Disclaimer : Masashi Kishimoto

.

.

.

Hari ini mungkin akan menjadi sejarah dalam hidupku. Aku mengenal seorang pemuda di jejaring sosial media. Sasuke Uchiha namanya. Kami sangat akrab. Saling mengirim pesan dan juga saling bertukar nomor telepon.

Tiap malam kami menyempatkan diri untuk sekedar berbincang. Melepas dahaga rindu yang membara. Kami telah merajut tali cinta meski tidak saling jumpa. Jarak kami membentang jauh, antara Konoha dan Oto. Biarpun seperti itu, bukan alasan untuk menyulam cinta di hati kami berdua.

Hari ini, tepat bulan ketujuh kami menjadi pasangan. Kami sepakat untuk bertemu. Tentu saja ini membuatku bahagia dan gugup secara bersamaan.

Kau akan datang menemuiku. Kabar yang menggembirakan. Kami saling mengirim pesan. Aku memberimu petunjuk agar sampai ke tempatku. Lewat telepon kau sedikit menggerutu karena harus berjalan kaki melewati jalan kecil yang cukup jauh. Aku tersenyum geli membayangkannya. Aku tidak sabar menantikannya.

Deru mesin dan angin debu yang menghiasi terik itu. Saat pertama kali bertemu. Kita saling diam tanpa kata. Ku lemparkan senyum pertama untuk matamu saat bibirmu melengkungkan raut sebal. Saat aku bertanya, "kau kah itu?"

Dalam nada angkuhmu aku tlah terjebak dalam segel gaib yang tidak aku mengerti. Senyum maklumku menghiasi. Membimbingmu untuk berteduh bawah atap yang akan melindungi dari teriknya mentari.

Kau tak menyangka, begitu pun aku. Tamparlah aku untuk memastikannya. Tapi kau ada di depanku dengan segala angkuhmu dalam tegapmu. Mengalahkan alunan syahdu yang setiap malam menidurkan diriku. Dan sulit percaya, alunan merdu kini menjelma menjadi sosok yang mampu ku sentuh.

"Bagaimana kalau ke taman kota? Tadi aku melihat di sana ramai orang,"

Aku tersenyum mendengar ajakanmu, dan mengangguk. Kau bukanlah orang asli Oto, tapi memorimu cukup tajam untuk mengingat tempat-tempat asing yang baru kau lalui.

Kau berjalan memimpin dan slalu berjalan di depan meninggalkanku menatap punggungmu tanpa menarikku. Aku tersenyum untuk ke sekian kali. Menatap tangan hampa tanpa kehangatan. Dalam hati aku bertanya 'benarkah?'

Ku berhenti berjalan, memegang denyut jantungku. Berdiri tegap tetap menatapmu berjalan yang tanpa menengok apakah 'aku berhenti atau tidak?' Jika aku pergi, mungkin kau pun tidak tahu.

Deg deg

Denyut itu ada meskipun terasa lemah bahkan harus memaksakan berdiri lama. Kata orang, jika kita memiliki suatu perasaan, jantung kita akan merespon lebih dahulu. Berdentum-dentum. Aku ingin merasakannya kembali bagaimana jantungku berdentum dan juga pipiku yang memerah. Karna saat itu aku bukanlah penipu.

"Hei, kenapa berhenti?" suaramu mengejutkan sadarku. Ku buat raut wajahku semenyebalkan mungkin. "Kau meninggalkanku, kau tak menggandeng tanganku?". Kau tertawa, ada rasa hangat menjalar dalam perutku hingga menariku untuk tersenyum, tapi ku pertahankan dengan raut sebalku.

"Ah, baiklah" saat tanganmu menggenggam tangan rapuhku, kehangatan itu semakin muncul hingga membuatku gemas ingin mencubitmu.

"aku tak ingin membuatmu tidak nyaman,"

Aku mengerti itu. Dan aku hanya tidak ingin sekaku itu. Ini bukan drama Korea dengan pemain seorang pangeran es dan putri bodoh. Kita hanya dua insan yang tengah mencari arti dari sebuah kepercayaan.

Dan dua insan yang mencoba mewujudkan cinta dunia maya menjadi cinta dunia nyata.

Hal yang dianggap tabu. Tapi kami berhasil mewujudkannya.

Bagaimana denganmu?

Apakah pernah mengalaminya juga?

Mari, kita bercerita bersama.

.

.

.

Finish

.

.

.

Fic kecil untuk nona Karin. Dan untuk kamu semua, pejuang dunia maya. Semoga dengan yang baik-baik. Terimakasih sudah sempatkan membaca.