Disclaimer!

This is a work of fan fiction using characters from the Naruto world, which is trademarked by Masashi Kishimoto. All of characters created and owned by Masashi Kishimoto and I do not claim any ownership over them or the world of Naruto.

This story is for entertainment only and is not part of the official story line.

Happy reading! :)

Service by Osaki Luna


"Aku mau kau."

Hinata tersentak, mendengar suara Naruto yang parau. Naruto menunduk, memasukkan penisnya yang masih belepotan itu kedalam celananya lalu memasang celananya. Hinata hanya menontoni kegiatannya sebentar lalu membuang muka karena malu, sedikit lega dia tidak akan melakukan hal 'itu' sekarang. Namun, Hinata merasa aneh saat dia memeluknya.

Naruto memeluknya amat erat, dengan bibir didahi Hinata. Lalu, kedua tangannya turun kebawah, masuk ke punggung Hinata. Mengelus punggungnya, menimbulkan sensasi merinding disana. "N-naruto-kun?"

Hinata tersentak, lalu mendongak meminta penjelasan akan apa yang Naruto perbuat padanya sekarang. Lalu, tangannya yang satu merayap masuk ke celana Hinata, meraba belahan pantatnya.

"Tidak, jangan.. ah!"

Hinata mendesah, ketika jari tengahnya menggosok belahan pantatnya. Ini memalukan meskipun memberikan rasa nikmat. Lalu tangannya yang satu lagi meraba perut Hinata. Kemudian naik keatas, membuat Hinata tersentak lagi. "Kau manis sekali, Hinata."

Naruto menatapnya dengan pandangan dalam, membuat Hinata menurut saja saat tangannya itu meraba payudara besar dan bulat Hinata yang masih terbungkus bra. Naruto pelan-pelan memasukkan tangannya dari bawah bra tanpa membukanya. Lalu, Hinata mendongak mendesah dibawah kepalanya, ketika jari kokoh itu memuntir putingnya dengan lembut.

"Ngghhh... assshhh... anhhh.."

Naruto terus memilin puting keras Hinata, membuatnya mendongak menahan perasaan aneh yang muncul didalam dirinya. Tanpa sadar Hinata meremas baju Naruto, melampiaskan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya. Hinata menegangkan punggungnya ketika jari itu terus memuntir-muntir putingnya lembut, memberikan sensasi geli dan nikmat bersamaan. Lalu, Naruto mengecup bibir Hinata sekilas ketika bibirnya membuka mendesah memanggil nama Naruto. "Ohhh... sshhh..ah.. nghh..Naruto...ng..ah.."

Naruto membuka kancing piama Hinata dari depan. Ia mengecup leher Hinata lagi, seraya membuka kancing piama hingga bra Hinata kelihatan. Bra Hinata berwarna merah marun, dan bentuknya sudah miring sebelah menampakkan bongkahannya karena perbuatan Naruto barusan. Naruto langsung turun menjilati leher Hinata lagi, turun ke bawah, menghisap belahan dada Hinata yang berkeringat.

Oh sialan. Tak pernah Hinata mengalami hal seperti ini, dan rasa asing sekaligus nikmat ini mengganggunya dengan cara memabukkan. Hinata tanpa sadar mengelus kepala Naruto, mendukung perbuatan kotornya ini.

"Ssshhh~ Naruto-kunnhhhh~ Ahhh..unghhh!"

Hinata bisa merasakan bagaimana lidahnya bergerilya di tengah dadanya. Lidah basah itu menggelitik, membuatnya semakin membusungkan dada. Hinata bisa merasakan basahnya lidahnya menyapu kulit, mengantarkan pada langit ketujuh dalam sekejap. Kemudian, Hinata mendesah pelan, saat bibirnya menyapu permukaan payudaranya yang masih terbungkus bra separuhnya. Lidah basah itu semakin menghilangkan konsentrasi Hinata, membuat selangkangannya terasa aneh.

"Ssshhh~ Sssshhh...ahhh...ngnghhh...Naruto~ kun...Ah! Ah!"

Hinata bisa merasakan tangan kekar Naruto yang dibawah pantat naik keatas, mengelus punggungnya dibawah, lalu membuka kaitan bra yang sudah berantakan itu. Hinata membuka mata indigonya yang sayu, menatap perbuatan Naruto yang selanjutnya, dan benar saja. Naruto mengangkat bra itu keatas, menampakkan payudara yang kencang dan besar itu dihadapannya.

Naruto hanya menatap payudara Hinata tanpa melakukan apa- apa. Hinata merasa tubuhnya semakin memanas, saat melihat tatapan kagum yang dilontarkan pada kedua bukit kembarnya yang mengacungkan putingnya entah karena panasnya kegiatan atau dinginnya malam. Hinata langsung bergerak gelisah, hendak menutup payudaranya saat tangan Naruto menahan tangannya untuk tetap disana.

"Jangan dilihat,"bisik Hinata malu. "Aku.. malu, Naruto-kun."

Naruto tidak menjawab. Ia mengangkat tubuh Hinata pelan, seraya mengusap kepala berambut ungu itu lembut. Ia mendongakkan kepala, dan mengecup dagu Hinata lembut. Lalu tangannya melepaskan kuncir rambut Hinata, mendorongnya lagi ke kursinya hingga Hinata terhempas lembut.

"Hinata,"panggil Naruto. Kali ini Naruto meraba payudara dengan ujung jarinya, menimbulkan sensasi merinding. Lalu, ia meraba dan meraba lagi hingga jarinya berputar- putar di puting payudara Hinata yang kiri. Putingnya memerah bengkak bahkan sebelum Naruto menghisapnya.

"Cantik,"bisiknya pelan.

Hinata mendesah, saat jari itu memuntir putingnya lembut. Lalu, tangannya yang satu lagi meremas payudara yang sebelah. Hinata menggigit bibir, menahan desahan yang keluar terus setiap kali tangan Naruto bergerilya. "Unghhh... Nghhh.."

Hinata menggelengkan kepala tanpa sadar, menikmati setiap rangsangan yang diberikan. Tangan kekar Naruto menampung payudaranya yang besar itu, meremasnya dengan gentle. Memainkan putingnya dengan lembut, menimbulkan sensasi panas dibagian bawah Hinata. Tanpa sadar Hinata membuka kedua kakinya, melingkarkannya dipinggang Naruto. Lalu, bibir Naruto kembali mengecup leher jenjang berkeringat milik Hinata. Lidahnya terjulur lagi, menggelitik lehernya, dada dan tibalah dia di puting kanan. Hinata mendongak, meremas rambutnya saat bibir itu langsung menghisap payudaranya dengan lembut.

"Na! Ah! Anghh~ Naruto kun! Ahh! Nahhh~ ruto...anghhh~"

Hinata mengerang, merasakan lidah basahnya menggelitik menghisap payudara besar itu. Naruro menghisapnya lembut, lalu menguat dan lihai sekali memainkannya didalam mulutnya. Hinata nyaris saja menjerit, merasakan kenikmatan bertubi- tubi ini semakin tak tertahankan untuk dirinya sendiri itu.

"Ahhh...Naruto...Ssshh..Nghh...Ahhh.."

Lalu, Naruto berpindah ke puting kiri. Ia melakukan yang sama, namun kali ini giginya ikut menggesek puting merah itu. Hinata langsung merintih karena sakit, namun tertahan ketika lidah itu menyapu putingnya dengan lincahnya. "Ahhhhh~ Uhhhh~" Hinata mendesis, menciumi aroma shampoo Naruto didadanya. Hinata bergerak gelisah menikmati ini, langsung memekik saat lutut Naruto tiba-tiba saja menggesek selangkangannya.

"Ah!"

Naruto terus menggesek selangkangannya yang basah dengan lututnya yang bercelana jeans itu. Hinata mengerang menikmati isapannya di payudara itu. Ia bisa merasa selangkangannya basah dan berkedut aneh seiring rangsangan yang diberikan Naruto ini berlanjut. Lalu, ia merasakan tangannya yang satu lagi memegang tangan Hinata. "Rangkul aku, Hinata."

Hinata merangkul diri Naruto, patuh.

Dan tangannya kali ini turun, menurunkan celana piama Hinta. Hinata terbelalak, hendak protes."Na-Naruto-kun..."

Naruto langsung melesakkan lidahnya kemulut Hinata membuat sesak napas. Lidah Naruto begitu beringas membelit lidah Hinata, mengabsen gigi Hinata dan menghisap bibirnya amat keras. Ia menekan dada bidangnya di dada besar menggoda Hinata yang penuh tanda dan liurnya itu. Tiba- tiba saja Hinata merasakan sebuah tangan merayap dicelana dalamnya yang lembab itu.

"Ah!"

Terlambat.

Hinata tak akan bisa menepisnya. Kedua paha Naruto sudah menahan pahanya untuk tetap terbuka, membuat aksesnya mudah. Lalu, dia menyapa klitoris Hinata dengan jarinya.

Dan, Hinata nyaris menjerit.

Naruto benar- benar merasa tertantang sekali ketika mendengar rintihan dan desahan gadis dibawahnya ini. Ia bisa merasakan bagaimana basahnya kekasihnya itu dari celana dalamnya yang lembab ditambah klitorisnya yang menojol keras ini.

"Arrrhh...Ah! Nghhh~ Nghhh~ Nghhhh~ Ahh~ Ohhh..."

Naruto hanya menekannya pelan, tapi kenapa Hinata mengerang sekencang ini?

Naruto langsung melepaskan ciumannya, membiarkan air liur mereka menggenang diantara dagu gadis berwajah merah padam itu. Naruto tak menyangka Hinata bisa semenggairahkan ini, dengan dagu bercucuran liur mereka, rambut seberantakan itu, piama tak beraturan dan bra yang tidak pada tempatnya. Lihatlah, gadis yang selama ini selalu saja malu melakukan apapun sekarang tak berdaya dibawahnya. Payudaranya membengkak karena rangsangan, dan banyak bekas liur dan tanda hisapan dari Naruto. Sungguh, kau hebat sekali, Naruto. Naruto meneguk ludah.

Naruto menghembuskan nafas setiap kali ia menggesek klitoris yang sudah sekeras kacang itu. Perlawanan Hinata melemah seiring gesekan itu terus terjadi. Ia mengerang, mengangkat kepala, lalu mendengus. Matanya tertutup, menikmati perbuatan yang dilakukan Naruto pada dirinya. Oh. Sialan.

Caranya mengangkang, caranya mengernyit kenikmatan, caranya mengejang saat Naruto menekan terlalu kuat, membuat dirinya sendiri kembali bergairah lagi. Naruto merasakan penisnya mulai bangun lagi. Sialan.

Ia harus segera menyelesaikan ini.

Sebelum keperawanan itu hilang malam ini karena nafsunya.

Maka Naruto segera menurunkan celana Hinata sampai lutut. Lalu, menyelipkan celana dalamnya kesamping, tanpa melepasnya. Ia memejamkan mata, berkubang peluh. Lalu, Naruto menghisap payudaranya lagi dan lagi. Membuat Hinata memekik bergetar, tak kuasa menerima serangan didadanya lagi. Kemudian Naruto bangkit berdiri, mengikuti arah aliran cairan milik Hinata keluar. Naruto akhirnya menemukan lubang sempit yang tersembunyi dibawah klitoris Hinata yang keras itu.

Narutp menggesek bibir vaginanya. "Ahhh~ Naruto-kun~ Jangan! Ahhh..."

Hinata mengerang, mengejang pelan saat Naruto memasukkan telunjuk kedalam lubang sempit dan kecil itu. Naruto tersentak, ketika lubang itu menghisap jarinya begitu dalam. Rasanya sempit sekali didalam sana.

"Ah! Sakit!"

Hinata membuka mata, air matanya menggenang. Naruto langsung mendiamkan telunjuknya disana, menahan diri. Ia sebenarnya ingin menyiksa Hinata lebih jauh dan membuatnya melolong, menjeritkan namanya karena jarinya ini. Tapi rasa tidak tega membuat Naruto membiarkan Hinata untuk tenang dahulu, sembari memainkan payudaranya terus- menerus.

"Asssshhh~ Anghhh~"

Ketika Hinata mendesah lagi, Naruto mulai mengeluar masukkan telunjuknya. Kau tahu? Lubang ini semakin kuat menghisap, dan cairannya terus- terusan mengalir keluar. Memberikan efek licin tersendiri, menimbulkan suara kecipak yang sangat sexy. Bahkan, parahnya lagi, aromanya menguar kemana- mana. Membangkitkan gairah, dan membangunkan penis itu lagi. Ia harus segera menyelesaikannya.

Naruto langsung memasukkan jari tengahnya juga, membuat Hinata mengejang. Hinata mengernyit dengan air mata terus bercucuran namun ia terus mendesah. "Ssshhh~ Ashhh... Ah! Ah! Ah! Ah! Ah!"

Kepala Hinata terangkat, begerak gelisah seiring gesekan jari Naruto didinding vaginanya. Naruto bisa merasakan basahnya vaginanya, bahkan menetes ke celana dan kursi kemudinya. Naruto memandangi dirinya yang mengerang, dengan pakaian berantakan tak berdaya ini. Akan diabadikan dalam pikirannya selamanya, betapa menggairahkannya Hinata saat matanya terbuka terpejam menikmati servis darinya.

"Sudah, Naruto-kun"bisiknya. Tapi pinggangnya makin kuat bergoyang seiring permainan jari Naruto.

Hinata menatap Naruto dengan air mata dan bibir bengkak. Ia menggeleng, dan tubuhnya semkain hebat begeram. "Aku akan pipis.. Kurasa aku harus pipis, Naruto-kun...Anghhh,"bisiknya polos.

Naruto tersenyum.

Maka, sambil terus memompa vaginanya lebih keras, Naruto memainkan klitorisnya yang berkedut tak karian itu. "Naruto! Ahhh... ahhh.. aku tidak tahan... aku akan... Aku akan pipis..Hentikan.. ahh... anghh... anghh..."

"Kau cantik sekali, Hinata,"Bisik Naruto.

"Ahhh... anghhh... ahhh..Apaa nii.. ahhh.. ada yang salahh... hentikan.. unghhh aoh aohh ah ah ah..."

Hinata makin banyak mendesah dan ia makin melengkungkan badannya. Ia akan merasakan orgasme pertamanya, dan Narutolah lah orang pertama yang mengenalkannya pada kenikmatan duniawi ini.

"Naruto!"

Naruto memompa lebih hebat dan lebih kasar, membuat Hinata semakin sering menggelinjang tak karuan. Hinata mencoba mendorong tubuh Naruto, tapi apalah daya stamina Naruto lebih kuat. Naruto meremas pahudaranya, dan saat Naruto semakin menyodoknya kasar ia berkata, "Aku ingin memasukimu."

Dan, Hinata mengejang.

"NARUTOOOOO-KUNHHHGGHHH!"

Hinata menjeritkan nama Naruto kencang sekali. Lalu, mengejang lagi. Lagi, dan lagi. "Asshh...Ah! Ngahhh! Ah! Ashhh! Ah!"

Naruto menghentikan sodokan divaginanya, menikmati jepitan hangat dibawah sana. Hinata tak henti- hentinya mengejang, pinggangnya terus bergoyang. Naruto bisa merasakan cairan itu terus saja mengalir dengan hebatnya. Ia pandangi tubuh Hinata yang seksi. Keringat, cairan, liur dimana- dimana. Aroma vagina itu semakin menguar di mobil ini, penis Naruto menyempitkan celananya lagi. Sialan. Ia hampir saja menyetubuhinya. Ia terus mendesah, menyebut nama Naruto dalam orgasme pertamanya yang tak kunjung berhenti.

Naruto mencabut jarinya, seluruh cairan itu ikut terbawa keluar. Ia memandang jarinya penuh nafsu, dan sialan. Persetan. Ia membuka celananya lagi, mengeluarkan penis itu lagi. Penisnya sudah tegak menantang, mengkilat tertimpa spermanya sendiri yang sudah mengering ditambah cairan precumnya yang sudah mengucur.

Naruto langsung memompa penisnya dengan cairan vagina yang ada ditangannya, mendesis dan mendesis. "Sshhh...Grhhh..."

Naruto mengocoknya dengan cepat, memandangi Hinata yang masih mengatur nafas dengan pakaian tak beraturan itu mengejang. Naruto mendesah, memandangi tubuh seksi Hinata yang berkeringat basah itu. Ia pandangi payudaranya, mengingat- ingat bagaimana seksinya payudara itu di mulutnya tadi. Erangan kekasihnya saat ia menusuk vaginanya dengan jari-jarinya. Lalu aroma vagina yang mengundang untuk dimakan itu. Sialan. Naruto harus menenangkan penis ini sebelum pikiran untuk--

"Naruto-kun?"

Ia tidak tahan lagi. Naruto langsung menarik paksa celana piama Hinata, menurunkan celana dalamnya yang basah. Mendengar suaranya saja sudah separah ini nafsunya. Ia menggesek penisnya sendiri di belahan vagina licin merah itu, disambut desahan pelan.

"Naruto-kun, jangan."

"Shhh.." Naruto mendesis nikmat merasakan cairan vagina itu membasahi penisnya yang panas. Membayangkan vagina itu menjepit penisnya saja sudah membuatnya gila. Naruto langsung menyodok klitorisnya, dan ia bisa mendengar erangan gadisknya.

"Tidak, Naruto-kun...Ah~ Jangan! Ah!"

Hinata menolak, tapi ia tidak bisa melawan godaan ini juga. Naruto hanya mendesis, memejamkan mata menikmati sentuhan kepala penisnya dengan daging licin keras berupa klitoris itu.

"Kau sudah janji menjagaku hingga.."

"Diam,"bisik Narito.

Naruto terus menyodok klitoris itu tanpa memasukkannya. Ia sedang berkonsentrasi untuk tidak memecahkan perawan Hinata malam ini juga. Ia terus menggesek penisnya disana, mendesis. Sungguh liar sekali gesekan ini, ditambah cairan licin yang menguar dan banjirnya vagina itu. Mengundang sekali untuk digesekkan. Naruto bahkan memukul-mukul kepala penisnya ke klitoris Hinata, membuat Hinata mengejang sehingga payudaranya bergoyang. "Ah! Naruto-kun...Ah~ Ngh!"

Klitorisnya semakin bengkak, berkedut seiring tepukan keras dari kepala penis Naruto yang berkilat basah. Cairan precumnya menetes-netes berbaur dengan cairan kemaluan Hinata. Memercik. Basah. Banjir. Hinata bahkan meremas dadanya sendiri, menahan hasrat yang membumbung tinggi. Kakinya semakin lebar mengangkang, mengundang pria diatasnya.

Gadisnya mengerang terus tak berhenti dengan air mata bercucuran menahan nikmat, nyaris menghancurkan pertahanan Naruto. Gesekan penis itu dibelahan vagina itu begitu menggoda, membuatnya ingin segera menelesapkan penisnya kedalam liang sempit yang mengucurkan cairan cintanya yang banyak itu dengan kurangajarnya. Bukankah vaginanya kelewatan sekali mengundang penisnya untuk segera masuk?

Naruto iseng menyelipkan sedikit kepala penisnya ke bibir vagina licin dan sempit. "Ngghh.."

"Naruto-kun!"Pekik Hinata, hendak menjauh.

"Kau nikmati saja, Hinata,"kata Naruto mencubit klitoris Hinata seraya menggosok penisnya diselangkangan Hinata. Bahkan cairan Hinata juga sudah berada dipaha Hinata. Sungguh, banjir sekali. Hinata menggeliat, air matanya terus mengalir seiring kerasnya Naruto menggesekkan penisnya kesisi selangkangan Hinata. "Aahhh...Naruto~ Nghh~ Ahhh..."

"Sial, pahamu licin sekali."Kata Naruto.

Hinata bergetar ketika cubitan klitorisnya menjadi- jadi. Naruto dengan gemas menusuknya dengan kepala penisnya. Ia bisa merasakan cairan precum bertemu klitoris kerasnya, memberikan sensasi hebat tak tertahankan. Kemudian Naruto menempelkan penisnya disana dan menarik kembali celana dalam yang tersibak itu menutupi milik mereka. Rasanya hangat dan sempit.

Naruto mulai bergoyang. Ia menggesekkan penisnya didalam celana dalam itu, menggesek bulu- bulu halus milik Hinata. Hinata mengerang, mengangkat kepalanya seiring gesekan kelamin mereka dibalik celana dalam marun itu. Cairan Hinata sudah banjir membasahi celananya, mempermudah akses gesekan Naruto didalam sana.

Hangat sekali. Ini pertama kalinya Naruto merasakan kemaluan perempuan dipenisnya. Selama ini ia tidak pernah bersentuhan langsung dengan kelamin perempuan tapi rasanya begitu memabukkan. Apalagi ini adalah milik Hinata. Begitu berisi, mengucurkan cairannya tanpa henti. Setiap kali gesekannya melewati klitoris, rasa nikmat menggelitik batang penisnya. Hinata bahkan menikmati itu seraya mengerang, mengencangkam cengkramannya pada tangan Naruto yang ada disisi tubuhnya.

"Ahh~ Naruto~"

Plak slep slep slep. Naruto terus menggesek penisnya dengan vagina itu. Celana dalam yang membungkus mereka begitu sempit. Seksi sekali setiap melihat kepala penis Naruto menonjol mendorong celana dalam yang kesempitan karena dua kelamin bertemu disana itu. Naruto menghisap payudara Hinata, menjilat dan memutir puting bengkaknya dalam mulutnya. Hinata mendongak, leher jenjangnya menegang.

"Naruto-kun, aku mau keluar lagi."

Dan, tepat saat itulah, ketika cairan Hinata membanjiri penisnya, Naruto menembakkan spermanya diatas kemaluan Hinata. Naruto sedikit kaget ketika dorongan kuat seperti kencing menyembur keluar dari milik Hinata. "Aaaarghh...Na-Naruto...Ahh...Hahrrhh..Nghhh Naruto ah ah~ Ahh... Tidakk...Sssh."

Hangat sekali semburan keras itu menerpa penis Naruto. Zakarnya langsung mengedut lagi, membuatnya menarik penisnya keluar dari celana dalam yang banjir itu. Naruto mengerang sambil terus mengocok kepala penis besarnya itu, menikmati setiap tembakan itu. "Grhhh...Hinata..."

Kekasihnya itu hanya mengerang dan mengejang lagi sepanjang tembakan sperma Naruto mengotori payudara dan perutnya. "Naruto-kun...Ahhh~ Nghj~ Ahhh~ Ohhh~"

Naruto langsung ambruk diatasnya, tanpa mempedulikan noda sperma ditubuhnya. Mereka sibuk mengatur napas, dan Naruto memejamkan mata menikmati sensasi ejakulasi barusan. Bahkan celana Hinata sudah basah kuyup bukan main akibat cipratan squirtingnya barusan. Sungguh tak disangka ia bisa separah itu orgasme. Lalu, Hinata mendesah pelan.

"Naruto-kun?"

"Hn, Hinata?"

Tangan Hinata menyentuh kepala jabrik itu. "Ano, apakah kau...sudah tidak marah lagi?"

Naruto mendongak seraya mengecup bibir Hinata pelan. "Aku mencintaimu,"katanya pelan. Semburat merah dipipi Hinata muncul ketika Naruto mengucapkan itu. Lalu Naruto mencium lagi bibirnya. "Menikahlah denganku, Hinata."

Apakah ini sebuah lamaran?

Wajah Hinata merah padam. Ia tidak tahu harus bereaksi apa ketika Naruto mengucapkan kalimat itu tiba- tiba saja. "Naruto-kun, kau bercanda kan?"

"Ya ampun, tidak mungkin aku bercanda. Aku tidak mau kau dimiliki orang lain selain diriku, Hinata-chan."

Hinata memeluk Naruto. "Ya, aku mau."

Mereka pun larut dalam diam, menikmati perasaan hangat yang sekarang bergejolak didalam dada mereka masing-masing. Naruto mengecup bibir Hinata penuh cinta. "Aishiteru, Naruto-kun."