A/N: (full power) Minna!! Lagi ada ide nih! Jadi mungkin lebih cepet ya ngapdetnya? Heheheh.
Oyah, maap bgt buat yang kemaren merasa bagiannya di cerita cuma dikit, ato OCC… hehehe. Abisnya saia kan bukan dukun ato peramal. ;P
Tapi sekali lagi maap yah… buat yang ngerasa bagiannya dikit juga… maap… abisnya nyempilinnya susah, kalo banyak2 takut yang laen ngerasa tersisih… mungkin ada beberapa yang lumayan banyak dialognya, itu berarti anda beruntung! Haha.
Summary: Sasuke, si penjual es krim hidup dengan tenang dengan semua kedok yang telah ditutupinya dengan baik, semuanya berubah sampai ia bertemu dengan seorang anak lelaki kecil berambut pirang...
Warning: OOC-ness(khususnya Itachi!) . No OC from now on… Hunnn…
Enjoy reading!
(o.O)
At That Ice Cream Corner
--
"EHH?? Sejak kapan Sasu-koi disini??" pekik Naruto.
"Barusan." Balas Sasuke seadanya, "Sana, ke Kakashi dulu. Kamu belum makan kan?"
Naruto merengut, tapi dia tetep nurut dan sekarang lagi jalan ke tempatnya Kakashi.
Sasuke mengambil tempat duduk disamping Gaara, Gaara menggeser bangkunya. Neji menyimak mereka.
"Gw butuh bantuan kalian." Omongan Sasuke tertahan sebentar, kemudian ia melanjutkannya lagi, "Tentang identitas gw…. yang sebenarnya."
--
Gaara mendengus, matanya menatap malas ke luar jendela, "Loe kan udah lama mendem masalah ini." Ia memain-mainkan sedotannya, "Kenapa jadi dibahas lagi sekarang?"
"Gw yang ngusulin ini ke dia." Jelas Neji.
"…." Sasuke menyimak Gaara yang sepertinya hendak mengatakan sesuatu.
"Biasanya kan loe ngambil keputusan sendiri." Tambah Gaara tak lama. Ia masih asik memain-mainkan sedotannya dan menyendok es krim vanilla yang ada di cola floatnya menggunakan sedotan itu. Lalu menyuapkannya ke mulutnya sendiri.
Sasuke jengah, sekalinya dia minta dibantuin kenapa dia jadi ngerasa dipojokin begini?
"Jadi loe mau bantuin gw atau ngga?" tanyanya to the point.
"Iyalah, Sas." Jawab Neji yang jadi pihak penengah di masalah ini, "Apalagi yang ngusulin ini gw."
"Terus apa yang harus gw lakuin?" Sasuke membenarkan posisi duduknya yang ia rasa sudah tidak nyaman, kemudian meminum jus tomat yang dia bawa ke meja itu.
"Terus terang. Ke semuanya yang tau identitas palsu loe."
"Emangnya segampang itu? Masa tiba-tiba gw berdiri di podium trus teriak ke semua orang kalo gw ini penjual es krim?"
"Ya nggak gitu lah. Loe tuh pinter tapi bodoh ya?" ejek Gaara sambil tersenyum sinis.
Sasuke mendesis, "Sial." Keemudian ia meninju pelan bahu Gaara. Yang membuat si empunya bahu(?) tersenyum simpul.
"Gini, Sas. Gampangnya, nanti pas upacara pengalihan jabatan OSIS. Loe umumin ke semua, kalo loe tuh bukan yang seperti mereka bayangkan… Yah. Gimana loe juga sih mau ngejelasinnya kayak gimana." Usul Neji yang sedang membenarkan posisi Hinata yang tertidur di pangkuannya. (A/N: Inget kan kalo Hinata pingsan gara-gara Naruto?)
"Sasuke! Sialan loe enak-enakan ngobrol. Bantuin gw!" Sahut Tenten yang lagi ribet nyiapin es krim, tiba-tiba.
"Dia…" gumam Neji, "Siapa namanya?"
"Memang kenapa?"
Neji menggeleng, "Tidak, hanya ingin tahu saja." kemudian ia memandang ke arah Tenten sambil tersenyum menyebalkan. Muka Tenten langsung memerah, ia buang muka secepatnya.
Gaara terdiam. Memperhatikan gerak-gerik temannya yang mencurigakan.
"Siapa?" Tanya Neji lagi.
"Tenten."
"Oh."
Sekarang, Giliran Sai yang menyembulkan kepalanya dari jendela dapur dan menyumpahi Sasuke kalau dia tidak segera membantunya.
"Jadi gimana Sasuke?"
"Hn. Liat nanti saja." Kata Sasuke memutuskan. Kemudian ia membereskan meja tempat Gaara dan Neji karena mereka sudah selesai menyantap pesannan mereka. "Gw kerja dulu." Pamitnya.
"Ya." jawab Neji, Gaara hanya mengangguk.
(o.O)
"Fuh.. akhirnya Si Sasuke mau juga nyiapin es krimnya." Keluh Sai, "Wah, masih ada satu tamu yang belum di tanyain orderannya nih."
Sai mengahampiri wanita yang duduk sendirian di meja no.7 itu, yang mengenakan summer dress di atas lutut warna ungu lembut dan rambutnya diikat satu tinggi ke atas, menggunakan pita pink tua. Ia mengenakan high heels berwarna sama dengan pitanya.
"Maaf, anda mau pesan apa?" tanyanya ramah.
Wanita itu mendongak. Terlihat jelas bahwa mata birunya berkaca-kaca, "Hiks… aku… aku baru aja diputusin sama pacarku!! HUWAAAAA!!" tangisnya semakin menjadi-jadi.
"A… aduh… sabar yah. aduh, bingung gw." kata Sai menenangkan wanita itu. Kemudian ia mau tak mau duduk di sampingnya.
Beberapa menit kemudian…
"Pa… padahal aku… aku selalu nurutin maunya dia…" keluh wanita itu disela isakannya, "A… Aku selalu merhatiin dia… ta… tapi kayaknya dia ma… males sama aku. Ka… Katanya aku ke… keganjenan… HUWAAA!"
"Yah…" dengus Sai bingung.
Tiba-tiba… SROOOTT! Wanita itu membuang ingusnya semena-mena di tuxedo Sai.
"….." Sai melongo. Ia sangat kaget.
"Makasih." Kata cewek itu senyum, kemudian ia memfokuskan matanya yang sembap ke ID-card yang tersemat di dada kiri Sai, "Umm…. Sai?"
"Yah. Sama-sama." Balas Sai sambil terus memperhatikan cairan hijau kental yang menodai tuxedo putihnya dengan manis.
Tak lama, wanita itu menyadari Sai yang terus menerus menatap tuxedonya dengan perasaan tak percaya, "Hmmm? Ya ampun maaf ya!!" katanya sambil mengeluarkan tissue dan membasahinya, kemudian mengelap noda hijau di tuxedo Sai sampai bersih. Yah, walaupun terasa basah.
Sai tersenyum karena kebaikan wanita itu, "Tidak apa." Katanya sambil melepas jasnya, "Ini bisa dicuci, ngomong-ngomong siapa namamu, nona?"
Wanita itu agak terkejut mendengar dirinya dipanggil nona, rona merah menghiasi pipinya sedikit, "Hm. Ino. Yamanaka Ino."
"Baiklah, nona Ino mau pesan apa?"
"Ah, jangan memanggilku nona! Cukup Ino saja."
Sai menurut, "Yah… Jadi… Ino mau pesan apa?"
"Aku… mau jus strawberry ya! Sama carrot cake. Disini jual cake juga kan?"
"Iya. Tunggu sebentar, pesanannya akan diantar." Jawab Sai sambil mencatat pesanan Ino, "Ohya, jangan sedih lagi ya." katanya sambil tersenyum. Tak lama kemudian ia berlalu.
Ino lagi-lagi merasakan sengatan tak biasa di pipinya, ia pun memegang pipinya itu. Panas. Perasaan apa ini?
Di dapur...
"Cie-cie!" ejek Tenten sambil melonjak senang di depan Sai, "Sai ngehibur cewek cantik rupanya…"
"Berisik ah. Dasar Neji." Balas Sai sambil menyiapkan gelas untuk jus strawberry Ino. Diam-diam pipinya bersemu merah. Tapi cepat-cepat Ia sembunyikan. Takut ketahuan Tenten yang ember soalnya.
Tenten berhenti melonjak, "EH?? Tau dari mana??" katanya setengah berteriak.
"Ya taulah. Jelas banget kalo loe suka dia. Apalagi pas tadi loe… tatap-tatapan! Ya kan…?" goda Sai sambil memasukkan potongan-potongan strawberry dan sedikit susu kental manis ke blender, kemudian memblendernya. Sambil menunggu jus itu halus, Sai menyiapkan piring kecil untuk carrot cake Ino.
"I..ih!" Tenten mendengus sebal, "Dasar… tuxedo ingus."
Karena sebal dengan Tenten yang ga ada capeknya, Sai akhirnya melempar tuxedonya yang telah dikotori oleh ingus tepat di wajah Tenten, "Makan tuh ingus!"
"Iyy! Sai! Loe tuh jorok ya." pekiknya sambil mengelap wajahnya cepat-cepat, dan melemparkan tuxedonya kembali ke Sai, tapi sayang, meleset. "Awas aja, ntar idup loe ga bakalan tenang gara-gara giniin gw." ancam Tenten.
Sai hanya mngengkat bahu, kemudian meletakkan pesanan Ino di nampan, "Emang gw takut? Bweeee!" cibirnya kemudian langsung berlari ke luar dapur.
Tak lama setelah itu terdengar jelas seorang wanita yang meneriakkan nama Sai dengan sangat kencang.
(o.O)
Hari itu, semua pelanggan ICC puas dengan layanan pegawai-pegawainya. Walaupun ada yang OCC, tapi mereka tetap puas… (ngarep!)
Waktu menunjukkan pukul 7, Sasuke dkk membersihkan sekaligus membereskan café itu.
Sambil mengepel, Sai tidak henti-hentinya menggumamkan lagu 'Pandangan Pertama'nya RAN. Kalo Tenten, dia sibuk ngerekam Sai diem-diem pake kamera hapenya buat di sebarin disekolah mereka nanti.
Sasuke sih ga ambil peduli, dia tetap membereskan café itu dengan tekun, dibantu Naruto dan Kakashi.
(o.O)
Malamnya…
Naruto sudah mandi, seperti biasanya, kalau malam hari, Naruto selalu nonton di ruang TV. Biasanya sih ditemani Kakashi. Tapi karena Kakashi sedang mandi sekarang. Ia jadi nonton sendirian.
Biasanya lagi, kalau nonton, Naruto selalu nonton kartun di global TV, tapi karena kartunnya udah abis, dia iseng-iseng mindahin aja channelnya. Ia berhenti sampai menemukan channel TV yang menanyangkan sebuah sinetron yang berisi roman picisan.
Naruto terkesima melihat adegan-adegan di sinetron itu.
(o.O)
Sasuke membetulkan letak kacamatanya yang miring. Sekarang Ia sedang membaca novel yang ia pinjam dari Neji sambil tidur-tiduran… Sampai…
GLOMPS! Naruto lompat ke atas tubuh Sasuke.
"…!!" Sasuke terkejut, perutnya menegang karena tertindih.
"Naru mau jadi istri Sasu-koi!"
"Apa?"
"NARU MAU JADI ISTRI SASU-KOI!!" serunya diselingi tawa.
"……"
"Sasu-koi mau kan jadi suami Naru? Ini cincinnya!" Naruto mengeluarkan sebungkus makanan ringan berbentuk ring, mengambil satu cemilan itu, kemudian memakaikannya di jari Sasuke.
"……."
Tiba-tiba… HAUP!! Pakkun memakan ring yang ada di jari Sasuke. (A/N: Pakkun, anjing Kakashi)
"!!" Sasuke spontan menarik tangannya.
"PAKUUUUNN…!" omel Naru, "Kalo begini kan Naru jadi ga bisa ngelamar!"
Pakkun hanya menjilat-jilat tangannya, kemudian berputar-putar sebentar, dan akhirnya merebahkan tubuhnya di karpet.
Naruto mendengus, "Kalau begini... Oh ya! Serealku kan ada hadiah cincinnya!" Naruto berlari ke dapur, tak lama, ia sudah kembali dengan napas tersengal-sengal, sambil membawa 2 kotak sereal, dan mengeluarkan isinya. "INI DIA!!"
Lagi-lagi ia lompat ke atas tubuh Sasuke dan menyematkan cincin itu di tangannya sendiri, dan mau melakukan hal yang sama pada Sasuke, Sasuke tak bisa berkata apa-apa.
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti abu yang tidak sempat… ehmm… yah begitulah…" katanya meniru adegan sinetron, dan mulai memasukkan cincin itu. Tapi…
Ga muat.
Mata Naru mulai berkaca-kaca, "Huweeee… Kenapa? Kenapa ngelamar itu susah??"
Sasuke menghela napasnya, meletakkan kacamatanya di nahkas samping tempat tidur, kemudian menggendong anak kecil itu.
"Tau dari mana puisi kayak gitu?" tanyanya.
"Hiks… Hiks… dari TV…. Hiks… Hiks…. Naru mau kembaran cincin sama Sasu-koi." Pintanya diselingi isakan.
"Sini. Cincinnya." Sasuke mengambil cincin yang tadinya mau di masukkan Naru ke jarinya, kemudian menyimpannya, "Nanti, kalau aku gajian. Aku belikan cincin yang sama." 'Daripada dia nangis lagi?' batinnya.
"Benarkah?" Tanya Naru dengan mata berbinar-binar. Air matanya sudah mengering, "Janji ya?"
Sasuke menganguk, "Jangan nangis lagi."
"Iya! Naru janji!"
Sasuke mendudukkan Naru di tempat tidur, "Untungnya bagimu, besok aku gajian. Sekarang, ayo tidur." Katanya.
Naruto mengangguk, kemudian dia menguap, lalu tak lama, ia merebahkan tubuhnya dan mulai terpejam… "Selamat malam, Sasu-koi."
"Malam, Naru."
(o.O)
TBC….
Ga kerasa sekarang udah chapter 7… wew… btw, minna-san… makasih banyak yang udah mau sudi baca sampe sini, saya senang :)
btw, doakan saya yah buat UAS nanti. Wish me luck! :D
see ya! X3