Cover by Lily arts on pinterest
Standard Disclaimer Applied.
7 DAYS - Day 5
[Dedicated to Uchiharuno239] - Bagi pria dewasa yang penuh hormon dan berjiwa bebas seperti Deidara, terikat dengan bocah manja menyebalkan seperti Sakura Haruno adalah hal terakhir yang ingin dilakukannya, atau mungkin tidak. -Inspired by NCT Dream: 7 Days.
Don't Like Don't Read!
Warn: campur kalimat kasar dan kata non baku!
Ini sudah hari kelima Sakura bersama Deidara, tapi gadis itu baru tersadar kalau ia bahkan tidak memiliki nomor handphone pria itu.
"Deidara-nii, minta nomormu dong!" seru Sakura menyerahkan benda kotak persegi panjang ke hadapan Deidara.
Alis pirang pria itu naik sebelah, lengan kekarnya meraih benda itu lalu memasukkan sederet angka yang menjadi nomor teleponnya.
Sakura tersenyum senang saat Deidara memberikan kembali handphonenya padanya, segera saja ia simpan nomor kontak pria pirang itu lalu men-diall-nya, membuat smartphone di saku celana Deidara bergetar.
"Itu nomorku, simpan ya Nii-san."
"Hm."
"Ah, apa ada jam-jam dimana aku tidak boleh meneleponmu?"
"Tidak, kau bisa memanggilku kapan saja jika kau butuh bantuan."
Sakura mengangguk tersenyum, saat ini mereka baru saja menyelesaikan sarapan pagi, dan Deidara berjanji --setelah dipaksa, kalau hari ini ia akan menemani Sakura jalan-jalan mengingat jadwalnya yang kebetulan kosong.
Padahal awalnya Deidara berniat hang out dengan salah satu klub pecinta seninya, tapi karena adik Sasori ini terus rewel bosan, mau tak mau ia mengalah saja.
"Oke, kalau begitu aku siap-siap dulu ya," ujar Sakura melesat menuju kamar untuk berganti baju.
Deidara hanya mengangguk dan membereskan sisa sarapan pagi mereka, sebelum kemudian mengganti baju dengan setelan casual.
"Sakura!" teriak Deidara memanggil gadis gulali itu, pasalnya ini sudah lima belas menit tapi Sakura tak kunjung keluar."
"..."
Mendapati hening tidak ada jawaban, Deidara kembali berteriak, "Sakura cepatlah!"
"Iya sebentar!" balas Sakura menyahut dari balik pintu.
Deidara mendengus, salah satu kebiasaan wanita yang membuatnya malas adalah menunggu, iris blue-ocean tajamnya menatap pantulan dirinya di layar televisi yang mati, hari ini ia mengenakan ripped jeans dan kaus putih yang di lapisi jaket denim, penampilan kasual karena mereka hari ini hanya akan jalan-jalan di area jajanan kuliner Ame dan mungkin juga mampir ke beberapa tempat lain nantinya.
"Ck, Kura cepatlah!"
"Iya Deidara-nii, ini aku keluar!" teriak Sakura melangkahkan kaki keluar kamar, ia mengenakan dress one piece berwarna biru langit dengan corak berwarna putih di atasnya.
Mereka memandang satu sama lain dan cukup terkejut, pakaian mereka hari ini senada berwarna biru dan putih, padahal mereka tidak janjian sebelumnya.
Deidara memandang seksama gadis mungil di hadapannya, ini pertama kalinya ia melihat Sakura memakai dress karena di hari-hari sebelumnya gadis itu berpakaian mirip preman ganguro atau algojo siap jagal. Yang jelas setelan training itu menutupi sisi feminim gadis itu yang sebenarnya, ekhem, terlihat sangat manis jika menggunakan dress.
Sedangkan Sakura sendiri menatap kagum dengan terang-terangan ke arah Deidara, karena ia merasa salut bahwa pria itu tidak hanya terlihat keren dengan setelan formal, namun dengan setelan casual seperti ini pun tidak bisa menyembunyikan aura memikatnya. "Wah Nii-san, sepertinya aku menyukaimu lebih dari yang kubayangkan."
Mendengar ucapan Sakura, Deidara hanya mendengus, tersadar dari lamunannya yang sempat mengagumi betapa manisnya adik Sasori ini.
"Kalau sudah siap, ayo," ujar Deidara berbalik menuju pintu untuk keluar dari apartemen.
"Siap Dara-nii," jawab Sakura mengejar langkah pria itu setelah memastikan apartemennya terkunci. Mereka saat ini memasuki lift untuk turun ke area basement.
"Huh? Apa-apaan 'Dara-nii'? Kau pikir aku burung Dara."
"Nii-san juga memanggilku Kura tadi, memangnya aku kura-kura!" sahut Sakura tak terima.
"Itu karena kau lambat," balas Deidara enteng.
"Apa?! Aku ti-"
"Cepat masuk," potong Deidara membukakan pintu mobilnya untuk Sakura, memaksa gadis itu untuk diam tidak membantah.
"Huh." Sakura mendengus kecil dengan bibir terpout lucu, membuat Deidara penasaran bagaimana rasanya jika ia menci- ... tunggu, sepertinya pikirannya yang barusan sudah gila. Mungkin baut kepalanya ada yang lepas.
Menggeleng pelan beberapa kali, akhirnya Deidara menyalakan mesin mobilnya dan membawa mereka ke tempat yang dituju.
7 Days Series - Day 5
Sakura menatap terkagum pada area jajanan kuliner yang mirip pasar apung itu. Di sana ada jalur khusus seperti trotoar yang disediakan untuk berjalan kaki, dengan kedai para penjual di pinggir trotoar itu. Lalu di sekeliling mereka juga dilewati aliran sungai Ame dengan beberapa orang yang membuka jasa berkeliling naik perahu, membuat Sakura benar-benar tidak bisa menahan pekik antusiasnya.
Grep!
Manik emerald Sakura membulat saat merasakan tangan besar Deidara menggenggam tangan mungilnya. Rasanya hangat, Sakura menyukai hal itu.
"Di sini ramai, repot kalau terpisah."
Sakura mengerjap mendengar penjalasan Deidara, "Ah, sepertinya aku harus sering pergi ke tempat ramai bersamamu."
"Hm." Deidara hanya mendengus kecil lalu menggandeng lengan Sakura untuk mulai menyusuri jalan setapak yang disediakan.
"Nii-san aku mau itu!" Sakura menunjuk pada gula kapas yang dijual di salah satu kedai. Netra klorofilnya berpendar cerah.
Deidara entah mengapa mengulum senyum melihat wajah Sakura yang sedikit memerah karena senang dan juga efek terkena hangat mentari pagi. "Hm, ambillah."
"Terimakasih." Sakura tersenyum saat menerima uluran gula kapas yang senada dengan rambut merah mudanya.
Setelah membayar, mereka kembali menyusuri jalanan setapak membeli hal apa saja yang diinginkan Sakura. Deidara sedikit terkejut awalnya saat Sakura memilih area ini untuk dikunjungi, pasalnya kebanyakan wanita tidak menyukainya karena akan capek berjalan juga berdesalan dengan orang lain, yang mana hal itu akan merusak dandanan mereka.
Namun sekali lagi, ini adalah Sakura Haruno, gadis aneh yang lain dari yang lain, atau mungkin kelainan.
"Loh? Naruto? Sai?" Sakura berhenti membuat Deidara tersadar dari setengah lamunannya, menatap dua orang pria tampan berbadan tinggi yang berpapasan dengan mereka. Satu berambut pirang bernetra saphhire seperti dirinya, hanya saja dalam tone yang lebih gelap, sedangkan satunya lagi besurai gelap klimis dengan iris yang sama hitamnya. Sepertinya mereka teman Sakura.
"Wah aku tak menyangka akan bertemu Saku-chan di sini," pria pirang itu menatap Sakura dengan pandangan berbinar senang.
Sedangkan Sakura juga terlihat sama antusiasnya, ia bahkan melepas genggaman tangan Deidara dan bergerak maju untuk berpelukan dengan Naruto.
Sai mendengus dan Deidara entah kenapa terlihat tak menyukai kedekatan keduanya. Padahal sebelumnya ia biasa saja saat bertemu dengan Gaara.
"Huhu, aku merindukan Saku-chan," ucap sang pria pirang dengan nada mendramatisir.
"Apaan, ini bahkan belum seminggu sejak mereka terakhir bertemu," dengus Sai menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.
Deidara menolehkan kepala menatap si pucat itu, "Kalian teman Sakura?"
"Iya, namaku Sai Shimura, aku berteman dengan Sakura sejak SMP, yang pirang itu Naruto Uzumaki, sahabat Sakura sejak lahir, salam kenal," jawab Sai melempar senyum tipis pada lawan bicaranya.
"Aa, aku Deidara teman Sasori," balas Deidara ikut memperkenalkan dirinya.
"Kau bilang mau liburan di Iwagakure, kenapa malah di Ame?" tanya Sakura setelah acara berpelukan ala teletubbies mereka usai.
"Mendadak nenek Sai rindu dengan cucunya, jadilah kami liburan di sini," jawab Naruto menjelaskan
Setelahnya mereka terlihat asik berbincang entah apa, mengabaikan kehadiran dua sosok lain yang hanya bisa memandangi dua sahabat itu, satu dengan senyum, dan satu lagi dengan pandangan ingin memisahkan.
"Oh ya Naruto, ini Deidara-nii, dia teman Sasori-nii." Sakura menarik lengan Deidara untuk mendekat ke arah Naruto.
"Deidara-nii, ini Naruto sahabatku, yang itu juga sahabatku, namanya Sai." Sakura memperkenalkan Deidara pada dua sahabatnya itu.
"Halo Nii-san, namaku Naruto Uzumaki, salam kenal -dattebayou!"
"Hm, Deidara."
Dan setelah perkenalan singkat dan sedikit basa-basi itu, akhirnya mereka pamitan dan berpisah.
Saat ini, Deidara dan Sakura tengah menikmati makan siang di atas kapal dengan ukuran cukup besar yang melaju pelan mengelilingi sungai besar Ame.
"Sepertinya kau sangat menyukai bocah pirang itu," ujar Deidara membuka pembicaraan. Ia baru saja menghabiskan makan siangnya, dan tengah menyeruput es kopinya dengan pandangan menyelidik ke arah Sakura.
"Oh Naruto?"
"Hm."
"Iya, aku menyukainya."
Deidara hampir saja menyemburkan es kopinya jika saja ia tidak ingat harus menjaga imej cool-nya saat ini, pria pirang itu tidak menyangka jika Sakura akan dengan terang-terangan mengakuinya seperti itu. Dan entah kenapa itu membuatnya sangat kesal dengan alasan yang tidak diketahuinya.
"O- oh. Kenapa?"
"Hm? Apanya yang kenapa?"
"Kenapa menyukainya?"
"Yaaa ... karena dia Naruto."
Deidara mengernyit tidak senang mendengar jawaban Sakura. "Tapi kenapa?" Nada suara pria pirang itu entah mengapa agak sedikit meninggi.
Sakura menatap bingung ke arah Deidara, sebelum kemudian memasang senyuman jahil di wajah cantiknya, "Hmm? Apa kau sedang cemburu pada Naruto?"
Iris blue-ocean tajam milik Deidada mendelik horor, "Bi- bicara apa kau, aku hanya penasaran."
Sakura mengangguk-anggukkan kepala gulalinya paham, "Hmm, aku menyukainya ya karena itu Naruto, kalau itu Deidara, aku cinta, hehe."
Uhuk! Deidara tak bisa menahan diri untuk tidak tersedak es kopinya sendiri, ia tidak menyangka juga akan mendengarkan jawaban seperti ini. "Yak, ka- kau bicara apa sih?!" tegurnya berusaha menahan roman merah menghiasai wajah putih bersihnya.
Gila saja, kenapa ia harus terlihat seperti anak SMA atau bocah labil yang malu-malu meong saat mendapat pernyataan cinta dari seorang lawan jenis? Hell no!
Padahal selama ini ada puluhan wanita cantik menyatakan cinta padanya, dan ia bisa dengan mudah menolak dengan wajah datar tak berperasaan. Tapi kenapa ketika Sakura yang mengatakan rasanya sulit? Hm, Deidara sendiri juga tidak tahu jawabannya.
"Wah Deidara-nii salah tingkah."
"Ck, tidak. Tutup mulutmu, ini karena udaranya sangat panas."
Sakura mendengus, sejak kapan Ame sang kota hujan menjadi kota yang panas. "Dasar tsundere," gumam gadis gulali itu pelan.
DAY 5 - F I N
Yang scene pasar apung itu kek sistem farmhouse susu lembang di daerah Bandung, jadi bayangin aja lah kek gt wkwkw.
Dedicated for my beloved Uchiharuno239, I'm still waiting on you until you saying properly goodbye~ Gheez #orz
Inspired by NCT Dream - 7 Days.
-20200619