Disclaimer: J.K Rowling
Warning: SLASH. bxb, incest, kiss alert, miss typos
Enjoy and RnR!
=o^o=
Ron tidak terlalu suka belajar.
Belajar itu rasanya membosankan, membuatnya jemu pula, dan bahkan otaknya juga harus bekerja keras hanya untuk memahami materi yang dipelajari olehnya. Karena itu, Ron tidak suka belajar.
Berkebalikan dengan Percy.
Bisa dibilang, mungkin Percy gila belajar. Buku apapun bisa menarik perhatian Percy, dan lima belas menit kemudian bisa terlihat Percy telah duduk anteng di ruang tamu dengan beberapa buku di dekatnya.
Dan sebagai kakak yang baik, Percy selalu menyuruh Ron untuk belajar. Demi masa depan Ron, katanya. Ron memutar mata mendengarnya.
"Ron, fokus."
Pemuda tersebut mendengus dan mengetukkan ujung pena bulu yang tidak dicelupkan ke tinta lebih keras, membuat ujung mata Percy berkedut melihat tingkah sang adik. "Ron," Percy menegur lagi.
"Ayolah, apa aku harus benar-benar belajar?" Ron bertanya sekaligus memprotes, memutar badan menghadap Percy yang duduk di pinggir ranjang—mengawasinya. "Sekarang liburan natal, Perce!"
"Kau tetap harus belajar."
Ron mengerang kesal, "Tidak mau," balasnya merengut, melipat tangan depan dada dan membuang pandangan.
Terdengar kakaknya membuang napas berat, tapi Ron tak ingin peduli. Percy menatap Ron—hampir pasrah, sebelum mendapat ide dalam benak. "Kalau kau belajar," Percy menjeda sejenak guna menarik perhatian Ron, dan itu berhasil walau Ron hanya meliriknya, "akan kuberi hadiah."
"Hadiah?" alis Ron saling bertautan mendengarnya, seakan tertarik—sebelum Ron menahan diri untuk tidak terlihat seperti itu. Ini pasti pancingan dari Percy. "Omong kosong," lanjut Ron kemudian membuang pandang lagi.
"Kau tidak mau hadiah, memangnya?" tanya Percy lagi tapi sepertinya Ron takkan mau mendengarnyalagi, "ya sudah deh," Percy akhirnya berkata dengan nada pasrah, "aku kasih hadiahnya ke George saja."
Wajah Ron terlihat makin tertekuk mendengar ucapan Percy, dalam benak merasa tak suka saat Percy menyebut-nyebut nama saudaranya yang lain akan mendapatnya hadiah dari Percy. Ron mengetukkan jari sesuai irama di atas permukaan meja kayu, bibirnya mengerucut dan dahinya mengerut—seolah dirinya sedang berpikir keras.
"...mau deh."
Garis bibir Percy sedikit terangkat mendengarnya, "Apa? Aku tidak dengar loh, Ronald, lebih keras coba."
"Aku mau."
"Apa?"
Ron langsung menoleh pada Percy dengan kesal dan berkata lebih keras. "Aku bilang aku mau belajar!"
Dan pas setelah itu pipinya merona.
"Aku akan belajar," Ron mengimbuhi cepat-cepat, berbalik badan lagi membelakangi sang kakak, "tapi kau janji hadiahnya hanya untukku."
Kekeh tawa nan pelan terdengar dari pria muda tersebut. "Aku janji," Percy mengangguk saat Ron melihatnya melalui ekor mata.
Setelah itu Ron benar-benar belajar, walau dia sebenarnya juga merasa terpaksa—tapi ya sudahlah, Percy telah berjanji akan memberinya hadiah, bukan? Jujur, Ron hanya mengincar hadiah yang Percy ucapkan. Dia tak peduli dengan hal lain, tapi mendengar Percy mengungkit kakaknya yang lain mau tidak mau membuat Ron merasa sebal. Rasanya dia hanya ingin perhatian Percy untuknya seorang.
Karena itu Ron belajar.
Tak disangka sudah dua jam terlewatkan olehnya dari membaca buku tebal dan mencatat-catat sesuatu di perkamen, sekarang dirinya telah terbebas dari jam belajarnya. Ron sedikit mendorong kursi ke belakang dan meregangkan badan yang terasa pegal. Dengan netra safir yang berbinar dia menoleh pada Percy yang masih duduk di pinggir ranjang dengan tenang.
"Selesai!" Ron berkata dengan ceria, sebelum tatapan matanya menuntut ketika Percy mengangkat kepala memandangnya, "sekarang hadiahnya?"
Percy tersenyum tipis, "Kemarilah," dia menyuruh.
Ron beranjak dan berjalan ke arah Percy dengan riang, mengira-ngira hadiah apa yang akan Percy beri kepadanya. Senyuman lebar menghiasi parasnya, berdiri di hadapan Percy. "Apa, apa?" dia meminta dengan tidak sabar, "stok cokelat kodok? Jalan-jalan di dunia muggles?" Percy menggeleng mendengar tebakan-tebakan Ron, untuk sekian kalinya membuat dahi Ron mengerut. "Lalu apa?"
Tetap tak berkata-kata, Percy meraih pergelangan tangan Ron dan seketika menariknya, membuat Ron terkejut dan terjatuh di pangkuannya. Perlahan semu merah manis menghiasi wajah Ron, jarak mereka yang terlalu dekat membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Percy menangkup sebelah pipinya dengan lembut, perlahan menghapus jarak mereka.
"P-Perce..?"
Ron menutup mata erat ketika benda kenyal menempel di bibirnya, bahunya sedikit tegang merasakan sesuatu yang aneh merambat dalam dirinya. Tapi elusan kecil Percy di kedua pundaknya membuat Ron lebih rileks, kini mulai menikmati sapuan lembut di bibir.
Rasanya menjadi menyenangkan.
Tanpa sadar pemuda itu mengalungkan tangan ke leher kakaknya, menekan kepala belakang Percy untuk memperdalam ciuman lembut mereka. Hingga setelahnya Percy menjauhkan jarak mereka, dan saling bertatapan dengan Ron.
Hangat menjalar di pipinya ketika Percy memandangnya intens, lengkap dengan senyum tipis di wajah. Ron melirik arah lain, malu untuk sekedar balik memandang. "Sepertinya kau suka dengan hadiahku, eh?" bisik Percy menggeleng kecil, terkekeh geli melihat muka Ron makin memerah seperti rambut mereka sendiri.
Ron merengut, "Hadiah yang menyebalkan," dia membalas, tapi kemudian memaksa diri untuk balik memandang Percy lagi, "tapi, ya ... um, aku menyukainya." Nadanya memelan di akhir.
Percy mengacak surai Ron dengan gemas, "Bagaimana kalau setelah selesai belajar, aku akan memberimu hadiah yang serupa."
Tawaran itu menarik perhatian Ron lagi, Ron berpikir sejenak sedangkang Percy setia menunggunya. Tak lama kemudian, Ron mengangguk kecil, "Boleh..."
"Baguslah," Percy membalas seraya mengecup kembali kening Ron dengan sayang.
"Tapi kau tidak melakukan hal yang sama pada yang lain, 'kan?" Ron bertanya menyelidik, dan Percy langsung menggelengkan kepala.
"Tentu tidak, bodoh," balas Percy menarik hidung Ron, "aku hanya akan melakukannya padamu."
Cengiran terbentuk di paras Weasley termuda itu, "Aku menyukaimu," Ron berkata menahan senang, memeluk Percy erat.
Percy balas mendekapnya hangat, "Aku juga menyukaimu, Ron."
Senyuman di wajah Ron makin melebar, mungkin mulai saat ini dia akan menyukai sesi belajarnya.
