Uchiha Yuki-chan's back in another fiction! –maaf kalo Englishnya ancur T.T-
Ini fic saya kerjain pas saya berjuang nyari inspirasi buat my danna, eh…tahunya kepikiran soal tanggal 25 Desember.
Meskipun saya muslim, saya mau ngucapin, Merry X-mas buat yang ngerayainnya! And happy new year, un!! God bless you all!!
Ya udah deh…happy reading minna XDD
-oOo-
24 Desember, 1 hari sebelum Natal, di sebuah markas yang terletak di tengah hutan. Didaerah sekitar Kutub Utara.
"Bentar lagi Natal," kata Pein pada rapat darurat di markas.
"And your point is??" tanya Kakuzu yang udah sewot duluan. "Jangan bilang mau beli barang-barang gak guna buat Natal."
"Salah satu nya itu," kata Pein enteng tanpa menghiraukan urat-urat kemarahan yang udah nongol di wajah Kakuzu. "Sebagai umat yang taat, kita harus merayakan hari Natal, hari dimana Ibrahim merelakan Ismail untuk dijadikan kurban," kata Pein sok tahu.
"Agama nih orang apaan seh?" bisik Sasori jemu pada Kisame. "Darimana Natal bisa nyasar ke Ibrahim gitu?"
"Udah…diemin ajah. Namanya juga orang sesat," ujar Itachi yang berada 3 meter dari Sasori. Sedangkan Kisame nya diem ajah denger bisikan Sasori.
"Kok Itachi denger yah?" batin Sasori.
"Ah…males ah!" kata Tobi polos (?). "Tahun kemarin kan kita udah ngerayain Natal! Tahun kemarinnya juga! Tiap tahun kok Natal-an!"
"Setuju!" kata Kakuzu stay cool. "Lagipula, apa bedanya hari Natal ama hari-hari biasa? Toh, kita abis Natal ujung-ujungnya juga jadi penjahat lagi,"
"Iya! Lagian, buat apa kita ngerayain Natal di tempat terpencil kayak gini?" dukung Tobi. "Hutan! Mending kalo hutan rimba, banyak yang ngunjungin. Lha kita ini kan tinggal di hutan berduri jarum! Dingin banget disini!"
"Lagian kata siapa hutan rimba banyak yang ngunjungin?" tanya Hidan.
"Ada! Kalo kita tinggal di hutan rimba, pasti markas kita akan kebanjiran tamu dari keluarga Zetsu. Apalah mereka…lidah buaya? enceng gondok?" kata Deidara
"Sejak kapan keluarga gue punya penyakit gondok?" kata Zetsu tersinggung.
"Eh…tapi ada untungnya kita tinggal di daerah dingin gini. Kabarnya, semakin dingin tempat tinggal kita, semakin dekat pula kita dengan Santa Clause!" kata Itachi.
"Kalo gitu elo tinggal ajah di kulkas!" kata Sasori.
"Siapa tahu Santa Clause hanya beberapa kilo dari markas kita," lanjut Itachi.
"Beberapa kilo? Hutan ini kan cuman 400 meter, Itachi!" kata Kisame. "Lagian juga, kenapa elo percaya ama mitos gituan? Santa Clause yang pemberi segala sesuatu itu gak ada! Adanya juga Doraemon!"
"Doraemon malah mustahil banget tauk!" Itachi menendang samehada Kisame. Untung ajah gak sampai mental kemana-mana.
BRAK!! Pein memainkan backsound gebrakan meja dari HP nya. Biar gak nge-gebrak meja beneran. Selain tangan menjadi sakit, tentu aja akan berakhir dengan penyiksaan dari Kakuzu.
"Kalian ngehargain aku sebagai ketua gak sih?" geram Pein
"Iya," jawab yang lain
"Iya apa? Iya ngehargain atao iya bener-bener gak ngehargain? Pake EYD yang benar!" kata Pein, meskipun tanpa bertanya, ia sudah tahu jawabannya apaan.
Setelah diam beberapa lama, karena 8 orang minus Pein berkutat dalam pikiran masing-masing, memikirkan dua pilihan. Rinnegan, bohong. Rinnegan, bohong. Rinnegan, bohong…
"Nah…sekarang, aku mau tanya, ada yang punya usul, buat acara Natal nanti?" tanya Pein.
"Ya, kamu," Pein menunjuk Zetsu yang mengacungkan kakinya. "Kalo usulmu cuman pesta barbeque dan sejenisnya, gue tolak."
"Lo kok jadi kayak Kakuzu sih?" desis Hidan.
"Pein, gue punya usul, sebaiknya kita rayain Natal tanggal 25 ajah! Tanggal 24 gue ada urusan." Usul Zetsu
"Usul yang lain?" tanya Pein tanpa menghiraukan raut penasaran dari wajah seorang atau seekor atau sebatang Zetsu itu.
"Gue punya!" kata Kisame.
"Punya apa? Usul atau punya aib?" tanya Itachi sadis.
"Sini, gue bisikin," Kisame melambaikan tangannya pada Pein
"Kok gue?" tanya Pein
"Elo kan ketua! Kata lo kita harus ngehargain elo sebagai ketua kan?" lanjut Kisame.
"Halah! Kirim sms ajah! Ribet kalo mesti gue nyium bau nafas elo!" kata Pein yang entah kenapa sejak awal uring-uringan begitu.
"Kenapa gak lo sampaikan langsung pada kita juga?" tanya Itachi penasaran. "Lo mau nyampein usul atau nyampein aib? Pake rahasia-rahasiaan segala!"
"Nyampein usul buat bikin aib kali," sela Deidara
"Oh iya ya?" Kisame baru ngeh. "Kenapa gak gue langsung katain pada kalian yah?"
"Dasar bego lo!" umpat Pein
"Lo tadi kan juga setuju dan bahkan nyuruh gue sms elo!" kata Kisame yang membuat Pein mingkem.
"Begini…pertama, kita hias dulu rumah kita." Kata Kisame
"Markas, Kisame-senpai," jawab Tobi
"Yayayaya…liang lahat juga boleh," sahut Kisame.
"Ngehias? Pake apa?" tanya Kakuzu yang sepertinya hanya akan berbicara jika topiknya mengenai uang dan segala yang berhubungan dengan uang.
"Pake uang! Nih ye, kita tempelin uang ratusan ribu di genteng-genteng dan lantai markas ini! Pasti markas ini akan tampil beda dan dikunjungi banyak pengunjung!" kata Kisame.
"Gila lo!" bentak Kakuzu. "Lo niat Natal ato buka bazaar, pake bawa-bawa pengunjung segala. Dari awal bukannya udah gue bilang, disini gak ada orang selain kita! Masih untung kita dapat idup disini! Paling-paling duit kita ujung-ujungnya juga ketimbun salju," argumen Kakuzu panjang, lebar, semangat!
"Iya sih..," kata Kisame setelah otak nya berpikir. "Ya udah…pokoknya dihias deh! Pake apa kek! Ketupat kek! Dupa kek! Salib kek! Lampion kek"
"Tunggu…elo mau ngehias markas untuk Natal ato bikin nih markas jadi tempat peribadatan aliran sesat?" kata Zetsu.
"Gue jadi mikir, yang penganut aliran sesat itu Kisame atau Pein?" bisik Sasori pada Kakuzu, yang duduk disebelahnya.
"Yang penganut aliran sesat tuh Hidan," jawab Kakuzu tepat sasaran.
"Nah…kalo udah dihias…kita laksanakan misi kita!" lanjut Kisame
"Nah! Gue bilang apa? Ujung-ujungnya kita juga ngelakuin dosa lagi!" kata Kakuzu.
"Bukan…misi kita adalah…," kata Kisame terputus.
"Jangan sok dramatis, atau gue rinnegan lo," kata Pein.
"Iye iye! Misi kita…kita akan bertugas sebagai Doraemon!"
krik krik krik….
"Eeeee…..elo penggemar Doraemon banget yah?? Kita ini meeting serius, bukan malah bahas kartun!" kata Pein.
"Pein! Siapa bilang gue setengah rius? Gue ini serius tauk! Pokoknya, demi mengurangi dosa-dosa kita, walau cuman dikit, kita pas Natal entar jadi Doraemon aja, keliling buat ngebagiin hadiah Natal," jawab Kisame dengan tampang oh-how-genius-I-am! Di wajahnya.
"Maksud lo jadi Santa Clause?" tanya Itachi
"Doraemon!" Kisame gak mau kalah.
"Santa Clause! Doraemon mana punya rusa terbang??"
"Tapi dia punya baling-baling bambu!"
"Doraemon gak punya jenggot!"
"Santa Clause gak punya kumis!"
"Doraemon bantet!"
"Santa Clause tua!"
"Hm…gitu yah??" Pein diam-diam berpikir sementara dua anggotanya sedang meributkan tentang siapa yang terbaik, Doraemon atau Santa Clause.
-oOo-
"Heh, Tobi!! Itu daun pinus nya rangkai jadi lingkaran! LINGKARAN!!" teriak Deidara sambil melukiskan bentuk lingkaran di udara dengan tangannya. "Bukan bentuk bola gitu!!"
Tobi yang sibuk merangkai daun pinus di depannya ini, menoleh dan menatap Deidara dengan heran.
"Ini kan juga lingkaran, senpai!"
"Ini bola! Bola itu bangun ruang! Dan lingkaran itu bangun datar!! Jadi beda!"
"Apa bedanya ama bangun tidur?" tanya Tobi. "Trus apa bedanya juga ama Art is BANG, UN! ?"
Deidara mengepalkan tangannya mencoba menahan marah. Berani-beraninya nih anak autis mengikutsertakan ucapan andalan Deidara!
Deidara menghampiri Tobi, merebut rangkaian daun pinus, dan segera menguraikan rangkaian itu kembali dengan ganasnya. Sehingga daun-daun itu kembali bertumpukkan seperti semula
"Ingat!! Lingkaran! Bukan bola! Bukan bangun ruang! Bukan bangun tidur!" bentak Deidara
"Juga bukan Art is BANG, UN!!" kata Tobi
-oOo-
"Oi, Kisame, nih lampu ditaroh dimana?" tanya Sasori sambil memandang Kisame yang asyik menaruh bintang-bintang mainan di pohon Natal.
Kisame yang sedang manjat tangga buat naroh bintang di puncak pohon, menoleh ke bawah dan hampir jatuh saat melihat apa yang dibawa Sasori.
"Lo itu! Cakep-cakep bego yah!" semprot Kisame tanpa ampun
"Yeee!! Daripada elo!! Jelek-jelek bego!" balas Sasori tanpa tahu apa kesalahannya. "Ini, lampunya di taroh dimana sih?"
"LO NGAPAIN BAWA-BAWA LAMPU TEMPLOK GITU, BONEKA CAKEP?? KITA NATALAN, BUKAN MAU JUAL KACANG KELILING!!" teriak Kisame sambil nunjuk-nunjuk 2 buah lampu templok yang di bawa Sasori.
Ada yang gak ngerti apaan lampu templok? Lampu, tepatnya alat untuk membuat cahaya di ruangan. Terdiri dari cerobong kaca dan tali kompor. Dan cara nyalainnya, tali kompornya itu di celupin ke minyak gas, lalu di sulut ama api. Biasanya lampu ini di letakkan di dinding.
Begitulah kira-kira penjelasan tentang lampu templok dari Kisame yang dulu waktu kecil pernah bantu ayahnya jualan kacang keliling waktu malam.
"Trus lampu apaan? Selama ini kita kan pake lampu ini sehari-hari pas malam," sahut Sasori bingung sambil mendongak menatap Kisame. Nasib jelek menimpa cowok pendek.
"Lo niat mau ngebakar pohon yang udah susah-susah gue hias ini yah??" beringas Kisame.
"Lha trus lampu apaan yang elo maksud, Kisame?" tanya Sasori.
"Lampu kerlap-kerlip yang kecil!" kata Kisame
"Hah? Namanya apa?"
"Lampu kerlap-kerlip yang kecil, gue bilang juga!"
Sasori pun memanggil Hidan yang kebetulan lewat didepannya, abis ngebersihin salju di halaman depan.
"Dan, lo beliin sesuatu dong," kata Sasori.
"Apaan?" tanya Hidan
"Lampu kerlap-kerlip yang kecil," jawab Sasori
"Hoh? Panjang banget namanya. Kalo gue lupa?"
"Ya elah! Rambut doang ubanan, otak masih lemot," kata Sasori gak nyambung. "Cepet gih! Lelet lo!"
"Iye iye! Dimana-mana orang cakep itu selalu menang ye?" dengus Hidan sambil berlalu memakai teleportasi. Jarak minimarket dengan markas ini kan 10 kilometer.
-oOo-
"Nah…biasanya nih, Pein, menurut film yang Barat yang sering gue tonton…,"
"Menurut film Barat bokep yang sering elo tonton, gitu kan?" ralat Pein memotong ucapan Itachi
"Iye! Menurut film Barat Bokep yang selalu kita tonton, di atas pintu gini nih biasanya di gantungin kaos kaki ama sepatu, Pein. Biasanya, warnanya tuh merah putih," ujar Itachi sambil memandangi kayu pintu bagian atas dengan manggut-manggut sambil mengelus dagu.
"Iya. Kenapa ya, Natal selalu identik dengan warna merah putih?" tanya Pein.
"Kalo putih putih, entar apa yang bisa diliat pas Natal? Kan banyak salju, Pein," jawab Itachi.
"Iya sih…atau karena dulunya Natal itu bukan pas tanggal 25 Desember, tapi pas tanggal 17 Agustus! Kayak hari merdeka sebuah Negara itu loh," kata Pein.
"Masak sih?"
"Iya!"
"….."
"….."
"......"
Itachi menghela nafas berat. "Gimana nih? Kita dapet sepatu nya darimana? Kita dapet hiasan Natalnya darimana? Kata Kakuzu, uang kas kita cuman tinggal dikit."
"Itu kan kata Kakuzu. Dikit? 1 milyar ryo bagi Kakuzu juga dikit!" kata Pein jengkel. "Padahal gue ketua, tapi gak ada hormat-hormat nya dia ama gue!"
"Udah deh…curhatan lo simpen aja dulu. Gimana kita dapet semuanya nih?"
Itachi dan Pein sama-sama termangu di depan pintu, memandang kayu pintu bagian atas dengan mengelus-elus dagu dengan gerakan yang berbarengan.
"Ya udah…gue punya akal kok! gue kan ketua," sahut Pein bangga
"Justru akalmu itu yang selalu ku takuti, bodoh," batin Itachi.
-oOo-
"Semua udah melaksanakan tugas nya masing-masing kan?" tanya Pein pada rapat darurat pukul 11 malam waktu itu. Setelah semua pekerjaan masing-masing telah beres. Setidaknya, beres dalam lingkup menurut perkiraan mereka -.-"
"Iye! Bacot lu!" kata Kisame yang tugasnya paling berat, ngehias 25 pohon pinus dengan lebar 12 cm dan tinggi 2008 cm. itulah syarat-syarat pohon yang matching menurut Kakuzu, pohon yang sesuai dengan waktu! "Cih…bilang ajah mau beli pohon pinus yang bantet dan kurus!" batin Kisame.
"Beres," sambung Sasori yang tugasnya sama dengan Kisame. Ngehias pohon Natal. Bedanya, Kisame yang ngehias dan naik tangga. Sasori yang mengkoreksi dan merintah-merintah dari bawah sambil sesekali bawa peralatan. Alasannya…"Gue pendek, Kisame! Mana bisa ngeraih pucuk pohon," kata Sasori tadi. Padahal apa gunanya tangga yang tingginya 3 meter itu?
"Gue juga udah. Halaman dah bersih!" kata Hidan
"Yep!" sambung Zetsu yang bekerja sama dengan Hidan untuk membersihkan halaman dan sekitar markas dari tumpukan salju dan buah-buah pinus di sekitar. Hidan ngebersihin pake sapu, Zetsu ngebersihin pake tendangan kakinya.
"Gantungan daun pinus udah kelar juga!" kata Tobi.
"Kalo cuman elo, pasti gak bakal kelar!" sambung Deidara yang satu tim ama Tobi. "Udah disuruh buat lingkaran, elo malah buat bentuk batang tegak lurus! Gak berseni, huh!" omel Deidara.
"Hadiah juga udah," kata Kakuzu dengan nada pelan dan wajah yang menampakkan beberapa urat disana.
"Hiasan juga udah!" sahut Itachi.
"Iye! Cukup! Gak usah diterusin!" potong Deidara. "Hiasan yang bagus!"
"Ya sudah…siapkan diri kalian! Kita akan pergi!" kata Pein.
"Misi sebagai Doraemon akan kita lakukan," lanjut Kisame
"Santa Clause," tentu saja, Itachi yang mengatakannya.
"Doraemon!"
"Santa Clause!"
"Doraemon!"
-oOo-
Hm…sense humornya dikit banget yah?? Sengaja kok. Kalo kelewatan ngawur dan humor, saya takut ada yang salah dan menyinggung kalian. Ini kan soal agama yah?? Jadi gak boleh kelewatan ^^ -sok alim-
Pengennya sih jadi oneshot ajah, tapi keterusan deh T.T
Thanks for reading
Review plis ^^