K Project milik GoRa x GoHands
New Small World oleh bellassson
Didedikasikan untuk #SaruMiDay
Selamat membaca
"Tadaima." Saruhiko memasuki genkan apartemen yang baru sekitar empat minggu ditinggali bersama sahabat―yang sekarang berubah status―bernama Yata Misaki. Sepatu baru dilepas Misaki sudah menyambut Saruhiko dengan senyuman, "Okaeri, Saruhiko!" tak lupa apron khas ibu rumah tangga, tanda ia sedang membuat makan malam untuk Saruhiko.
Saruhiko sudah mencium aroma lezat sejak memasuki genkan tadi.
"Masak apa?" tanya Saruhiko sudah menahan lapar.
"Steak kesukaanmu," ujar Misaki sambil menuju dapur. Saruhiko tersenyum dalam hati. "dengan toping nanas." Misaki menambahkan.
Muka Saruhiko kecut.
"Kenapa harus dengan nanas, sih?" gerutu Saruhiko.
"Mau mandi dulu atau makan dulu?" tanya Misaki sebelum berbelok ke arah dapur. Saruhiko menatap panjang wajah Misaki.
"Apaan sih?" tanya Misaki risih.
"Misaki..." panggil Saruhiko.
"A-apa?" Perasaan Misaki tidak enak.
"Seharusnya kau tambahkan kalimat, 'atau wa-ta-shi.' begitu 'kan?" ujar Saruhiko, tak lama membuat Misaki mengebul. Dasar lemot.
Tuh kan firasatnya benar.
"APAAN SIH!" teriak Misaki merona. Sendok sayur terhempas ke dinding di belakang Saruhiko. Menimbulkan retakan kecil.
"Baiklah, aku mau makan dulu. Aku sudah lapar." Saruhiko melepas pakaian dan syal. Tak ingin menimbulkan masalah lebih lanjut yang menyebabkan kerusakan apartemen baru mereka. "Meski aku maunya 'makan' yang lain, sih." lanjut Saruhiko kemudian mendapat lemparan sendok sayur lagi. Kali ini tepat mengenai dahi.
Misaki punya berapa sendok sayur, sih?
Saruhiko meletakkan pakaian kotor dan syal di sembarang tempat, yang kemudian mendapat semprotan dari Misaki. Saruhiko menanggapi seadanya, tapi tangannya bergerak patuh pada ucapan Misaki untuk meletakkan pakaian kotor di mesin cuci.
Saruhiko duduk di kotatsu. Makanan sudah dihidangkan selagi Saruhiko ganti baju. Sepiring steak daging toping nanas, semangkuk nasi, salad, kroket dan tentu saja segelas bir. Teman pelepas penat dan stres. Misaki bergabung sambil membawa kaleng bir tambahan dari kulkas.
"Otsukare. Kanpai!" bunyi dua gelas bersentuhan menimbulkan bunyi ting. Misaki meneguk habis segelas bir. Busanya tertinggal di sekitar bibir.
"Bir memang tak ada duanya!"
"Pelan-pelan, Misaki." Saruhiko hanya meneguk sedikit. Tak lebih dari setengahnya. Ia sudah bersiap makan steak buatan Misaki. Serius, perutnya sudah keroncongan sejak tadi. Sumpit di tangannya mengambil potongan kecil daging diletakkan di atas nasi kemudian masuk ke mulut.
Misaki menyusul makan setelah busa bir dilap bersih.
"Oi, jangan menyingkirkan nanasnya!" Misaki mengancam. Paling tidak suka kebiasaan Saruhiko pilih-pilih makanan. Muka Saruhiko kecut. "Kau juga tak boleh menyisakan saladnya!" Saruhiko mendecak sebal. Baru berpikir tak mau menyentuh salad seujung jari pun.
"Kalau begitu Misaki saja yang makan." Saruhiko meletakkan sepiring kecil salad di depan Misaki. Kali ini Misaki yang mendecak sebal.
"Kau harus makan sayuran, Fushimi Saruhiko!" teriaknya, mengembalikan piring tadi.
"Suapi aku." kata Saruhiko siap dengan mulut terbuka.
"Ugh! Baiklah." Misaki menyumpit sedikit salad, menyodorkan ke mulut Saruhiko. "Nih," ujar Misaki dengan rona merah di pipi. Saruhiko yang tak mengira Misaki akan setuju tak bisa berkutik, tapi untuk menjaga image Saruhiko berkata, "Katakan aa~ gitu."
Alis Misaki mengkerut. Kenapa perkara makan saja bisa semenyebalkan ini bersama Saruhiko.
"Saruhiko, buka mulutmu, aa~" Misaki menyumpit salad ke mulut Saruhiko dengan suara cempreng dibuat-buat seperti perempuan. Malu banget.
Saruhiko membuka mulut, menyuap irisan tomat dan selada ke dalam mulut. Misaki tersenyum kemenangan. Membuat Saruhiko makan sayuran suatu kebanggaan baginya. Saruhiko terdiam lama setelah menelan habis saladnya.
"Kenapa Saruhiko?" tanya Misaki.
"Mungkin lebih nikmat kalau disuapkan langsung dari mulut Misaki." ujar Misaki. Kali ini sepasang sumpit menjadi korban pelemparan Misaki.
"Jangan bicara yang aneh-aneh, Bakasaru!" kata Misaki sebal kembali duduk sebelum kemarahannya semakin memuncak. Saruhiko sama sekali tak berubah. Tetap menyebalkan kapanpun dan dimanapun bersamanya.
"Misaki..." panggil Saruhiko. Misaki menoleh. Ia hendak ke dapur mengambil sumpit cadangan. "Tidak boleh melempar sumpit saat makan."
"Salah siapa coba!" Misaki bersungut menuju dapur.
"Misaki, besok buatkan nabe." ujar Saruhiko sekembalinya Misaki dari dapur.
"Nabe? Boleh saja. Memang cocok dimakan saat musim seperti ini." Misaki mengeratkan diri dengan kehangatan kotatsu. Musim dingin, nabe dan kotatsu. Perpaduan yang sempurna.
Makan malam dilanjutkan dengan ocehan Misaki seperti biasa. Bagaimana kesehariannya, apa yang dirasakan hari itu. Saruhiko dengan senang hati mendengarkan. Wajah Saruhiko berubah masam ketika nama HOMRA disebut. Sampai makanan di piring sudah bersih, percakapan mereka terus berlanjut.
"Hei, kau mau mandi?" tanya Misaki setelah membereskan piring ke wastafel. Bagian Saruhiko mencuci piring kotor. Saruhiko masih di dalam kotatsu. Namun kali ini ditemani oleh sebuah laptop dan beberapa berkas.
"Hei, jangan memaksa lembur!" teriak Misaki.
"Sebentar saja, Misaki." kata Saruhiko tanpa melepas pandangan dari layar laptop. Misaki duduk di samping Saruhiko memperhatikan pemuda itu bekerja. Lima belas menit berlalu, Saruhiko menutup laptop. Misaki disampingnya sudah terlelap.
"Misaki, jangan tidur disini." Saruhiko menggoyang pelan tubuh Misaki. Erangan kecil keluar dari mulutnya. Tapi tak ada tanda Misaki akan bangun. Saruhiko menyerah. Tak ingin membangunkan malaikatnya. Ia mengusap pelan rambut Misaki.
Kehangatan kotatsu membuat mereka terlena.
Memorinya kembali ke masa lalu. Saat mereka memutuskan kabur dari rumah dan tinggal bersama. Waktu itu mereka masih usia sekolah. Menyewa apartemen kecil tanpa perabotan dengan uang Saruhiko―lebih tepatnya uang milik ayahnya. Di tengah musim dingin, mereka menemukan kotatsu bekas di tempat pembuangan sampah. Berkat otak Saruhiko, kotatsu itu berhasil diperbaiki. Musim dingin tak lagi menyiksa.
Setelah pertemuan dengan HOMRA, banyak hal terjadi. Saruhiko mulai kehilangan Misaki. Kehilangan dunia kecilnya.
Saruhiko menghela napas panjang. "Kenapa aku malah mengingat masa lalu."
Ia menggendong Misaki ala pengantin menuju kamar. Misaki mengerang. Saruhiko terdiam. Menunggu reaksi Misaki selanjutnya. Masih tidur. Saruhiko berjalan pelan ke kamar.
Masa lalu Saruhiko yang menyakitkan sudah ia kubur dalam-dalam. Saat ini ia hanya ingin menjaga dunia kecilnya dalam genggaman.
Terima kasih.