Minna~~, ayem so sowrie updatenya telat bangettttt !!!! Dx Dx Dx

Gomen, gomen, gomen ! Tabokilah saya ! Pukuli ! Bunuh kalo perlu ! Ugh ! *nabokin diri sendiri*

Sejujurnya, karena selama ini saya lagi nggak mood ngelawak dan ngetik fic. *bangga*

Langsung deh baca !

Chapter 5 : Karin's 2nd action !

"Sas, gue baru tau lo punya temen deket cewek lain selain Sakura." Itachi menatap langit-langit sambil berbaring tepat di jalur pintu geser kamar Sasuke. "Emang, ada ya?"

"Seinget gue nggak." Mata sasuke tetap fokus ke layar kaca.

"Terus, siapakah gerangan 'wanita misterius' pengirim buah tadi yang dibilang mommy??"

"Entah." Sasuke makin menempelkan wajahnya ke TV. Melihat adegan panas yang sedang berlangsung. Hah? Di channel Baby TV?? "Palingan fangirl."

"AKH?!" Itachi memekik. Wajahnya memerah. "SHE MUST BE CRAZY !"

"Kenapa elo yang sewot?" tanya Sasuke. "Setidaknya dia bukan fangirl lo. Kalo ada yang sebuta itu, SHE MUST BE A ZOMBIE !"

"Bukan gitu, ayam. Kenapa mommy yang disogok? Kenapa bukan gue gitoh?"

"Ya karena mungkin tadi mommy di rumah sendiri..." Sasuke kini mengganti channel dengan remot. "Uhwaou ! Barney~! Kyaaa !!"

"...Kenapa harus buah-buahan?" Itachi bertanya lagi.

"Nggak lucu kalo yang dikasih sampah, bro. Ah, pengecualian kalo ada elo saat itu."

"Harusnya mommy minta uang aja ! Ugh !"

Terlintas di benak Sasuke wajah cantik Kakuzu-chan dengan jilbab putih bersihnya. Itu yang diingatnya ketika pertama kali Sasuke melihatnya di album RS Rentenir Konoha. Kebetulan ia pernah bekerja di situ sebagai maling.(?) Dan akhirnya dipecat karena nggak becus nyolong. (??)

Wajah tua itu... secantik Inneke Koeserawati.

Nggak ah, secantik Kisame—pacar terlarang Itachi aja.

Dusta sederajat tiket neraka Jahannam.

"Bai de wei… heran gue," potong Itachi. "Lo bilang, rasa buahnya pahit kayak buah-buahan di dunia shinigami, tapi kok akhirnya yang lahap elo juga?"

"Bukan buat makan, buat cebok." ujar Sasuke seenaknya.

"Ha?! Durian itu juga?!! Eh… tapi… Bagus begitu ! Biar sabun gue hemat gak kepake elo,"

"Gue juga gak mau pake sabun lo. Udah jera. Baunya mirip sabun buat mandi kebo !"

"Siapa bilang itu sabun manusia? Lagipula yang lo pake kemaren bukan punya gue. Kan kebonya daddy."

GLEK ! Sasuke nelen remot bulat-bulat.

"Jangan sampai dia jadi orang ketiga elo ama Sakura..." kata Itachi.

"Itulah resiko jadi orang kece." Jawab sasuke sekadarnya. "Bentar-bentar cewek silih berganti memperebutkan gue…. Ahhh… bingungnya menjadi primadono…"

"Kece? Kece-bong maksud lo?" ledek Itachi karena gak bisa menerima de facto kalo emang bener adiknya lebih laku ketimbang dirinya.

"Gue kecebong, lo kodoknya ! Puas?"

"Ngibul ! Gue Orlando Bloom ! Week !" tolak Itachi sambil menjulurkan setengah dari panjang lidahnya. Sasuke maklum pasrah kayak uangnya habis dijambret.

"Penasaran banget gue jadinya…" Itachi kembali menerawang.

"Iya, pantes muka lo jadi persis hantu penasaran."

"Hhh…" desah sasuke sambl menatap ke luar jendela. "Siapakah dia, dan apa tujuannya? Apakah dia akan merebut gue dari Sakura? Akankah hubungan gue dengan Sakura akan abadi untuk selama-lamanyaaa?"

"Saksikan kelanjutanya di episode minggu depan. Ingat ! Jangan ketinggalan lho ! Bintang tamu, Itachi Bloom Uchiha ! Hanya di Konoha TV !"

......

Terdengar suara bak cuci jebol di dapur.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

"Humph ! Once again…" gumam Karin licik. Seperti biasa, dia muncul setelah anak-ibu (baca : Sasuke-Itachi) itu pada keluar rumah pagi itu. "Sialan lo my soulmate ! Masa' buahnya dijadiin buat cebok?! (tau karena tadi sempet ngintip Sasuke nge-poep XDD) Padahal gue udah nyuntik racun pelet buat lo ! tapi… It's okay lah, sekarang gue langsung aja to the point ngedeketin nyokap lo. Hah, liat aja ! Kali ini nyokap lo bakal langsung klepek-klepek sama gue !"

Karin pun berjalan dengan anggunnya bak model di catwalk (catwalk orang mabok yang kakinya pincang) menghampiri pintu depan rumah Sasuke. terhenti lantaran dia menginjak sesuatu yang… hangat.

Aura Kasih, ralat, aura karin seketika kelam.

Lengket.

WOW

"Gak pernah bener deh nasib guah…." Gumam Karin dalam hati sesaat kemudian melihat 'benda berwarna emas' itu menggumpal dan menyelimuti pergelangan kaki Karin dengan lembutnya. "Thedaaaaa~~kk !!!"

Nyam. (?)

"Maling !! Maliiing !!!" pekik seorang bapak-bapak tua dari dalam rumah itu. Pintu rumah jebol dengan tendangan mautnya. "Dasar maling ! Awas kau !!"

"Eh eh, pak ! Saya bukan maling ! Bukan maling !!" seru karin mencoba membela diri.

"Bukan maling kau?!" ujar Fugaku garang dengan logat bataknya (?). Karin mengangguk panik. Akhirnya Fugaku kembali ke dalam dengan santai dan tau-tau udah kembali dengan sebilah pisau besar buat potong daging. "Jadi siapa kau?! TERORIS ?! HMH ?!"

"Teroris ?!! salah oraang ! kalo mau ketemu teroris anda ngaca aja !!" ujar karin yang berusaha kabur karena takut dilibas pake pisau yang segede gaban itu. Tapi toh tetep aja di tempat. Wong kakinya di lem pake poep kebo campur alteco!

"Lalu kenapa kau injak poep super lengket itu?!"

"Siapa suruh taronya di depan rumah ? Kalo taronya di dalem gak mungkin saya injek gini !"

"Buat jebakan maling !" Fugaku mendekati Karin perlahan. "Hanya maling sejati yang bisa terperangkap..."

"Ugh ! Liat ! Nih buktinya !" Karin segera mencabut kakinya dari jeratan tadi tatkala mendapat kekuatan luar biasa yang mendadak muncul. "Lepas, kan?"

"Umm..." Fugaku mengangguk.

"Fiuh," Karin mendesah nafas lega.

"...Hanya maling sejati juga yang bisa meloloskan diri."

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Semusim berlalu...

Nggak kok.

Semenit berlalu...

"Oohh... begitu— kamu ini temennya Sasuke..." Fugaku akhirnya mendengarkan dengan serius. Wajahnya kembali kalem, seperti Uchiha dalam alam nyata.

Bukan alam barzah seperti sekarang ini.

"Makanya, dengerin dulu dong om ! Dasar gaek," desis Karin mual karena dia sudah membujuk Fugaku dengan terpaksa mengakui bahwa pria itu mirip Chace Crawford atas paksaannya.

Dunia. Segera. Kiamat.

"Ada apa dengan Mikoto?" tanya Fugaku mengintrogasi dengan raut muka tetap tenang.

"Mikoto-san..." Karin menelan ludah. "Adalah perempuan."

"YAIYALAAAWHHH !!!" teriak Fugaku melenggokkan kepalanya dengan lebay.

Kembali ke alam barzah.

"Becanda. Saya mau membicarakan sesuatu. Ini... mengenai masa depan, om." tutur Karin akhirnya.

"Masa depanmu kenapa?"

"Mau tau aja deh, ah ! It's all about girls business !"

"Istri gue udah jadi emak-emak, tau." protes Fugaku.

"Intinya sesama wanita, lah—"

"Ngebahas apaan, sih?"

"Dah dibilang : masalah wanita !"

"Datang bulan? Khukhukhu... (???)"

"Sotoy ! Hih !"

"Alaaa—mau ngelamar Sasuke kan?" terka Fugaku dengan naluri seorang kakek (?).

Bah ! Kok tiba-tiba bisa ngepas?

"Err~" Karin blushing. Mesem-mesem nggak jelas, alhasil lebih mirip orang alergi. "Buk...bukan kok, Fugaku-san."

"Hm, istri gue yang cantik itu sedang belanja di pasar Konoha. Biasanya lima jam lagi baru balik," Fugaku melirik jam dinding yang ada di dapur. Oleh karena itu, ia harus lari-lari dulu ke dalam dan memutari halaman belakang sepuluh kali (?) untuk sampai ke sana. "Tunggu di luar. Jauh-jauh. Jangan injak pekarangan rumahku."

"Huapa? Lima jam?! Belanja rumah apa, lama banget?!"

"Jangan cerewet ! Itu juga waktu minimal." Fugaku memelototinya sebelum meninggalkan Karin seorang diri di luar.

"Bentar, kau suka main game?" tanya Fugaku tiba-tiba yang udah sempet ngegembok pintu depan.

"Suka, tapi sayangnya nggak ampe nikah.(?)" Karin mengangguk.

"Condition Zero?"

"Bangettt !! Itu 'kan game favorit Sasuke, calon suami sayaa !!"

Hah, kena.

"Maaf, keceplosan." Karin berujar pada Fugaku yang terang-terangan mengekspos rahasianya.

"Bisa maenin ga?"

"Ahlinya~"

"Kalo gitu, tolong bantu saya. Ada sedikit yang tidak saya mengerti."

"Huh?" Karin cengok. "Apanya?"

"Pelajaran berhitung. Ya gamenya lah !"

"Ooh," Karin manggut-manggut. "Serahkan padaku. Kalo soal nyetak skor, nggak perlu diragukan !"

"Itu juga sekalian deh—perbaiki dong bak cuci piring saya,"

"Plis deh, maunya apa sih?" Karin mulai bete terhadap calon mertuanya. Hampir frustasi. Tapi toh akhirnya dia nurut juga. xP

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Tangan pucatnya terlipat. Tempurung kepalanya ditenggelamkan diantaranya. Kedua kaki berselonjor rileks di atas tempat tidur. Matanya menatap kosong pada jendela bening yang menembus cahaya sang surya.

Hangat. Tapi tidak sehangat perasaan pria itu sekarang.

"Dulu," gumamnya. "Tawamu memuakkan isi perutku."

Matanya terpejam. Rapat.

"Dulu," gumamnya lagi. "Sorotan kedua matamu bagai halilintar yang siap menyambar."

Gigi-gigi tajamnya menggertak.

"Dulu," desisnya. "Oh, dulu."

Rambut putihnya tertiup pelan angin semilir yang menyelinap masuk dari ventilasi.

"Dulu," ucapnya lirih. "Bagai iblis yang terlampaui."

Ia menahan nafasnya sesaat sebelum mengeluarkannya karbondioksida dari mulut baunya.

"Dulu," ia kini berbisik. "Adalah D-U-L-U... eh? Apaan sih?! Gaje banget."

Ya, seperti rupamu sekarang. Sadarlah.

Lelaki muda itu kini memandang sebuah sobekan foto yang ada di genggaman tangannya. Sesosok kaum hawa.

"Tapi sekarang... sepertinya aku menc~"

GRAKK !

"Cieeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee— Suigetsu, foto siapa tuu??" tau-tau sudah ada yang nongol dari jendela.

Hah? Caranya? Secara, ini apertemen lantai 35 !!

"Bukan siapa-siapa." dengan cepat Suigetsu meletakkan foto tadi ke dalam celananya. Biar nggak bisa diambil, maksudnya. Tapi ternyata, orang berambut oren yang baru muncul tadi malah segera menjulurkan tangannya ke celana temannya.

"EKH ! JUUGO !! MAU NGAPAIN LO?!! HAH?!" Suigetsu menabok wajah Juugo dengan barbel yang ada di dekatnya.

"Mo ngambil itu foto," Juugo menunjuk celana si temen masang wajah inosen.

"Kau ini, kuletakkan di sini artinya nggak boleh diambil !" Suigetsu memposisikan badannya agak menjauh dari Juugo. "Ngapain kemari? Manjat pula !"

"Tadinya mo ngagetin sekalian nakutin elo... taunya lo sama sekali nggak kaget,"

"Dah biasa ngeliat muka lo." Dengus Suigetsu.

"Nah, nah... bilang aja deh, dulu lo emang tinggal di makam, jadi udah terbiasa !"

"Terserah !!"

"Woah... galakmu ngalahin Karin !"

Suigetsu tersentak. Matanya nyalang. Giginya menggigit bibir bawahnya tanpa sadar hingga ia meringis sakit sendiri.

...

"Suigetsu-chan??" panggil Juugo khawatir melihat Suigetsu yang sekarang memegangi perutnya.

"Chan?! Kapan sih lo berhenti nganggep gue cewek?!" bentak suigetsu yang sukses membuat akting ekspresi shoknya kacau.

Akting?

"Jadi kau kenapa, Suigetsu??" Juugo hampir menangis. "Kau dihamili Sasu—"

Juugo menjerit dengan suara mendayu-dayu.

"Bodoh !" geram Suigetsu kini mengangkat kakinya dari kepala Juugo. "Nggak liat gue tadi KAGET karena lo bilang KARIN ITU GALAK !"

"Ha? Mang kenapa?" Juugo menaikkan sebelah alisnya.

...

"AHAHAHA !!!" Juugo tertawa histeris (?) tiba-tiba.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Hell STOP !!!!!!!!!

Singkat ya? Hoho, soalnya judulnya aja aksi kedua Karin. Berarti intinya KARIN dong, bukan yang lain. Betul? *ngeles*

Maaf, terpaksa saya buat tanggung selesainya, karena saya mulai senang membuat pembaca penasaran. xD

Without any bacot, saya ucapkan terima kasih bagi yang telah sudi membaca fic nista ini~ :D

Review?

Signed,

Widii nateriver walker ^3^