Naruto Phenex

Disclaimer:

Naruto [Masashi Kishimoto]

Highschool DxD [Ichie Ishibumi]

Pair:

Naruto .U X ?

Genre:

Adventure, Friendship, Romance, Hurt/Comfort, Angst(a bit).

xXxXxXxXxXx

Summary:

Ini adalah kisah kepengecutan seorang Iblis berdarah murni yang tak pernah bisa berhubungan dengan lawan jenisnya, entah karena tidak memiliki kharisma ataupun tidak memiliki daya tarik bagi lawan jenisnya. Dia akan terus melarikan diri dengan hatinya yang penuh dengan penolakan itu, entah sampai kapan dia akan melakukannya. Mungkin sampai hatinya lelah untuk mengejar lawan jenisnya.

xXxXxXxXxXx

Prolog!

"Grayfia-chan pasti kaget saat melihatku membawa ini dan melamarnya tiba-tiba. Aku sudah tak sabar melihat ekspresi terkejutnya."

Anak tertua dari Lord dan Lady Phenex yang bernama Naruto itu terlihat sangat senang sambil membawa kotak merah di salah satu tangannya, dia berencana untuk melamar wanita yang sangat dia cintai itu dan menjadikan wanita itu istrinya. Bahkan dia sudah membayangkan bagaimana malam pertamanya dengan wanita bersurai keperakan bermarga Lucifuge itu.

Dulunya, wanita itu bekerja dibawah nama Iblis Lucifer yang memimpin Old-Satan Faction namun semenjak Perang Saudara antara Anti-Old Satan Faction dan Old Satan Faction pecah, Grayfia mulai berpihak pada Anti-Old Satan Faction setelah dikalahkan oleh anak tertua dari Keluarga Phenex itu dan membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Sebelumnya, Naruto berusaha memasukkan Grayfia ke jajaran peerage-nya dengan memanfaatkan Evil Piece yang dibuat oleh Ajuka Astaroth. Namun keluarganya menolak dengan alasan mereka belum bisa mempercayai mantan pengikut Old Satan Faction itu, bisa jadi orang itu melakukan hal jahat pada anak tertua mereka itu. Tapi dengan senang hati, Sirzechs menawarkan diri untuk memasukkan Grayfia menjadi peerage-nya dan menunjuknya sebagai Kepala Maid untuk keluarga Gremory, dia juga akan membuktikan bahwa Grayfia itu tidak berbahaya.

Satu tahun berlalu, akhirnya keluarganya membukakan hati untuk menerima Grayfia karena dia tak melakukan hal-hal yang aneh ketika menjadi Kepala Maid keluarga Gremory. Naruto pun diijinkan untuk melamarnya lalu membawanya ke dalam naungan keluarga Phenex, dengan begitu mereka akan terus bertemu setiap hari.

Remaja itu sudah ada tepat di depan gerbang Mansion keluarga Gremory dengan disambut beberapa maid dan butler yang ada disana, dia juga terkenal sangat ramah pada siapapun tak peduli kedudukannya itu lebih rendah darinya. Ini tentang 'Apa yang kau tuai, itulah yang kau panen'.

"Selamat Pagi, Phenex-sama. Anda terlihat senang sekali pagi ini," sapa salah satu maid yang ada disana dan begitu dekat dengan Naruto.

"Selamat pagi juga! Tentu saja, ini akan menjadi hari yang bersejarah untukku," jawabnya dengan senyuman lebar tercetak di bibirnya "Apa kau tahu dimana Grayfia-chan sekarang?"

"Grayfia-sama sepertinya berada di taman bersama Sirzechs-sama. Apa perlu kuantarkan kesana?" tawar maid itu.

"Tidak perlu, aku ingin memberikan dia kejutan."

Dengan perasaan berbunga-bunga, pemuda itu meninggalkan maid tersebut dan menuju taman seperti yang dikatakan oleh maid tadi. Langkah kakinya terlihat sangat terburu-buru karena sudah tak sabar ingin memberikan kotak merah kecil itu dan memberikan isinya pada Grayfia, mimpinya akan menjadi kenyataan sekarang.

"Sirzechs-sama, apa yang sebenarnya ingin anda katakan pada saya?"

Naruto menghentikan langkah kakinya ketika mendengar suara wanita yang dicintainya itu yang berada di taman namun dia terlihat sedang duduk bersama dengan teman baiknya itu dalam satu bangku, dia memilih untuk bersembunyi dulu di salah satu pilar bangunan yang ada di dekatnya dan menguping apa yang akan mereka bicarakan.

"Begini, Grayfia. Aku ingin kau mendengarkannya dengan seksama karena aku akan mengatakannya sekali," ucap Sirzechs dengan raut wajah yang serius kemudian kedua tangannya meraih salah satu tangan Grayfia "Maukah kau menjadi istriku dan menjadi Ratu-ku yang sebenarnya?" tanya Sirzechs yang terdengar seperti lamaran atau itu memang sebuah lamaran.

Naruto yang mendengarkan itu terkejut setengah mati bahkan jiwanya seperti ditarik ke alam ketiadaan, teman baiknya itu malah melamar orang yang sangat dicintainya bahkan Grayfia terlihat terkejut juga disusul dengan ekspresi malu-malu di wajahnya yang merona. Naruto hanya bisa mengertakan giginya dan meremas kuat kotak merah kecil yang ada ditangannya. Seharusnya dia tahu, jika dua orang berbeda gender selalu bersama maka kemungkinan besar akan ada perasaan yang tumbuh.

"Sirzechs-sama, aku... aku...,"

Belum sempat wanita itu menjawab pertanyaan tersebut, dia sudah melihat seseorang berkepala kuning tengah bersembunyi di salah satu pilar bangunan yang ada di taman itu kemudian dia meneriakan nama orang itu untuk memastikan "Naruto Phenex-sama?"

Pemuda yang diteriakan namanya itu keluar sambil tertawa kikuk dan menggaruk kepalanya yang tak gatal "Ah, maafkan aku mengganggu kalian berdua. Sebaiknya kalian lanjutkan saja, aku juga sudah ingin pulang kok," tanpa pikir panjang, Naruto langsung mengambil langkah seribu meninggalkan taman tersebut karena dia tak mau melihat Grayfia yang menerima lamaran dari Sirzechs.

"Tunggu, Naruto-sama!"

Ketika Grayfia bangkit dan ingin mengejar Naruto, salah satu tangannya masih ada dalam genggaman Sirzechs dan menahannya untuk tidak pergi "Grayfia, apa jawabanmu?" tanya Sirzechs sekali lagi.

"Maaf, Sirzechs-sama. Aku tak bisa menerima lamaran anda ini, aku sudah jatuh cinta dengan Naruto Phenex-sama. Sebaiknya Sirzechs-sama memilih wanita lain yang lebih baik dariku," tolak Kepala Maid itu dengan nada halus, dia juga tak mau menyinggung perasaan Tuannya "Maaf, Sirzechs-sama. Aku harus mengejar Naruto-sama dan membenarkan kesalahpahaman ini," Grayfia pun langsung bergegas ketika tangannya dilepaskan oleh Sirzechs dan berlari kearah Naruto pergi.

Dia berhenti tepat di samping pilar yang digunakan oleh Naruto untuk bersembunyi dan dia menemukan kotak merah kecil di lantai, dia mengambil dan membuka kotak tersebut disana terdapat sebuah cincin dengan hiasan seperti kepingan es. Dilihat dari manapun, itu merupakan cincin yang digunakan untuk melamar seseorang dan tentunya mahal.

'Apa Naruto-sama datang kesini untuk melamarku?' batin Grayfia sambil memperhatikan cincin tersebut, namun dia teringat harus mengejar orang itu.

"Naruto-sama! Naruto-sama! Naruto-sama!"

Nama itu terus menggema dari mulutnya sepanjang dirinya mencari keberadaan pemuda itu, dia terus mencari pemuda itu dan berhadap pemuda itu masih ada di sekitar mansion. Dia terus mencari dengan air mata yang mengalir dari matanya, dia harus bisa membersihkan kesalahpahaman itu.

Namun seharian dia mencari, pemuda itu tak ada di Mansion keluarga Gremory maupun Mansion keluarga Phenex. Karena semenjak pergi ke Mansion Gremory, Naruto tak pernah pulang lagi ke Mansion Phenex. Bak ditelan Bumi, tak ada yang mengetahui keberadaan Naruto bahkan di setiap sudut Underworld.

Jadi, pada saat itu, itu merupakan pelarian pertamanya dari Underworld karena melihat Grayfia dilamar oleh Sirzechs.

xXxXxXxXxXx

"Sekarang, Shion-san!"

Perempuan berambut pirang pucat dengan pakaian ala Miko penjaga kuil itu mulai mengangguk kemudian memusatkan kekuatannya pada segel yang ada di depannya untuk mengurung kembali Iblis Mouryou yang sudah membuat dunia kacau dan membahayakan manusia, setelah serangan yang dilancarkan laki-laki pirang itu berhasil membuat pergerakan Mouryou melambat, dia mulai mengaktifkan segelnya.

"Musnahlah dan kembalilah ke duniamu, wahai jiwa yang kotor!"

Segel itu bersinar kemudian menarik jiwa Iblis Mouryou itu kearah peti segel tersebut, semakin iblis itu berontak maka tarikan dari segel itu semakin kuat.

"Sialan, kalian berdua! Aku pasti akan membalas kalian setelah aku terbebas nanti!"

"Maaf, tapi tidak ada kata 'Terbebas' lagi untukmu. Purification Fire!" laki-laki itu mengeluarkan api putih dari kedua tangannya kemudian mendorong paksa makhluk itu untuk masuk ke dalam peti tersebut dengan skala cukup besar.

"Graaaahhh!"

Teriakan makhluk itu menggema dalam gua tersebut setelah masuk ke dalam peti tersebut yang kemudian disegel oleh perempuan berbaju Miko itu, namun peti itu mulai bersinar yang semakin lama semakin terang.

BOOOOM!

Ledakan besar terjadi membuat peti tersebut meledak dan hancur berkeping-keping dengan isinya yang musnah sepenuhnya, kedua orang yang memiliki gender berbeda itu menatap kearah ledakan itu dengan senyuman puas.

"Dengan begitu, Iblis itu tak akan bangkit lagi," ucap laki-laki bersurai pirang keemasan jabrik itu dengan nada senang, dia pun mendekati Shion—Miko yang bertugas menyegel Iblis itu.

"Ini juga berkat bantuan Naruto-san. Sekarang warga desaku menjadi aman," ucap Shion yang menundukkan kepalanya sambil berterima kasih pada pemuda di hadapannya.

"Lalu apa yanh akan kamu lakukan, Shion-san?" tanya Naruto penasaran.

"Kembali ke desa dan memberitahu semua warga desa kalau Iblis Mouryou sudah dikalahkan," Shion terlihat senang karena tugasnya sudah selesai.

"Begitu ya," Naruto juga ikut senang karena bisa membantu pekerjaan Shion.

Shion menatap dengan lekat kearah Naruto "Naruto-san, soal yang tadi..."

Naruto sedikit terkejut mendengar Shion berbicara tentang perkataannya dalam pertarungan tadi "Ah, jadi kamu mendengarnya ya," ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Shion mengangguk "Ya, tapi aku meminta maaf yang sebesar-besarnya. Seorang Miko sepertiku tidak boleh memiliki hubungan khusus dengan laki-laki dan aku masih ingin menjaga desa yang dipercayakan ibuku padaku," ujarnya sambil membungkuk kembali namun sekarang itu sebagai permintaan maaf.

Naruto tak bisa menyembunyikan kekecewaannya itu namun dia hanya memberikan senyuman lebarnya itu untuk menutupi kekecewaannya "T-tak apa-apa, aku mengerti posisi dan statusmu kok. Aku... aku akan mengantarmu kembali ke desa, Shion-san."

"Baiklah!"

Kedua orang itu akhirnya keluar dari gua tersebut dan berjalan kaki untuk mencapai desa yang ditinggali oleh Shion, tak ada obrolan apapun diantara mereka, hanya ada keheningan yang terjadi.

"Itu Shion-sama! Dia sudah kembali!"

Mendengar teriakan itu, semua warga desa menghentikan aktivitasnya kemudian berkumpul di depan gerbang desa dan melihat orang yang paling mereka hormati dan penyelamat desa sudah kembali dari tugasnya dari kejauhan. Semuanya terlihat bahagia ketika menyambut kedatangan Shion.

"Naruto, akhirnya kita sampai di desa," ucap Shion yang melirik ke arah sampingnya namun dia tak mendapatkan siapapun disana "Naruto-san? Naruto-san!"

Dia terus meneriakkan nama itu di sekitar tempat tersebut namun orang yang dipanggilnya sama sekali tak merespon panggilannya, namun dia menemukan sebuah kertas tergeletak disana. Shion mengambil kertas itu dan membukanya, itu adalah surat yang ditulis oleh tangan.

'Maaf, Shion-san. Sepertinya aku hanya bisa mengantarmu sampai disini saja, lagipula kamu dan desamu sudah aman. Jadi, aku memilih untuk melanjutkan perjalananku. Maaf, aku tidak berpamitan dulu padamu. Aku mencintaimu sampai kapanpun itu.'

Shion yang membaca isi surat itu hanya berkaca-kaca sambil meremas surat itu dan memeluk kertas itu seolah memeluk orang yang menulis surat tersebut. Dia juga masih mengingat kenangan yang ia buat bersama Naruto.

"A-aku juga mencintaimu, Naru no Baka."

Itu adalah kesalahpahaman lainnya sekaligus pelarian keduanya setelah ditolak Shion, padahal dalam hati terdalam Shion, dia sangat mencintai Naruto.

xXxXxXxXxXxXx

"Kapan kalian akan melunasi hutang-hutang kalian yang menggunung itu? Hah?! Bos kami sudah memberikan kelonggaran pada kalian kemarin," ujar pria bertubuh besar dengan wajah sangar yang mengatakan itu tanpa berbelas kasihan sama sekali pada pasangan suami istri yang ada di depannya.

"K-kami pasti akan melunasinya, tapi tidak sekarang. Uang kami belum cukup untuk membayarnya," ucap pria paruh baya itu dengan nada ketakutan, dia tak mungkin menang jika melawan orang itu apalagi dua orang lainnya yang ada di belakang pria itu yang sama-sama berwajah sangar.

"Bisakah kalian memberikan keringanan lagi pada kedua orang tuaku? Aku berjanji akan membayar hutang kedua orang tuaku ini," ucap perempuan muda bersurai merah dengan parasnya yang begitu cantik dengan iris violetnya yang menatap ketiga pria sangar itu seolah meminta belas kasihan untuk kedua orang tuanya.

"Kushina?" wanita paruh baya itu menatap kearah putri semata wayangnya kemudian dia memeluk putrinya itu seolah berusaha menenangkan hatinya yang dilanda ketakutan meskipun itu mustahil selama ada ketiga orang itu di depan rumahnya.

Pria berwajah sangar itu menyeringai ketika melihat kearah putri dari pasangan suami istri itu "Baiklah, jika kalian menginginkan keringanan tapi..." tiba-tiba saja pria itu menarik salah satu tangan Kushina kearahnya "...anakmu ini akan menjadi jaminannya, mungkin jika bos suka, hutang kalian bisa lunas sepenuhnya," sambungnya sambil memegangi lengan perempuan itu dengan kuat.

"Tidak, lepaskan aku!" Kushina berusaha berontak saat pria itu memeganginya dengan cukup kuat, namun semakin dia berontak semakin kuat juga cengkraman pria itu.

"Apapun itu asalkan jangan putriku yang menjadi jaminannya," ucap Ayah Kushina yang memohon pada pria penagih hutangnya itu untuk melepaskan anak semata wayangnya, putrinya itu tak ada hubungannya dengan hutang yang dimilikinya.

"Diam saja, orang tua! Jika kau ingin hutang kalian itu lunas, biarkan anakmu yang cantik ini ikut bersama kami," tolak pria itu yang tak mau melepaskan Kushina karena niat awal mereka adalah untuk mendapatkan anak dari pasangan itu karena bosnya sangat menginginkannya.

"Guha!"

"Guah!"

Pria itu berbalik saat mendengar suara orang berteriak dari belakangnya, dia tak menemukan kedua anak buahnya selain pemuda berambut pirang jabrik yang berdiri disana.

"Apa maumu, bocah? Dan kemana kedua temanku?"

"Oh, jadi dua orang itu adalah temanmu, kukira mereka hanya hiasan pintu saja. Aku sudah membuangnya kesana," tunjuk pemuda itu kearah halaman samping rumah tersebut, disana sudah ada dua pria yang saling bertumpuk itu.

"Naruto-kun...?" panggil Kushina ketika melihat pemuda pirang itu.

"Tenang saja, Kushina-san. Aku sudah berjanji akan menolongmu dan keluargamu, bukan?" balas Naruto dengan senyuman lebar di bibirnya dengan salah satu tangannya menjinjing sebuah koper.

"Di dalam koper ini sudah ada uang untuk melunasi hutang beserta dengan bunganya. Sekarang lepaskan Kushina dan bawa uang ini ke hadapan bosmu itu," ucap Naruto sambil menyerahkan koper itu pada pria berwajah sangar itu.

"Kau pikir aku akan melepaskan perempuan ini? Dia sudah menjadi jaminan sebagai pelunas hutang mereka," jawab pria itu dengan nada seperti meledek pemuda di depannya sambil memperkuat cengkeramannya pada lengan Kushina.

Grab!

Duagh!

Naruto mencengkeram wajah pria itu kemudian membenturkan kepalanya dengan kuat kearah tembok yang ada di belakang pria itu, dia mulai menaikkan suhu di tangan kanannya yang mencengkeram wajah pria itu sebagai ancaman.

"Ambil uangnya dan pergi dari sini atau aku akan membuat otakmu meleleh," ucap Naruto yang sama sekali tak main-main dengan ucapannya, dia tak rela jika orang yang dicintainya itu disakiti oleh pria yang tak dikenalnya.

"B-baik, baik, aku akan mengambilnya!"

Naruto pun melepaskan cengkeramannya itu kemudian menyerahkan koper itu dengan paksa pada pria tadi yang terlihat ketakutan sekarang, di wajah pria itu juga sudah tercetak warna merah akibat cengkeraman tangannya.

Pria itu terpaksa menerima koper tersebut karena rasa panas akibat cengkeraman pemuda itu masih terasa bahkan bagian dalam kepalanya juga terasa bergejolak "B-baiklah, aku akan membawa uang ini pada bos. Tapi orang berurusan dengan bos pasti akan celaka," ancam pria itu.

"Jika bosmu itu masih mengganggu keluarga ini; kau, bosmu, dan semua pengikutnya akan merasakan rasanya dibakar sampai tak tersisa," bisiknya ketika dia berdekatan dengan pria itu lalu menepuk salah satu pundak pria itu dengan kuat seolah ancamannya juga tak main-main.

Pria itu kembali ketakutan mendengar bisikan itu lalu membangunkan kedua temannya dan pergi dari rumah tersebut dengan koper berisi uang sudah ada di tangannya.

"Maaf ya, aku..."

Grep!

Naruto sedikit terkejut saat merasakan tubuhnya ditabrak oleh sesuatu dan itu adalah Kushina yang sudah memeluknya dengan erat seolah tak mau melepaskannya, dia hanya bisa menepuk pucuk kepala perempuan berambut merah itu dengan lembut. Dia juga merasa malu karena orang tua Kushina juga ada disana dan memperhatikan mereka berdua.

"Terima kasih atas bantuannya, Namikaze-san. Jika saja tidak ada Namikaze-san, mungkin anak kami satu-satunya sudah dibawa oleh mereka," ucap Ayah Kushina yang membungkukkan badannya sebagai tanda terima kasihnya disusul dengan istrinya, ketakutan dan kekhawatiran mereka sudah hilang karena pemuda itu.

Naruto tersenyum kikuk "Tak masalah, lagipula aku sudah berjanji pada Kushina-san untuk membantunya. Aku hanya ingin menepatinya saja," dia bisa merasakan kalau baju yang dipakainya sudah basah di bagian dadanya, mungkin Kushina memang sedang menangis sekarang.

"A-aku sangat takut sekali ketika mereka berniat membawaku pergi *hiks* t-tapi aku senang karena kamu menepati janjimu, Naruto-kun," ucap Kushina yang mendongakkan kepalanya menatap Naruto yang berada dalam pelukannya yang terasa sangat nyaman, dia begitu senang karena laki-laki itu datang untuknya.

"Laki-laki tak pernah menarik kata-katanya kembali. Aku sudah berjanji padamu dan aku harus menepatinya," jawab Naruto dengan senyuman kecil terkembang di bibirnya.

"Tapi, bagaimana bisa kamu mengumpulkan uang sebanyak itu?"

Naruto masih tersenyum dan menyimpan jari telunjuk di depan bibirnya sendiri "Itu Rahasia."

Kushina terlihat tak puas dengan jawaban yang diberikan Naruto, namun dia mendekatkan kepalanya kearah Naruto dan mencium salah satu pipi pemuda tersebut.

"T-tunggu... untuk apa itu?"

"Itu Rahasia."

Suasana hangat kembali menyelimuti keluarga Uzumaki itu karena kehadiran Naruto dan Naruto juga berharap jika Kushina menjadi perempuan pertama yang menerima cintanya, dia akan mengatakannya besok karena kondisi saat ini belum pas untuk menyatakan perasaannya pada perempuan bersurai merah itu.

Namun, keesokan harinya, dia malah mendapati rumah keluarga Uzumaki itu sudah kosong karena ditinggalkan pindah oleh pemiliknya. Menurut tetangga di sekitarnya, Kushina dan keluarganya pindah ketika malam hari dan tak ada yang tahu kemana keluarga itu pindah. Dia hanya meninggalkan sepucuk surat di kotak pos rumahnya yang dikhususkan untuk Naruto.

"Jika kamu membaca surat ini, mungkin aku sudah tidak tinggal di rumah itu. Ini memang sangat mendadak tanpa memberitahumu terlebih dahulu, mereka tak mau jika bos besar dan anak buahnya itu kembali dan mengganggu keluarga kami. Jadi, kami pindah jauh dari kota ini. Aku tahu, kamu pasti akan marah karena ini. Tapi ketahuilah kalau aku sangat, sangat menyukaimu. Jika kita bertemu lagi, aku ingin mendengar jawaban langsung darimu, Naruto-kun."

Setidaknya begitulah isi surat yang ditinggalkan oleh Kushina untuknya, dia meremas surat tersebut sampai tak berbentuk bahkan membakarnya dengan api putihnya sampai tak tersisa. Dia kembali merasakan kekecewaan dalam hatinya karena sebab yang sama, dia pun melangkahkan kakinya dengan gontai meninggalkan rumah yang kosong tersebut menuju suatu tempat yang mungkin bisa membuat hatinya lebih baik.

xXxXxXxXxXxXx

"Ufufu~ akhirnya kita mendapatkan wanita ini, beruntungnya kita juga mendapatkan pacarnya," ucap ketua berandalan itu yang melihat kearah perempuan berambut hitam yang diikat seperti ekor kuda dan laki-laki berambut coklat yang mereka ikat secara terpisah.

"Tidak! Jangan lakukan apapun pada Shizuka!" laki-laki yang tengah diikat di salah satu pilar dari bangunan yang sudah terbengkalai itu, dia terlihat berontak saat berandalan-berandalan itu ingin menyentuh calon pacarnya itu.

Duakh!

Pria itu meringis saat salah satu berandalan itu menginjak salah satu sisi kepalanya membuat lehernya serasa ingin patah "Sebaiknya kau lihat dan amati saja saat tubuh pacarmu itu kami nikmati secara bergilir, siapa suruh kau memiliki pacar secantik dia," ucap berandalan itu sambil menghentikan injakannya dan mulai mendekati teman-temannya yang tengah mengerumuni pacarnya.

"T-tidak, jangan dekati aku. Aku tak mau bersama kalian... Kyaaah!" Shizuka berusaha menjauhkan dirinya dari berandalan-berandalan itu sejauh yang ia bisa namun kedua tangan dan kakinya diikat dengan cukup kuat hingga ia hanya bisa bergeser sedikit demi sedikit di tempat itu.

Ketua berandalan itu mulai mengunci pergerakan Shizuka di lantai yang cukup kotor dan dingin itu, ekspresinya yang penuh dengan nafsu seks terlihat jelas di wajah "Sebaiknya kamu diam saja ya, manis. Kami akan bersikap lembut padamu jika kamu menuruti semua perintah kami," ucap ketua berandalan itu dengan nada lembut.

Sreeet!

Sraaak!

"Kyaaa! Hentikan!" Shizuka menjerit saat pakaian yang menutupi tubuhnya mulai dirobek dengan paksa beberapa berandalan yang ada disana bahkan sampai ke dalaman yang dipakainya, meskipun kain itu masih menggantung di tubuhnya namun dia sudah setengah telanjang sekarang.

"Ufufu~ waktunya berpesta!"

"Hei! Lepaskan dia, manusia tak berguna!"

Teriakan seseorang menginterupsi kegiatan mereka kemudian mereka menatap kearah asal suara dan disana terdapat seorang laki-laki bersurai pirang jabrik tengah berjalan kearah mereka.

"Siapa yang kau sebut 'manusia tak berguna' itu, pirang?" ucap salah satu berandalan itu yang tersulut emosinya karena disebut tak berguna walaupun dalam kenyataannya mereka memang tak berguna.

"Tentu saja kalian, memang ada orang lain lagi disini," jawab laki-laki pirang itu dengan nada santai, dia terus melangkahkan kakinya kearah kerumunan itu.

"Siapa kau? Pahlawan kesiangan?" ejek ketua berandalan yang ada disana disusul gelak tawa dari anak buahnya.

"Kurang lebih seperti itu, aku ingin menyelamatkan pacarku yang kalian kerumuni itu," jawabnya yang menunjuk kearah perempuan yang terbaring di lantai kotor tersebut.

Ekspresi mengejek yang ditunjukan ketua berandalan itu semakin menjadi "Oh, kukira orang yang disana itu adalah pacarnya. Mereka terlihat sangat mesra saat kami mengikutinya sampai berpegangan tangan juga," ujarnya yang berusaha memanasi suasana laki-laki pirang itu, namun apa yang dikatakannya memang sebuah kebenaran.

Naruto melihat kearah laki-laki yang diketahui namanya Sagiri itu yang tengah terikat di pilar bangunan tersebut, dia pun mengangkat salah satu tangannya kearah Sagiri membuat tali yang mengikatnya mulai terputus dan membebaskan laki-laki itu.

"Pergilah dan hubungi polisi. Aku yang akan menghadapi mereka disini, Sagiri-san," titah Naruto yang disambut anggukan oleh Sagiri yang sudah lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu untuk mencari bantuan.

"B-bagaimana... bisa?"

"Oh, jadi kau ingin bersikap jagoan disini!"

"Entahlah, jika kalian ingin menyerah saja disini, mungkin aku akan mengampuni kalian," ucap Naruto yang bersikap ogah-ogahan ketika merespon perkataan dari berandalan-berandalan itu.

"Baiklah, sepertinya kita harus menghajar 'menu pembuka'nya dulu sebelum 'hidangan utama'. Ayo, kita buat dia babak belur," ucap ketua berandalan itu dengan optimis sekali bisa menghajar pemuda pirang itu dan membuatnya babak belur.

Naruto hanya menyunggingkan sedikit seringainya, dia adalah Iblis berdarah murni yang sangat terlatih. Menghadapi manusia seperti itu hanya seperti menemukan samsak tinju saja baginya, meskipun dia terluka, dia bisa langsung beregenerasi. Itu masalah kecil baginya.

Keenam berandalan beserta dengan ketuanya maju sekaligus untuk mengeroyok Naruto namun dia mampu melumpuhkan semua berandalan itu dengan tangannya sendiri tanpa harus menunggu lama, dia berpikir bahwa kemampuan berandalan-berandalan itu akan sedikit menghiburnya tapi ini malah membosankan untuknya.

"Kukira kalian akan sedikit menghiburku, tapi kemampuan kalian sangat membosankan," ujar Naruto sambil melihat tubuh berandalan-berandalan itu yang tergeletak tak beraturan di lantai bangunan tersebut, sebagian dari mereka ada yang tidak sadarkan diri.

Pemuda pirang itu membalikkan tubuhnya dan menghampiri Shizuka yang masih terikat dengan pakaiannya yang sudah compang-camping karena ditarik dengan paksa oleh berandalan-berandalan itu.

"Shizuka-chan, kau tak apa-apa? Aku akan melepaskan talinya," ucap Naruto yang terdengar sangat khawatir sekali ditambah perempuan itu tengah terisak, mungkin karena dia ingin diperkosa sebelumnya.

Dia pun berhasil melepaskan ikatan tali tersebut hingga Shizuka bisa terbebas lagi sekarang, namun perempuan itu langsung mengambil jarak dengan Naruto setelah melihat pertarungan Naruto dengan berandalan-berandalan itu.

"Shizuka?" panggil Naruto yang sedikit keheranan saat melihat Shizuka mengambil jarak dengannya setiap dia ingin mendekatinya.

"Tidak, jangan mendekat! K-kau... kau pasti bukan manusia biasa, 'kan? Manusia biasa tak bisa mengeluarkan api seperti itu" ucap Shizuka yang sedikit berteriak pada Naruto.

Naruto tahu hal seperti ini pasti cepat atau lambat akan ketahuan oleh orang lain termasuk perempuan di depannya ini "Iya, aku memang bukan manusia biasa. Aku adalah Iblis Kelas Atas dari Underworld, tapi meskipun begitu, aku sangat menyukaimu, Shizuka-chan. Kamu mau 'kan menjadi kekasihku?"

Jujur, Naruto sekarang sudah jatuh cinta pada perempuan itu meskipun dia baru bertemu dan mengenalnya selama beberapa bulan ini. Cinta memang tak bisa mengenal waktu dan tempat, dia bisa datang kapan saja dan dimana saja.

Namun, perempuan itu tak kunjung memberikan jawabannya atas pernyataan Naruto itu. Dia masih terisak sambil memeluk lututnya sendiri seolah sedang menunggu seseorang.

"Semuanya! Aku berhasil menghubungi polisi dan mereka akan kesini sebentar lagi!"

Pria yang datang kembali itu adalah Sagiri yang sepertinya berhasil mendapatkan bantuan dari luar, namun Shizuka langsung bereaksi ketika Sagiri datang dan langsung berlari kearah Sagiri dengan melewati Naruto yang masih berlutut di tempatnya. Shizuka langsung menabrak dan memeluk tubuh Sagiri dengan erat seolah menyalurkan rasa takutnya itu saat berandalan-berandalan itu ingin mencicipi tubuhnya, Sagiri juga membalas pelukan itu dengan cukup erat.

Naruto yang melihat itu hanya bisa menggaruk kepalanya kembali karena tindakan yang dilakukan oleh Shizuka menunjukkan kalau pernyataannya tadi itu ditolak mentah-mentah "Sepertinya yang ini juga gagal," gumamnya dengan nada kecewa namun beberapa saat kemudian senyuman kecil terkembang di bibirnya "Biarlah, lagipula melihatnya aman dan bahagia sudah cukup bagiku. Mungkin aku sudah tidak dibutuhkan disini," sambungnya yang kemudian menyiapkan lingkaran sihir teleportasi agar kepergiannya tidak mengganggu kedua manusia itu.

"Naruto, aku..." Shizuka melepaskan pelukannya dengan Sagiri dan berbalik untuk berbicara lagi dengan Naruto, namun orang yang dimaksud olehnya sudah tidak ada disana dan hanya meninggalkan tujuh berandalan tadi.

"Naruto! Naruto! Kau masih ada disini, 'kan?" ucap Shizuka yang terus meneriakan nama orang—bukan iblis yang sudah menolongnya, namun makhluk kuning itu sudah tak ada di tempat itu.

'Iya, Naruto. Aku bersedia menjadi kekasihmu, jadi tolong kembalilah. Aku tak bermaksud menghindarimu tadi, aku hanya belum mempercayai kata-katamu itu,' ucap Shizuka dalam hatinya yang sekarang malah bersimpuh kembali di lantai sambil kembali terisak.

Beberapa saat kemudian, polisi dan petugas kesehatan juga datang ke tempat itu. Polisi menangkap berandalan-berandalan yang berhasil dilumpuhkan oleh Naruto itu.

xXxXxXxXxXxXx

"Jadi, sudah berapa wanita yang kau selamatkan dan kau mintai mereka untuk menjadi kekasihmu itu, Naruto?"

Remaja berambut pirang itu hanya memasang ekspresi masam di wajahnya ketika dirinya selesai menceritakan semua yang terjadi selama sepuluh tahun terakhir dalam pelariannya itu, ini bukan tentang pelariannya dari musuh namun pelarian dari hatinya yang terus dikecewakan.

"Aku tak tahu, Azazel. Aku lupa menghitungnya," jawab Naruto yang tengah memancing bersama Gubernur Malaikat Jatuh itu, entah sejak kapan dirinya memiliki hobi yang sama dengan gagak Gregory itu.

"Kenapa kau tidak memaksa mereka saja? Itu lebih mudah untukmu jika kau memakai Evil Piece-mu, bukan?" ucap Azazel yang sesekali melirik kearah Iblis Phenex yang ada di sampingnya.

Naruto menghembuskan napasnya lelah "Meskipun aku ini Iblis, tapi aku tak mau memaksakan kehendakku pada mereka. Aku mau mereka menerimaku sepenuhnya karena aku akan mendapatkan kesetiaan penuh dari mereka, aku juga tak mau menumbuhkan bibit Iblis Liar karena kepercayaan mereka padaku yang setengah-setengah," jawab pemuda pirang itu.

Azazel sedikit tertawa mendengar perkataan Naruto "Jika saja iblis-iblis di Underworld tahu kalau kau seperti ini, mungkin mereka akan menertawakanmu," celetuknya.

"Itu yang membuatku tak mau kembali ke Underworld," balas Naruto dengan lesu.

"Lalu bagaimana rencanamu sekarang?"

"Aku ingin mencoba bersekolah di sekolah swasta di kota Kuoh, siapa tahu jika itu bisa mengobati hatiku yang penuh kekecewaan ini," jawab Naruto yang melihat umpan di pancingannya mulai di makan oleh ikan di sungai itu dan mulai menariknya naik ke pinggir sungai.

"Dasar Iblis Bucin."

"Bodo amat dengan itu, gagak tua!"

Naruto sedikit berteriak kemudian menarik pancingannya itu sekuat tenaga, ikan yang cukup besar melompat cukup jauh ke arah pinggiran sungai kemudian menggelepar di atas permukaan tanah itu karena tidak ada air disana.

"Kau lihat, Azazel. Aku masih lebih beruntung darimu," ejek Naruto dengan senyumannya saat menunjukkan ikan besar yang berhasil di tangkapnya pada Gubernur Malaikat Jatuh itu.

.

The End or To Be Continued?