Naruto berjalan menyusuri taman dengan kedua tangannya yang berada di dalam saku jas miliknya, kedua mata birunya melihat sosok bocah kecil yang sedang duduk sembari melihat air mancur yang berada di tengah-tengah taman tersebut, beberapa kali dia melihat bocah kecil itu menundukkan kepalanya seolah ada yang baru saja dia sesali.
Langkah kaki Naruto pun membawanya kepada bocah lelaki itu, dia duduk di samping bocah itu dan mulai mengambil botol minuman keras yang dimasukkan ke dalam sebuh wadah yang terbuat dari aluminium. "Kau mau?"
"Paman, aku masih kecil, orang tuaku bilang jika aku tak boleh minum seperti itu sampai umurku tujuh belas tahun."
Naruto tertawa mendapatkan balasan dari bocah berambut merah itu, dia pun mengelus kepala merah tersebut. "Kau bocah yang menarik." Bocah itu terlihat nyaman saat Naruto mengelus rambutnya. "Sepertinya kau ada masalah?"
"Paman tahu kalau aku ada masalah?"
"Dari wajahmu saja aku sudah mengetahuinya." Naruto melepas elusannya pada kepala bocah itu. "Namamu siapa?"
"Milicas, Milicas Gremory." Naruto mengerjapkan kedua matanya beberapa saat mendengar marga dari bocah merah itu. "Kalau paman?"
"Lucifer 'Naruto' Morningstar."
Anak itu terdiam mendengar nama yang keluar dari mulut Naruto, dia shock dengan nama tersebut. "Pa-paman malaikat yang itu kan?! Malaikat yang menentang Tuhan?!"
"Kau tahu?"
"Iya, aku mengagumi paman! Dan paman Lucifer ada di depanku saat ini! Aku senang sekali!"
"Aku tersanjung dikagumi oleh bocah sepertimu." Seringai khas terpatri di wajah tampannya. "Lalu apa yang sedang kau pikirkan saat ini, bocah?"
"Aku menjadi pewaris tahta keluargaku dan aku belum siap."
"Gremory ya?" Bocah itu mengangguk kecil. "Aku kagum padamu Milicas. Kau di usiamu yang masih seperti ini sudah menjadi sosok pewaris keluarganya, seharusnya kau senang akan hal itu dan tak semua bocah akan beruntung sepertimu saat ini. Dengarkan aku Milicas, tanggung jawab dari pemimpin sangatlah besar, kau juga harus bisa melindungi keluarga yang sangat kau cintai."
"Keluarga?"
"Kau punya keluarga yang sangat menyayangimu kan?"
Milicas mengangguk sekali lagi. "Aku punya banyak."
"Jika kau menjadi pemimpin di masa depan, kau bisa melindungi keluargamu, serta semua orang yang berharga bagimu." Naruto kembali mengelus kepala merah Milicas. "Semua ada di tanganmu nak, tapi kau juga harus berhati-hati dengan orang-orang yang mengincarmu nantinya, berlatihlah dengan keras!"
"Um! Aku akan berlatih dengan keras paman!"
"Bagus, kau punya tekad yang besar!"
Milicas hanya tersenyum sambil menampilkan deretan gigi putihnya.
..
.
"Milicas!"
"Mama!" Milicas turun dari tempat duduknya, dia berlari menuju sosok wanita berambut perak panjang dan memeluknya. "Mama, aku akan menjadi pewaris keluarga Gremory!"
"Ka-kau?! Be-benarkah?!"
Milicas mengangguk mantap. "Iya, aku harus berlatih keras untuk menjadi pewaris Klan! Pa...paman?" Kedua mata Milicas melihat bangku kosong yang dia tempati dengan Naruto. Dia bingung kemana Lucifer Naruto itu pergi. "Tadi ada paman Lucifer deh?"
"E-eh, Lu-lucifer?! A-ada disini?!"
"Iya, Paman Lucifer Morningstar tadi duduk disampingku, dia berbicara banyak sekali, dia juga yang membuatku ingin menjadi pewaris Klan."
"Tuan Lucifer..."
"Mama kenapa nangis?"
"Tidak apa-apa kok, hanya kemasukan debu."
Dari kejauhan, Naruto menatap interaksi antara ibu dan anak itu. Dia tersenyum sebelum akhirnya pergi meninggalkan taman itu.
...
..
.
Naruto by Masashi Kishimoto.
