Hyaaaaa~
Brapa lama nih gak apded? 10 taon? –dasar author parah-
Oke, langsung ajah (bacod2nya dibawah)...
Disclaimer : Mas, (k)asih ajinomoto! –digibeng-. Masashi Kishimoto, deng!
Perjuangan terus berlanjut!
.
.
.
"Nah, sampai juga kan? Minato gitu loch... hoho." kata Minato dengan menyilangkan kedua lengannya di depan dadanya. Tak lupa dengan memasang senyum 'Pepsodent'. Meski warna giginya tidaklah putih bersih, melainkan, err... kuning?
"Hhh..." anak-anak bernapas lega. Namun mereka masih waspada dengan cobaan yang sekiranya datang menghalangi mereka (lagi). Bagaimanapun, mereka belum sampai Dufan gitu loh! Baru juga mau masuk wilayah ancol.
"Antriannya panjang juga ya..." kata Sakura sambil melihat antrean mobil di sepanjang jalan menuju loket untuk masuk wilayah Ancol. Ia menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Angguk-angguk, geleng-geleng, puter-puter, sayur-sayur... -?-
"Hari libur sih..." jawab Sasuke santai sambil menopang dagu dan memanyunkan sedikit bibirnya. Biasa, tukul! Eh, sok kul maksudnya.
Lalu, tiba-tiba Tenten menggrepe-grepe isi tasnya, seperti orang kesurupan, Hinata saja sampai ngeri. Kasihan tas itu!
'Ayo, tasku sayang. Keluarkan isimu yang berharga itu! Aku bantu dengan grepe-grepe! Oh... ayo cepat... cepat...! Ah..! Akhirnya!' batin Tenten –ngeres mode on-. Kemudian iapun mengacungkan tangannya sembari memegang lembaran-lembaran kertas dengan penuh kemenangan, mengangkat ketiaknya tinggi-tinggi, membuat orang-orang di sekitarnya dapat merasakan kebahagiaannya. 'Oh! Inilah ketiakku, tanda kemenangan!' –hah?-.
"Om, aku punya tiket gratis nih! Gratis masuk wilayah ancol tapi... bukan Dufan. Mayan lohh, hemattt!" kata Tenten sembari memberi tiket-tiket tersebut kepada Minato.
"Wah, bagus-bagus!" Minato menerimanya dengan senang hati sambil membolak-balik tiket pemberian Tenten tersebut. Namun, senyum Minato sekejap hilang ketika melihat tanggal berlaku tiket tersebut. Wajah sweatdroppedpun menghampirinya.
"Err... ini.. tanggal berlakunya sudah lewat, Nak." kata Minato dengan wajah kecewanya. Ia langsung mengembalikan tiket-tiket itu kepada Tenten.
"Wah iya.. aku lupa... Yah, nggak bisa dipake dong. Sayang banget..." ucap Tenten sembari memanyunkan bibirnya lima senti. Maklum, sekalian promosi BIMOLI.
"Yaaahh ... Tenten payah niihh... Sama aja kasih harapan kosong! Oh noo.. tiket gratiss.." keluh Naruto sambil menundukkan kepalanya, menandakan ia kecewa, sangat sangat sangat teramat kecewa, karena baginya, GRATIS itu adalah SURGA.
"Huaaa... Emang lo pikir gue nggak kecewa. Gratisannya.." timpal Kiba dengan wajah kusut sekusut-kusutnya sehingga benang yang paling kusutpun kalah kusutnya dengan wajah Kiba yang semakin kusut. –halah-.
Tetapi, secercah harapan muncul bersamaan dengan usul Kushina.
"Hmm, gimana kalo kita coba aja? Siapa tau yang jaga matanya butik... Hihihi" usul Kushina. Tak lupa ia mengedipkan sebelah matanya. Cring.
Oh, harapan bersinar. Membuncah di hati mereka, orang-orang yang haus akan GRATISAN.
"Ya Tuhan, moga-moga beneran matanya butik, AMIN!" jawab Minato. Tangannya menengadah ke atas, gila juga nih orang, doain orang jadi butik matanya. Ck ck ck.
"AMIIINN!!" paduan suarapun terbentuk. Mereka mengusap telapak tangannya ke wajah mereka. Terlihat sangat khusyuk, pemirsa-pemirsa. 'Gretongan, i'm coming!', batin Kiba.
Namun, interupsi Hinata kembali memecah secercah harapan orang-orang yang menggantungkan nasibnya kepada tiket GRATISAN. Ih waw.
"T-tapii.. N-nanti kalo ketauan gimana? K-kita bisa disangka mau nipu..." tanya Hinata dengan takut-takut. Wajahnya sangat memerah, tomatpun kalah saing. Mata Sasuke menangkap rona merah tersebut. Langsung terpikir olehnya untuk mencaplok wajah Hinata yang bagaikan tomat, makhluk Tuhan yang paling seksi itu -?-, namun ia sadar tindakan itu akan membangunkan macan tidur di dalam tubuh Sakura. Akhirnya, ia hanya diam.
Hening seketika. Semua membatu.
"Kan di coba dulu... Siapa tau bisa, huahahahahahaha!" jawab Minato memecah keheningan dengan tawa pak lampirnya. Yah elah, baru aja mau dinyanyiin lagu Mengheningkan Cipta.
-semua sweatdropped-
Kemudian, mobil yang membawa mereka pun semakin dekat menuju loket. Mereka harap-harap cemas, takut disuruh bayar gituh kalo ketauan. Dasar. Lalu akhirnya sampailah mereka di loket. Dag dig dug... Dhuar! DAIA! –author dilempar ke situ Gintung-
"Berapa orang pak?" tanya Mas-mas penjual tiket dengan tersenyum ramah. Ya ampun mas, kasian banget kamu, nggak tau yah didoain matanya butik sama orang-orang bejad di dalam mobil van itu.
"Umm, ini kita ada tiket gratis masuk, boleh dipakai? Jumlahnya pas dengan penumpang dan mobilnya.". Minato menyodorkan tiket-tiket laknat itu, tentu saja dengan nyegir lebarnya. Biar nggak ketauan!
Lalu sang petugas mengecek jumlahnya, sesuai atau tidak jumlahnya. Selama si petugas menghitung, yang di dalam mobil gugup tidak karuan menunggu reaksi si penjaga. Wajah mereka pucat, tangan berkeringat dan dingin, dari hidung keluar darah, jantung berdebar, keluar kotoran, kejang-kejang... eh nggak deng.
Si petugas malang itu kembali menghitung tiket, lalu menghitung orang-orang di dalam mobil, lalu menghitung tiket, lalu menghitung orang-orang lagi, menghitung tiket lagi, menghitung orang-orang lagi, menghitung... Woi, kapan selesai, mas?!
Setelah yakin jumlahnya pas, Mas-mas petugas itu tersenyum ramah. Ia merobek sedikit bagian dari tiket-tiket tersebut dan mempersilakan mereka masuk. Oh, berterimakasihlah kepada Tuhan! Karena doa mereka dikabulkan. Mata si petugas emang beneran butik.
"Yak, silakan masuk pak!" suara petugas mengagetkan mereka. Serempak mereka tersentak.
"B-bener nih ?" tanya Minato dengan mata berkaca-kaca.
"Iya, silakan."
Orang-orang bejad di dalam mobil tersebut, saling melihat satu sama lain, kemudian terpampanglah senyum bahagia. 'Oh, memang gretongan jodoh kami!' batin mereka.
"Terimakasih!!!!" ucap Minato seraya mencium tangan si petugas. Ia cium satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali... Berterimakasih atau nafsu yah?
"Lho-lho, ya udah pak masuk ajaa.. " kata si petugas heran sembari menarik-narik tangannya dari Minato. Wow, punggung tangannya penuh dengan air liur 'harum'nya Minato. 'Euuww, cakep-cakep kok aneh' batin si petugas mata butik.
"Yak, terimakasih sekali lagi, Petugas mata butik!! Bye-bye!! Anak-anak, ayo kita menuju Dufan!!" seru Minato menggebu-gebu. Yang lain hanya senyum-senyum najong. Ampun deh, ada yang waras nggak sih diantara mereka?
.
.
.
Err... Kayaknya sih nggak ada.
---
.
.
.
"Asiiiikk... Untung tadi kita berdoa! Thanks Tenten cantik!" seru Naruto riang. Tak pelak, yang dipuji senyum-senyum asem saja. Yang lain sih, bahagia banget. Itung-itung uang lebihnya bisa buat yang lain. Nyewa Dewi Perssik di acara ultah mereka, misalnya.
"Hoho... Kita beruntung banget yah. Makasih Tenten. Lain kali, kalo ada tiket gratisan expired, kasih tante aja!" timpal Kushina. Dasar ibu-ibu. Tipikal.
"Huuu... Tante bisa aja. Iya sama-sama deh."
Tak lama, Minato pun memarkirkan mobilnya. Tapi kali ini, tak ada cobaan dari Minato, alias gaya memarkirnya waras. TUMBEN.
Setelah mobil terparkir dengan baik dan benar, sesuai dengan kaidah-kaidah agama yang berlaku, dan etika meja makan, serta tata tertib sekolah, penghuni mobil van itupun berhamburan keluar. Tampak wajah mereka berseri-seri, putih cemerlang, tanpa noda jerawat. Ya, mereka habis memakai Tje-Fuk! Buktikan sendiri! –author dibuang ke israel-
"Itu itu!! Kyaaaaaaaaa itu lokeeeeet!" histeris Sakura sembari menunjuk-nunjuk loket-loket antrean. Ampun deh, dengan teriakan super duper ultrasonik itu, seketika orang-orang se-Dufan budeg.
"Ah... Rame banget! Gila bok..." timpal Lee yang sedaritadi adem ayem, nggak banyak bacot kayak yang lain.
"Hhh.. Masi mending daripada liburan kemaren. Udah yuk, antri sekarang." ajak Neji sambil menggamit tangan Tenten. Kontan Tenten kaget, wajahnyapun matang.
"Yuuuk~" Naruto menarik teman-temannya.
.
.
.
Atau lebih tepatnya, menyeret.
---
.
.
.
Rombongan anak-anak beserta Minato dan Kushina itu akhirnya sampai di tempat pembelian tiket. Mereka memilih mengantre di loket yang paling sedikit antreannya. Ya ampun, kayaknya cukup satu aja yang mengantre, deh. Nggak usah serombongan gitu, 'kan?
Ah, setelah 15 menit mengantre, akhirnya mereka sadar juga –setelah ada yang menyadarkan, tentunya-. Terimakasih kepada Lee, si makhluk eksotis.
"Ui ui... ngerasa nggak sih, kayaknya yang ngantre satu aja. Kan bisa diwakilin. Bikin capek aja begini." keluh Lee. Wajahnya memelas.
"Jah, bilang daritadi dong, Lee! Gue udah capek nih. Udah ah, gue duduk dulu yah. Yuk, Sakura.". Sudah bisa menebak siapa yang bersuara, 'kan?
"Yuk ma, kita duduk aja."
"Tenten, yuk."
"Ayo Hinata-chan."
"B-baik..."
Kemudian, mereka berdelapan melenggang bebas, meninggalkan barisan antrean itu, termasuk meninggalkan Kiba dan Lee yang berbengong ria.
"Hah? Gue duduk juga deh, lo yang antri yah. Ogah gue capek-capekan. Ntar kaki indah gue kondean. Yuu dadah babay!", Kiba pun mengikuti jejak langkah saudara-saudara seperjuangannya. Sontak, Lee protes.
"HOOOIII!! Enak ajaaa! Bayar duluuuu, OII!" seketika suara Lee mengalahkan suara toa. Ia berkacak pinggang sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya. Tarik, mang! –ngawur-.
"Pake duit lo dulu, Lee!", dengan kompak anak-anak yang tidak bertanggung jawab itu menjawab dengan wajah polosnya saat menjawab pertanyaan Lee yang seharusnya dijawab dengan jawaban lain. Fakta membuktikan, urusan menyusahkan orang itu memang mereka jagonya.
"Hahh..." Lee hanya bisa mendengus pasrah. Nasib jadi orang paling ceking.
---
.
.
.
Lee melirik resah ke arah jam tangannya. Wajahnya mendengus kesal. Beberapa saat kemudian, ia lirik lagi jam kesayangannya yang berwarna hijau itu. 'Hah, 10 menit. Lama banget. Ayolah, kobarkan semangat masa mudamu, Lee~!' Lee membatin.
Setelah siksaan penuh ia jalani, selang 5 menit kemudian, ia pun sampai di depan loket. Matanya berbinar-binar, ia memeluk meja bagian luar dari loket tersebut, menggesek-gesekkan pipinya di meja tersebut sambil menangis terharu.
"Ohh loket tercinta, akhirnya aku sampai padamu. Aku padamu, loket!!" teriak Lee.
Kejadian itu berlangsung selama beberapa abad. Ups, kesalahan teknis, beberapa menit maksudnya. Tingkah laku aneh bin ajaib Lee mengundang kekesalan orang-orang lain yang mengantre, serta si penjaga loket tersebut. Dengan mengumpulkan segenap keberanian, ia bertekad untuk menegur calon pembelinya yang... err... tak waras?
"Misi mas, tiket untuk berapa orang?" suara perempuan dari si penjaga loket itu menyadarkan Lee ke dunia nyata. Dengan segera ia meninggalkan meja loketnya itu.
"OH! Tiket untuk se...". Lee terpana melihat wajah si penjaga loket. Mulutnya ternganga, seakan mengundang lalat-lalat masuk ke dalamnya.
"Se? Sembilan? Sepuluh? Seratus?" tanya wanita penjaga loket itu sambil menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Lee. "Haloo? Masih sadar?" ia melanjutkan.
"Sepuluh... Ohh.." Desah Lee. Mulutnya kembali ternganga. Ada apa sih, Lee?
"Oh, baiklah. Sepuluh tiket. Maaf, boleh saya terima uangnya?" pinta wanita penjaga loket tersebut. Kelembutan suaranya membuat Lee terbang ke langit kedelapan. Wow.
"Jangankan uang, neng! Nyawa abang juga bakal abang kasih!" seru Lee sembari merogoh dompetnya, memberikan sepuluh lembaran uang... seribuan?
"Maaf mas, tolong sudahi candaan anda! Masa bayarnya sepuluh ribu?" wanita penjaga loket tersebut mulai merasa tak enak. Terlihat urat kepalanya berkedut-kedut mendengarkan alunan musik dangdut. Eh?
"Ah. I am sori, ku tak akan lop yu lagi... eh salah, sori neng, abis neng bikin abang mempesona sih! Jadi malu, hihihi. Inih neng uangnya." dengan cekatan Lee mengganti uang tersebut. Saat tangan mereka bersentuhan, Lee malah mempererat pegangannya pada tangan wanita penjaga loket itu. Wanita itu terlihat sangat risih. 'Gila, makhluk dari planet mana, nih?'
"Oh, iya-iya, sekarang, tolong lepaskan tangan saya." wanita itu berusaha menampilkan senyumnya, meski dalam hati ia ingin sekali melempar orang di hadapannya itu ke planet lain.
"Eeee.. hehehe.. iyaaa neng. Neng namanya siapah? Saya Lee, Rock Lee, orang tereksotis dan terindah di seluruh dunia!" dengan Pe-denya Lee memperkenalkan dirinya. Tunggu, orang tereksotis dan terindah?
"Hah? S-saya... Ah, sudahlah. Silakan anda kembali ke rombongan anda. Pembeli lain sudah menunggu." jawab wanita itu sekenanya. Niatnya sih, mengusir dengan halus. Mimpi apa dia semalam, pagi-pagi begini digoda oleh makhluk Tuhan paling aneh.
"Iih neng, pelit! Kasih tau dulu!" Lee memaksa. Tapi tatapan membunuh dari orang-orang, membuatnya terdesak juga. Otaknya dengan cepat memikirkan cara untuk mendapatkan 'eneng manis' di depannya ini. Hei, Lee itu jenius ya. Padahal dengan jelas nama wanita itu tertera di papan nama yang ada di bagian dada sebelah kirinya. Dengan jelas, tertera nama Ghee. Namun rasanya ia belum juga menyadarinya.
"Hhhh.. ampuuuuun! Mas, bisa lihat ini apa? Ini tanda pengenal saya. Saya Ghee. Puas? Sekarang tolong mundur dan berikan orang lain kesempatan." Ghee mulai kehabisan kesabarannya. Matanya menatap liar Lee. Alih-alih ketakutan, Lee malah terpesona. Hah. Malangnya nasib seorang Ghee.
"Demi eneng, abang rela! Dadah eneng, kita pasti bertemu lagi! Aku padamu, eneng Ghee!" Lee melambaikan tangannya dengan berjalan mundur sembari menggoyang-goyangkan pantatnya dengan najong. Ia kemudian menyelipkan tiket-tiket masuk ke Dufan di kantong celananya. Ghee dan pengunjung lain sweatdropped.
Tak sadar, bokong Lee menabrak wajah Kiba. Ya ampun. Beruntung sekali dikau, Nak!
"Anjiss! Apa nih... empuk-empuk anget tapi... bau!!" jerit Kiba. Ia kemudian mendorong segumpalan daging laknat itu. Kemudian ia terpesona, eh, terkejut oleh yang ia dapati setelahnya. Yap, bokong Lee yang indah.
"Arghh! Lee, gila loo..." keluh Kiba seraya mengusap-usap wajahnya.
"Waahahahahahahaha!!"
"Hihihihihi."
"Huohohohohohho."
"Huakhakhakha."
"Nyahahaha."
"Jiakakakakak."
"Awkaokwaoawkoa."
Tawaanpun mengalun indah mengiringi kekagetan Kiba. Lee hanya diam saja, menatap ke arah loket tadi.
"Malang nasib lo..." cetus Sasuke. Ia memegangi perutnya, menyaksikan hal konyol tadi.
"Huahuahua... eh, si Lee kenapa noh? Cengo aje?" setelah tertawa, Narutopun bertanya-tanya akan sikap Lee yang tak normal. Emm, sebenarnya sih selalu tak normal. Namun kali ini kelewat tak normal.
"Waahhh... dari penglihatan Papa, pasti si Lee lagi kebelet boker!" Minato menimpali asal-asalan. Kontan mengundang tawa. Yang dibicarakan, daritadi tetap melihat ke arah loket, tak mempedulikan orang lain. Kiba? Tampangnya langsung seperti orang hidup segan matipun tak mau.
"Hahaha.. bukan kali, Pa! Napa sih Lee?"
"Emm... Lee kayak orang jatuh cinta, ya?" jawab Sakura. Yang lain bengong.
"Lee? Hooooiiii..." Kiba menyadarkan Lee dengan jurus maut penderitaan 1000 tahun ala Kakashi-sensei.
"Auwwww!! Argh!! Ganggu banget, sih!" jerit Lee seraya mengusap-ngusap bokongnya. "Ahh... mana tuh... gak keliatan deh." lanjutnya kecewa.
"Kenapa sih, Lee?" tanya Tenten. Ia mendongakkan kepalanya ke arah mata Lee tertuju. Huff, tertutup banyak orang. Tak terlihat.
"A-aku..."
"Ah, udah ah, masok aja yoook, anak-anak!! Dufaaaaaaaannn dufaaaaaan~ yuk, ma!" ajak Minato dengan bersemangat, melupakan Lee yang mematung. Kasihan dicuekin.
Dengan komando Minato, semuapun melupakan Lee, dan langsung berjalan menuju pintu masuk Dufan. Derai tawa mengiringi kepergian mereka.
Sementara itu Lee masih terpaku. "Ah, itu dia pujaan hatikuu..." gumamnya dengan wajah memerah. Sementara itu rombongannya sudah ada hal penting yang mereka lupakan.
.
.
.
Err... tiketnya?
-nyambung lagi chapter depan-
.
.
.
Balesan untuk Review anonymous :
- animiss : wahahhaaha... ampunn ampuun ... hehee, bisa ketawa juga yaa baca FF jayus ini XD. eh eh jangan lupa apdet FFmu!
- widya-sedeng : saia turut berduka cita atas tertawanya anda -?-. Wahaha, kiddin'. Makasii udah review.
- aicchi_2603 : Maap ia narutonya jadi menjijikkan... nggak cuma naru sih, yang lain juga begitu XD. Thx reviewnya.
- runaway-dobe : lama tak jumpa, maap baru bales XD. Ia, keren banget deh kalo punya bokap kayak Minato. Tengkiu reviewnya ^o^.
- nendy : Iyah, naruto versi pecinta Indonesia. Wah, Minato jago banget nyetirnya (baca : gila). Iyaa makasih yaa~ maaf banget sempet hiatus XD.
- Cantik-Chan : Wahahaha. Ia, jayusss banged XD. Hidup jayus! Maap nggak bisa apdet cepet. Staun kmudian baru apded. Parah ya ehehe. Makasi.
- sabaku no ghee : Gyaaaa~ maaf kak! OC nya baru terkabul sekarang~ setelah vakum beberapa lama, ehehe. dulu sih ada tumor gitu. Tapi sekarang udah nggak. Makasih yaa. Maap baru dibales. Oiya, maklumin kalo tokoh 'Ghee penjaga loket'-nya OOC.
Bacod time :
Chap ini saia persembahkan untuk reviewers atau yang hanya jadi readers saja, beserta teman-teman, L fam, sahabat-sahabat saya (Dewi, Oke, Nadia, Juju, Anis, Septi, Ben2, dll), panda madu (saingan beruang madu, nih XP), club -KiyutZ---Nc-, dan juga bapak RT, RW, Kecamatan, Kelurahan, Wali kota, Presiden, Capres, Korban situ gintung, korban … -stop deh- = ='
Waaahh... akhirnya saia memenuhi req kak Ghee tahun lalu! ampun deeh, maap yaak! Sabar kak Ghee, nanti ada yang ngebelain dari Lee si eksotis, koq XD. –mending juga kak Ghee baca-. Yah, kalo kebetulan baca ajah, hehe.
Untuk OC OC lain, yang udah req tahun lalu, sabar ya!
Alurnya memang lambat. Biar kita merasakan bagaimana perjuangan mereka untuk berlibur –halah-.
Karakter fav anda menjadi hancur? Wahahaah, ampun fans2nyaa~ btw, jurus kakashi saya lupa namanya... jadi kalo ada yg tau, kasih tau ya! –jurus yg penderitaan 1000taon itu- lupa namanya yang bener apa XP.
Oh iya, MAAF! –tiada kata maaf bagimu, author geblek!-
Hyaaa~ saia emang gak bakat nulis, sih. Nggak konsisten. Ide banyak, ngetik males. –melihat chap2 lalu, ancur abis-. Ternyata skill nulis saya setahun lalu ancur banget! Gila! Malu banget deh.._
Eniwei, akan saia perbaiki deh, tapi nggak sekarang XD. Maaf yaaaaaaa~~
Makasiih yang udah nyempetin baca, bahkan nungguin apdetan ni fanfic abal, atau bahkan bersedia mereview. MAKASIIH!
(FYI, saia author nekad yang 18 hari lagi mau UN, malah nulis FF, padahal liburan yang lalu lalu malah dipake main AyoDance = =')
Akhirnya, saya nyadar banget FF saia banyak banget kurangnya, oleh karena itu, ditunggu kritik dan sarannya! Saya cinta damai! Peace ^-^v.
With [Luv],
M4yura. ^^~