Lapangan basket dipenuhi siswa yang bergerombol ramai karena sedang ada perkelahian 1 lawan 3. Meskipun perlawanan yang tidak imbang, namun tak membuat gentar pemuda yang masih kelas 10 itu. Sasuke bahkan memukul kakak kelasnya sampai membuat hidung salah satunya berdarah. Bagai seseorang yang sedang kesetanan, tidak ada yang berani menghalangi Sasuke.

"Berhenti memalak dia," ucap Sasuke, lalu kembali menghajar kakak kelasnya sampai tersungkur.

Dua di antara lawannya tidak berani melawan karena sudah babak belur dihajar Sasuke. Sedangkan Naruto, teman yang ditolong Sasuke karena uangnya dipalak, sedikit takut berusaha menangkap pemuda itu yang bisa saja malah menampar wajahnya.

"Kau harus memanggil Sakura, Ino," ucap salah satu siswa yang menonton kepada gadis berambut blonde. "Jika tidak mereka akan mati!"

"Kebetulan itu orangnya." Ino yang baru saja berbalik badan hendak ke kelas langsung berlari ke arah Sakura yang sedang berjalan di koridor. "Sakura!"

"Ino, ada apa di sana?"

"Temanmu, Sasuke, dia berbuat ulah lagi!"

Sakura hanya bisa menghela napas, hal yang sudah terbiasa ia dengar. "Dasar, anak itu..."

Para siswa langsung memberi Sakura jalan, karena mereka tahu hanya gaids itu yang dapat menjinakkan Sasuke. Dalam segala hal, Sasuke akan diam jika Sakura yang menyuruhnya. Dan di manapun gadis itu berada, Sasuke akan selalu membuntutinya. Mereka terlihat bagaikan saudara.

Sasuke yang sudah kalut akan emosi, menarik kerah seragam kakak kelasnya yang berambut pirang hingga tubuhnya sedikit terangkat. "Sialan kau—"

"Sasuke!" teriak Sakura yang langsung membuat Sasuke menoleh, wajah gadis itu terlihat kesal. "Berhenti memukul mereka."

Sasuke yang tadinya ingin sekali memberikan pukulan terakhirnya, tiba-tiba bersikap kalem seperti tidak melakukan hal apapun dan menurunkan dengan selamat kakak kelas itu. "Oke," ucapnya.

Naruto mengusap dadanya lega. Sakura sudah menyelamatkan nyawa ketiga orang itu, setidaknya mereka tidak akan memalak Naruto lagi karena kapok.

Sekumpulan siswa yang menyaksikan sedikit kecewa, khususnya siswa laki-laki yang berharap akan ada adegan lebih, lalu mereka membubarkan diri.

"Sasuke Uchiha, cepat ke ruangan Guru Kakashi, karena kau akan kena sanksi," ucap Neji, ketua OSIS yang baru saja datang bersama wakilnya, Tenten. "Kalian bertiga juga. Dan kau yang berambut kuning, Naruto Uzumaki."

"Aku tidak mau."

"Sakura Haruno, kau temani Sasuke Uchiha ke ruangan Guru Kakashi," ucap Neji, walaupun Sakura adik tingkatnya, namun ia mengenal gadis itu dari klub jurnalistik.

"Kenapa aku? Aku tidak salah apa-apa."

"Kau akan ikut bermasalah nanti."

"Baiklah." Sakura cemberut, lalu membalikkan badannya. "Ayo, Sasuke."

Sesampainya di ruangan guru Kakashi, Sakura memilih menunggu di luar karena hari sudah hampir petang, dan tidak ingin ikut campur dalam masalah. Jujur saja, ia juga merasa bersalah karena meninggalkan Sasuke begitu saja saat Guru Iruka menyuruhnya untuk mengumpulkan tugas teman-teman di kelas. Sasuke memang akan bisa mengontrol dirinya sendiri, pemuda itu tempramen dan mudah terpancing emosi.

Sakura bahkan dapat mendengar suara perdebatan itu. Sasuke adalah orang yang akan kukuh sengan pendapatnya, komitmennya tidak mudah dirubah, tipe anak yang keras kepala.

Dasar, pemuda itu memangnya. Para guru selalu dilawan, bahkan meskipun kena skors beberapa kali, Sasuke tetap naik kelas karena pemuda itu jenius dalam bidang akademik—entah karena keturunan keluarganya, sehingga sekolah ini mempertimbangkan untuk mengeluarkan Sasuke.

"Sakura, kau masih di sini?" tanya Sasuke yang baru saja keluar bersama Naruto, membuyarkan lamunan Sakura beberapa menit lalu.

"Aku, kan menunggumu."

Sasuke hanya tersenyum tipis, dan Sakura selalu menyukainya. "Mau pulang sekarang?"

"Oke, tapi aku ingin ke toko buku sebentar."

"Kalau begitu, aku duluan, ya," ucap Naruto, mendahulu Sasuke dan Sakura, karena jalur rumah mereka yang tidak searah sehingga kereta yang digunakan juga berbeda. "Sampai jumpa besok, Sakura-chan, Sasuke."

Ya, Sakura selalu bersama Sasuke. Jika ditanya di mana Sasuke berada, maka jawabannya bersama Sakura. Aktivitas itu sudah ada sejak Sekolah Dasar hingga saat ini. Sasuke masih seperti yang dulu, tidak ada perubahan yang kentara, masih sama polosnya saat mereka pertama kali bertemu, bahkan sebagian siswa menganggap mereka berpacaran. Namun, di mata Sakura, Sasuke adalah teman masa kecilnya yang terkadang polos dan lugu.

"Hmm, sebentar lagi ada festival Tenjin Matsuri," kata Sakura, sambari berdiri memegang ponselnya dan salah satu tangannya lagi memegang pegangan kereta. "Sasuke, kau mau ikut melihat kembang api bersama lagi?"

Sasuke mengangguk, "Kau mau pakai yukata yang warna pink itu lagi?"

Sakura tertawa, "Yukata itu cocok dengan rambutku. Huh, aku harus mencobanya lagi, mungkin sudah kekecilan."

Saat sedang asyik menggeser layar ponselnya, Sakura merasakan hal aneh di belakang. Entah disengaja atau tidak, pria yang memakai jas kantoran itu terus berdempetan dengan Sakura, terkadang pungungnya juga disentuh oleh lengan itu.

Kereta memang sedang penuh karena saat ini adalah jam pulang bekerja. Tak ayal semua kursi terisi penuh dan Sakura terpaksa berdiri di antara kerumunan banyak orang. Ia berharap pria itu tidak berbuat jahat, meskipun Sakura juga merasa waswas karena akhir-akhir ini banyak berita yang beredar tentang pelecehan seksual di kendaran umum.

Rupanya Sasuke merasakan gelagat tidak enak Sakura, dan memang pria itu sepertinya sengaja mendekatkan lengannya ke punggung Sakura.

Dengan sigap Sasuke merubah posisinya, "Permisi," ucapnya, mendesak agar pria itu mundur sehingga sekarang ia bisa melindungi Sakura di belakang sini bergoyang. Sentuhan itu memang sudah biasa, karena terkadang Sasuke memegang tangannya atau sekedar merangkulnya, tidak ada hubungan apapun selain rasa nyaman.

Teman Sakura bernama itu selalu saja mengatakan jika Sasuke itu adalah pria idaman; dengan tinggi 180 cm dan kejeniusannya, memberikan nilai plus di sisi lain wajahnya yang begitu tampan. Namun, sayangnya Sasuke tidak terlalu memperhatikan penampilannya, pemuda itu selalu menggunakan hoodie biru donkernya di sekolah dan raut tidak bersahabat kepada siapapun—kecuali Sakura, sehingga perempuan di kelasnya terkadang ketakutan ketika melihat Sasuke.

Sakura selalu mengkhawatirkan hal yang akan terjadinya di masa depan. Seperti halnya ketika ia memikirkan jika Sasuke akan berubah dan mulai jatuh cinta, lalu melupakannya dan tidak lagi pergi berdua bersama. Tidak ada lagi seseorang yang akan diajaknya nonton atau belajar bersama; Sasuke sangat lihai matematika seperti pelajaran itu adalah bahasa ibu, sehingga pemuda itu selalu mengajarinya meskipun Sasuke jarang belajar jika tidak dengan dirinya.

Sakura merasa tidak memiliki perasaan apapun dengan Sasuke. Mungkin karena mereka sudah sejak kecil bersama, dan segala perhatian yang diberikan Sasuke sudah terbiasa ia dapatkan. Namun, mereka kebetulan adalah teman semasa kecil. Ya, hanya teman.

"Sakura," panggil Sasuke, "Aku memanggilmu beberapa kali. Kau melamun lagi."

"Ah, sudah sampai. Tidak usah khawatir aku hanya mengkhawatirkan nilai hasil ulanganku."

"Bukannya kau sudah belajar."

"Ya, tapi, kan, soal yang diberikan Guru Iruka cukup sulit. Apalagi yang nomor lima."

Percakapan itu terus berlanjut hingga mereka melewati gang yang isinya perumahan. Kebetulan rumah Sakura tepat berada di depan rumah Sasuke, sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak berangkat bersama.

"Sampai jumpat besok, Sasuke. Besok bawa baju olahraga," ucap Sakur, melambaikan tangan di depan pintu pagar.

Sasuke mengangguk, lalu menutup pagar. Rumah Sasuke selalu sepi, biasanya kakak laki-lakinya yang meramaikan rumah bersama sang istri. Sedangkan ayah Sasuke biasanya jarang di rumah karena dinas di luar kota, kabar buruknya, ibu Sasuke sudah meninggal bahkan sebelum Sasuke pindah ke daerah sini. Itulah mengapa mereka sangat dekat sejak kecil, karena setiap hari Sakura akan mengunjungi Sasuke dan menghiburnya.

Ya, mungkin karena itulah Sasuke selalu ingin bersamanya. Hanya itu. Tidak ada perasaan lebih diantara mereka.

BERSAMBUNG

Saya akan update chapter selanjutnya di wattpad. aicchi_