Archive Warnings applied. See the end of the first chapter to see the full warnings.

ENJOY! ;)


The Unspoken Things


Disclaimer:

Character © Masashi Kishimoto, 1999

Story © karinuuzumaki, 2020

Pairing: NaruSaku


II.

"Aku tidak menyukai si Putri itu." Gumam Sakura perlahan.

Shikamaru menilik kiri dan kanannya, sekadar memastikan bahwa tidak ada orang lain di sekitar mereka yang cukup dekat untuk mencuri dengar ucapan Sakura, sebelum kemudian mengamini pernyataannya. Ya, kalau boleh jujur, Shikamaru pun juga kurang menyukai Sang Putri dari Kerajaan Ngarai Timur itu. Entah mengapa rasanya seperti ada sesuatu yang janggal dengan gerak-gerik si Putri. Segala tutur katanya seakan tengah menyimpan sebuah agenda yang tak tertebak. Betul memang, dalam konferensi tingkat tinggi semacam ini semua orang memiliki agendanya masing-masing. Wajar, mereka yang berkumpul di ruang ini adalah para petinggi negara, para kage beserta tim ahli mereka, dan kumpulan perwakilan diplomatik lainnya. Meski begitu, muncul dugaan bahwa Putri Kerajaan Ngarai Timur memiliki agenda tersendiri terhadap Hokage Ketujuh. Seharian ini Putri bersurai panjang itu sangat gigih untuk mendekati Naruto. Ambil contoh saat ini, ketika acara sedang coffee break, Putri itu terus menempel di sisi Naruto dan terus mengajak Naruto berbicara. Sesuatu yang patut diwaspadai, karena tidak jelas apa sebenarnya motif sang Putri ini dalam mendekati Hokage mereka. Shikamaru tak tahu apakah Naruto, yang seringkali tak pernah menyimpan kecurigaan, sadar akan hal ini. Namun untuk saat ini yang bisa Shikamaru lakukan hanyalah mengawasi keduanya, meski dari ujung ruangan. Sebuah hal yang kini turut diikuti oleh Sakura.

"Mereka mengincar tambang mineral kami yang terletak dekat sungai, Hokage-sama. Kau mungkin mengetahui bahwa Kerajaan kami tersohor akan hasil tambang mineral. Namun sungai itu adalah satu-satunya sumber air di wilayah Kerajaan kami." Sang Putri meneruskan ceritanya dengan gigih. "Kelompok separatis itu, mereka benar-benar menimbulkan banyak masalah. Mereka mencoba mengambil alih tambang, menutup akses menuju sungai, dan bahkan mengancam para warga yang hendak mengambil air ke sana. Itu yang paling kutakutkan, Hokage-sama. Aku takut para warga semakin kesulitan mendapat air bersih." Putri itu kemudian meletakkan tangannya di lengan Naruto seakan ingin menyakinkan. "Kami tidak punya sistem pertahanan yang cukup kuat untuk melawan mereka semua. Itulah mengapa kami sangat membutuhkan bantuanmu. Akan sangat melegakan jika Hokage Ketujuh sang Pahlawan Dunia Ninja bersedia membantu kami menyelesaikan permasalahan ini."

"Siapa yang akan mempercayai cerita semacam itu? Kerajaan macam apa yang tidak bisa mengatasi kelompok separatis kecil begitu?" Sakura mendesis tajam mengomentari cerita Si Putri.

"Aku bersimpati atas masalah itu, Himeka-sama." Melihat Naruto merespons cerita itu dengan tulus, Sakura kontan memutar bola matanya. Tampaknya justru Naruto yang mempercayai cerita bualan macam itu. "Kita bisa membicarakan lebih dalam tentang isu itu selepas konferensi. Jika memang untuk kebaikan para warga Kerajaan Ngarai Timur, aku yakin kami dapat menugaskan pasukan tim jonin khusus untuk menangani masalah ini."

Terlihat sedikit perubahan di wajah Putri Himeka, sebelum kemudian dia kembali buka suara.

"Sebenarnya, kami lebih menginginkan jika Anda bersedia turun langsung menangani masalah ini, Hokage-sama." Ujar Putri Himeka dengan nada final. "Aku tahu shinobi Konoha memang hebat. Bagaimanapun, desa ini tersohor akan shinobi mereka yang kuat. Namun kau adalah shinobi terkuat di dunia ninja. Kami ingin yang terbaik untuk wilayah Kerajaan kami. Kelompok separatis ini… mereka benar-benar tidak bisa diremehkan, Hokage-sama."

Shikamaru baru mengerjapkan matanya tersadar sesuatu, ketika Sakura lebih dulu mengejawantahkannya dalam kata-kata

"Oh, bagus, dia menginginkan Naruto rupanya. Sungguh tipikal." Sakura mengeratkan genggaman di cangkir tehnya. Jujur Shikamaru agak khawatir Sakura akan menghancurkan cangkir itu. Namun untungnya tanpa diperingatkan pun Sakura masih mengendalikan dirinya, lantas beralih menyesap teh itu.

"Well, kami tidak bisa memutuskan apapun tanpa mempelajari lebih lanjut permasalahan yang ada di Kerajaan anda, Himeka-sama." Mendengar jawaban Sang Hokage yang diplomatis sedikit banyak membuat Shikamaru lega. "Di samping itu, untuk misi yang mengharuskanku meninggalkan desa akan membutuhkan persetujuan dari Hi no Kuni Daimyo. Jadi tentu membutuhkan diskusi yang cukup panjang."

"Daimyo?" Bola mata terang milik Putri Himeka teralih pada sang Daimyo Negara Api, yang tengah asyik berbicara dengan perwakilan diplomatik di sisi lain ruangan. "Kurasa itu bisa diatur."

Dahi Shikamaru kontan berkerut. Sungguh sebuah jawaban yang tidak biasa.

"Baiklah, masalah ini bisa kita bicarakan lebih lanjut nanti." Putri Himeka tiba-tiba sepakat menunda pembicaraan bisnis mereka. Lantas mengalihkan topik pembicaraan. "Omong-omong, Hokage-sama, bagaimana dengan persiapan Gala Dinner malam nanti? Bisa kau ceritakan sedikit tentang acaranya?"

"Ah, aku bisa menjamin Gala Dinner nanti malam akan menjadi salah satu acara yang terbaik. Kami bahkan sudah menyiapkannya dari beberapa bulan lalu. Dan saat ini segala persiapannya pun sudah selesai." Usai menjawab pertanyaan itu, pandangan mata Naruto nampak mencari-cari sesuatu. Hingga akhirnya ekor matanya menatap sosok Shikamaru dan Sakura di ujung ruangan. "Berbicara tentang Gala, biarkan aku memperkenalkanmu dengan orang yang bertanggung jawab atas acara tersebut. Apakah kau sudah bertemu dengannya, Himeka-sama?" Naruto mengajak Putri Himeka menuju ke arah sana. Ketika keduanya cukup dekat, Naruto melanjutkan kalimatnya. "Dia adalah penasihatku, Shikamaru Nara."

"Klan Nara, ya? Desa Konoha memang diberkahi dengan ninja berbakat." Himeka tersenyum kecil.

"Denka." Shikamaru membungkuk kepada Putri Himeka. "Senang dapat menjamu Anda di Konoha."

"Aku yang senang bisa hadir di sini." Putri Himeka mengibaskan tangannya. Kemudian dia beralih menatap Sakura dengan pandangan tak tertebak. "Dan bagaimana dengan gadis ini, Hokage-sama? Apakah dia… sekretarismu?"

Ada sesuatu yang terasa merendahkan ketika Putri Himeka mengucapkan kata Sekretaris, yang membuat suasana terasa sedikit tak nyaman. Tidak ada yang salah dengan pekerjaan Sekretaris, namun entah mengapa ketika Putri Himeka mengucapkannya maknanya seolah peyoratif. Sakura dengan segera merespons sendiri pertanyaan Putri Himeka.

"Tidak, saya adalah Kepala Medis Konoha." Sahut Sakura tegas. Barulah kemudian dia membungkuk mengikuti jejak Shikamaru. "Sakura Haruno, Konohagakure no Iryo-nin. Senang dapat bertemu anda, Denka."

Putri Himeka nampak mengangkat sebelah alisnya seolah tak percaya, namun kemudian mengangguk kepada Sakura. Suasana hampir berubah canggung, namun untungnya Naruto segera melanjutkan percakapan.

"Sakura-dono adalah iryo-nin terbaik di Konoha, bahkan mungkin seluruh dunia ninja. Sebelumnya dia adalah apprentice terbaik dari Tsunade-sama, Godaime kami." Naruto mulai memperkenalkan Sakura lebih lanjut. "Aku membutuhkan kehadiran Sakura-dono di sini untuk memberikan nasihat terkait dengan isu medis, karena kebetulan salah satu agenda utama dalam konferensi kali ini adalah masalah medis."

"Ah, bahkan dalam Gala malam nanti akan ada sesi penggalangan dana yang ditujukan untuk mendanai pembangunan rumah sakit anak-anak di lima desa. Semua itu adalah inisiatif dari Sakura-dono selaku Kepala Medis Konoha." Naruto menambahkan sembari mengerling pada Sakura yang kini tampak sedikit tersipu. "Aku sangat bangga bisa berdampingan dengan dia untuk mempromosikan isu ini."

"Benarkah? Sungguh luar biasa." Putri Himeka menanggapi sekadarnya.

"Hokage-sama… anda melebih-lebihkan." Ujar Sakura perlahan.

Hokage yang nampak ingin menanggapi ucapan Sakura, tersela oleh Putri Himeka yang lebih dulu melempar pertanyaan.

"Oh iya, ngomong-ngomong, Hokage-sama. Aku sedari tadi sebetulnya ingin bertanya, apakah kau sudah memiliki teman kencan untuk Gala nanti?" Himeka nampak mengerjapkan matanya kepada sang Hokage. "Ini mungkin sebuah permintaan konyol, tapi aku tidak membawa teman kencan untuk menghadiri Gala. Aku sangat senang jika kau bisa menjadi teman kencanku untuk Gala nanti." Putri itu kembali menyentuh lengan Naruto, sebelum mencuri pandang ke Sakura. "Tentunya hanya jika kau belum memiliki teman kencan untuk acara malam nanti…"

Untuk pertama kalinya dalam seharian ini, Shikamaru mendapati Naruto kebingungan untuk menjawab pertanyaan sang Putri. Sosok kuning itu nampak membuka dan menutup mulutnya sejenak, sementara mata birunya menatap Sakura dengan pandangan yang hampir gelisah. Yang menarik, mata hijau milik Sakura pun juga menatap Naruto dengan pandangan yang hampir mirip. Meski begitu, Sakura lebih dulu mafhum dengan keadaan. Dia menarik napas singkat, kemudian menyahuti pertanyaan Himeka.

"Sejauh yang saya tahu, Hokage-sama belum memilih teman kencannya untuk Gala nanti." Sakura memasang senyum sopan kepada sang Putri, meski kemudian matanya kembali menatap sosok Hokage mereka. "Beliau pasti sangat senang bisa datang ke Gala bersamamu, Denka."

"Um…" Naruto sedikit menundukkan pandangannya, kemudian beralih menatap Putri Himeka. "Ya, mungkin aku agak terlalu sibuk dengan pekerjaanku sampai-sampai aku belum mengajak siapapun…" Hokage itu pun melempar senyum kepada sang Putri Kerajaan Ngarai Timur. "Tentu, Himeka-sama. Akan menjadi sebuah kehormatan bagiku untuk datang ke Gala bersamamu."

"Oh, percayalah, aku yang merasa terhormat bisa datang bersamamu." Senyum lebar terkembang di wajah Himeka, sembari dia berupaya menggamit lengan Hokage lebih dalam. Namun belum sempat itu terjadi, pemandu acara mengumumkan bahwa sesi konferensi telah dimulai kembali. Lantas membuyarkan coffee break para hadirin.

"Ah, panggilan tugas. Mari, lebih baik kita kembali ke ruangan." Naruto menarik tangannya dengan dalih menghabiskan kopinya.

"Senang bertemu anda, Shikamaru-dono, Sakura-dono." Putri Himeka mengucapkan salam perpisahan.

Baik Shikamaru dan Sakura sama-sama membungkuk kepada kedua pemimpin itu, sementara Hokage Ketujuh dan Putri Kerajaan Ngarai Timur itu lebih dulu berjalan menuju ruangan. Meski begitu, Shikamaru mendapati Naruto diam-diam mencuri pandangan ke arah Sakura. Pun sang Kepala Medis membalas pandangannya. Lagi-lagi sesuatu yang tak terucap, namun tertangkap ruyap.

•••

Sebagaimana yang diharapkan, Gala Dinner malam itu berjalan dengan baik. Paling tidak sampai saat ini, ketika seluruh rangkaian acara utama telah berlangsung tanpa ada halangan berarti. Bahkan penggalangan dana pun berakhir sukses. Dengan hadirin yang bertambah dari jajaran pebisnis dan sosialita, dana yang terkumpul justru melampaui target awal. Semua nampak menikmati acara ini. Kini, hampir seluruh hadirin tengah asyik berdansa sambil diiringi live music dari panggung. Ya, hampir, karena tak semua tampak turun ke lantai dansa. Sakura Haruno misalnya. Di antara keramaian pesta, Shikamaru justru mendapatinya berdiri membelakangi meja bar dengan wine di tangan.

"Kulihat kau tidak turun ke lantai dansa." Sapa Shikamaru.

"Dan kulihat kau tidak minum apapun." Sakura menyesap wine-nya sembari melirik Shikamaru. Perempuan itu menyadari bahwa ada earphone yang menggantung di telinga kanan si Nara, lantas dahinya mengernyit. "Yang benar saja―kau tetap bekerja? Di Gala semacam ini?"

"Sementara Hokage sibuk berbaur dengan para tamu, seseorang harus tetap sadar untuk memastikan semuanya aman dan Gala ini berjalan dengan lancar." jawab Shikamaru kalem.

"Ya, tapi seseorang itu tidak harus dirimu juga." Sakura menggelengkan kepalanya tak percaya. "Ayolah, apa gunanya menjadi second-in-command kalau kau masih harus mengerjakan tugas menjadi si penjaga?"

Shikamaru terkekeh mendengar protes Sakura. "Sekalipun tampak seperti pesta meriah, sesungguhnya acara ini tetaplah sebuah acara diplomatik tingkat tinggi, Sakura. Kita tidak boleh lengah."

"Ya, ya… Baiklah Tuan Apapun-Untuk-Desaku." Cibir Sakura dengan helaan napas singkat, kemudian teringat sesuatu. "Apakah Temari-chan ada di sini? Kalau iya, kasihan sekali dia… Sendirian di pesta yang sangat menyenangkan ini…"

"Temari di sini… tapi dia tidak sendirian kok. Dia diminta oleh adik-adiknya untuk bergabung bersama mereka. Sepertinya mereka akan membicarakan bisnis dengan salah satu pengusaha yang hadir di pesta ini." Lelaki Nara itu sejenak mengalihkan perhatian pada kelompok delegasi Sunagakure yang ada di sisi barat ruangan. Ditatapnya sejenak sosok perempuan berambut blonde yang kini tengah berbicara dengan salah seorang tamu undangan. Bahkan dari kejauhan, Shikamaru dapat mengagumi tampilannya malam ini. Gadisnya itu tak selalu mengenakan full make up atau berbalut gaun fancy seperti malam ini, namun ketika dia mengenakannya, Temari benar-benar terlihat bersinar. Rasanya hal itu membuat dirinya hampir menyesal karena tak mendelegasikan pekerjaannya malam ini.

Lelaki Nara itu dengan berat hati mengalihkan pandangan. Bagaimanapun ia masih memiliki tanggung jawab untuk diselesaikan. Jadi ia memilih untuk kembali berbincang pada Sakura untuk mengalihkan perhatian.

"Kau sendiri bagaimana, Sakura? Tampaknya kau tidak bersama siapapun ke pesta ini…"

"Well, aku datang kemari hanya karena jabatanku mengharuskan aku untuk datang kemari." Entah mengapa namun Shikamaru dapat menangkap kegetiran dalam jawabannya. Tangannya nampak memutar cairan berwarna ruby pucat di gelasnya. "Oh, dan mungkin karena minuman gratisnya, ya…" Perempuan merah jambu itu lantas menuntaskan sisa wine di gelasnya. Kemudian pandangannya teralih menatap lurus lantai dansa. "Lagipula, pilihan teman kencanku tidak tersedia malam ini."

Dalam benaknya, Shikamaru hampir bertanya-tanya, apakah yang Sakura maksud sebagai pilihan teman kencan yang tak tersedia itu adalah Sasuke. Namun kemudian Shikamaru mengikuti arah tatapan mata Sakura, dan tanda tanya dalam benaknya segera menghilang. Sakura tengah menatap Naruto yang kini berdansa dengan Putri Himeka. Shikamaru kini mendapatkan jawabannya dengan pasti. Bahwa pada awalnya, Sakura sungguh berharap Naruto dapat menjadi teman kencannya pada Gala ini.

Tak lama kemudian, musik usai mengalun. Kerumunan yang tadinya ramai berdansa perlahan membubarkan diri. Ada yang beralih pada meja buffet untuk mencari makanan penutup, kembali ke tempat duduk, atau ada pula yang beralih mengambil minuman. Hokage Ketujuh nampak menilik seisi ruangan lantas menatap Shikamaru dan Sakura. Ia kemudian berbicara singkat pada teman dansanya dengan ekspresi sedikit tergesa. Jika disuruh menebak, Naruto seperti berkeinginan meninggalkan kencannya itu untuk sejenak.

"Aku akan mengambil minuman lagi." Sakura tiba-tiba saja bersiap meninggalkan tempatnya. "Kau yakin tidak mau minum, Shikamaru? Aku bisa mengambilkanmu, jika kau mau."

"Tidak usah. Aku minumnya nanti saja setelah acara selesai."

"Baiklah." Perempuan bersurai merah jambu itu melambaikan tangannya seraya melangkah pergi. "Selamat menikmati pekerjaanmu."

Lelaki Nara itu tergelak singkat. "Selamat menikmati pestanya, Sakura."

Sementara Sakura beranjak pergi, Naruto berhasil melepaskan dirinya dari teman kencannya. Putri Himeka sendiri tampak tak terlalu keberatan, mungkin karena dia sudah cukup puas bisa berdansa dengan Hokage mereka. Buktinya Putri itu kini nampak nyaman berbaur dengan para delegasi lain. Naruto menghampiri Shikamaru yang kini berdiri sendirian.

"Malammu menyenangkan, Hokage-sama?" Tanya Shikamaru ketika rekannya itu cukup dekat.

"Tak buruk. Namun untuk pesta-nya sudah pasti sangat menyenangkan. Semua orang memuji acara kita. Kerja bagus, Shikamaru." Naruto melemparkan senyum lebar pada Shikamaru. Meski pandangan matanya nampak tak jenak, seperti sedang terus mencari.

"Senang bisa melayani." jawab Shikamaru dengan sebuah seringai. "Apakah kau akan menemui Putri Himeka lagi?"

"Huh? Oh ya. Mungkin nanti…" ujar Naruto sekenanya sementara fokusnya masih terus mencari. Pun Shikamaru sudah menduga apa yang sebenarnya ia cari, pertanyaan Naruto selanjutnya kian memperkuat dugaannya. "Di mana Sakura? Kulihat tadi dia berdiri di sini bersamamu."

"Tadi katanya dia ingin mencari minuman…" usai Shikamaru menyelesaikan kalimatnya, ia justru sedikit tertegun. Sakura pergi mencari minuman… padahal sedari tadi mereka berdua berdiri di depan meja bar. Bukankah jika memang dia ingin me-refill minumannya, maka disinilah tempatnya?

"Oh…" Respon dari sang Hokage sedikit berjeda. Namun kemudian ia tersenyum kecil. Ia beralih menepuk bahu Shikamaru dan bersiap beranjak pergi. "Kurasa aku juga ingin minum, sepertinya aku akan menyusul Sakura sekarang. Nikmati sisa malamnya, Shikamaru!"

Shikamaru ingin menyebutkan bahwa di sinilah tempat untuk mencari minuman, namun Naruto telah lebih dulu meninggalkannya. Lagipula sepertinya informasi itu tidaklah dibutuhkan. Firasat Shikamaru mengatakan bahwa yang sebetulnya dicari Naruto bukanlah minuman, melainkan Sakura. Lelaki Nara itu hanya bisa menghela napasnya, kemudian memilih untuk melanjutkan tugasnya. Sepertinya ia akan berkeliling sejenak, mungkin ke sisi barat ruangan dahulu sembari menyapa para delegasi Suna.

•••

"Raven-1 kepada The Eye." Sebuah suara terdengar di earphone yang menempel di telinga Shikamaru. Kontan Lelaki Nara itu sedikit menjauh dari keramaian, lantas menekan tombol microphone untuk berbicara.

"The Eye di sini, ganti." Shikamaru merespons panggilan itu.

"Tuan, maaf mengganggu anda. Kami baru saja menerima permintaan dari pengawal Daimyo bahwa Paduka ingin berbicara dengan Tuan Hokage." Terang suara itu lebih lanjut.

"Daimyo?" Bola mata gelap milik Shikamaru teralih mencari sosok pemimpin Negara Api itu. Ia mendapati sang Daimyo kini tengah terlibat pembicaraan cukup serius dengan Putri Kerajaan Ngarai Timur. Lelaki Nara itu pun jadi mengerutkan keningnya. Ia teringat pembicaraan antara sang Putri dengan Naruto siang tadi, dan mendadak semua hal ini terasa sangat… mencurigakan. Jangan-jangan ini yang dimaksud dengan Putri Himeka dengan 'kurasa itu bisa diatur'.

"Ya, disebutkan bahwa ada hal penting yang ingin disampaikan Paduka kepada Nanadaime. Namun kami tidak mendapati keberadaan Nanadaime di ruangan ini. Jadi kami menghubungi anda." Suara itu kembali terdengar. "Haruskah tim kami berpencar untuk mencari Nanadaime?"

"Tidak perlu. Biar aku yang mencari Nanadaime dan menyampaikan permintaan Daimyo." Jawab Shikamaru tenang. Lagipula, jika tim bergerak dapat menimbulkan kecurigaan dari para pengawal delegasi lainnya.

"Dimengerti. Raven-1 keluar."

Shikamaru melepas tombol microphone dan beralih mencari keberadaan Hokage mereka.

•••

"Jangan marah dong…" Sayup-sayup terdengar suara Hokage Ketujuh sedang berbicara dari dalam ruangan. "Tidak adil jika kau marah padaku… 'kan kau sendiri yang tadi menyarankan agar Himeka-chan menjadi teman kencanku malam ini."

Shikamaru tengah berkeliling di sekitaran gedung untuk mencari sang Hokage. Ia telah mengecek seluruh ruangan dan toilet, namun sosok kuning itu nihil ditemui. Maka ia berinisiatif untuk mengecek transit room delegasi Konoha yang tadi digunakan Hokage untuk internal briefing sebelum memulai Gala. Kini mendengar suaranya dari dalam ruangan, Shikamaru yakin bahwa sang Hokage memang ada di sana. Namun urung juga ia memasuki ruangan, mungkin sedikit takut akan mengganggu pembicaraan. Dari pintu ruangan yang setengah terbuka, Shikamaru menilik keberadaan Hokage Ketujuh yang kini tengah berbincang dengan Kepala Medis Konoha. Seperti yang sudah ia duga.

"Wow. Himeka-chan." Sakura berkomentar dingin. "Sudah akrab sekali ya kelihatannya."

"Dia sendiri yang memaksaku untuk memanggilnya begitu." Terang Naruto singkat, sebelum kembali merajuk pada Sakura. "Hanya untuk malam ini saja, besok aku sudah tidak akan memanggilnya seperti itu. Karena aku lebih suka memberikan panggilan itu kepada Sakura-chan!"

Sakura memutar bola matanya. Mungkin setengah tak percaya dengan alasan Naruto yang selalu ada-ada saja. Atau mungkin sebagai pengalih perhatian agar Naruto tak menyadari rona merah bersemburat di pipinya.

"Aku tidak menyarankan apapun. Aku hanya mengatakan yang sesungguhnya." Alih-alih lanjut membahas ucapan Naruto, Sakura justru merespons topik pembicaraan mereka yang sebelumnya. "Bahwa kau memang belum memilih siapapun sebagai teman kencanmu malam ini."

"Yah… memang belum sih…" Naruto menggaruk tengkuknya dan sejurus kemudian menatap Sakura. "Tapi kupikir kau tahu bahwa aku akan selalu memilihmu." Lelaki itu menawarkan senyum kecil pada lawan bicaranya. "Itu sudah seperti insting bagiku… Bahwa Sakura-chan selalu menjadi pilihan pertamaku."

Mendengarnya kontan membuat Sakura tertegun. Kali ini, tampaknya dia bahkan tak peduli jika Naruto menyadari wajahnya berubah merah padam. Perempuan itu tampak belum bisa membalas ucapannya, namun sang lelaki lebih dulu bergerak memegang kedua lengan Sakura.

"Maaf ya, mungkin aku yang terlalu cepat mengasumsikan sesuatu, jadi aku tidak mengajakmu secara langsung…" Naruto menatap wajah Sakura dengan pandangan penuh ketulusan. "Lain kali, akan kupastikan untuk meminta Sakura-chan menjadi teman kencanku secara langsung. Jadi untuk acara selanjutnya, kita bisa datang bersama."

Naruto masih tersenyum lembut kepada Sakura. Namun tak lama senyumnya memudar pula kala mendapati tak ada respons positif dari lawan bicaranya. Sakura yang urung bersuara, kini justru terlihat sedikit gelisah. Hingga akhirnya membuat Naruto jadi tergugup pula.

"Kok malah berkerut dahinya?" tanya Naruto dengan senyum tipis yang dipaksakan, lantas menurunkan tangannya. "Apa… Sakura-chan sebetulnya tidak mau ya jadi teman kencanku?"

"Ah, bukan begitu…" Sakura dengan segera menggelengkan kepalanya. Sadar bahwa Naruto telah salah menangkap reaksinya. "Aku hanya tidak tahu apakah itu hal yang bijak untuk dilakukan…"

Kali ini justru dahi Naruto yang berkerut kebingungan, "Maksudnya?"

"Yah, kita belum pernah benar-benar membicarakan hal ini, Naruto. Tapi mungkin memang sudah saatnya untuk kita bicara." Sakura memulai penjelasannya samar. Dia menghela napas sejenak, kemudian melanjutkan kalimatnya. "Naruto… kau yang sekarang ini 'kan merupakan atasan langsung-ku. Jika kau terlihat menjadikanku sebagai teman kencanmu di acara publik yang bergengsi seperti ini…"

"Sakura-chan, kau adalah ninja medis dengan level tertinggi di desa ini, Kepala Medis Konoha. Satu dari tiga triumvirat Konoha." Belum sempat Sakura menyelesaikan ucapannya, Naruto sudah lebih dulu menyanggah dia. "Tentu kau sangat layak menjadi pendampingku dalam acara apapun, tak peduli betapa bergengsinya acara itu."

"Aku tahu… Hanya saja…" Sakura terlihat sedikit menghindar dari tatapan sang Hokage. "Naruto, kau lah yang mengangkatku menjadi Kepala Medis Konoha. Coba pikirkan sejenak, apa nanti kata orang jika tak lama setelah kau mempromosikanku, tiba-tiba aku terlihat di mata publik sebagai teman kencanmu?"

"Semua orang juga tahu kalau kita ini dekat, bahkan jauh sebelum kau menduduki posisimu sekarang." Naruto tetap bersikeras

"Semua orang akan berpikir bahwa aku telah mengambil keuntungan atas kedekatan kita." Sakura mengungkapkan kekhawatiran yang selama ini dipendamnya. "Bahwa aku telah memperdayamu hingga mempromosikanku, dan bahkan menjadikanku teman kencanmu."

Kali ini giliran Naruto yang menghela napasnya. Ada jeda barang sedetik dua di antara mereka berdua. Namun kemudian Naruto kembali menyentuh lengan Sakura. Berusaha kembali merebut perhatian sang perempuan.

"Hei, Sakura-chan, lihat aku." Naruto menunggu sampai pandangan Sakura benar-benar tertuju kepadanya. "Kita tidak akan bisa mengendalikan apa yang orang pikirkan tentang kita, tetapi kita bisa mengendalikan apa yang kita pikirkan."

"Dan kau tahu apa yang kupikirkan tentangmu?" Berbanding terbalik dengan Sakura yang kehilangan kata-kata, Naruto meneruskan kalimatnya. "Kupikir, kau hanya sedikit terbebani dengan jabatanmu sekarang, hingga kau melupakan betapa hebatnya dirimu."

Ada jeda sejenak yang digunakan Naruto untuk memperkecil jarak antara dirinya dengan Sakura. Tangannya yang tadinya menggenggam Sakura, kini beralih menuju surai merah jambu milik dia. Sementara sang perempuan pun hanya bisa menatap sosok dihadapannya.

"Sakura-chan adalah iryo-nin paling hebat, yang bahkan kehebatannya terkenal di seluruh dunia. Bukan hanya aku yang mengatakannya. Bahkan tadi di konferensi, banyak delegasi lain yang memuji kehebatanmu itu kepadaku. Mereka bilang, Konoha sangat beruntung memilikimu." Naruto mengucapkannya dengan penuh rasa bangga. "Kau sangat layak untuk mendapatkan jabatan Kepala Medis Konoha, dan keputusanku untuk menunjukmu di posisi itu tidak ada hubungannya dengan hubungan personal kita." Ia mengakhiri kalimatnya dengan melemparkan senyum pada Sakura.

"Kau sangat luar biasa, Sakura-chan…"

Sejenak, mereka saling bertatapan dan hanyut dalam sesuatu yang tampak seperti sebuah ungkapan perasaan. Namun jika diperhatikan, adalah bola mata biru milik Naruto yang tampaknya begitu terpana dengan sosok dihadapannya. Sang lelaki itu tampak begitu lekat menatap Sakura, terlihat jelas bahwa ada kekaguman di dalam matanya. Pun akhirnya itu terucap dari bibirnya.

"…tapi harus kukatakan, kau cantik sekali malam ini."

Sakura Haruno yang tadinya kehilangan kata-kata, kini jadi mengulum senyumnya. Meski begitu sebuah tawa kecil tetap berhasil keluar bersama dengan helaan napasnya, yang entah karena rasa tak percaya atau justru geli yang terbersit dalam dirinya. Sakura pada akhirnya mendorong pelan tubuh Naruto setengah menggoda.

"Jadi memilihku sebagai Kepala Medis tidak ada kaitannya dengan hubungan kita, tapi ada hubungannya dengan penampilanku?" tanya Sakura dengan nada menghakimi yang dibuat-buat.

"Aku tidak ingin bilang begitu, tapi melihat penampilanmu malam ini, rasanya kok sulit tidak bilang begitu…" Naruto menggelengkan kepala sembari mengerucutkan bibirnya, seakan membentuk sebuah siulan. Sekali lagi ia menatap Sakura, sebelum kemudian melanjutkan pembicaraan mereka. Mungkin sebuah pembicaraan yang tak sempat tersimak di awal.

"Jadi bagaimana, Sakura-chan mau 'kan berdansa denganku?" Naruto kembali mendekati Sakura, lantas menarik pinggang dan telapak tangan kanan milik Sakura. "Satu kali saja… mau ya?"

"Di sini… maksudnya, sekarang ini?" Sakura nampak betul kebingungan sekarang, meski tak keberatan dengan Naruto yang merangkul tubuhnya. "Tidak ada musik di sini…"

"Tenang saja, aku bisa memberikanmu musik." Naruto tak mengindahkan kebingungan Sakura. Ia justru berdeham singkat, dan kemudian mulai mengalunkan sebuah serenade kepada Sakura. "Tonight, I celebrate my love for you… It seems the natural things to do…"

Di antara bait lagu, Naruto mulai menuntun tubuh mereka berdua mengikuti irama. Sakura hanya bisa pasrah mengikuti ajakan Naruto dengan tawa terlepas. Terkadang dia benar-benar tak paham dengan jalan pikiran lelaki dihadapannya ini.

"…Tonight no one's gonna find us, We'll leave the world behind us…"

Meski dengan senyum lebar di wajahnya, Sakura jadi menepuk bahu sang lelaki. "Tolong berhenti… nyanyianmu itu sangat buruk…"

"Kalau begitu, kebetulan sekali aku menyimpan musik di sini." Sakura tak sadar bahwa mereka kini sudah berdiri di dekat tombol sound. Tangan Naruto segera terjulur menekan tombol putih itu, dan dengan segera musik mengalun melalui speaker ruangan.

Tonight I celebrate my love for you,

And hope that deep inside you'll feel it too.

Naruto kembali merangkul Sakura dengan senyum di wajahnya. Kembali membawa tubuh mereka ke tengah ruangan, dan berdansa dengan iringan musik yang sesungguhnya. Sementara Sakura menatap Naruto dengan binar dalam bola mata hijaunya.

"Kau merencanakan semua ini." bisik Sakura penuh penyadaran.

Naruto mengeratkan genggamannya, menarik tubuh perempuan itu lebih dekat kepadanya. "Seorang Hokage harus selalu siap untuk segala hal, bukan?"

Selanjutnya hanya musik yang terdengar dari ruangan. Shikamaru pun memutuskan bahwa tak patut jika ia menginterupsi mereka berdua. Lelaki Nara itu pun bergegas menjauh dari ruangan seraya menekan tombol microphone dan siap berbicara.

"Raven-1, masuk."

"Raven-1 siap melayani, Tuan."

"Tolong sampaikan pada Daimyo atau pengawalnya bahwa Nanadaime tidak bisa diganggu malam ini." Shikamaru memberi instruksi. "Sampaikan juga bahwa aku akan mengagendakan pertemuan Hokage dan Daimyo untuk besok pagi. Pukul delapan di Ruang Rapat Hokage."

"Apakah Hokage-sama baik-baik saja, Tuan?" suara diseberang terdengar khawatir.

"Hokage-sama baik-baik saja. Hanya saja beliau ada urusan pribadi." jawab Shikamaru tenang. "Lagipula sekarang juga sudah hampir tengah malam. Aku yakin apapun itu yang ingin dibicarakan Daimyo bisa menunggu sampai pagi."

"Dimengerti, Tuan."

"Terima kasih. The Eye keluar."

Shikamaru menutup pembicaraan itu seraya menarik earphone dari telinganya. Sepertinya tugasnya sudah selesai untuk malam ini. Maka ia memutuskan untuk melangkah pergi. Sayup-sayup, bait lagu mengalun menyelingi suara derap langkahnya di koridor ruangan. Shikamaru hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan geli dalam benaknya. Benar-benar sesuatu yang bisa harapkan dari seorang ninja penuh kejutan nomor satu di Konoha.

Tonight we will both discover how friends turn into lovers

When I make love to you.

.

TBC


Additional Note:

The Lyrics on the story taken from the song "Tonight I Celebrate My Love" by Peabo Bryson feat. Roberta Flack (1983)

All rights reserved.

Author's Note:

Kaget nggak guys aku bisa update cepet? Aku aja kaget? Gak sampe seminggu, aku bisa update. Sungguh terharuu (lho) hahaha. Kalau kalian adalah pembaca lama yang menngikuti ceritaku Against All Odds, kalian pasti kayak gimana aku payahnya dalam mengupdate cerita. Tapi kali ini bisa cepet, aku aja heran. Mungkin karena emang fanfic kali ini lebih simple ya. Pendeskripsiannya pun lebih straighforward jadi ga berasa capek batin banget pas ngetiknya (atau simply karena lagi stress banget aja sih sama kerjaan, jadi malah procrastinating sambil bikin fanfic, emang dasar karinuuzumaki ini, ckck). Babak Kedua ini aku tulis sambil sedikit banyak kepengaruh sama dynamics-nya Pepper Potts dan Tony Stark di film Iron Man 1. Menurutku cocok banget, huhu. Masih besar pengaruh ship McKirk-nya, tapi aku tabrakin dengan feelsnya pepperony, haha. Seneng aja gitu jadi pas nulisnya. Apalagi pas dansa itu, favorit aku! Hahaha. Baru sadar aku udah sering beberapa kali nulis tentang Naruto serenade ke Sakura di fanfiksi ku. Lucu banget. Overall, di babak kali ini NaruSaku-nya makin berasa yaa. Sebenarnya scene terakhir agak tricky juga ngetiknya, karena aku separuh ngerasa, kok Shikamaru privy amat? Tapi kuharap masih dalam batas wajar lah ya, haha.

ANYWAY, terima kasih atas review para pembaca di chapter kemarin! Senang sekali dapat banyak feedbacks yang menarik dari para pembaca, jujur nggak nyangka babak satu dari chapter singkat dan conflict-less kemarin bisa laku (dan bahkan banyak menarik para pembaca yang emang rindu sama fanfic NaruSaku canon!). Semoga babak kedua ini tetap berkenan di hati para pembaca, dan pembaca sekalian menikmati membacanya. Chapter berikutnya akan menjadi babak terakhir sekaligus penutup. Memang sejak awal cerita ini tidak akan menjadi cerita yang terlalu panjang ya. Semuanya sederhana seperti ini. Tapi semoga tetap bisa dinikmati. Sekali lagi, aku sangat menghargai jika para pembaca bisa meninggalkan review untuk cerita ini. Semoga masih berkenan me-review sembari menunggu babak selanjutnya!

Have a nice day to you all, readers. Stay safe, stay sane, and have a blessed week ahead!