama orang berambut duren disana," ralat Sasuke. "Dan…uhm…nenek-nenek yang pake kalung bawang itu," Sasuke mendapat death glare dari Tsunade. "Dan gue mau tanya, kalian dari desa mana? Apa tipe elemen jurus kalian? Dan tingkat ninja kalian apa? Dan benda apa yang baru saja kalian naiki itu?"

Semua sweat dropped. Tak hanya Matt, Mello dan Near saja.

"Hah? Tak kusangka, si Sasuke gak tahu apa itu Limo! Ku kira dia jenius!" pikir Gaara. Padahal dia tadi juga tidak tahu -.-'

"Pertama, kami datang dari Whincester. Itu bukan desa, tapi kota. Dan yang kedua? Saya sama sekali tidak mengerti apa hubungan antara elemen dan jurus. Dan jurus apa yang Anda maksud? Ah! Mungkin saya bisa menjawabnya. Jurus saya adalah puzzle dan mainan, jurus Matt adalah PSP dan rokok, dan jurus Mello adalah coklat dan wanita penghibur. Ketiga, kami tidak mengerti apa itu tingkat ninja. Yang jelas, saya tingkat pertama di kelas, dan Mello kedua, Matt ketiga. Dan yang keempat, benda yang kami naiki barusan adalah mobil. Limosine," kata si anak berambut putih dengan lancar. Naruto dkk hanya melongo.

"Kau gak usah pake nyangkutin tingkat napa sih? Sombong kau ya?" geram Mello pelan. Selalu sensi pada yang namanya tingkat, juara dan semacamnya.

"Kita bisa dibunuh kalo tidak jujur, Mello," kata Near. "Lihat, disana ada orang yang tampak mencurigakan. Seperti teroris," Near menatap pada Shino.

"Lagian apaan tuh? Pake nyangkut pautin wanita penghibur bagi gue lagi!" protes Mello.

"Kau dua kali melihat wanita dalam keadaan naked kan? Lidner dan Takada," jawab Near.

"Itupun yang kepergok," dukung Matt pada Near.

"Hey! Aku tak se-pervert yang kalian kira! Lagian Takada gak masuk hitungan! Waktu itu dia pake selimut, kok!" elak Mello.

"Tetep aja lo liat dia ganti baju!" bentak Matt dan Near.

"Aduh…ku kira mereka anak-anak yang polos," Neji hanya sweat dropped.

"Ya…ternyata mesum juga," dukung Kiba.

Dan belum sempat mereka mengerti maksud penjelasan dari Near, suara nyaring tiiiiiiiinnn terdengar dan sebuah motor ninja pun berhenti di dekat mereka. Dua orang laki-laki turun dari atasnya.

"Hadooohhh…benda apaan lagi sih itu?!" Gaara dan Sasuke puyeng. "Keren amat."

"Siapa mereka?" tanya Hinata dalam hati. "Kenapa orang-orang asing ini datang dengan benda aneh tapi keren?"

"Kyaaaaaaaa!! Mereka tampan sekali!!!!!!!" jerit Sakura, Ino, dan Tsunade dalam hati. Tapi wajah mereka tetap tampak waspada.

"Hm…benda itu kayak Akamaru. Bisa dinaikin. Punya ekor," Kiba melihat pada slebor belakang. "Dan punya telinga, tapi 4." Kiba melihat kedua stang dan spion. "Juga punya mata." Dia melihat kedua lampu depan. "Tapi kok bunyinya tiiiiiiiinnn gitu sih? Apa bisa dikawin silang ama Akamaru ya?"

"Hah?" Matt membelalak. Begitu juga dengan Mello. Near sih emang kaget, tapi gak selebay mereka. "Itu kan Light!"

"Dan itu…L-san!" batin Mello.

"Bukan bodoh! Itu B-san!" ralat Matt yang entah kenapa bisa menebak pikiran Mello. "Lihat, mata dia merah!"

"Kenapa Light ada disini?" pikiran detektif Near muncul saat kedua temannya hanya meributkan apakah itu L atau B. "Presentase bahwa semua ini hanya jebakan Light dan kita akan tamat disini…," batin Near.

"98 persen," ucap Near.

"Ya, 98 persen dia adalah L-san yang kelilipan dan menyebabkan matanya merah," dukung Mello tak nyambung.

"Near? Mello? Matt?" Beyond mengabsen ketiga penerus L itu.

"B?" kata Near.

"E?" lanjut Mello.

"Y?" kata Matt.

"BEY?!" lanjut ketiganya. Beyond dan semua orang hanya sweat dropped. Cuman Light ajah yang tampak senyam-senyum sendiri.

"Kalian diundang kesini juga?" tanya Beyond. "Dunia ternyata sempit ya?"

"Kenapa Light ada?" tanya Near curiga sambil memandang Light yang tangannya tak lepas menggandeng lengan Beyond XD.

"Tenang saja, Near," hibur Beyond. "Dia agak…um…yah…," Beyond menggariskan garis miring di jidatnya.

"Hoy! Lagi-lagi kami tak tampak ya?" kata Sasuke tersinggung. Dan entah kenapa, cuman dia yang mulai ngomong duluan. Dan entah kenapa, cuman Sasuke pula yang merasa sensi dengan orang-orang asing ini.

"Oh…ada orang toh?" Beyond tersenyum sambil tak mengerti, kenapa tubuh lelaki jabrik di depannya ini tiba-tiba mengeluarkan semacam listrik dari dalamnya. "Maaf, saya dan Light ini dari Amazon."

"HOH?!" Matt, Mello cengok. Near juga kaget, tapi sekali lagi, tak lebay.

"Amazon-gakure? Dimana itu, Godaime?" tanya Naruto tak mengerti.

"Entahlah…mungkin desa terpencil kali."

"Kira! Aku adalah Kira! Kau harus tunduk padaku! Huwahahahahahaha…!!" Light menghampiri Gaara dan mencengkeram bajunya.

Krik krik krik…

BRUK!

Light hanya ketimbun pasir sampai kepalanya.

Beyond segera mengeluarkan Light dan membawa jauh-jauh Light dari Gaara setelah sebelumnya Beyond minta maaf.

GRAAAAAAAAKKK…

Suara pintu gua yang terbuka.

"Hih! Pintu ampe bunyi gitu! Kurang oli kali!" kata Mello.

"Ini gua, Mello!" kata Matt. "Bukan rumah! Gimana bisa ya, kau bisa jadi nomor dua?"

Didalamnya tampak seorang lelaki berambut putih.

"Dia…," pikir semua orang Konoha dan Gaara. "Ternyata dia ya?"

"Oh? Rame banget. Kedengeran ampe dari dalam sejak tadi," kata orang itu.

"Sejak tadi? Dan kau baru keluar sekarang dan membuat kami menunggu lama?" tanya Light dengan sorot mata gue bunuh lo!

"Lo kan datang belom ada 10 menit," batin Neji "Gue yang datang paling awal aja diem."

"Ya, betul!" kata Tenten. "Kau pikir enak apa, diluar sini terus sambil nyium bau bensin?!"

Sasuke langsung menyembunyikan kaleng parfum berisi bensin itu kedalam bajunya.

"Udah deh…lebih baik kau ajak kami kedalam," kata Ino sewot sambil tiba-tiba menggandeng tangan Beyond.

"Aku gak bisa bayangin, bagaimana pesta didalam sana," pikir Mello ngeri.

"Kupikir tak kan ada coklat," kata Matt.

"Dan tak ada wanita penghibur," kata Near.

"Shut up, you white freak!" geram Mello.

"AKU ADALAH KIRA!! PENGUASA DUNIA! PEMILIK DEATH NOTE! KALIAN AKAN MATIIIII!!" Light kumat.

Krik krik krik….

"Ehehehehe…maaf, dia sedang menghafal dialog untuk syuting film. Dia ini artis terkenal loh…," kata Beyond.

"Ya sudah…," kata Shino yang baru ngomong sekarang.

"AYO KITA PESTAAAAAAAAA! Jep-ajep-ajep-ajep-ajep!" Neji masuk kedalam gua sambil meletakkan telunjuk kanannya di depan hidung dan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menunduk.

"Catatan, gak boleh kelamaan nunggu dan bersikap sok cool di depan gua angker," kata Naruto yang melihat Neji jadi kayak orang kesambet.

"Pesta? Pesta? Pesta? Jojing? Jojing? Jojing? Mau? Mau? Mau?" kata Light sambil masuk ke dalam.

"Nah…dia tadi lagi ngehafal kalimat untuk iklan. Ahahaha…," Beyond tertawa kikuk.

"Ahahahaha…," yang lain, kecuali Near, ikut tertawa garing.

Semua berurutan masuk ke dalam.

"Makasih atas kalung bawangnya!" Tsunade menjejalkan kalung itu kemulut orang itu. Kabuto.

"Dan makasih atas lubang di rumah gue!" Naruto ninju pipi Kabuto.

"Dan kagebunshin waria yang bagus!" Ino nabok Kabuto.

"Rok lebih cocok kau pakai sendiri," kata Mello. "Lain kali kalo ngasih hadiah jangan di kamar mandi, di jamban sekalian!"

"Katakan bahwa kau bukan zombie malam itu," kata Gaara.

"Tapi kok ada foto orang Akatsuki sih?" tanya Sakura. "Lo ngefans ya?" Sakura berlalu sambil cekikikan.

"Terima kasih, Kabuto," kata Sasuke yang masuk paling akhir. "Maaf, loncengnya ku bakar." Sasuke mengatakannya dengan wajah gue-gak-butuh-emas, namun hatinya masih meratap pilu.

"Apa-apaan ini?" pikir Kabuto resah. "Pesta apaan? Kami gak punya apa-apa untuk pesta. Tuan Orochimaru pasti marah! Sial," Kabuto hanya bisa pasrah.

o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o.

"Kok belum datang sih ya?" tanya Sasori yang jenggotnya udah gak di dagu lagi, tapi naik ke ketiak. "Jangan-jangan bener lagi kalo Kakuzu nulisnya pake bahasa Arab."

"Masih mending bahasa Arab, mungkin ada yang tahu, atau setidaknya bisa di terjemahkan. Lha kalo Kakuzu nulisnya pake bahasa tubuh?" kata Tobi yang bon nya langsung berlipat ganda.

"Huf!! Kok gak ada satupun yang dateng ya? Kalian yakin, udah beri ke sasaran?" tanya Pein. Padahal kado nya sendiri ditemukan tikus -.-'

"Iya, Pein. Tapi mungkin karena image kita yang udah jelek kali ya, makanya mereka gak mau kesini."

"Loh? Gue udah ngefoto kalian dengan pose nice yang kalian inginkan kan? Hasil fotonya juga bagus kok!" kata Kakuzu yang merangkap jadi fotografer juga.

"Bukan image foto, Kakuzu," kata Deidara. "Image yang kita maksud adalah harkat dan martabat kita! Susah deh ye, ngomong ama Onta"

"Harkat dan martabat mana yang kau maksud, banci?" kata Kakuzu. "Dari awal, kita adalah perkumpulan orang yang terbuang."

"Berarti, ketua kita adalah orang yang paling terbuang?" tanya Tobi. Untung aja Pein lagi sengaja budek (?).

"Udahlah…gak papa kan?" tanya Kakuzu sambil bangkit dan masuk ke kamarnya.

"Gue rasa ada yang aneh," pikir Hidan.

"Ya, Sasori-danna yang aneh," kata Deidara. "Masak jenggo kok masangnya di hidung? Ampe nutupin mulut gitu?"

"Itu sih bukan jenggot. Tapi bulu idung yang kepanjangan," kata Zetsu.

Sasori yang nyadar, langsung ngelepas jenggot putihnya, dan memasangnya kembali di dagu.

"Pein? Jadi gimana? Masih terus nunggu? Sampai kapan? Kalo gak nunggu, berarti perjuangan kita sia-sia dong?" tanya Zetsu.

"Perjuangan apaan? Lo kan cuman nendang-nendang dan ngeberantakin salju doang!" kata Hidan.

"Tendangan kan juga perjuangan, Hidan," kata Zetsu. "Perjuangan ngegunain kaki!"

"Iya ya, elo selama ini kalo gerak kan pake kepala," kata Hidan.

"Ya sudah…karena tidak ada yang datang, kita pesta sendiri ajah!" kata Pein.

"Sendiri? Kita kan 9 orang!" kata Itachi.

"Ya, maksudnya kita 9 orang aja. Kita makan semua makanan dan minuman ini. Gak usah nunggu lagi," lanjut Pein.

"Maksud lo nasi kuning, ikan teri, sambal terasi, dan air sumur ini?" tanya Itachi.

"Ya, palagi?" tanya Pein. "Ini semua masakan Kakuzu, lhoh…."

"Trus enak emangnya?" tanya Deidara.

"Kenapa sih…bendaharanya musti Kakuzu, Pein?" tanya Sasori.

"Kalo bedaharanya elo, pasti uang kas abis buat beli boneka!" kata Pein.

"Mending! Daripada di timbun!" bela Sasori.

"Sudahlah…apapun yang kita punya harus disyukuri. Pada Natal, yang penting niatnya, bukan makanannya," kata Pein bijak.

"Tumben kata-katanya enak di denger," batin Kisame.

"Nah…hiu brengsek, singkirin samehada lo itu atau gue bunuh lo!" kata Pein sambil tersenyum manis dan menatap samehada Kisame yang nindihin kendi air.

"Iya!" Kisame buru-buru menyingkirkan samehadanya. "Nyesel gue berpikiran kayak tadi," batin Kisame.

"Sebelum makan, kita nyanyi lagu Natal dulu yuk!" ajak Pein.

"Gue benci nyanyi!" kata Deidara.

"Elo kan kalo nyanyi kayak banci perempatan," lanjut Pein.

"Emang ye, bener batin Kisame! Kata-kata elo itu gak enak di denger!"

"Heh?!" Kisame kaget dan menatap Deidara dengan syok. Darimana tuh maniak Aming tahu kalo Kisame ngebatin kayak gitu barusan?

"One two tree four!" Pein memandu.

"Three! Bukan tree! Lo ngehitung pohon apa?" ralat Sasori.

"Ya! One two three four!" kata Pein. "Three ama tree? Padahal kedengarannya juga sama kan?" batinnya mangkel.

We wish…

Nyanyian Akatsuki , minus Pein, terhenti saat Pein menyanyikan lirik yang berbeda dari mereka.

Oh ternyata aku salah

Oh ternyata keliru

Oh ternyata aku paiyaiyaiyaiyahh…

Semua sweat dropped. Apalagi melihat Pein yang nyanyinya dengan kusyuk dan tanpa ekspresi.

Aku jatuh cinta lagi

Ha-rus-nya ku tak bo-leh be-gi-tchu!

Ku su-dah a-da yang pu-nya-a-a-a-a-a…

Ku tak bo-leh ja-tuh cin-ta la-gu

"Sejak kapan lagu Natal jadi kayak gini?" tanya Itachi.

"Amin!" Pein mengusap mukanya. "Nah…bernyanyi selesai. Kita makan!"

"Ehehehe…i…iyah!" yang lain menatap ketakutan pada Pein. Kesurupan setan beruang kutub mana nih orang?

o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o. o.O.o.

Di ruangan Kakuzu….

Biarkanlah saja dulu

Kita jalan berdua

Mereka pun pernah kaya

Saatnya kau dan aku sekarang…

Kakuzu menyanyi-nyanyi riang sambil menghitung uangnya diatas kasurnya.

"Khukhukhu…I'm sorry, Orochimaru. Gue cantumin alamat lo di undangan itu. Rasain! Siapa suruh ninggalin Akatsuki pas bon lo masih 25 dollar?!" kata Kakuzu licik.

END UNJELASLY (TAMAT DENGAN TIDAK JELAS)

Buwahahaha!! Abaaaaaaaaaalll!! XDDD

.

.

.

.

.

.

Gak jelas banget gueh

Makasih udah baca semuanyah ^^ semua, tanpa kecuali. Yang ikut berpartisipasi pada fic ini, juga fic2 Yuki yang dulu-dulu.

Thanks to :

widii – nate river

poncharello

meL de ann

arwah natsuttebayo

Niero ~.~'

Mami males login

Charlotte. d'Cauchemar

himura kyou

Ainara aya

Chatryne Bhrysaisz

dilia shiraishi

Bloominpoppies

Dani Shijou

Haruno Rizuki-kun

lovely lucifer

GoodBoyTobi

DianaMello-di

Akatsuki fan

IchaChantik'versi001

Crusnik gag login

Leey-san

foxlady van jeevas

ARGENTUM SILVER CHAN

Hatake -Rie

Furukara Kyu

Inuzumaki Helen

VongaLa-aI, ga login

Miyu201

sabaku no panda-kun

putee-Chan kelaperan

Chiby Angel-chan

akasuna yu

Kanisawa Chya

'ana-cHan

nae-rossi chan

Akatsuki's FC

Senristu no Kaze

ce dua

AeroRange-TCE

chiaki

MelloMatte

Pendapat? Pertanyaan? Usul? Sampaikan lewat review ^^

Arigatou minna!!

(Sasori, Itachi dan Tobi, sebagai tiga diva yang paling diidamkan oleh para gadis, maju dan membungkuk dalam-dalam)

Sasori, Itachi, Tobi : Thank you very much!! Will you marry us and be our children's Mom/Dad?

Yuki : -nendang tiga diva jauh-jauh-

Review ^^