Disclaimer : Naruto dan SELURUH karakternya bukan milik saya! Minjem doang ini, ntar juga dibalikin, haha.

.

How to Chase an Omega ©️ Vandalism27

.

Warning :

RATE M!

OMEGAVERSE, OOC, YAOI, BOYSLOVE, MPREG, alur gak jelas, kecepetan, typo(s) berserakan disana sini, dan sederet kecacatan lainnya.

Kalau kalian gak kuat baca YAOI apalagi MPREG, silahkan tekan tombol back. Saya gak mau perang!

.

Note : terinspirasi dari webtoon How to Chase an Alpha (Kimnyeong), dan webtoon Love is an Illusion (Fargo).

Keduanya favorit sayaaa XD

.

SELAMAT MEMBACA!

.

"Kau akan pergi berkencan, Kiba?" Tanya Naruto pada Kiba, teman sekampusnya yang cukup dekat dengannya. Saking dekatnya sampai Kiba setiap hari main ke apartemennya.

"Iya. Coba tebak, dengan siapa aku akan berkencan?"

"Dengan siapa, memangnya?" Tanya Naruto, dengan nada malas. Ah, Kiba memang suka berkencan kesana kemari tapi tak ada satupun yang sukses, selalu saja berakhir dengan drama.

"Dengan Sarutobi Asuma! Dosen kita!"

Naruto membelalak. "Dia sudah punya omega, sialan! Kenapa kau terus saja mencari pasangan yang sudah pasti berujung drama, sih?!" Sembur Naruto.

"Ah, biar saja. Lagi pula Asuma sensei bilang ia belum menandai omega-nya, kok. Selama seorang alpha belum menandai omega, berarti ia milik bersama," kata Kiba.

Naruto menghela napas, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kiba memang keras kepala dan sangat sulit dinasehati. Ya sudahlah, toh Kiba sudah dewasa, dia tidak bisa dilarang-larang seperti anak lima tahun lagi. Segala keputusan beserta resiko ada di tangannya.

"Aku berangkat, Naruto!"

"Ya, hati-hati. Bawakan aku kue, ya!" teriak Naruto, yang dibalas teriakan persetujuan dari Kiba. Ya, Kiba memang selalu membuat masalah, tapi dia salah satu teman yang baik dan selalu berbagi apapun yang dia punya dengan temannya.

Sepeninggal Kiba, Naruto segera membuka laptop untuk mencari informasi tentang lowongan pekerjaan. Sebentar lagi perkuliahan akan memasuki libur semester, jadi Naruto harus mencari kerja sampingan agar ia tak bermalas-malasan saja di apartemen sewaannya ini.

Naruto menghela napas saat membaca lowongan kerja. Mayoritas hanya mau menerima alpha dan beta, sedangkan Naruto adalah seorang omega.

Yup, omega.

Di dunia ini, selain male dan female, pembagian gender terbagi lagi menjadi tiga, yaitu alpha, beta, dan omega.

Beta menduduki posisi dengan populasi terbanyak, yaitu sekitar 60% dari total populasi, sementara alpha dan omega jumlahnya seimbang. Naruto termasuk male omega, dan itu cukup langka karena omega lebih didominasi oleh female omega.

Bagi sebagian orang, termasuk Naruto, terlahir sebagai omega, apalagi male omega, berarti terlahir dengan membawa kutukan. Omega sangat tidak diuntungkan dalam banyak hal, misalnya dalam mencari pekerjaan. Bayangkan saja, sedari tadi Naruto mencari informasi lowongan pekerjaan, mayoritas hanya mau menerima alpha maupun beta.

Mengapa begitu?

Ya, karena akan sangat merepotkan apabila seorang omega memasuki siklus masa kawin atau biasa disebut heat, lalu ada alpha di sekitarnya. Situasi bisa kacau, apalagi jika alpha yang mengincar sang omega ada lebih dari satu. Perkelahian antar alpha tak akan bisa terelakkan.

Meskipun di jaman canggih seperti sekarang ini sudah ada obat untuk meredam masa heat seorang omega yang dirasa mengganggu, namun tetap saja masyarakat lebih memilih untuk mempekerjakan alpha dan beta saja. Mungkin para pelaku usaha tak ingin mengambil resiko tempat usahanya menjadi medan perang dadakan.

Oh, ya. alpha hanya bisa menghasilkan keturunan jika ia berhubungan dengan omega, sedangkan beta hanya bisa menghasilkan keturunan jika ia berhubungan dengan sesama beta.

Berbeda dengan beta yang tak memiliki feromon, alpha dan omega memiliki feromon khusus yang saling berkaitan. Jika omega mengalami heat, maka alpha yang ada di sekitarnya akan merespon.

Alpha dan omega akan terikat seumur hidup jika selama proses perkawinan berlangsung, sang alpha menggigit belakang leher si omega lalu meninggalkan feromonnya disana. Dengan begitu, si omega tak akan bisa berhubungan dengan alpha lain karena bau feromonnya tertutup oleh feromon alpha yang telah menandainya. Begitupun dengan sang alpha, ia tak akan bisa mencium bau feromon omega lain, selain omega yang telah ia tandai.

"Ah!" Naruto berseru tiba-tiba. "Akhirnya, aku menemukan kerja sampingan yang mau menerima omega!"

The Heavenly. Sebuah toko kue yang sangat terkenal, sedang mencari karyawan part time untuk menjaga cake counter. Naruto pernah mencicipi kue di toko itu, dan memang rasanya sangat enak. Harganya juga tidak terlalu mahal, malah kalau boleh Naruto bilang, harganya terlalu murah untuk rasa kue seenak itu.

Menurut gosip yang Naruto dengar dari Kiba, pemilik toko kue itu adalah seorang patissier yang sangat tampan, masih muda, juga kaya raya. Dan dia seorang alpha.

Hm, pantas saja Kiba mengetahui sampai sedetail itu, dia kan suka berburu alpha tampan.

Naruto pun segera melamar pekerjaan itu. Ia mengirimkan persyaratannya via email, sambil berharap ia segera menerima panggilan kerja. Kemudian, Naruto menyiapkan dokumen-dokumen yang ia perlukan seandainya ia menerima panggilan interview.

Saat Naruto sibuk menyiapkan dokumen-dokumennya, ponselnya berdering. Dari Sakura, teman baiknya. Dia seorang beta female.

"Ya, Sakura?"

"Hai, Naruto! Apa kau sibuk? Mau makan daging, tidak?" sapa Sakura.

"Ah, aku sedang tidak sibuk, kok. Mau makan daging dimana?"

"Di dekat apartemenku. Kemarilah. Aku dan Sai sudah menunggu disini. Tenang saja, Sai yang traktir!"

"Baiklah, tunggu aku! Sepuluh menit sampai!" kata Naruto, lalu mematikan sambungan telepon tanpa mendengarkan kata-kata Sakura di seberang sana. Gadis berambut merah jambu itu pasti sedang mengomel sekarang.

Sepuluh menit kemudian, Naruto sudah sampai di restoran tempat mereka janjian. Pokoknya kalau soal makan gratis, Naruto selalu on time.

"Hanya kita bertiga?" tanya Naruto.

"Yup! Aku sedang ngidam daging," kata Sakura, sambil memasukkan sepotong daging ke mulutnya.

"Makanlah, Naruto. Aku yang traktir. Sakura bilang ia ingin makan ditemani olehmu juga."

"Wah, tumben tumbenan kau tidak pelit!" Canda Naruto, membuat Sai tersenyum masam.

Sakura dan Sai sudah menikah, dan sekarang Sakura sedang mengandung buah cinta mereka. Naruto tersenyum, ia teringat betapa bahagianya Sakura saat memberitahukan kalau ia sedang mengandung.

Ada sedikit rasa iri sebenarnya, Naruto juga ingin mendapatkan pasangan dan anak. Tapi dengan siapa? Mana ada alpha yang mau menjalin hubungan serius dengan omega biasa saja seperti dirinya ini? Dia tidak tampan, tidak kaya, tidak terkenal, bahkan nilainya di kampus pun biasa-biasa saja.

"Naruto, bagaimana dengan kuliahmu?" tanya Sakura.

"Lancar. Kalau tidak ada masalah, dua tahun lagi aku sudah bisa wisuda," jawab Naruto. "Kandunganmu bagaimana? Kapan perkiraan lahir?"

"Sehat, kok. Empat bulan lagi anakku akan lahir. Aah, aku sudah tidak sabar!"

Naruto mengulum senyum. Temannya ini memang selalu ceria meskipun kadang-kadang ia galak dan menakutkan.

Kemudian, mereka makan sambil mengobrol lama sampai akhirnya Sakura mengeluh kekenyangan dan pegal karena terlalu lama duduk. Setelah itu, Sakura dan Sai pulang ke rumah mereka, sementara Naruto pergi ke jembatan dekat rumahnya untuk menikmati pemandangan berupa lampu-lampu kota yang cantik. Naruto sangat suka disini, pemandangannya mirip seperti yang ada di drama Korea yang pernah ditontonnya.

Ponsel Naruto berdering. Dari Kiba. Ah, sial. Apa lagi yang dilakukan anak itu?

"Ya, ada apa, Kiba?" tanya Naruto.

"Kau di rumah, Naruto? Bisa menjemputku? Aku ada di bar yang biasanya. Sialan, omega si Sarutobi itu datang. Dia mengamuk lalu menghajarku membabi buta!" kata Kiba di seberang sana.

Naruto melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul sebelas malam. "Baiklah, akan ku jemput. Tunggu aku di dalam, jangan kemana-mana sampai aku datang!"

"Baik, Naruto-sama yang baik hati," kata Kiba.

Naruto mematikan sambungan telepon, kemudian bergegas menjemput Kiba sebelum pemuda itu kembali membuat ulah.

"Sialan, punya teman satu saja kok menyusahkan setengah mati, sih! Kalau bukan teman dekatku sudah ku kubur dia hidup-hidup!" gerutu Naruto.

Naruto segera mencegat taksi untuk mengantarnya ke bar yang ada di pusat kota. Jaraknya lumayan jauh, sekitar tiga puluh menit berkendara. Ia akan meminta uang ganti ongkos taksi tiga kali lipat pada Kiba nanti.

Sesampainya di bar, Naruto segera masuk untuk mencari Kiba.

"Permisi, paman. Apa kau melihat temanku?" tanya Naruto pada bartender yang berjaga.

Ia menunjukkan foto Kiba, lalu sang bartender mengangguk.

"Tadi dia ada disini, berkelahi dengan sesama omega. Tapi dia sudah pergi, kalau tidak salah bersama seorang alpha," kata sang bartender.

Apa? Pergi bersama alpha lain lagi? Sialan, Naruto memaki dalam hati. Kalau dia sudah dijemput alpha, lantas kenapa ia menelepon Naruto?! Dasar bocah kurang ajar!

Naruto yang terlanjur kesal berniat pulang. Tetapi ia tak sengaja menabrak dada bidang seseorang saat ia membalikkan badan.

"Aduh, maaf!" kata Naruto.

Pria yang ditabrak Naruto bertubuh tinggi, kepala Naruto hanya sebatas dagunya. Salahkan darah omega yang mengalir di tubuhnya, fisik Naruto menjadi kecil, kurus dan tak menarik.

"Anda baik-baik saja, Tuan?" tanya Naruto, sambil mengusap-usap hidungnya.

Orang yang ia tabrak sudah jelas seorang alpha, jika dilihat dari postur tubuh dan aroma khas yang menguar dari tubuhnya.

"Halo? Anda baik-baik saja, Tuan? Maaf ya, saya tidak sengaja," kata Naruto sekali lagi, karena tak ada respon apapun dari orang yang ia tabrak.

Mata biru jernih Naruto bertatapan dengan mata sekelam malam milik sang alpha.

Naruto mengerutkan keningnya saat ia merasakan sensasi yang familiar. Tubuhnya tiba-tiba terasa panas. Oh, shit! Heat-nya! Bagaimana bisa? Dia sudah melewati masa heat minggu lalu!

Naruto panik, seluruh mata alpha yang ada di bar ini sekarang menatapnya dengan tatapan yang aneh. Feromonnya sekarang pasti sudah menyebar kemana-mana. Naruto mematung saat ada seseorang yang menggenggam pergelangan tangannya dari belakang. Seorang alpha yang menatapnya dengan tatapan yang menjijikkan.

"Kenapa? Heat-mu datang tiba-tiba, ya? Kau tidak membawa obatmu? Mau aku temani?" Tanyanya dengan nada menggoda.

"T-ti-tidak," katanya dengan napas tersengal. "A-aku baik-baik saja."

Naruto berusaha keras menahan diri agar ia tidak hilang kendali.

"Ayolah, jangan malu-malu!"

Grrrrr...

Naruto menoleh saat ia mendengar suara geraman rendah dari orang yang tadi ia tabrak. Geraman khas alpha yang merasa marah.

Naruto memekik kecil saat pergelangan tangan alpha yang menggodanya di cengkram dengan erat oleh alpha yang tadi ia tabrak. Tatapan alpha itu tajam dan tampak berbahaya. Kemudian, ia menyebarkan feromon alpha-nya yang intens dan pekat. Bukan feromon untuk kawin, tapi feromon tanda ancaman.

Naruto tercengang. Kenapa? Kenapa alpha ini mau membantunya?

"Lepas," kata sang alpha. Suaranya terdengar dingin dan menakutkan.

Alpha yang mengganggu Naruto lantas melepaskan cengkramannya. "Ah, maaf. Rupanya dia bersamamu. Baik, baik, aku akan pergi. Tidak usah mengancam seperti itu, santai saja," katanya, lalu beranjak pergi. Ia melirik Naruto lalu mengedipkan sebelah matanya dengan genit.

Naruto merasa lega saat alpha genit tadi sudah pergi.

"Ikut aku," kata sang alpha berambut hitam. Suaranya terdengar berat, seperti sedang menahan sesuatu di dalam dirinya.

"A-ah," Naruto tak sanggup melawan saat sang alpha menarik tangannya menuju parkiran yang terletak di basement.

Ia menyeret Naruto menuju ke mobilnya.

Ia membuka pintu belakang, lalu menyuruh Naruto untuk duduk. "Kau bawa obatmu, kan? Minum, dan diam disini sampai heat-mu mereda. Tenang, disini aman, aku akan menjagamu," katanya, lalu menutup pintu mobil.

Naruto tak habis pikir. Kenapa alpha ini mau repot-repot membantunya? Ia juga tampak menahan diri. Padahal Naruto juga bisa mencium bau feromon sang alpha. Ia tahu, alpha itu menginginkannya.

Ah, sial. Bau feromon alpha itu sangat wangi dan menggoda. Ia tak sanggup menahan diri lebih lama lagi. Ada apa sih, dengan tubuhnya? Selama ini ia tak pernah benar-benar menginginkan seorang alpha jika heat-nya datang. Tapi... mengapa kali ini ia sangat menginginkan alpha itu?

Naruto membuka pintu mobil. Ia menatap ke arah sang alpha yang sedang memantik rokoknya. Entah dapat keberanian dari mana, Naruto mendatangi sang alpha, lalu menyentuh lengannya yang berotot.

"Tolong bantu aku, aku tidak bawa obat," kata Naruto lirih. "K-kau mau membantuku, kan?"

Naruto menatap sang alpha dengan tatapan sayu, pipi yang memerah, rambut yang lembab karena keringat, dan napas yang memburu karena nafsu.

Sudahlah, ia sudah tak kuat menahan heat-nya yang kian menjadi.

Sang alpha menatap Naruto dengan tatapan terkejut. Berani sekali seorang omega yang sedang heat mendatangi seorang alpha?

Alpha itu menutup kedua matanya sambil menghela napas. Ketika matanya terbuka, mata berpupil sekelam malam itu menatap Naruto dengan tatapan yang berbeda.

Puntung rokok sang alpha terjatuh, terinjak hingga baranya mati.

Naruto memekik saat sang alpha meraihnya, lalu memagut bibirnya dengan gerakan yang terlatih dan terkesan liar. Rupanya, bendungan yang menahan hasrat sang alpha jebol. Dan itu gara-gara Naruto.

"Hmmmph!" Naruto mengerang di sela-sela ciuman mereka.

Tangan Naruto tidak sengaja menyentuh kejantanan sang alpha. Terasa besar, tebal dan sangat keras. Padahal mereka baru ciuman. Tapi kejantanan sang alpha sudah sekeras ini?

"Ugh, sial. Ada apa dengan tubuhku hari ini?" kata sang alpha. Suaranya yang berat dan serak karena nafsu terdengar seksi di telinga Naruto.

Tanpa ragu, Naruto menarik sang alpha masuk ke dalam mobil. Susah payah ia membuka sabuk dan celana sang alpha.

"Kenapa susah sekali?!" rengeknya dengan nada manja.

Sang alpha mendengus geli. "Sabar, omega kecil, atau celanaku bisa robek," katanya. Ia membantu Naruto melepas sabuk dan resleting celananya.

Naruto terkekeh senang saat ia berhasil mengeluarkan kejantanan sang alpha. Rupanya feromon sudah mengambil alih kewarasan Naruto.

"Ahaha," Naruto tertawa kecil. "Ini besar dan sudah sangat keras, Tuan Alpha," kata Naruto dengan nada manja. Ia mengatur posisi lalu menggesekkan batang kejantanan sang alpha di pipinya.

Sang alpha tak menjawab. Ia mengarahkan kejantanannya ke mulut Naruto, dan Naruto langsung melahapnya dengan senang hati. Ia menjilat, melumat dan mengulum kejantanan itu bagaikan es krim yang sangat enak.

"Ugh," sang alpha melenguh. "Sudah, cukup."

"Kenapa? Kau tak suka?" rengek Naruto.

Sang alpha tak menjawab, ia mengangkat tubuh Naruto, mendudukkan male omega bertubuh mungil itu dipangkuannya. Mereka kembali berciuman, sementara jemari sang alpha memeriksa apakah yang di bawah sana sudah siap.

"Kau sudah siap rupanya. Aku lebih suka yang di bawah sini dari pada mulutmu," kata sang alpha. Jemarinya mengelusi bagian bawah sang omega yang telah basah oleh cairan familiar yang khas.

"Aku akan selalu siap untukmu, Tuan Alpha yang Tampan," sahut Naruto. "Ayolah, cepat sedikit. Jangan main-main terus!"

Sang alpha terkekeh, lalu memposisikan Naruto agar omega itu merasa nyaman. Sebelum itu, tak lupa ia memakai kondom yang disimpannya dengan aman di dalam dompet. Setelah kondom itu terpasang dengan benar, perlahan ia memasukkan kejantanannya.

Feromon omega ini memang telah menipiskan akal sehatnya, tapi sang alpha tetap ingin menghindari resiko agar ia tidak menyesal di kemudian hari.

Naruto mengerang sambil mengalungkan lengannya di leher sang alpha saat ia merasakan bagian bawah tubuhnya terisi oleh sesuatu yang besar dan keras. Sebelah tangannya meremat rambut hitam sang alpha yang kini sudah mulai bergerak.

Gerakan yang awalnya pelan itu berubah beringas saat feromon keduanya semakin pekat di udara. Baik Naruto maupun sang alpha sama-sama tidak mempedulikan apapun selain kenikmatan yang sedang mereka rasakan. Untung saja basement ini sedang sepi.

Damn!

Seks tidak pernah senikmat ini.

Naruto terus mengerang dan meracau saat sang alpha mengganti posisi dengan Naruto berlutut menghadap pintu, lalu sang alpha kembali memulai aksinya dari belakang.

Mereka terus bergerak seirama sampai Naruto menggigit lengannya sendiri untuk meredam teriakannya. Gelombang orgasme yang sangat nikmat menghantam Naruto tanpa ampun.

Sang alpha tak berhenti meskipun Naruto sudah sampai di klimaksnya. Alpha itu sengaja menggigit dasinya agar ia tak menggigit belakang leher sang omega.

Ya, bisa runyam masalahnya kalau ia menandai omega yang tidak ia kenal.

Tak berapa lama, rahang sang alpha tampak mengeras, sepertinya pelepasannya sudah hampir tiba. Sejurus kemudian, sang alpha segera menarik keluar kejantanannya lalu mengocoknya dengan tangan beberapa kali sampai cairan putih yang khas meluncur keluar, berkumpul di ujung kondom. Sepertinya ia masih waras untuk tidak melepaskan benihnya di dalam tubuh omega yang tidak ia kenal meskipun ia memakai kondom. Resiko kecelakaan itu tetap ada.

Tubuh besar sang alpha ambruk di sebelah Naruto. Napasnya memburu, keringat membanjiri keningnya. Raut wajah puas tersirat di wajahnya. Sialan, bagaimana bisa tubuh kecil omega ini terasa begitu nikmat?

Setelah membersihkan sisa-sisa pertarungan itu, sang alpha kemudian membenahi pakaiannya yang awut-awutan. Ia juga membantu Naruto yang tampak lemas tak berdaya.

Tak ada satupun dari mereka yang membuka suara. Wajah Naruto tampak merah padam, sepertinya ia malu. Mungkin pengaruh feromon sudah mulai menghilang.

"M-maafkan aku, Tuan," cicit Naruto, mencoba buka suara.

Ia melirik sang alpha, lalu kembali menunduk saat menyadari alpha itu kini sedang menatapnya dengan tajam.

"Kau ini, benar-benar! Ini pertama kalinya bagiku bercinta dengan omega yang tidak aku kenal!" tegur sang alpha.

Naruto buru-buru keluar dari mobil. Ia menunduk dalam-dalam penuh penyesalan. "Maafkan aku! Aku akan menganggap malam ini tidak pernah terjadi. Aku tidak akan pernah mengganggu Anda! Terima kasih atas bantuannya dan selamat tinggal!" kata Naruto dalam satu tarik napas, kemudian ia berlari pergi.

"Ah?! Hei! Tunggu!" sang alpha keluar mobil, berusaha menyusul Naruto tapi Naruto sudah menghilang.

Sang alpha kembali masuk ke dalam mobil, duduk dengan tampang kesal. "Ck! Dasar omega aneh. Setidaknya sebutkan namamu!" gerutunya. "Argh! Sialan! Sekarang kemana aku harus mencari omega itu!"

Sementara itu, Naruto terduduk di gang sempit dekat bar. Ia sibuk mengatur napasnya yang memburu.

"Aaah, apa yang sudah aku lakukan?! Bodoh! Bodoh! Bodoh!" teriak Naruto frustasi. Ia meremasi rambutnya sendiri, menyesali kebodohannya yang terlarut dalam feromon sialan itu.

"Ah, terserah! Aku tidak akan memikirkan ini lagi. Anggap saja ini tidak pernah terjadi! Lagipula aku tidak akan bertemu dengan alpha itu lagi kan," kata Naruto, berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia akan baik-baik saja.

Ia berdiri, membersihkan debu yang menempel di celananya, lalu berlari pergi menuju ke apartemennya.

.

.

.

Pagi ini, Naruto tampak lesu. Sudah seminggu berlalu semenjak kecelakaan di bar. Dia tidak pernah bertemu lagi dengan alpha tampan itu, namun Naruto masih belum bisa move on.

Dia selalu memimpikan adegan panas bersama alpha tampan itu, nyaris setiap malam. Membuat Naruto semakin frustasi saja. Jauh di dalam hatinya, ia ingin bisa bertemu dengan alpha tampan itu, tapi Naruto selalu menepis pikiran aneh itu. Ia tidak boleh terlibat dengan alpha!

"Kenapa wajahmu seperti itu, Naruto?" tanya Kiba.

Naruto merengut. Ini gara-gara Kiba! Bocah yang seharusnya ia jemput malam itu malah pulang bersama alpha yang ditemuinya di bar setelah ia adu cakar dengan omega sang dosen.

"Sialan! Jangan bicara padaku! Aku masih marah padamu!"

"Hei, ayolah! Itu sudah seminggu berlalu! Kau ini marah-marah terus, seperti habis ditinggal alpha-mu saja," kata Kiba.

Naruto membuang muka. Ucapan Kiba ada benarnya. Alpha yang tidur dengannya itu memang membuat Naruto kepikiran, hingga ia menjadi mudah tersulut emosi dan selalu uring-uringan.

Ponsel Naruto berdering. Dari nomor tak dikenal.

"Ya, selamat siang," sapa Naruto.

"Selamat siang. Benar saya berbicara dengan Uzumaki Naruto?"

"Ya, saya sendiri. Dengan siapa?" Naruto membenahi posisi duduknya dan mengatur nada bicaranya saat lawan bicaranya menggunakan bahasa yang formal.

"Saya Hatake Kakashi dari The Heavenly."

The Heavenly. Mata biru Naruto membelalak.

"Ah, iya," jawab Naruto. Ia sedikit kebingungan harus menjawab apa.

"Saya sudah menerima surat lamaran Anda. Apakah Anda bisa datang untuk interview pukul empat sore ini?"

"Bisa, Hatake-san. Saya akan datang sore ini."

"Baiklah, kalau begitu. Sampai jumpa pukul empat nanti, Uzumaki-san. Dan dimohon untuk membawa semua persyaratan yang diminta."

"Baik, saya mengerti."

"Baik. Selamat siang, Uzumaki-san."

"Selamat siang!"

Naruto berjingkrak saat sambungan telepon terputus. Kiba menatapnya dengan tatapan heran. Naruto seperti habis menang lotre.

"Aku ada interview pukul empat sore nanti!"

"Interview? Dimana?"

"The Heavenly! Doakan aku diterima, ya!"

"Kau serius?! Apapun untukmu, kawan. Aku akan selalu berdoa yang terbaik untukmu," kata Kiba.

"Terima kasih, Kiba!"

Naruto pun segera mempersiapkan dirinya. Ia mandi dengan bersih, merapikan rambutnya, menyetrika bajunya agar tampak lebih rapi, juga menyemir sepatunya agar tampak hitam mengkilat.

Pukul tiga sore, Naruto sudah siap. Ia berangkat bersama Kiba yang ingin pulang ke rumahnya sendiri. Naruto tidak boleh terlambat, maka dari itu ia berangkat lebih awal. Padahal jarak toko kue itu tidak begitu jauh dari apartemennya.

Sesampainya di toko kue itu, Naruto tampak takjub melihat antriannya yang panjang. Memang banyak sekali orang yang ingin membeli kue disini.

Naruto berharap ia dapat diterima bekerja. Saingannya cukup banyak, rupanya banyak yang berminat untuk bekerja di sini.

Setelah melewati proses interview bersama seorang pria bernama Hatake Kakashi, hasilnya diumumkan langsung saat itu juga. Naruto dan lima orang lainnya diterima untuk bekerja disini.

Kemudian, mereka diajak untuk bertemu dengan sang bos, yaitu pemilik sekaligus patissier di toko kue ini.

Naruto merasa jantungnya hampir copot saat ia melihat wajah bos barunya.

"Selamat datang. Semoga kalian betah bekerja disini. Aku tidak akan banyak berbicara tentang peraturan, kalian bisa bertanya apapun yang kalian tidak pahami pada Hatake-san. Aku di sini hanya ingin menyambut kalian," kata bos baru mereka.

"Siapa nama Anda, Pak?" tanya salah seorang karyawan.

Sang bos tersenyum tipis, atau lebih tepatnya menyeringai. "Namaku Uchiha Sasuke. Salam kenal," katanya.

Naruto refleks menunduk saat sadar bos barunya itu sedang menatap tajam ke arahnya. Bos barunya adalah Uchiha Sasuke, seorang patissier yang terkenal tampan dan kaya raya. Tapi bukan itu yang membuat Naruto ingin pulang saat itu juga.

Uchiha Sasuke adalah alpha yang tidur dengan Naruto di bar minggu lalu!

'Siaaaaaal! Ujian hidup macam apa lagi ini?!' Batin Naruto dalam hati.

.

.

TBC

.

.

Mumpung lagi #dirumahaja, aku pengen ngetik apapun yang ada di otakku sekarang. Meskipun SasuNaru udah nggak serame dulu, aku tetap ingin menulis, meskipun updatenya lama, wkwk.

Fanfic ini terinspirasi dari 2 webtoon favoritku. Udah aku sebutin judul dan pengarangnya di note ya! Aku suka sama 2 webtoon itu, meskipun rada kesel sama karakter omeganya, jadi kubuat disini versi yang penurut dan gak banyak tingkah. Ini ringan kok, ga akan bikin kepala mumet.

Maaf kalo adegan lemonnya terkesan awkward dan ga berasa feelnya, soalnya aku udah lama banget gak ngetik lemonan begini. Fanfic ini gak akan panjang, mungkin hanya two shoot atau mungkin three shot? Entahlah. But anyway, semoga kalian terhibur, ya!

Adios!