Cha's Note:

My first fict. Hope you enjoy it..

Versi yang sudah diedit..


-MY BODYGUARD-

Rate: T

Romance/Hurt/Comfort

Story by cha-chan.d-psycoholic

Naruto by Masashi Kishimoto

Warning: AU. OOC. Yaoi

Chapter 1


Konoha.

Hari yang mendung sepertinya. Cukup untuk membuat orang-orang memilih untuk tetap tinggal di rumah mereka yang hangat. Apalagi dengan hembusan angin yang rupanya membuat para pejalan kaki yang nekat pergi merapatkan jaketnya. Namun, sepertinya dua orang pejalan kaki kita yang satu ini tidak terlalu peduli dengan cuaca yang tidak terlalu bersahabat.

Sang kakak menggenggam tangan adiknya erat –walaupun sangat kentara si adik berusaha melepaskan pegangan tangannya– sambil terus memberikan petuah yang sejak berangkat tadi selalu diulangnya berkali-kali, hingga membuat si adik bosan mendengarnya.

"Dengar Sasuke, aku tidak mau kau membuat masalah kali ini. Jadilah anak baik untuk hari ini dan seterusnya karena kau sudah kuanggap cukup dewasa untuk mengambil pekerjaan ini," ujar pria yang lebih tinggi.

Sang adik hanya menjawab dengan malas, "Hn."

"Dan ingat, jika kau sampai mengacaukan pekerjaanmu, maka aku yang akan kena imbasnya. Juga nama besar Uchiha yang kita sandang selama ini akan kehilangan wibawanya. Kau jangan pernah sampai melalaikan tugas apapun yang diberikan padamu.."

Aniki suka sekali bicara sih? Aku yang mendengarnya dari tadi saja sampai bosan.. Sasuke sudah tidak lagi memberi perhatian pada apa yang diutarakan oleh kakaknya. Dia sudah hafal dengan wejangan yang selalu diberikan sejak dia masih berumur 5 tahun. Lebih tepatnya setelah orang tua mereka meninggal dunia.

Uchiha Sasuke. Usianya baru saja memasuki hitungan 10 tahun. Walaupun begitu, mulai hari ini dia akan menjalani pekerjaan barunya. Bodyguard.

Yap. Keluarga Uchiha adalah penghasil bodyguard-bodyguard terbaik yang dimiliki oleh Konoha. Mereka sudah dididik sejak usia belia untuk menjadi bodyguard yang handal kemudian menjalani pekerjaanya ketika sudah dianggap memiliki kemampuan yang cukup. Dan Sasuke adalah satu diantaranya. Walaupun masih 10 tahun, dia adalah salah satu yang terbaik.

Dan mulai hari ini, hidupnya akan sama sekali berbeda..

XxXxX

"Kita sampai.." Itachi menghentikan langkahnya kemudian mengalihkan pandangan pada adiknya. "Mulai hari ini, inilah rumah barumu.."

Sasuke melepaskan pegangan tangannya dan memandangi bangunan di depannya. Walaupun masih berada di luar gerbang, dia bisa mengetahui seberapa kaya orang yang tinggal di rumah itu.

Gerbang yang tinggi menjulang dengan ukiran-ukiran yang belum pernah dilihatnya sama sekali. Kemudian tembok pagar yang membatasi rumah, hampir setinggi 3 meter, seakan tidak mengijinkan orang-orang yang tidak berkepentingan untuk sekedar memandangi rumah mewah yang berada di balik tembok itu. Belum lagi ditambah 2 orang penjaga –yang seperti ingin menelan hidup-hidup siapa pun yang berani mendekati daerah penjagaannya– yang mondar mandir di depan gerbang dengan pakaian hitam-hitam.

"Kau terkejut, Sasuke?" tanya Itachi dengan seringaian khasnya.

Sasuke tersadar dari lamunannya kemudian menggeleng kuat-kuat. "Enak saja! Rumah seperti ini sih, aku juga sering melihatnya," bantahnya. Itachi hanya mengangkat bahu melihat kelakuan adik semata wayangnya.

"Baiklah.. kau tunggu dulu sebentar di sini. Aku harus melapor lebih dulu ke bagian keamanan." Itachi berjalan menuju dua orang penjaga-berpakaian-mafia itu. "Dan jangan buat masalah!" tambahnya tanpa membalikkan badan.

SASUKE'S POV

Ya ya ya. Jangan buat masalah.

Haaah.. Aku menarik napas panjang dan mendengus. Kenapa hari ini aku dianggap seperti pembuat onar, sih? Tentu saja aku tidak akan dengan bodohnya melempari barang-barang yang bisa kujangkau atau pun tanpa peringatan langsung menendang majikan baruku, kan? Tanpa diperingatkan pun, aku sudah tahu bahwa aku harus menimbulkan kesan yang baik di hari pertamaku ini.

Kemudian aku mulai berjalan menelusuri pagar tembok yang membentang itu. Benar-benar rumah yang besar! Aku bahkan hampir tidak bisa melihat ujung dari tembok ini. Ketika akhirnya mendapatkan ujung dari tembok itu, aku berbelok. Ternyata di akhir tembok ini ada sebuah gang kecil yang hampir tidak terlihat. Kemudian aku melanjutkan menelusuri gang itu, melupakan perintah Itachi untuk menunggunya di tempat tadi.

'Srek.. srek..'

Eh? Suara apa itu? Aku melihat ke sekelilingku, meyakinkan diri sendiri bahwa aku hanya tertipu oleh telingaku.

'Srek.. srek..'

Tuh kan! Bukan aku yang salah dengar! Memang ada suara kok! Aku kembali memandang sekelilingku, kali ini dengan lebih seksama. Gang yang sepi, tidak ada orang lain yang melintas. Bahkan kucing-kucing liar yang akhir-akhir ini jumlahnya meledak pun tidak kelihatan satu pun.

Lalu.. tadi suara apa dong?

'Srek.. srek..'

Untuk yang ketiga kalinya suara itu terdengar. Aku mulai barpikir yang macam-macam. Jangan-jangan.. nggak, nggak mungkin! pikirku sambil menggelengkan kepala kuat-kuat. Yang namanya hantu itu hanya dongeng untuk menghukum anak-anak nakal saja, kan?

'Srek.. srek..'

Kali ini aku sungguh ketakutan.

"Woy!!"

Tuan hantu, maafkan aku jika mengganggumu!

"Woy!! Minggir!!"

Aku akan pergi jika itu yang Anda mau! Aku menutup wajahku dengan tanganku. Lututku mulai gemetaran.

"Woy!! Pantat Ayam, minggir!!"

Twitch. Aku menaikkan alisku. Sialan benar ada hantu yang memanggilku seperti itu.

Bluk

Kali ini sepasang sepatu jatuh tepat di depanku. Kemudian aku menyadari kebodohanku dan melihat ke atas. Seorang anak laki-laki sedang bergelantungan di atas tembok pembatas.

"Minggir kau, Teme!"

Kemudian, dalam sepersekian detik, anak laki-laki itu melepaskan pegangannya. Dan tanpa sempat menghindar, dengan sukses dia membuatku terjungkal dan jatuh terduduk di atasku.

BRRUKK

"Argh! Turun dariku, Dobe!" teriakku padanya sambil mendorong tubuhnya dari badanku. Dia segera bangkit dan berjalan menghampiri sepatu yang tadi dijatuhkannya. Aku pun segera berdiri dan menepuk-nepuk pantatku untuk menghilangkan kotoran yang menempel akibat terjatuh tadi –sekaligus merasakan pantatku yang sedikit nyeri karena menahan berat tubuhnya barusan-.

Ketika memandang ke depan lagi, kulihat anak itu sedang memandangku.

"Kamu nggak papa?" tanyanya dengan pandangan yang terlihat menyesal.

Aku hanya memandangnya balik dan menjawab singkat, "Hn."

Pandangannya sedikit berubah menjadi lebih lega. "Baguslah kalau begitu.." Lalu dia berbalik dan mulai berjalan menjauhiku.

Aku sedikit kesal dibuatnya.

"Hei! Tunggu dulu!" Anak itu berbalik lagi dan memandangku dengan heran.

"Kenapa sih? Tadi kamu bilang nggak papa." Dia berjalan ke arahku. "Aku lagi buru-buru nih.. kalau nggak penting, aku pergi aja.." Dia berbalik lagi, tapi aku menangkap tangannya. Sekarang aku benar-benar kesal!

"Pergi tanpa minta maaf setelah membuat kesalahan itu pengecut tahu! Terus, kau panggil apa tadi? Pantat ayam? Kau tidak pernah diajari tatakrama apa?" teriakku di depan wajahnya. Dia mundur selangkah. Matanya lurus menatapku. Ada sedikit kilatan terluka di sana.

"Bukan salahku! Tadi aku sudah memperingatkan kamu untuk minggir, tapi kamu malah berdiri di sana seperti orang bodoh! Jangan-jangan kau kira aku hantu lagi? Benar kan?" katanya sambil tertawa mengejek. "Baka.."

Uh.. anak ini.. "Enak saja! Lagipula, hanya orang bodoh yang naik-naik pagar setinggi itu," kataku sambil menunjuk ke tempat dia bergelantungan tadi. "Sedang apa kau di atas tadi?"

Dia mendengus. "Bukan urusanmu, Teme!"

"Kau bilang apa, Dobe?"

"Teme!"

"Dobe!"

"Teme!"

"Dobe!"

"Tuan muda Naruto!!!" Terdengar suara dari balik tembok.

"…"

"Huwa!! Iruka pasti sudah sadar aku kabur!!" Anak laki-laki itu kelihatan panik.

"Ayo cepat!! Harus pergi dari sini sebelum mereka menemukan aku." Dia berbalik dan mulai berlari. Dan tanpa sadar, aku yang masih memegang tangannya berlari mengikutinya.

"Eh..?"

END SASUKE'S POV

XxXxX

"Terus.. kenapa kau ada di sini?" tanya anak laki-laki berambut pirang kepada anak laki-laki di hadapannya. Tangannya disilangkan di depan dada. Kaki kanannya menghentak-hentak di lantai sedangkan kaki kirinya menahan berat tubuhnya.

"Eh..?"

"Aku tanya, kenapa kau ada di sini? Membuntuti aku?" Si rambut pirang menunggu jawaban dengan tidak sabar.

"Yah.. aku juga nggak tahu kenapa.. habisnya, tadi kamu narik tanganku sih.." jawab si rambut hitam asal.

"Hhuff.. alasan konyol.." Si pirang membalikkan badannya kemudian duduk di atas sebuah sofa tua yang ada di samping jendela.

Kemudian selama beberapa saat, keheningan menguasai angkasa. Hanya terdengar suara hujan yang mulai jatuh sebutir demi sebutir.

Akhirnya si pirang kembali buka suara. "Kau mau terus berdiri di situ sampai kapan?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela. "Duduklah.. kelihatannya hujannya tidak akan cepat berhenti.."

Si rambut hitam mengeluarkan seringaian khasnya kemudian berjalan mendekati si rambut pirang. "Ternyata mulutmu itu bisa juga mengatakan hal-hal yang enak didengar," ujarnya sambil duduk di samping anak laki-laki yang lebih pendek darinya itu.

Lagi-lagi, dia mendengus. "Terserah kau sajalah, Teme. Aku sedang tidak ada minat untuk bertengkar denganmu."

Hening lagi. Hujan di luar jendela sudah semakin deras.

"Namikaze Uzumaki Naruto." Si rambut pirang menjulurkan tangannya kepada si rambut hitam dengan pandangan yang masih tertuju ke jendela.

"Eh…?" Si rambut hitam menatapnya dengan bingung.

"Namaku, Teme," Naruto akhirnya mengalihkan pandangan pada anak laki-laki di sampingnya.

"Oh.."

"Lalu.."

"Lalu apa?"

"Namamu, Te.. ah, sudahlah.. lupakan saja.."

"Uchiha Sasuke." Sasuke tersenyum kecil –kecil, tapi senyuman, bukan seringaian atau senyuman dibuat-buat yang biasa ditunjukkannya-.

Naruto tersenyum melihatnya. "Ternyata kau tahu caranya tersenyum ya? Kukira semua Uchiha tidak punya ekspresi.."

"Hn.."

"Kau tahu? Kau lebih tampan ketika tersenyum tahu.."

Seketika itu juga, wajah Sasuke memanas. Dia berusaha mengalihkan pandangan pada apa pun selain mata biru Naruto yang terus menatapnya.

"Hmph.." Naruto berusaha menahan tawa, tapi rupanya tidak berhasil. "Hahaha.. kau lucu, Sasuke. Wajahmu merah!"

"Berhenti mengerjaiku, Dobe!"

SASUKE'S POV

"Berhenti mengerjaiku, Dobe!"

Aku kembali mengalihkan pandanganku. Sial! Seorang Uchiha seharusnya tidak boleh memerah seperti ini!

"Kau tahu ini tempat apa?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Oh.. yah.. tentu saja.." Dia kelihatan tidak suka dengan pertanyaan ini. "Gedung ini adalah gedung bekas apartemen. Sudah hampir 5 tahun tidak digunakan. Aku.. suka bermain di sini. Tenang. Dan jika aku di sini, tidak akan ada yang bisa menemukanku.."

Hei, ini hanya penglihatanku yang salah atau memang anak superhiperaktif ini sedang berusahah menahan tangis.

"Ah.. anggap saja aku tidak pernah bertanya.."

Hanya dalam sedetik, dia kembali ke 'asalnya'.

"Oh ya, Teme.."

"Hentikan memanggilku teme, Dobe!"

"Sasuke.." ralatnya. ".. kau tahu, tempat ini adalah tempat yang paling tepat untuk melihat pemandangan Konoha pada malam hari.. sayangnya, sekarang sedang hujan.. dan lagi.."

CTAARR

Suara petir di luar sungguh memekakkan telinga. Dari jendela, terlihat berkas cahaya kekuningan di langit. Aku mengalihkan pandangan pada Naruto.

"Tadi kau mau bilang apa, Naru.." Aku terkejut ketika melihatnya. Naruto menutup matanya, menutup telinga dengan tangannya, dan menekukkan kaki ke dadanya.

"Kamu nggak apa-apa?" Oh, pintar Sasuke. Hanya dengan melihatnya, kau jelas tahu kan kalau ada apa-apa dengannya.

".. petir.. tadi.. petir…" Hanya itu yang bisa ditangkap oleh telingaku.

CTAARR

"Hiks.. hiks.." Kali ini, Naruto mulai menangis.

Berpikir, Sasuke.. otak jeniusmu harusnya bisa digunakan untuk saat-saat seperti ini. Hanya menenangkan anak kecil yang sedang menangis, apa susahnya sih?

Oke, hanya satu cara ini yang bisa kupikirkan.

Aku mengangkat tanganku kemudian melingkarkannya di sekeliling tubuh Naruto. Aku merasa tubuh Naruto sedikit berjengit dengan kelakuanku, namun kemudian dia menjadi lebih tenang. Setelah itu, aku mulai mengusap kepalanya.

"Ssstt.. tenanglah Naruto.."

".. petir.. benci.."

"Ya.. aku tahu.." Aku melihat ke arahnya. Tangisnya sudah mulai mereda. "Aku akan terus menemanimu sampai petirnya pergi.. jadi jangan menangis lagi.."

Aku merasakan anggukan kecil dari kepalanya. "Janji, kan?"
"Tentu saja! Seorang Uchiha tidak akan pernah melangar janji." Aku menepuk kepalanya pelan.

Setelah beberapa menit, tangisnya berhenti, aku merasakan tarikan nafas yang teratur darinya. Ternyata dia tertidur.

Kemudian aku membetulkan posisi tidurnya. Meluruskan badannya di atas sofa dan meletakkan kepalanya di atas pangkuanku.

Aku memandangi wajahnya yang sedang tertidur..

.. manis..

Kau bilang apa barusan Sasuke? Manis? Nggak.. nggak.. seorang Uchiha tidak boleh mengatakan kata-kata gombal seperti itu, apalagi pada orang yang baru sehari dikenalnya.

Tapi, kata hati tidak pernah bisa berbohong kan?

END OF SASUKE'S POV

XxXxX

Hmph..

Sasuke membuka matanya perlahan-lahan. Setelah Naruto tertidur, ternyata Sasuke pun tidak bisa menahan kantuknya.

Sasuke memandangi pemilik mata biru yang masih tertidur di pangkuannya. Dalam hati, ia tersenyum. Naruto.. entah kenapa, anak itu menarik perhatiannya. Dalam satu waktu, dia bisa begitu kuat, mandiri, tak tersentuh, dan angkuh. Tapi ternyata orang seperti itupun masih mempunyai sisi lemah yang disimpannya rapat-rapat.

Setelah puas memandangi Naruto yang tertidur, Sasuke melirik jam tangannya. Pukul 7! Bagus! Jadi sudah hampir 5 jam dia menghilang bersama Naruto. Itachi pasti akan memarahinya habis-habisan.

Tak tega membangunkan Naruto yang masih tertidur pulas, Sasuke menggendongnya di punggungnya. Karena Sasuke tidak tahu Naruto tinggal di mana, maka dia memutuskan untuk membawanya menemui Itachi. Lagipula, tadi dia tiba-tiba muncul dari pagar tembok rumah majikan barunya, mungkin mereka tahu tentang anak ini.

Dengan hati-hati, Sasuke berjalan melewati jalan yang tadi siang dilewatinya bersama Naruto. Beruntung hujan sudah berhenti satu jam yang lalu, sehingga jalanan pun sudah tidak terlalu licin.

Sekitar 30 menit kemudian –dengan sedikit nyasar karena ternyata dia salah jalan- akhirnya Sasuke bisa melihat tembok tinggi yang sempat membuatnya terkagum-kagum.

Semakin dekat, dia bisa mendengar keributan yang sedang terjadi di sekitar rumah itu. Beberapa orang membawa walkie talkie sibuk berjalan ke sana ke mari. Ada yang membawa senter, beberapa lagi membawa obor. Dan dia bisa mendengar potongan-potongan pembicaraan dari beberapa orang yang sibuk lalu lalang itu.

"Sudah di cari di semua tempat?"

"Tentu saja sudah! Di kolong meja, kolong tempat tidur, lemari, dapur, selokan, sumur, bahkan kuburan Cina yang ada di ujung jalan juga sudah!"

"Bodoh!! Tempat-tempat yang seperti itu tidak mungkin ada!!!"

"Cari lagi semuanya!"

"Sebelum ketemu, tidak ada yang boleh istirahat!"

Sasuke benar-benar bingung dengan keadaan yang seperti ini. Mereka semua sedang mencari apa sih? Sudahlah, yang penting aku harus cepat mencari aniki.

Sasuke mulai mendekati kerumunan itu. Belum sempat sampai di sana, dia mendengar namanya di panggil.

"UCHIHA SASUKE!!"

Sasuke mengenali suara itu. Orang yang dicarinya saat ini, tapi juga orang yang akan membuat hidupnya berakhir saat ini juga. Dia berbalik, melihat siluet yang amat dikenalnya. Itachi.

"Jelaskan!" Hanya satu kata itu yang terucap dari bibir kakaknya. Tapi dia tahu, jawaban yang diberikannya harus bisa memuaskan hati kakaknya itu. "Eh.. itu.. ano.. aku.. duh.. tadi.." Sejujurnya, Sasuke sama sekali tidak tahu apa yang akan dikatakannya.

"Gunakan perbendaharaan katamu, Uchiha Sasuke!" perintah kakaknya lagi. Kemudian, dia sepertinya beru tersadar akan sosok yang ada di punggung Sasuke. "Dan siapa yang kamu bawa itu?"

"I.. ini.." Sasuke berpikir sebentar "Ini.. Naruto.. anak yang kutemui tadi siang.. dan.."

"Jangan beralasan terus, Sasuke. Dan siapa itu Naru.." Dia sepertinya sadar akan sesuatu. "Kau bilang Naruto?" Sasuke mengangguk. "Maksudmu, Tuan Muda Naruto?"

Kali ini, Sasuke yang dibuat bingung. Tuan Muda katanya?

"Ada apa Itachi-san?" tiba-tiba seorang lelaki berkuncir dengan bekas luka yang memanjang di hidungnya, datang menghampiri mereka. "Apa Anda sudah menemukan Tuan Muda?"

Itachi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menunjuk ke arah Sasuke.

"Oh, ini adikmu ya? Salam ke.." Pria itu menghentikan kalimatnya ketika melihat sosok yang digendong Sasuke membuka matanya dan memandangnya.

"Aku pulang, Iruka.. hehehe.." ujarnya dengan menambahkan cengiran di sudut bibirnya.

Lelaki yang dipanggil Iruka itu terdiam sejenak, sebelum akhirnya berteriak sekuat tenaga, " UZUMAKI NARUTO!!! TIDAK ADA RAMEN SELAMA SEMINGGU!!!"

Dan Sasuke menarik tangannya saat itu juga untuk menutup telinganya yang menyebabkan Naruto dengan sukses meluncur ke tanah.

-TO BE CONTINUED-


Cha's Note:

So.. gimana pendapatnya?

Like it? Hate it?

Review..?