Standard Disclaimer Applied.

GOODBYE ROAD

[Dedicated to Uchiharuno239] I've once again become strangers with someone so easily. If I knew we were going to break up. I shouldn't have loved you so much.

DON'T LIKE DON'T READ!


Goodbye ... goodbye ...

If I knew we were going to break up

I shouldn't have loved you so much


Angin beriak bersama daun, embun bertalu di bawah sisa hujan, dan gugur daun tak mengelak saat terhempas bersama langkah kaki seorang gadis.

Hari ini, semesta kembali menjadi saksi atas kebodohan seorang gadis yang terus berulang selama beberapa waktu ke belakang, seperti daur dan siklus yang bekerja dengan sistem seleksi alam, tak bisa dihentikan.

Gadis itu, Sakura Haruno, lebih dari sadar saat ini. Justru ialah yang paling mengerti betapa sia-sianya apa yang ia lakukan sekarang, menunggu, terutama menunggu sesuatu yang tak pasti.

Tapi ia bukan satu-satunya yang salah di sini, semesta adalah saksinya, bahwa perasaan rindu adalah titik buta yang menyeret kewarasanmu. Tak ada waktu menoleh dan berbalik, karena perlahan obsesi menurunkan andilnya dan mengekang hasrat itu pada tempatnya, tak memberikan jalan pulang atau titik balik untuk mengulang semuanya.

Sejujurnya, tidak ada kata terlambat untuk kembali, karena waktu itu sendiri sudah mati dalam pikirannya. Tidak menyisakan apapun selain hasrat stagnan pada apa yang ia dambakan di tengah dahaga kerinduan.

Sakura menghela nafasnya pelan saat angin berhembus pelan membelai sisi wajah manisnya. Tepat hari ini, di tahun ini, pria itu, Sasuke Uchiha, pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan baik padanya.

Tidak, Sakura tidak membenci perpisahan, karena hal itu pasti akan terjadi, dan hanya masalah waktu belaka. Tapi ia tidak menyukai perpisahan tanpa kejelasan, tidak menyukai waktu yang bergantung pada hal tak pasti. Dan ia juga sedang berbicara tentang janji dan kenaifan.

Janji naifnya untuk menjadi rumah bagi pria itu. Kenaifan akan hasrat yang tidak diselesaikan dengan baik. Jika hari itu Sasuke mengucapkan selamat tinggal dengan baik, tanpa meninggalkan harapan yang menggantung seperti saat ini, mungkin saja semuanya akan berbeda.

"After longnights and daydreams, I've been a fool," kekeh Sakura pada dirinya sendiri, bersamaan dengan hembusan angin musim gugur yang meranggaskan dedaunan.

"Kau tau itu hal bodoh, kenapa masih dilanjutkan?"

Sakura tak perlu menoleh untuk tau siapa yang berbicara padanya, "Dia belum berpamitan dengan baik. Aku akan menunggunya walau setelahnya justru ia tidak kembali lagi."

"Bodoh," ucap pria bersurai merah itu, Sabaku no Gaara, mendudukkan dirinya di sebelah Sakura. Ia melepaskan syal yang melilit lehernya, memindahkannya pada leher jenjang sang gadis.

"Terimakasih," ujar Sakura pelan yang dibalas gumaman pria itu.

Tak ada yang berbicara di antara keduanya, sibuk dengan pikiran masing-masing dan pandangan fatamorgana senja yang melukis semburat di atas kanvas raksasa langit.

"Jika dia tidak kembali lagi, apa kau akan terus mengulanginya?"

Netra klorofil Sakura terpejam saat pertanyaan Gaara mengisi ruang sunyi di antara mereka. "Aku ... tidak tahu."

"Ada hal yang tidak berjalan sesuai keinginan, takdir yang bersilang, jika sudah terputus, waktu pun tak bisa memberikan jawaban."

"Hmm, aku terus berpikir, dimana salahnya, dosa apa yang telah kulakukan, apa alasannya, semua hal yang tak pasti itu, siapa yang harus disalahkan? Kenaifanku atau justru titik buta yang tak kuketahui apa?"

"..."

"Aku hanya ingin mendengarkan selamat tinggal, jika dia benar-benar akan pergi dariku. Aku akan melakukan semua yang kubisa, walau itu dalam mimpi, aku ingin mengucapkan perpisahan dengan baik."

Gaara menghela nafas panjang, "Sebentar lagi akan hujan, ayo pulang."

"Tunggu, sebentar lagi, aku mohon sebentar lagi," ucap Sakura dengan suara bergetar, entah karena dingin atau karena menahan isak tangis. "Aku ingin mengingatnya sebentar, dimanapun ia sekarang, aku ingin berharap entah pada apa, sebentar lagi saja, kumohon."

"Aa, baiklah."

Hening kembali menyergap mereka, sampai Sakura membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu dalam nada rendah yang nyaris merupai bisikan.

"I didn't mean to loving someone just to cry together. I didn't mean to create memories just to be left with pain. And ... becoming forgotten, haha." Sakura berbisik bersama udara yang semakin dingin.

"..." Gaara memejamkan mata, tak memberi respon apapun, tapi saat ini ia lebih mengerti dari siapapun, karena itulah ia memilih diam dan hanya mendengarkan.

"I've once again become strangers with someone so easily. I didn't just love him to break up like this. Getting used to it." Dan setelah kalimat itu lolos begitu saja dari bibir Sakura, isak tangis gadis itu pecah begitu saja. Ini menyebalkan saat ia merindukan seseorang yang mungkin sudah melupakannya.

Sekali lagi, ia kembali menjadi orang asing dengan mudahnya.

"Semua akan baik-baik saja," ucap Gaara mengulurkan lengannya memeluk gadis itu hati-hati, seolah Sakura adalah gelas kaca rapuh yang bisa pecah kapan saja.

Detik demi detik berlalu, berusaha membangun kembali komposisi gadis itu walau tak sempurna.

"Katakan padaku jika kau sudah siap untuk pulang," Gaara berbisik di antara dedaunan yang melewatinya bersama hembusan angin dingin di musim gugur.

Menarik nafas yang tersenggal, Sakura menjauhkan dirinya dari rengkuhan pria tampan itu. Tersenyum tipis di antara wajah sembapnya yang memerah.

"Terimakasih karena selalu ada," ucap Sakura pada pria di depannya. "Untuk pernyataanmu hari itu, aku masih belum bisa mencintaimu untuk saat ini, membayangkan bahwa aku bisa dengan mudah kembali menjadi orang asing, aku takut. Tapi jika kau tidak keberatan aku akan mencobanya."

Gaara terdiam di tempatnya, tempo hari ia melamar Sakura dan berpikir perasaannya tak akan memiliki kesempatan untuk berbalas. Tapi semesta berkata lain, walau ini akan sulit ia akan menerimanya. "Tidak, sama sekali tidak keberatan."

"Hm, terimakasih, ayo pulang." Sakura berdiri dari duduknya, menatap Gaara dan memberi isyarat pada pria itu untuk bangun.

"Hmm, ayo."

"Ah, tapi ada yang ingin kulakukan sebentar." Sakura memandang pria bersurai merah itu dengan pandangan memohon.

Gaara mengangguk, membiarkan Sakura berlari kecil ke arah sebuah rumah pohon tak jauh dari sana. Menaiki tangga kayu yang terpasang di batang pohon raksasa itu, dan masuk ke dalamnya.

Menghela nafas pelan, Sakura mengambil serpihan kayu yang tergeletak begitu saja, tempat ini adalah area yang jarang dikunjungi, tempat ia menghabiskan waktu bersama seseorang, dulu.

Tangan mungilnya mulai mengukirkan kalimat di dinding rumah pohon itu, "Sasuke-kun, goodbye as we part towards the rough path. After you leave me, I hope you only walk on the flowers path. Be careful as we part our separate lonely ways. Forget all memories of me as you go, farewell..."

Sudut bibir Sakura tertarik pelan membentuk senyuman, walau pandangannya terlihat semakin sayu berusaha menahan isak tangis agar tidak kembali lolos. Dan setelah menata nafasnya kembali, ia berbalik keluar meninggalkan tempat yang menjadi saksi bisu kisahnya, dulu.

Menuruni anak tangga kayu dan berlari kecil kembali ke seorang pria yang akan menjadi masa depannya. Menggenggam tangannya dan berjalan pulang bersama.

Di dunia ini ada hal yang tidak berjalan sesuai keinginan, tapi semesta selalu punya rencana untuk setiap insannya.

Sasuke-kun, you'll probably find someone new after we break up. Be careful my heart-aching love. Don't be hurt like the times you were with me. Please don't be hurt, wherever you are. Goodbye, my dear

FIN


Well, I wish that you would text me right now. So that I could get through to you somehow. But I guess it's safe to say, baby. That I'm officially missin' you @uchiharuno239.

Mbak santi, kalau mau pergi gapapa, tapi tolong pamitan dong T_T. Whenever you ready, text me okay? I promise I'll treat you better, Luv.


inspired by Goodbye road - iKon.

-20200612, lots of love, A.S.