disclaimer © Animonsta StudiosElokence . com
warning OOC, salah genre, kinda break the fourth wall, PWP (plot? what plot?), typo(s), kebutaan EBI, ide klise, diksi ambyar, totally random and plotless, tidak yakin apakah ini termasuk xover atau tidak /eh
submitted to #NulisRandom2020
catatan author based on true story. Mungkin Edel salah milih jawaban sampai si bapak ngga bisa nebak karakter di pikiran Edel, haha—


Di hari yang sedang panas-panasnya, Fang memilih bersantai dengan memainkan ponsel, ditemani secangkir es cokelat dan beberapa donat lobak merah, sambil sesekali mensyukuri betapa enaknya makanan dan minuman Bumi yang satu ini. Setelah mengelilingi banyak planet, hanya Bumi yang menyediakan makanan yang menjadi favoritnya dan juga abang tercinta, Kaizo.

Meski bukan penduduk Bumi, Fang tetap mengenyam pendidikan di Akademi Pulau Rintis bersama teman-temannya sesama pahlawan galaksi. Sebut saja Yaya, seorang siswi pemegang posisi ketua di berbagai macam klub dan organisasi, Ying yang merupakan sahabat Yaya namun berubah menjadi musuh jika membahas soal pelajaran, Gopal yang hobi makan, dan rival yang selalu saja lebih unggul darinya terutama soal popularitas, BoBoiBoy.

"Apa sih bagusnya dari BoBoiBoy itu, sampai dia bisa lebih populer dariku? Huh!" Fang mencaplok donatnya. "Oh iya, kalau tidak salah belakangan ini murid-murid kelas sering membicarakan Akinator, program yang bisa menebak orang yang ada dalam pikiran hanya dengan pertanyaan-pertanyaan. Heh, akan kulihat apa Akinator akan mengenalku dengan cepat, dan seberapa terkenalnya aku di internet, hahahaha."

Fang membuka grup kelasnya, menggunakan fitur pencarian yang disediakan aplikasi. Kemampuan ingatannya tidak bisa diremehkan, Fang ingat sekali ada yang membagikan tautan Akinator tersebut di grup beberapa hari yang lalu. Membahas soal ingatan, BoBoiBoy sangat pelupa, dan lagi-lagi Fang merasa jauh lebih hebat daripada BoBoiBoy. Lantas, mengapa? Mengapa dia kalah populer daripada pemuda kekanakan yang masih memakai topi dinosaurus di usia remaja?!

Setelah menemukan tautan tersebut, Fang menekannya. Layar kemudian menampilkan halaman utama Akinator dengan tulisan Mulai berukuran besar. Segera saja Fang menekan tombol itu, memulai permainan. Orang yang dibayangkannya? Sudah jelas dia sendiri.


Apakah dia orang Malaysia?


Fang menyeringai. Tampaknya Akinator ini benar-benar hebat seperti yang dikatakan teman-teman sekelasnya. Ada lima opsi, yaitu iya, tidak, tidak tahu, mungkin, dan mungkin tidak. Dia baru saja ingin menjawab iya kalau tidak ingat satu hal—dia kan alien dari GogoBugi!

"Astaga, Abang bisa ngamuk kalau tahu aku lupa kampung halaman, haha ... ha …."


Apakah dia tinggal di Jepang?

Apakah dia berkelamin perempuan?


"DEMI APA—"

Fang memuncratkan es cokelatnya. Pertanyaan pertama biasa saja, tetapi pertanyaan kedua sukses membuatnya tercengang luar biasa. Di hadapannya, ekspresi Akinator yang tersenyum berubah menjadi ragu sambil berpose seolah sedang berpikir. Kalau Fang dengar baik-baik, suara pria tua ini sedikit menyebalkan.

"Eh, sejak kapan Akinator punya suara? Perasaan tidak pernah ada yang mengatakan ini," tanya Fang pada dirinya sendiri.

"Tentu saja punya, lah! Dan panggil saya Bapak, dasar anak muda tak punya etika!" omel Akinator dari balik layar.

Oke, Fang percaya dirinya sekarang sedang bermimpi.


Apakah dia seorang superhero?


"Nah ini, baru benar!" Fang berseru sembari memilih jawaban iya. "Sudah berapa soal, ya? Harusnya semakin dekat, dong?"

"Elo pikir nebak itu gampang, hah?!" balas si bapak berkostum jin botol.


Apakah dia berkaitan dengan laba-laba?


"Hahahaha, pasti Bapak pikir aku ini Spiderman, 'kan? Hahahahaha." Wajah Fang tak memperlihatkan ekspresi apa pun. "TIDAK."


Apakah dia pernah berperan dalam Spiderman?


"Demi seluruh donat lobak merah di dunia ini, sudah jelas-jelas kujawab tidak, kenapa masih ngotot begini, Pak Akin?!" rutuk Fang.

Akinator memasang wajah cuek, setidaknya itu yang terlihat di mata Fang—aslinya masih bertahan dengan pose berpikir. "Namanya juga nanya. Selaw."


Apakah dia pernah bermain untuk tim Leens United?


"Tim apaan tuh? Dari namanya kayak sepakbola?"

"Google kan ada, Dek. Punya, 'kan?"


Apakah ia memakai topeng?


Ini pertanyaan yang sulit, bagi Fang sendiri. Masalahnya, dulu dia memang pernah memakai topeng yang merupakan fitur kacamatanya, sebelum akhirnya dihancurkan oleh Kaizo si kakak tak berakhlak. Hush, Fang mengusir pikiran durhakanya. Sekarang sih, kacamatanya tidak lagi dilengkapi dengan topeng, jadi mau menjawab bagaimana?

"Tapi kacamata itu termasuk topeng juga, 'kan? Kayak Cikgu Papa."

Fang pada akhirnya menjawab iya.


Apakah dia hanya memakai pakaian hitam?


"Pak Akin, Pak Akin tidak mengira aku ini Spiderman yang versi hitam itu, 'kan?"

"Baru kali ini saya bertemu orang secerewet kamu, Dek."


Apakah dia berkaitan dengan Marvel?


"TUNGGUTUNGGUTUNGGU!" Fang nyaris melempar ponselnya, kalau saja tidak ingat biaya yang sudah dia keluarkan demi produk canggih tersebut. "Apa ini? Tadi Spiderman, sekarang Batman? Pak Akin, tolong tanyakan apa aku ini alien atau bukan, kumohon! Itu saja!"

Kira-kira, sudah berapa pertanyaan yang Fang jawab dengan tidak? Fang tidak akan menjawab mungkin apalagi tidak tahu—mustahil Fang tidak mengetahui dirinya sendiri.


Apakah dia bisa berbicara bahasa Jepang?


"Nihongo ga syaberenai. Artinya tidak bisa bahasa Jepang, kata Minato Yukina. Tapi kalau Mandarin dan Melayu, bisa."

Akinator tak lagi bereaksi atas jawaban Fang yang mulai absurd. Mungkin sudah tidak peduli.


Apakah dia orang Indonesia?


"DIKIT LAGI PAK EKO, EH, PAK AKIN! DIKIT LAGI!" Sedetik kemudian, Fang menjedotkan kepalanya ke meja makan. "Aku lupa kalau aku alien, oh Tuhan!"


Apakah dia masih bersekolah?


"Ini sampai berapa pertanyaan, sih? Apa aku ini kurang populer, ya?"

Entah bagaimana persisnya, tapi Fang mulai sadar diri bahwa dia itu kurang populer.


Apakah dia berkaitan dengan warna hijau?


Fang berdiri dan memukul meja. Cangkir porselen dan piring kosong bergetar untuk sesaat. "Pak, masa Bapak lebih kenal Adu Du si muka kotak itu daripada aku? Wah, parah ini! Parah!"

Nun jauh di sana, Adu Du bersin saat sedang menulis surat lamaran untuk Kiki Ta tercinta. (Doakan semoga diterima, gaes!)


Apakah dia berkaitan dengan kucing?


"Ah, kucing imut ... sih. Harimau itu satu keluarga dengan kucing, 'kan?"

Untuk yang pertama kalinya, Fang menjawab mungkin, melawan ideologinya sendiri.


Apakah dia berkelamin laki-laki?


"Pak Akin, serius ...?" Fang melongo. "Tadi Bapak sudah menebak jenis kelamin perempuan. Memangnya selain perempuan dan laki-laki ada gender apa, Pak?! Atau Bapak pikir transgender?!"

Si bapak tak lagi merespon sejak beberapa pertanyaan yang lalu, barangkali baru sadar akan posisinya sebagai mesin tukang tebak.


Apakah dia terkenal berkat Nicklodeon?


"Private TamPang, Private TamPang, nomooooooor satuuuuuu! Aik aik aikaikaikaik!"

Usai memarodikan lagu ikonik kartun favoritnya dan meniru tawa bajak laut bercampur beruang kutub Bernard, Fang memasang wajah lempeng sambil menekan opsi tidak. Sekarang pikirannya mulai meragukan Akinator yang dipuja-puja teman sekelasnya.


Apa dia dijuluki sebagai evil-maknae?

Apakah dia dari D. C. Comics?

Apakah dia karakter dari series The Witcher?

Apakah ia masih kanak-kanak?

Apakah dia orang Filipina?

Apakah dia anggota Power Rangers?

Apakah dia pernah menjadi kepala partai politik?


"Tidak, tidak, tidak—oh astaga! Aku ini karakter dari animasi BoBoiBoy, Pak Akin!" seru Fang break the fourth wall. "Aku sudah remaja, aku ini alien, aku ini anggota TAPOPS, dan AKU BUKAN PAK DONALD TRUMP!"


Apakah dia ahli pornografi?


Fang membanting ponselnya ke meja. Apa tampang frustasinya sekarang sudah mirip dengan om-om pedo di luar sana?

Setelah menjawab tidak untuk yang kesekian kalinya, Fang tidak lagi dipertemukan dengan soal menyebalkan, yang nyaris membuat urat lehernya putus akibat kebanyakan mencak-mencak.


Saya sedang memikirkan

Spiderman / Peter Parker
Marvel Comics

[Ya]
[Tidak]


"ASTAGA BAPAK, KOK MALAH BALIK KE SPIDERMAAAAAAAAN?!"

"Memang sengaja, Dek. HEHEHE."

Fang kali ini benar-benar melempar ponselnya ke dinding, hingga menimbulkan bunyi krak yang cukup keras. Bodo amat, bodo amaaaaaat!


tamat


~himmedelweiss 23/06/2020