A/N: Salam kenal semuanya! Ini beneran pertama kalinya aku bikin fanfic dalam bahasa Indo dan ini juga fanfic Naruto pertamaku. Jadi kalo jelek ato terkesan cliche, mohon maap...ugh. Anggap aja aku ini masih amatir. Oke dah, selamat membaca!
Disclaimer: Aku cuma minjem beberapa karakter Naruto. Hiks...
1 - The Reason
-Sasuke's POV-
Aku mengangkat wajahku, menatap lekat-lekat langit pagi hari yang cerah itu. Aku menghela napas panjang dan diam-diam mengutuk langit biru tersebut dengan perasaan iri yang sangat dalam. Padahal langit bisa terlihat begitu cerah, tapi kenapa hatiku tidak bisa? Dasar curang. Namun aku tidak melepaskan pandangannya dari langit itu sedikitpun, di kala benakku perlahan melayang ke dalam bayangan kedua orang paling terpenting dalam hidupku; ayah dan ibu.
Mengingat wajah mereka yang takkan pernah bisa kulihat lagi dalam kehidupan nyata saja sudah terasa sangat menyakitkan. Dan yang lebih menyakitkan lagi, semalam aku memimpikan mereka. Aku bermimpi mereka berkata bahwa aku tak perlu mendendam pada Itachi lagi. Memang kakak semata wayangku itulah yang telah membunuh mereka, tetapi entah kenapa dalam mimpiku mereka bersikeras meyakinkanku untuk melupakan ambisiku untuk balas dendam.
Pembohong. Mana mungkin mereka tidak merasa kesal sama sekali meski mereka telah dibunuh oleh anak mereka sendiri? Mereka hanya ingin aku melupakan mereka dan memulai hidup baru. Huh, yang benar saja. Mana bisa aku melangkah ke masa depan dengan entengnya tanpa menyingkirkan Itachi terlebih dahulu? Aku tak peduli. Lagipula itu hanya sekedar mimpi dan aku tak akan ambil pusing walau mereka akan terus muncul dalam mimpiku setiap malam.
Aku membenci Itachi. Aku adalah orang yang paling membencinya di muka bumi ini dan tak ada seorangpun yang dapat mengubah hal itu. Aku telah bersumpah aku tak akan membiarkan Itachi melangkahkan kakinya di dunia ini lagi, kapanpun aku punya kesempatan.
-End of Sasuke's POV-
"Selamat pagi, Sasuke-kun!"
Sasuke mengernyitkan dahinya tepat saat ia mendengar suara seorang gadis yang sudah sangat dikenalnya. 'Cih, kenapa sih dia harus datang di saat begini?' keluh pemuda berambut hitam itu di dalam hati. Ia terpaksa membalikkan badannya dan dengan wajah masam, ia menyapa gadis itu. "Pagi...Sakura."
Sakura tertawa kecil dan berkata, "Kamu kenapa? Kok kelihatan kayak orang kurang tidur?"
"Nggak, kok." Sasuke menjawab dengan senyuman kecil di bibirnya, di kala hatinya terasa semakin panas melihat wajah gadis berambut pink itu. Sasuke benar-benar tak suka dengannya. Setiap hari rasanya gadis bermata hijau itu tak pernah letih membuatnya merasa terganggu dan tentu saja, hal ini membuat Sasuke kesal bukan main. Karena suatu alasan, mau tak mau Sasuke harus selalu berusaha untuk bersikap ramah dan menghindari kata-kata kasar dari mulutnya di hadapan Sakura.
Sejujurnya, Sakura adalah salah satu dari dua sahabat Sasuke. Namun terlihat jelas bahwa gadis keras kepala itu sedang berjuang untuk melepas status "sahabat" itu dengan terus mendekati Sasuke setiap hari seperti ini. Pemuda ter-cool dan tidak peka di Konoha itu sama sekali tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan Sakura itu hanya untuk membuat ia jatuh cinta pada gadis itu. Yang ia tahu hanyalah tingkah laku Sakura itu telah lebih dari sekedar mengganggunya dan ia berharap, kalau saja gadis menyebalkan itu rela menghilang dari pandangannya...
"Ngomong-ngomong, Sasuke-kun udah ngerjain PR, belum?" tanya Sakura, masih dengan senyum manis yang memuakkan di mata Sasuke.
Sasuke menggangguk pelan. "Tapi baru setengahnya, sih."
Mendengar jawaban itu, Sakura mengangkat salah satu alisnya dalam keheranan dan bertanya lagi, "Lho, kenapa? Baru kali ini aku denger Sasuke-kun belum selesai bikin PR! Jangan-jangan Sasuke-kun lagi sakit, ya?"
'Sok tau banget nih cewek.' cibir Sasuke di dalam hati. Sasuke mulai melangkah maju seraya memberi jawaban, "Bukan. Aku ketiduran."
Sekali lagi, Sakura memperdengarkan sebuah tawa kecil pada pemuda yang disukainya itu. Ia perlahan mengikuti langkah Sasuke dan kembali berkomentar, "Ternyata seorang Sasuke-kun juga bisa jadi teledor, ya! Pasti semalam Sasuke-kun mimpinya indah banget deh, sampai-sampai susah bangun dan lupa sama PR."
Deg. Sasuke merasa jantungnya berhenti berdegup untuk sesaat. Mimpi yang indah, katanya? Mimpi yang telah mempertemukannya dengan dua orang yang ia rindukan, yang malah memintanya untuk menghentikan hal yang ingin ia lakukan, disebut mimpi yang indah? Dalam hati ia terus menggeram dan berpikir, 'ternyata cewek ini bener-bener sok tau' sehingga tanpa sadar ia telah menatap Sakura dengan wajah yang sukses membuat gadis berambut pink itu agak terkejut.
"A...ada apa, Sasuke-kun?" tanya Sakura dengan nada yang gugup, berbeda dengan sebelumnya. "Kamu nggak apa-apa?"
Sasuke mengalihkan pandangannya dari Sakura dan mempercepat langkahnya. Sebelum Sakura sempat mengejarnya lagi, pemuda berambut hitam itu berkata, "Jangan bersikap seakan kamu tahu segalanya tentang aku."
Sakura tersentak, menghentikan langkah kakinya dan terdiam. Ia tahu ia masih bisa berjalan mendekati Sasuke yang saat ini tak jauh darinya namun entah kenapa, badannya terasa membeku. Ia merasa bingung bukan main hanya dengan mendengar sepatah kalimat singkat dari pemuda tampan itu...karena sebenarnya, itu adalah kata-kata kasar yang benar-benar pertama kali Sasuke lontarkan padanya. 'Apa dia benar-benar Sasuke-kun?' Sakura bertanya dalam hati dengan perasaan terluka.
Ting...tong...ting...tong...
Bel yang mengakhiri pelajaran di akademi telah berbunyi, di kala seluruh murid dengan gembira meninggalkan kelas masing-masing dan beranjak pulang. Biasanya, Sasuke akan pulang dengan Sakura yang selalu setia menemaninya. Namun hari ini mereka sama sekali tak bertegur sapa, mengingat "insiden" yang baru saja terjadi pagi ini. Sakura yang selalu agresif mendadak tak punya keberanian untuk mengajak Sasuke berbicara lagi. Ia takut Sasuke akan semakin marah padanya.
Anak lelaki berambut kuning yang tak lain adalah Uzumaki Naruto berjalan pelan meninggalkan akademi sambil bersiul riang. Naruto hampir berteriak ketika seseorang mendadak menarik tangannya dan menyeretnya ke semak-semak. Ia berbalik kepada orang itu, hendak membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu namun orang itu dengan cepat menutup mulut Naruto dan menyuruhnya diam. "Sst!"
Naruto menghela napas lega begitu menyadari siapa orang itu. "Kamu bikin aku kaget aja, Sakura-chan. Ada apa?"
"Sst! Bisa nggak suara kamu dipelanin sedikit?" gerutu Sakura. "Ada yang mau aku tanyakan sama kamu, tapi jangan sampai ketahuan Sasuke-kun. Bisa ikut aku sebentar?"
"Boleh aja. Apa sih yang nggak buat Sakura-chan?" ujar Naruto genit. Sakura hanya mengangkat bahunya dan dengan cuek meraih tangan anak lelaki berambut jabrik itu.
Gadis berambut pink itupun segera menarik Naruto keluar dari semak-semak tersebut seraya mengajaknya lari secepat mungkin. Setelah delapan menit berlari, akhirnya Sakura menghentikan langkahnya di sebuah taman. Ia duduk di sebuah ayunan, diikuti Naruto. Setelah itu Naruto kembali bertanya, "Mau bicara apa, Sakura-chan?"
Sakura menundukkan kepalanya dan menghela napas. Dengan wajah sedih ia menoleh ke arah Naruto dan menjawab pelan, "Ini...soal Sasuke-kun, Naruto."
Mata Naruto sedikit terbelalak di saat Sakura menyebutkan nama itu. 'Sasuke lagi, Sasuke lagi...kenapa sih dia melulu yang dibicarain?' keluh Naruto dalam hati. Tapi demi Sakura ia berusaha bersabar dan mempersilakan gadis itu untuk melanjutkan perkataannya. "Sasuke? Memangnya dia kenapa?"
"Mm, kamu tau kan...selama ini, Sasuke-kun selalu bersikap baik sama aku." Sakura memulai. "Mungkin dari luar dia terlihat dingin, tapi aku percaya Sasuke-kun adalah orang yang lembut dan bisa diandalkan. Belum pernah sekalipun dia bicara kasar sama aku. Tapi, tadi pagi dia bilang begini..."
Setelah itu, Sakura menceritakan tentang pembicaraan kecilnya dengan Sasuke pagi ini sedetil mungkin. Sakura benar-benar terlihat sedih dan terluka, membuat hati Naruto semakin teriris. Bukan hanya karena ia merasa kasihan atas kesedihan Sakura, tapi juga karena apa yang telah dikatakan Sakura tentang Sasuke itu membuatnya merasa sangat cemburu. Cemburu akan sadarnya betapa kuat perasaan Sakura untuk sahabat sekaligus rival terberatnya itu. Lagipula, bagaimana bisa Sakura berkata bahwa Sasuke itu hanya terlihat dingin dari luar? Hanya Naruto yang tahu bahwa sesungguhnya Sasuke adalah orang berhati es luar dalam. Ia hanya berpura-pura baik karena alasan tertentu; yang tentu saja hanya diketahui ia sendiri dan Naruto juga.
"Jadi..." Sakura mendesah, "Aku harus gimana, dong?"
Ingin rasanya Naruto mengatakan "lupain aja cowok dingin kayak gitu, Sakura-chan!" kepada gadis bermata hijau itu. Sadar bahwa mengatakan hal itu terang-terangan hanya akan membuat Sakura semakin tidak bersemangat, Naruto berjuang menahan dirinya lagi dan memikirkan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah itu. Ia menangkupkan dagunya di atas tangan kanannya dan mulai memutar otak.
Beberapa saat kemudian, Naruto mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Sakura seraya berkata, "Begini, Sakura-chan. Sejujurnya aku sendiri nggak yakin kalau apa yang aku ketahui ini ada hubungannya dengan kemarahan Sasuke terhadap kamu apa nggak, tapi..."
Mendengar itu, dengan antusias Sakura bereaksi, "Eh? Apa?! Kamu tau apa? Cepet bilang!"
Dengan segan, Naruto mulai menjelaskan, "Sebenernya, di masa lalunya...si Sasuke itu..."
Di rumah Sasuke...
Sasuke berbaring di tempat tidurnya, melepas rasa lelah sebebas mungkin. Hari ini ia merasa sangat pusing sekaligus lega. Lega karena hari ini gadis berambut pink yang biasanya mengikuti kemanapun ia pergi itu tidak mengusiknya lagi. Ternyata cukup dengan berbicara sedikit keras saja gadis itu langsung menjauhinya tanpa pikir panjang lagi. Namun entah kenapa, ia merasakan ada ganjalan di dalam hatinya.
Kenapa?
Bukankah ini yang selalu ia harapkan? Lalu kenapa ia harus memikirkan Sakura lagi? Toh Sakura bukanlah orang yang perlu ia pedulikan sejauh itu. Lagipula, ia hanya menganggap gadis itu sebagai "sahabat" saja, yang setidaknya membuat orang-orang berpikir kalau ia bukan orang egois yang tak ingin berteman. Status sahabat itu hanya ia ucapkan lewat mulut dan Sakura tidak benar-benar ia anggap sebagai sahabatnya yang sesungguhnya. Lagipula sejak semula, tujuan hidupnya hanya satu; membalaskan dendam klannya. Bukan membahagiakan gadis penganggu seperti Sakura.
Selamat pagi, Sasuke-kun!
Apa? Apa itu?
Mengapa ia teringat wajahnya lagi...dengan senyumannya yang menjengkelkan itu? Sasuke dengan cepat menampar kedua pipinya dan menggelengkan kepalanya. Tidak boleh, dia tidak boleh mempedulikan dia lagi; apalagi membayangkan wajahnya meskipun hanya sedetik. Sasuke membencinya, ya kan? Ia selalu merasa terganggu akan kehadiran gadis sok tahu itu, bukan?
Lalu dalam sekejap, ia kembali teringat pada wajah Sakura. Dan kali ini, entah kenapa dalam benaknya, Sakura sedang menangis.
Menangis?
BRAK! Pemuda berambut hitam itu cepat-cepat beranjak dari tempat tidurnya dan berlari menuju pintu depan. Hanya satu yang ia pikirkan saat ini: menemui Sakura secepatnya. Entah apa yang telah merasuki pikirannya tapi secara ajaib, hatinya mengatakan bahwa ia harus segera menemui "sahabat di mulut"-nya itu.
Tidak, bukan. Setelah ia bertatap muka kembali dengan gadis berambut pink itu, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan kembali menjadi dirinya yang dulu lagi; pemuda baik hati di mata Sakura, walau ia harus berpura-pura lagi sekalipun.
Setelah berlari dengan kecepatan yang luar biasa, Sasuke segera meraih pintu depan dan membukanya. Namun sebelum ia melangkah keluar, ia terpaku seketika begitu melihat Sakura telah berdiri tepat di hadapannya. Kedua orang itu saling bertatapan dalam perasaan bingung sekaligus terkejut tanpa mengatakan apapun. Sasuke terperanjak begitu air mata Sakura mendadak mengalir dengan deras.
"A...apa?" tanya Sasuke yang diam-diam merasa panik.
Sakura berusaha keras mengusap air matanya, yang pada akhirnya tetap tak bisa dihentikan. "Maaf...aku..." ucap Sakura sambil terisak, "aku sudah tahu semuanya...aku...aku sudah bersikap egois...padahal selama ini...Sasuke-kun selalu merasa sedih..."
Sasuke berkedip, merasa semakin bingung. Beberapa saat kemudian, ia menghela napas dan berkata pelan, "Bukan kamu. Sepertinya, akulah yang egois."
Ia teringat kembali akan hal itu; hal yang memerintahkannya untuk memperlakukan gadis berambut pink itu dengan baik. Itu semua karena ia membenci air matanya. Sejak dulu ia tak mau melihat perempuan menangis, terutama Sakura; sahabatnya. Atau bisa dibilang...gadis yang mulai saat ini merupakan bagian yang penting dalam hidupnya.
Apa? Gadis yang penting? Bagaimana dia bisa berpikir begitu?
"Sakura..." Sasuke berbisik, "Maaf, ya."
Mendengar itu, tangisan Sakura malah semakin kencang, membuat Sasuke semakin jengkel. Yah, lagipula dia sendiri yang telah membuat Sakura menangis seperti ini. Perlahan, Sasuke mengangkat lengannya dan mengusap kepala Sakura dengan lembut. Sakura masih menundukkan kepalanya, menyembunyikan senyuman manis yang terbentuk di bibirnya saat Sasuke mengusap kepalanya. "Aku juga minta maaf...Sasuke-kun."
Terlalu banyak pertanyaan membingungkan yang memenuhi kepala Sasuke saat ini. Bukankah sekarang kehadiran gadis cengeng ini seharusnya membuat Sasuke merasa terganggu lagi? Lalu kenapa sekarang ia justru merasa lega? Dan mengapa ia sempat berpikir kalau Sakura adalah orang yang penting baginya? Mengapa semua itu terjadi secara tiba-tiba, bahkan tanpa ia sadari? Apa arti dari semua itu?
Ah, sudahlah. Untuk saat ini ia tak mau mempedulikan hal itu, apapun alasannya.
CHAPTER 1 - END
A/N: Fyuh, akhirnya selesai juga. Terlalu pendek yah? Gomen! Tadinya aku mau jadiin cerita ini 2 chapter doang loh. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, kalo cuma 2 chapter, aku harus nulis chapter pertama ini dengan jauh lebih panjang lagi. Gak banget deh, dah tekor! Just want you to know, chapter pertama ini baru pemanasan! Mulai chapter 2, bakal aku tambahin bumbu2 angstnya...khukhukhu...kira-kira enaknya dijadiin happy ending apa nggak yaa? Hm...ntar aku pikirin lagi deh...akhir-akhir ini lagi asyik nulis cerita tragedi siy!
Akhir kata...terima kasih mau membaca fanfic Indo pertamaku. Review ya? Plis? Soalnya kalo gak dapet review, kayaknya jadi gak semangat ngapdet nih...(halah, alesan!), kasianin aku dunk...
Chiby Angel-chan